2014 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau 48

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

PEMANFAATAN LIMBAH IKAN MENJADI PUPUK ORGANIK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor penentu produksi. Selama ini untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Limbah dibedakan menjadi dua yaitu limbah anorganik dan limbah

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai sumber pencemaran. Limbah tersebut dapat berupa bahan organik dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

UJI PENERAPAN PUPUK CAIR ORGANIK LIMBAH IKAN RUNCAH TERHADAP PERKEMBANGAN TANAMAN SAYURAN BAYAM (Amaranthus sp.) DAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans)

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penanaman nanas utama di Indonesia

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan perkebunan ataupun pabrik biji kopi yang jika tidak dimanfaatkan akan

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman bawang merah (Allium ascolanum L.) termasuk salah satu tanaman sayuran umbi multiguna.

STUDI PEMANFAATAN LUMPUR IPAL PT. KELOLA MINA LAUT UNTUK PUPUK TANAMAN

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

I. PENDAHULUAN. Tanaman lidah buaya sudah dimanfaatkan sebagai tanaman hias, bahan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk Indonesia bermatapencaharian dari hasil alam yang. berupa pertanian maupun perkebunan. (L.

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1) Mahasiswa Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar 2) Staf Pengajar Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar ;

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

Ruang lingkup kegiatan Laboratorium Balai Penelitian Ternak sebagai berikut :

Nur Rahmah Fithriyah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

Transkripsi:

KAJIAN TEKNOLOGI PEMANFAATAN HASIL SAMPING PERIKANAN UNTUK PEMBUATAN PUPUK CAIR ORGANIK Pareng Rengi dan Sumarto Staf Pengajar Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, 28293 ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk meminimal pencemaran limbah dari hasil samping pabrik perikanan (home industry/modern), mengoptimalkan pemanfaatan limbah perikanan dengan karakteristik yang dimiliki pada pupuk cair organik. Metode penelitian yang akan dilakukan yaitu metode eksperimen yaitu dengan melakukan percobaan dan kajian secara langsung dalam pembuatan pupuk cair organik yang dilakukan dengan penambahan limbah bawang putih sebagai bahan tambahan. Penggunaan limbah ikan nila, patin dan kembung sebanyak 50%; 100%; dan 150%). Hasil penelitian pemanfaatan limbah ikan yang dikombinasikan dengan limbah pertanian (bawang putih) memberikan hasil yang baik dalam kandungan unsur makro pupuk cair. Penggunaan limbah ikan untuk pupuk cair membutuhkan waktu fermentasi selama 7 hari sudah menghasilkan komponen unsur makro yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bagi tanaman. Hasil terbaik penggunaan limbah ikan sebagai pupuk cair terdapat pada penggunaan limbah ikan kembung yang dapat menghasilkan kandungan unsur makro yaitu N berkisar antara 10,7-21,4%; N berkisar 8,7-17,6%; K berkisar 7,3-13,8%; Ca berkisar 5,4-10,2% dan Mg berkisar 5,9-9,6%. Karakteristik yang dihasilkan adalah warna cerah dan cemerlang, tidak pekat sampai dengan warna agak gelap dan pekat, tetapi tidak berminyak. Keywords: limbah, perikanan, pupuk cair, organik PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas dan hanya 1/5 saja merupakan daratan. Wilayah laut yang sangat luas tersebut mengandung sumber daya alam (perikanan) dan jasa lingkungan yang sanagat berlimpah yang belum dikembangkan secara optimal. Perairan laut Indonesia memiliki banyak jenis ikan (sekitar 3.000 jenis ikan) (Bahar, 2004). Dengan kondisi yang lebih banyak perairannya tinggi maka akan muncul potensi yang besar dalam bidang perikanan. Potensi yang besar itu belum dapat dioptimalkan dengan maksimal sehingga belum menjadi komoditas yang dapat diandalkan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai sumber ekonomi yang menjanjikan. Sektor perikanan belum menjadi ekomis penting bagi sumber ekonomi Indonesia lebih dikarenakan penanganan potensi yang kurang tepat baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Penanganan ikan yang kurang tepat akan menjadikan ikan menjadi barang sampah yang sudah tidak dapat digunakan lagi. Ini terjadi karena ikan merupakan salah satu jenis produk perikanan yang mudah mengalami kerusakan (most perishable food). Dari data yang dapat dikumpulkan, setiap musim masih terdapat antara 25 30% hasil tangkapan Ikan Laut yang akhirnya 2014 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau 48

harus menjadi ikan sisa atau ikan buangan yang disebabkan karena berbagai hal antara lain Keterbatasan pengetahuan dan sarana para nelayan di dalam cara pengolahan ikan. Misalnya, hasil tangkapan tersebut masih terbatas sebagai produk untuk dipasarkan langsung (ikan segar), atau diolah menjadi ikan asin, pindang, terasi serta hasil-hasil olahannya. Selan itu juga tertangkapnya jenis-jenis ikan lain yang kurang berharga ataupun sama sekali belum mempunyai nilai di pasaran, yang akibatnya ikan tersebut harus dibuang kembali. Pada industri pengolahan maupun pemanfaatan ikan oleh rumah tangga, bagian ikan yang dibuang dan menjadi limbah adalah kepala, ekor sirip, tulang dan jeroan dengan menghsilkan ikan yang telah disiangi rata-rata sebesar 65%, sehingga meninggalkan limbah perikanan sebesar 35% (Irawan, 1995). Untuk memaksimalkan potensi perikanan dan banyaknya ikan yang terbuang sia-sia tanpa ada nilai ekonimisnya maka perlu dilakukan suatu terobosan baru dalam memanfaatkan setiap bagaian dalam bidang perikanan salah satunya adalah dengan memanfaatkan limbah ikan atau mungkin ikan-ikan yang tidak ekomomis penting dan ikan yang terbuang sia-sia. Pemanfaatan ini, salah satunya adalah menjadikan pupuk organik. Pupuk organik lengkap yang terbuat dari bahan baku ikan memiliki kualitas sebagai pupuk yang lebih dibandingkan dengan pupuk organik lain, apalagi kalau dibandingkan dengan pupuk kompos, pupuk kandang, ataupun pupuk hijau. di Indonesia saat ini telah banyak beredar pupuk organik yang terbuat dari ikan dengan aneka merk, baik produksi dalam negeri maupun impor, akan tetapi yang masih memenuhi persyaratan masih terbatas. FAO telah menetapkan kriteria dasar untuk pupuk jenis ini, yakni: kandungan unsur makro harus mempunyai nilai minimal N (12%), P (8%), dan K (6%) disamping kandungan unsur mikro seperti Ca, Fe, Mg, Cu, Zn, Mn, dan sebagainya (Anonim, 2011). Kelompok unsur tersebut sangat membutuhkan dalam jumlah dan susunan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara baik serta hasil sesuai yang diharapkan. Namun, tanah ternyata tidak dapat menyediakan jumlah unsur-unsur tersebut sesuai kebutuhan. Karenanya, agar tanaman tumbuh dan berkembang secara subur, petani harus menambahkan sumber tersebut dalam bentuk pupuk. Masih banyak hal yang perlu dikaji lagi mengenai pemanfaatan hasil samping atau limbah perikanan untuk produksi pupuk organik. Ini karena masih banyak hal yang menjadikan kendala dalam pembuatan pupuk organik. Kandungan protein dan lemak yang tinggi akan menghambat pertumbuhan dari tanaman pangan tersebut. Perlu adanya terobosan baru untuk mengurangi kandungan lemak dan protein tersebut sebelum diterapkan menjadi pupuk organik atau terdapat tanaman pangan yang cocok dengan pupuk organik dari limbah ikan ini. Tapi melihat peluang ini, pengembangan mengenai pupuk organik ini membuka jalan untuk mengurangi penggunaan pupuk buatan sehingga ke depan akan lebih bisa menjaga kesuburan tanah dengan mineral-mineral tanah yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman pangan. Apalagi di dukung dengan kebijakan pemerintah yang akan 2014 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau 49

menjadikan Pertanian dan Perikanan sebagai salah satu tonggak penopang ekonomi negara. Tujuan penelitian ini adalah untuk meminimal pencemaran limbah dari hasil samping pabrik perikanan (home industry/modern), mengoptimalkan pemanfaatan limbah perikanan atau hasil samping perikanan dengan karakteristik yang dimiliki pada pupuk cair organik. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan pada tahun 2011, yang dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Perikanan, Kimia Analisa dan Pangan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Ruang lingkup pelaksanaan penelitian ini dilakukan merupakan lanjutan penelitian sebelumnya yakni berfokus pada pengembangan produksi bersih perikanan, yang memanfaatkan hasil samping hasil perikanan seperti insang, jeroan, dan bagian lainnya yang belum dimanfaatkan dalam bidang pangan, sehingga diharapkan konsep pemanfaatan hasil samping sebagai pendekatan konsep zero waste atau meminimalkan hasil samping/limbah sehingga lebih bernilai tambah. Batasan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat diuraikan bahwa bagian-bagian pada ikan yaitu: a.hasil samping perikanan meliputi hasil samping atau sisa pengolahan hasil perikanan, dan juga perikanan sisa tangkapan yang tidak dimanfaatkan bagi konsumsi manusia, b. pengembangan teknologi pembuatan pupuk cair organik dilakukan dengan kombinasi pemanfaatan limbah/hasil samping bidang pertanian lainnya seperti limbah bawang putih sebagai komponen/bahan aktif antioksidan dan sekaligus anti bakteri/jamur yang dapat dimanfaatkan dalam aplikasi penggunaan pupuk cair nantinya, c. teknologi pemanfaatan hasil samping perikanan dan kombinasi dengan limbah bawang yang dikembangkan untuk pembuatan pupuk cair (organik) sebagai zat PT (Perangsang Tumbuh), d. melakukan karakterisasi/analisa komposisi kandungan pupuk cair organik yang telah dihasilkan. Bahan yang dibutuhkan yaitu bahan berupa hasil samping perikanan (sisa hasil pengolahan ikan menjadi produk pangan dan ikan hasil sisa tangkapan nelayan yang tidak untuk konsumsi) yang dilakukan untuk pembuatan pupuk cair organik. Pemanfaatan limbah bawang putih (pertanian) sebagai komponen/bahan tambahan sehingga memiliki fungsi ganda dalam produk pupuk cair organik. Selanjutnya penggunaan bahan-bahan untuk analisa laboratorium. Peralatan yang dibutuhkan yaitu peralatan pendukung dalam pembuatan pupuk cair organik dan peralatan untuk analisis laboratorium. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan yaitu metode eksperimen yaitu dengan melakukan percobaan dan kajian secara langsung dalam pembuatan pupuk cair organik yang dilakukan dengan penambahan limbah bawang putih (pertanian) sebagai bahan tambahan. Pemanfaatan hasil samping ikan dilakukan dengan penggunaan jumlah hasil samping ikan yang berbeda (50 g; 100 g; dan 150 g). Rancangan yang digunakan dalam bentuk Rancangan Acak Lengkap non-faktorial. Kemudian dilakukan analisis variansi 2014 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau 50

dan uji lanjut untuk melihat masingmasing pengaruh dari taraf perlakuan. Metode Pengumpulan Data Secara umum metode pengumpulan data dapat dibagi dalam dua macam yaitu pengumpulan data secara primer dan sekunder. Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap informasi data yang diperoleh dan mengumpulkan data hasil analisa laboratorium yang kemudian dilakukan pebahasan secara deskriptif. Pengamatan dan Analisis Produk Pengamatan yang dilakukan penelitian yaitu terkait dengan parameter kandungan mineral atau komposisi kandungan pada pupuk cair yang dihasilkan, terutama komponen sebagai zat tumbuh. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kadar ph pupuk Cair Berdasarkan pengukuran kadar ph pada hasil pupuk cair yang dihasilkan dari limbah ikan yang berbeda menunjukkan hasil pengukuran yang berbeda yaitu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pengukuran kadar ph pupuk cair dari limbah ikan yang berbeda No perlakuan Jumlah (gram) ph 1 Limbah Ikan Nila 50 100 150 6.42 6.35 6.52 2 Limbah Ikan Patin 50 100 150 3 Limbah Ikan kembung 50 100 150 6.25 6.15 6.00 6.54 6.59 6.68 Berdasarkan pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa penilaian kadar ph pada pupuk cair dari limbah ikan mengalami penilaian yang berbeda, untuk pupuk cair yang berasal dari limbah ikan nila memiliki rata-rata ph 6,43; untuk yang berasal dari limbah ikan patin yaitu 6,13 dan untuk pupuk yang berasal dari limbah ikan kembung yaitu 6,60. Melihat dari fenomena data tersebut dapat diketahui bahwa dengan perbedaan limbah ikan yang dibuat pupuk cair mengalami perbedaan antar satu pupuk cair yang dihasilkan. Pupuk cair yang berasal dari limbah ikan kembung menunjukkan ph yang mendekati normal yakni 6,60. Sedangkan pupuk cair yang berasal dari limbah ikan memiliki ph yang lebih rendah 6,13. Perbedaan nilai ph ini disebabkan oleh jenis ikan yang berbeda yaitu jenis ikan air tawar dan air laut, kemudian kandungan komposisi kimianya yaitu untuk ikan patin memiliki kandungan lemak yang relative tinggi sehingga proses penguraian protein pada limbah ikan tersebut belum terurai secara sempurna. Pada ikan kembng termasuk jenis ikan laut yang memiliki kandungan lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan ikan nila dan patin (6-13% kadar lemaknya) 2014 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau 51

Perbedaan penilaian ph terhadap pupuk cair yang berasal dari limbah ikan yang berbeda ternyata juga memiliki kandungan unsur makro yang berbeda, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2. Berdasarkan kepada Tabel 2, ditunjukkan bahwa jumlah limbah ikan yang berbeda dalam pembuatan pupuk cair memberikan penilaian yang berbeda juga dalam kandungan unsur makro yang dimiliki. Pupuk cair dari limbha ikan yang berasal dari limbah ikan kembaung (ikan laut) memberikan penilaian kandungan unsur makro yang tertinggi, dibandingkan dengan limbah ikan yang berasal dari jenis ikan nila dan patin. Pemanfaatan jumlah limbah ikan yang digunakan memberikan perbedaan kandungan unsur makro, untuk limbah ikan nila, patin dan kembung dengan penggunaan 50, 100, dan 150 gram yng masingmasing dalam 1 liter air memberikan kandungan yang berbeda. Untuk jenis penggunaan limbah ikan sebesar 100 dan 150 gram dalam masing-masing 1 liter air ternyata memiliki kandungan unsur makro yang lebih tinggi dan memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh FAO. 2. Kadar N, P, K, Ca, dan Mg pupuk cair limbah ikan No perlakuan Jumlah (gram) N P K Ca Mg 1 Limbah Ikan Nila 50 11,3 7,8 5,7 3,2 3,8 100 13,2 9,4 9,1 6,6 5,2 150 16,8 12,6 11,8 8,6 7,5 2 Limbah Ikan Patin 50 10,9 7,1 6,2 4,1 4,7 100 12,8 8,8 8,6 6,1 5,8 150 14,2 10,6 9,2 7,5 5,9 3 Limbah Ikan kembung 50 10,7 8,7 7,3 5,4 5,9 100 17,2 14,9 10,5 7,8 7,1 150 21,4 17,6 13,8 10,2 9,6 FAO telah menetapkan kriteria dasar untuk pupuk jenis ini, yakni: kandungan unsur makro harus mempunyai nilai minimal N (12%), P (8%), dan K (6%) disamping kandungan unsur mikro seperti Ca, Fe, Mg, Cu, Zn, Mn, dan sebagainya (Anonim, 2011). Kandungan unsur makro yang dimiliki pupuk cair dari limbah ikan memiliki kandungan yang cukup penting untuk perkembangan dan pertumbuhan bagi tanaman. Ternyata penggunaan limbah ikan kembung memiliki kandungan yang cukup tinggi, dan yang terendah terdapat pada bagi tanaman. Sebaiknya penggunaan limbah ikan minimal penggunaan limbah ikan patin, hal ini disebabkan kandungan lemak yang bercampur dengan daging atau limbah masih tinggi, sehingga proses penguraian secara fermentasi belum terurai secara keseleuruhan atau ada dugaan protein dan lemak sulit terpisah karena tidk ditambahkan enzim yang sesuai terutama untuk pemisahan protein dan lemak. Hasil pupuk cair dari limbah ikan yang berbeda secara keseluruhan ternyata limbah ikan nila, patin dan kembung dapayt digunakan untuk pupuk cair organik digunakan diatas 100 gram dalam setiap 1 liter air untuk proses fermentasinya, 2014 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau 52

yang kemudian dengan kandungan unsur lainnya yang belum dideteksi maka perlu dilakukan pencairan lagi setelah pupuk cair sudah jadi. Untuk pencairan pupuk cair yang tepat dengan kandungan unsur makro yang sesuai dengan penggunaan pupuk cair dengan tanaman maka harus dilakukan penelitian lebih lanjut, sehingga diperoleh perbandingan pencairan antara pupuk cair hasil fermentasi dengan tambahan air sebelum dilakukan penggunaan pada tanaman. Karakteristik yang dimiliki oleh upuk cair yang dihasilkan dari penggunaan limbah ikan yang berbeda, ternyata juga memberikan hasil yang berbeda, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3. Berdasarkan kepada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa karakteristik yang dimiliki pupuk cair dari limbah ikan yang berbeda, memberikan karakteristik yang berbeda pada masingmasing pupuk cair yang dihasilkan. Pupuk cair yang dihasilkan dari limbah ikan nila memiliki karakteristik warna sedikit cerah sampai dengan warna gelap dan pekat. Pupuk cair yang dihasilkan dari limbah ikan patin memiliki karakteristik warna agak cerah, tidak pekat sampai dengan warna gelap, pekat dan sedikit berminyak. Pupuk cair yang dihasilkan dari limbah ikan kembung memiliki karakterisitik warna cerah dan cemerlang, tidak pekat sampai dengan warna agak gelap dan pekat, tetapi tidak berminyak. Tabel 3. Karakteristik pupuk cair dari limbah ikan No perlakuan Jumlah (gram) Uraian Karakteristik 1 Limbah Ikan Nila 50 Warna sedikit cerah, tidak pekat 100 Warna agak gelap, agak pekat 150 Warna gelap dan pekat 2 Limbah Ikan Patin 50 Warna agak cerah, tidak pekat 100 Warna agak gelap sedikit pekat 150 Warna gelap dan pekat, sedikit berminyak. 3 Limbah Ikan kembung 50 Warna cerah dan cemerlang, tidak pekat 100 Warna agak cerah dan cemerlang, sedikit pekat 150 Warna agak gelap dan pekat, tidak berminyak. Gambar 1. Penelitian pembuatan pupuk cair dari limbah ikan 2014 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau 53

Berdasarkan karakteristik pada pupuk cair yang dihasilkan maka pupuk cair yang beraal dari limbah ikan kembung merupakan hasil yang terbaik terutama pada penggunaan limbah ikan kembung 50 dan 100 gram dalam 1 liter air (proses fermentasi). Karakteristik lain yang dimiliki oleh pupuk cair dari limbah ikan yaitu selain unsur makro yang dimiliki, juga masih mengandung komponen gas yang diduga hasil penguraian dari penggunaan limbah bawang putih yang menghasilkan senyawa gas (metana), sehingga proses penghilangan gas ini belum optimal maka diperlukan upaya untuk perlakuan lainnya untuk menghilangkan gas yang dihasilkan dari penguraian penggunaan bawang putih. Bawang putih dalam hal ini digunakan sebagai senyawa anti bakteri dan jamur yang dapat memberikan manfaat tambahan jika dicampurkan dengan limbah ikan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemanfaatan limbah ikan yang dikombinasikan dengan limbah pertanian (bawang putih) memberikan hasil yang baik dalam kandungan unsur makro pupuk cair. Penggunaan limbah ikan untuk pupuk cair membutuhkan waktu fermentasi selama 7 hari sudah menghasilkan komponen unsur makro yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bagi tanaman. Hasil terbaik penggunaan limbah ikan sebagai pupuk cair terdapat pada penggunaan limbah ikan kembung yang dapat menghasilkan kandungan unsur makro yaitu N berkisar antara 10,7-21,4%; N berkisar 8,7-17,6%; K berkisar 7,3-13,8%; Ca berkisar 5,4-10,2% dan Mg berkisar 5,9-9,6%. Karakteristik yang dihasilkan adalah warna cerah dan cemerlang, tidak pekat sampai dengan warna agak gelap dan pekat, tetapi tidak berminyak. Saran Saran yang perlu dilakukan untuk lebih lanjut yaitu: proses pemurnian pupuk cair yang dihasilkan, perlakuan penghilangan komponen gas yang masih terdapat pada pupuk cair, dan perbandingan proses pencairan (pupuk cair dan tambahan air) sebelum dilakukan penerapan untuk tanaman. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Lembaga Penelitian Universitas Riau atas dukungan dana penelitian yang telah diberikan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Pemanfaatan Limbah Ikan Untuk Pupuk Organik. http://thegreentopia.blogspot.co m [19 Januari 2011] Bahar B. 2004. Memilih dan Menangani Produk Perikanan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Chaniago, Iswandi Anas. 2004. [Terhubung Berkala]. Pemanfaatan Pengolahan Ikan Sebagai Bahan Pupuk Organik Cair. http//lppm.ipb.ac.id/lppmipb/penelitian/ hasil/cari.php?buku&id_hasilit= HB/007.04/ANA/p. [23 Januari 2011] Irianto, HE,,Suparto, Murtini, J.T. dan Sunarya. 1995. Kandungan Asam Lemak Omega-3, Beberapa Jenis Ikan dan Produk Olahan Tradisional, di dalam Prosiding Widya Karya Nasional Khasiat Makanan Tradisional, Jakarta 9-11 Juni 1995, p. 176-2014 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau 54

181, Kantor Menteri Negara Urusan Pangan. Jakarta. Maimun MS. 2009. Pupuk Organik Sebagai Jembatan Menuju Pertanian Berkelanjutan. http: //www.ipb.ac.id [18 Januari 2011]. Nurhayati T. 2009. Fisiologi dan Degradasi Metabolit Hasil Perikanan. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor. 110 Hal. Suriardikarta, Didi Ardi, RDM, Simanungkalit. 2006. [Terhubung Berkala]. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Organik Fertilizer and Biofertilizer. http: //balitanah. Litbang.deptan.go.id/dokumenta si/junadis/pupuk%20organik.pdf. [23 Januari 2011]. 2014 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau 55