BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN SWAMEDIKASI DEMAM OLEH IBU DI DESA POJOK KIDUL KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH. Nurul Aida Fauziah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 : Tabel. Usia Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis

LAMPIRAN. Cumulative Percent Valid di bawah lidah di ketiak Total

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

BAB III METODE PENELITIAN

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) yaitu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah, 2011).

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

Lampiran 1. Surat Kesediaan menjadi Responden UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto,

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT INFLUENZA PADA MASYARAKAT KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

BAB I PENDAHULUAN. jamur, atau parasit (Djuwariyah, Sodikin, Yulistiani M; 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

Pemberdayaan Kader PKK dalam Penerapan DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang) Obat dengan Baik dan Benar

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Mahasiswa Aktif Jenjang Strata 1 (S1) Angkatan 2015

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

KUESIONER PENELITIAN. Berbasis Masyarakat di desa Ronga-Ronga kecamatan Gajah Putih

Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar. Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi.

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, tetapi juga oleh komunitas atau kelompok, bahkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempunyai kemampuan melakukan tugas fisiologis maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa program studi D III keperawatan, Fakultas ilmu

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 386/MEN.KES/SK/IV/1994, untuk

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Heru Sasongko, M.Sc.,Apt. 3/24/2015 Farmasi UNS

OLEH: IMA PUSPITA NIM:

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA. obat atau farmakoterapi. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEFENISI. Merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguangangguan. peradangan, infeksi dan kejang otot.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum TK Purwanida I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo secara administratif terdiri dari 2 RW dan 4 RT terdiri dari 187 KK. Desa Pojok Kidul memiliki potensi dalam sektor pertanian sehingga mayoritas masyarakat yang berdomisili di Desa Pojok Kidul bekerja sebagai petani. B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Responden dalam penelitian ini berjumlah 128 responden yang berdomisili di Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. dan dalam penelitian ini tidak ada responden yang dieksklusi. Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner dan wawancara kemudian ditabulasi dan dianalisis secara frekuensi dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil penelitian akan diperoleh data mengenai gambaran pengetahuan swamedikasi demam oleh ibu di Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. 1. Gambaran Karakteristik Responden a. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan karena semakin tingi tingkat pendidikan maka akan semakin cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa 29

30 (Herawati, 2001). Keterbatasan pendidikan juga dapat mempengaruhi pola hidup sehat seseorang (Saputri, 2015). Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir di Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo disajikan dalam Gambar 4. 12% 16% 46% 26% SD SMP SMA Perguruan Tinggi Gambar 4. Distribusi responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa dari 128 responden yang diteliti, tingkat pendidikan responden yang paling banyak berpendidikan SMA yaitu (46%) dan responden yang pendidikan paling sedikit yaitu SD (12%). Dari data diatas dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan masyarakat adalah SMA karena wilayah ini masih dikatakan desa. Hal ini juga dikarenakan masyarakat merasa bahwa biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi mahal dan masyarakat beranggapan bahwa lulusan SMA sederajat sudah dirasa cukup untuk mencari pekerjaan. b. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan dapat mempengaruhi pengetahuan karena pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya apabila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain.

31 Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak secara tidak langsung (Mubarak, 2007). Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo disajikan dalam Gambar 5. 39% 4% 15% 5% 5% 32% Pegawai Negeri Pegawai Swasta Pedagang Buruh IRT Guru Gambar 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan gambar 5, diketahui bahwa dari 128 responden yang diteliti, pekerjaan responden yang paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu (39%) dan pekerjaan responden paling sedikit sebagai guru (4%). Dari data diatas dapat dilihat bahwa mayoritas pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga. Hal ini dikarenakan sulitnya mencari pekerjaan yang dekat dengan rumah dan minimnya ketrampilan yang dimiliki sehingga setelah menikah responden memilih untuk menjadi ibu rumah tangga mengurus keluarga mereka. 2. Gambaran Pengetahuan Swamedikasi Demam Oleh Ibu Gambaran pengetahuan swamedikasi demam oleh ibu di Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo di ukur dengan 17 pertanyaan

32 yang diberikan. Kuesioner yang dibuat menggunakan dasar dari Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (1996) tentang swamedikasi dan Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (2008) dalam peningkatan pengetahuan dan ketrampilan memilih obat bagi kader.bentuk pertanyaan adalah pertanyaan terbuka. Rincian topik pertanyaan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Topik Pertannyaan pada Kuesioner Indikator No. Item Pertanyaan Informasi tambahan 1, 2 Ketepatan diagnosis 3, 6, 4, 5,7,8 Ketepatan pemilihan obat 9 Tempat pembelian obat 10 Pemilihan bentuk sediaan obat 11 Ketepatan dosis 12, 14 Ketepatan cara pemberian 13, 15 Lama pengobatan terbatas 16 Ketepatan penyimpanan obat 17 a. Usia Pasien yang Mendapat Swamedikasi Demam Usia yang mendapat swamedikasi demam disajikan dalam Gambar 6. Berdasarkan Gambar 6, usia yang paling banyak mendapat swamedikasi adalah usia 26-35 tahun yaitu (27%) dan usia yang paling sedikit mendapat swamedikasi demam adalah usia 0-5 tahun (4%).

33 27% 12% 4% 23% 0-5 tahun 6-11 tahun 12-16 tahun 17-25 tahun 23% 11% 26-35 tahun 36-45 tahun Gambar 6. Usia Pasien yang Mendapatkan Swamedikasi Demam Data diatas dapat dilihat bahwa mayoritas yang mendapat swamedikasi demam adalah masa dewasa awal dan yang paling sedikit melakukan swamedikasi demam adalah masa balita. Hal ini dikarenakan rentan usia 26-35 tahun termasuk ke dalam kategori usia prima (Indriyanti, Lisna, Ayuni, Tusiant & Risyanto,2007) sehingga swamedikasi dipilih untuk mengatasi penyakit ringan yang dialami di sela-sela aktivitasnya karena obat bebas mudah untuk diperoleh (Hermawati, 2012). b. Ketepatan Diagnosis Menurut Kemenkes RI, 2011 dalam Penggunaan Obat Rasional pada aspek ketepatan diagnosa disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat dapat mengalami kekeliruan. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya. Pertanyaan yang diberikan untuk mengetahui ketepatan diagnosis responden seperti: gejala yang biasa dirasakan, cara

34 mengukur suhu tubuh dan alat bantu yang digunakan dan hal apa yang dilakukan ketika sedang mengalami demam. Pada pertanyaan bagaimana responden mengetahui apabila sedang mengalami demam, (100%) responden menjawab jika suhu tubuh naik. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997 demam merupakan suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya atau diatas 37 C. Timbulnya demam dapat disebabkan oleh infeksi atau non-infeksi. Penyebab demam infeksi, antara lain disebabkan oleh kuman, virus, parasit, atau mikroorganisme lain. Penyebab demam non-infeksi, diantaranya adalah karena dehidrasi, trauma, alergi, dan penyakit keganasan atau kanker (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997). Cara yang dilakukan responden untuk mengukur suhu tubuh responden menggunakan alat bantu termometer atau hanya meletakkan tangan pada kening (indera peraba) persentasenya dapat dilihat pada Gambar 7. 0% 0% 69% 31% menggunakan termometer meletakkan tangan pada kening Gambar 7. Cara Mengukur Suhu Tubuh

35 Sebanyak 69% responden mengukur suhu tubuh hanya meletakkan tangan pada kening dan 31% menggunakan termometer. Menurut Davie A & Amoore J, 2010 penggunaan termometer lebih disarankan untuk pembacaan suhu tubuh karena akan lebih tepat dan memberikan informasi yang akurat tentang suhu tubuh daripada hanya menggunakan indera peraba yang bersifat subjektif. Responden yang memilih menggunakan termometer sebagai alat bantu untuk mengukur suhu tubuh 100% memilih bagian ketiak untuk mengukur suhu tubuh. Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007 petunjuk penggunaan termometer sebagai berikut: 1) Kocok termometer sebelum mengukur sampai air raksa turun di bawah tanda 35 C. 2) Termometer diletakkan di bawah lidah selama satu menit atau di bawah lipatan lengan (ketiak) selama 4 menit pada orang dewasa dan anak-anak. Suhu normal dibawah lipatan lengan (ketiak) adalah 36,5 C. Untuk mendapatkan suhu yang setara dengan suhu mulut, tambahkan 0,5 C pada suhu yang terbaca. 3) Cuci termometer sebelum dan sesudah dipakai. Gejala yang paling banyak dirasakan dapat dilihat pada Gambar 8.

36 13% 13% 28% 5% 41% pusing pilek pusing,pilek pilek,batuk pusing,pilek,batuk Gambar 8. Gejala yang Banyak Dirasakan Berdasarkan Gambar 8 gejala yang paling banyak dirasakan bahwa mayoritas merasakan pusing yaitu sebesar 41% ketika sedang mengalami demam. Apabila mengalami gejala seperti demam, menggigil, batuk, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, malaise parah (rasa tidak enak badan), sakit tenggorokan, dan hidung berair gejala tersebut merupakan gejala dari flu (WHO, 2009). Untuk menangani demam dan gejala yang dirasakan responden dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu memeriksakan diri ke dokter, memilih menggunakan terapi farmakologi dan non farmakologi persentasenya dapat dilihat pada Gambar 9. 0% 9% minum Obat 26% Kompres, Minum Obat 65% Periksa Dokter, Minum Obat Gambar 9. Hal yang Dilakukan Ketika Mengalami Demam

37 Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa mayoritas memilih langsung meminum obat yaitu sebesar (65%) dan melakukan pendampingan dengan terapi non farmakologi sebesar (26%). Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007 hal yang dapat dilakukan ketika mengalami demam yaitu: 1) Istirahat yang cukup. 2) Minum air yang banyak. 3) Usahakan makan seperti biasa, meskipun nafsu makan berkurang. 4) Periksa suhu dengan termometer. 5) Kompres dengan air hangat. 6) Minum obat penurun panas jika perlu. 7) Hubungi dokter bila suhu sangat tinggi (diatas 38 C), terutama pada anak-anak. Responden yang memilih melakukan pendampingan terapi non farmakologi yaitu melakukan pengompresan saat demam persentasenya dapat dilihat pada Gambar 10. 0% 0% 48% 52% Mengompres menggunakan air es Mengompres menggunakan air hangat Gambar 10. Cara Penggunaan Kompres yang Benar Ketika Demam

38 Berdasarkan Gambar 10 responden yang melakukan pendampingan terapi non farmakologi yaitu dengan melakukan pengompresan mayoritas memilih menggunakan air es untuk mengompres yaitu sebesar 52%. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2014) tentang penangan demam, pengompresan saat demam lebih dianjurkan menggunakan air daripada menggunakan alkohol. Air yang disarankan untuk digunakan saat pengompresan adalah air hangat dibandingkan dengan air dingin karena dapat meningkatkan pusat pengaturan suhu hipotalamus yang mengakibatkan badan menggigil sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh. Kompres dingin juga mengakibatkan pembuluh darah mengecil yang dapat meningkatkan suhu tubuh. Kompres diperlukan ketika suhu tubuh meningkat lebih dari 40 C ketika tidak dapat merespon obat penurun panas. Obat penurun panas terlebih dahulu diberikan untuk menurunkan kenaikan suhu pada pusat pengatur suhu di susunan saraf otak bagian hipotalamus kemudian dilanjutkan dengan kompres air hangat. c. Ketepatan Pemilihan Obat Menurut Kemenkes RI, 2011 dalam Buku Panduan tentang Penggunaan Obat Rasional ketepatan pemilihan obat adalah keputusan untuk melakukan upaya terapi yang diambil setelah dilakukannya diagnosa dengan benar. Obat yang dipilih harus

39 memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit. Pemilihan Obat yang digunakan untuk meredakan demam oleh ibu di Desa Pojok Kidul persentasenya dapat dilihat pada Gambar 11. 5% 10% 9% 10% 10% 2% parasetamol bodrexin 19% sanmol bodrex sanaflu 20% ultraflu procold intunal f 7% paramex 8% Inza Gambar 11. Pemilihan Obat Untuk Mengobati Demam Berdasarkan Gambar 11 diketahui bahwa 53% responden memilih obat yang mengandung kombinasi dengan contoh obat Bodrex, Sanaflu, Ultraflu, Procold, Intunal f, Paramex dan Inza. Obat yang dipilih mayoritas dalam bentuk kandungan kombinasi karena gejala yang dialami tidak hanya demam saja gejala yang juga dirasakan seperti pilek dan batuk sehingga obat dengan isi kombinasi lebih dipilih. Obat yang banyak digunakan untuk mengatasi demam adalah obat bebas. Menurut Depkes, 2008 obat yang boleh digunakan untuk swamedikasi adalah obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek. Obat yang digunakan oleh pasien adalah sebagai berikut: 1) Parasetamol dan sanmol hanya mengandung bahan aktif parasetamol saja. Indikasinya untuk mengurangi rasa sakit

40 kepala, sakit gigi dan menurunkan panas. Cara mengkonsumsi obat ini adalah dengan diminum tiga hingga empat kali sehari setelah makan. 2) Bodrexin mengandung asetosal 80mg, indikasinya untuk menurunkan demam dan meringankan rasa nyeri pada anakanak. Cara mengkonsumsi obat ini adalah dengan diminum tiga hingga empat kali sehari setelah makan. 3) Bodrex mengandung parasetamol dan kafein, indikasinya untuk meringankan sakit kepala, pusing, pening berat, sakit gigi dan menurunkan demam. Cara mengkonsumsi obat ini adalah dengan diminum tiga hingga empat kali sehari setelah makan. 4) Sanaflu mengandung parasetamol dan fenilpropanolamin, indikasinya untuk meringankan gejala flu. Cara mengkonsumsi obat ini adalah dengan diminum tiga hingga empat kali sehari setelah makan. 5) Ultraflu, procold dan Inza mengandung parasetamol, fenilpropanolamin HCl dan Chlorpheniramine maleat, indikasinya untuk meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin. Cara mengkonsumsi obat ini adalah dengan diminum tiga hingga empat kali sehari setelah makan.

41 6) Intunal F mengandung parasetamol, fenilefrin HCL, deksklorofeniramin maleat, dekstrometrofan, gliserin guaikolat. Indikasinya untuk demam flu dan sakit kepala. Cara mengkonsumsi obat ini adalah dengan diminum tiga hingga empat kali sehari setelah makan. d. Tempat Pembelian Obat Tempat memperoleh obat demam yang dilakukan oleh responden di sajikan pada Gambar 12. 6% 12% 27% 55% Warung Apotek Sisa Obat Sebelumnya Supermarket Gambar 12. Tempat Pembelian Obat Berdasarkan Gambar 12 responden paling banyak memperoleh obat untuk melakukan swamedikasi adalah di warung yaitu (55%). Dari data di atas diketahui bahwa masyarakat lebih memilih membeli obat di warung karena warung lebih mudah dijangkau dari rumah dan harga obat yang yang dijual di warung dianggap lebih murah daripada di apotek. Di Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter masih jarang terdapat apotek dan harus menempuh jarak yang jauh untuk mendapatkan apotek. Menurut data Dinas Kabupaten Sukoharjo (2016) apotek yang terdapat di wilayah Kecamatan

42 Nguter ada 7 apotek dapat dilihat pada lampiran 4 dan jarak yang harus ditempuh dari Desa Pojok Kidul ke apotek yang terdekat kurang lebih 7 kilometer. Jarak dapat mempengaruhi frekuensi kunjungan ke tempat pengobatan, makin dekat tempat tinggal dari tempat pengobatan makin besar jumlah kunjungan ke tempat pengobatan tersebut, begitu pula sebaliknya, makin jauh jarak rumah dari tempat pengobatan maka makin kecil pula jumlah kunjungan ke tempat pengobatan tersebut. Hal ini dapat dipahami karena semakin jauh tempat tinggal dari tempat pengobatan maka akan semakin mahal (Mariyonodkk, 2005). Menurut Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional, 2008 masyarakat lebih disarankan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan obat dari rumah sakit, puskesmas atau membeli obat sendiri di apotek atau toko obat yang berizin. Sehingga pada waktu menerima obat masyarakat mendapatakan informasi mengenai jenis dan jumlah obat, kemasan obat, kadaluarsa obat dan kesesuaian etiket meliputi nama, tanggal dan aturan pakai dari petugas kesehatan. e. Pemilihan Bentuk Sediaan Obat Swamedikasi demam oleh ibu di Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo menggunakan bentuk sedian tablet dan sirup disajikan pada Gambar 13.

43 8% 0% tablet sirup 92% Gambar 13. Pemilihan Bentuk Sediaan Obat Berdasarkan Gambar 13 bentuk sediaan obat yang paling banyak dipilih adalah bentuk tablet yaitu sebesar 92%. Menurut Murini, 2013 bentuk sediaan obat diperlukan agar penggunaan senyawa obat/zat berkhasiat dalam farmakoterapi dapat digunakan secara aman, efisien dan memberikan efek yang optimal. Dalam pemilihan bentuk sediaan obat yang perlu diperhatikan adalah sifat bahan obat, sifat sediaan obat, kondisi penderita, kondisi penyakit dan harga. f. Ketepatan Dosis Menurut Kemenkes RI, 2011 dalam Buku Panduan tentang Penggunaan Obat Rasional dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan akan beresiko menimbulkan efek samping. Sebaliknya apabila dosis yang diberikan terlalu kecil efek terapi yang diinginkan tidak tercapai.

44 Ibu menggunakan takaran untuk obat sirup dengan sendok dalam kemasan obat sirup dan sendok makan rumah tangga persetasenya dapat dilihat pada Gambar 14. 60% 40% sendok dalam kemasan obat sirup sendok makan Gambar 14. Sendok Takar yang Digunakan Untuk Obat Sirup Berdasarkan pada gambar 14 responden yang menggunakan bentuk sediaan obat sirup sebanyak 60% responden menggunakan sendok makan untuk minum obat. Pada dosis untuk obat sirup pengetahuan responden masih kurang karena lebih banyaknya responden yang memilih menggunakan sendok makan untuk meminum obat dalam bentuk sediaan sirup. Menurut Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional, 2008 jika minum obat dalam bentuk larutan atau cairan sebaiknya tidak menggunakan sendok rumah tangga, karena ukuran sendok rumah tangga tidak sesuai dengan ukuran dosis. Dosis untuk obat tablet Ibu di Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter menggunakan sediaan obat tablet prosetasenya dapat dilihat pada Gambar 15.

45 13% 3-4x sehari 1 tablet 2x sehari 1 tablet 87% Gambar 15. Aturan Pakai Obat Untuk Mengobati Demam Pada gambar 15 responden yang memilih bentuk sediaan tablet 87% responden memilih tiga hingga empat kali sehari 1 tablet untuk aturan pakai minum obat dalam meredakan demam dan gejala yang dirasakan. Dosis pemakaian obat penurun panas untuk dewasa umumnya adalah tiga hingga empat kali sehari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Sebaiknya obat penurun panas tidak diminum bersamaan dengan obat flu karena umumnya obat flu sudah mengandung obat tersebut (Hermawati, 2012). Pemberian informasi dan edukasi mengenai informasi dosis tetap harus diperhatikan karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai dosis masih rendah (Sharma, Verma & kapoor, 2005; Supardi & Notosiswoyo, 2006). g. Ketepatan Cara Pemberian Menurut Kemenkes, 2011 dalam penggunaan obat rasional penentuan cara dan waktu pemberian obat yang tepat bertujuan untuk

46 mendapatkan efek yang optimal, efesk samping minimal dan tidak mengganggu kebiasaan penderita. Cara minum obat tablet yang dilakukan oleh Ibu di Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter dengan ditelan dan dihisap prosentasenya dapat dilihat pada Gambar 16. 18% ditelan dihisap 82% Gambar 16. Cara Meminum Obat Bentuk Sediaan Tablet Berdasarkan Gambar 16 responden yang menggunakan obat dalam bentuk sediaan tablet 82% responden meminum dengan cara ditelan. Waktu meminum obat untuk mengobati demam 100% meminumnya setelah makan. Menurut Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional, 2008 informasi mengenai cara minum obat dan waktu minum obat dapat dilihat pada informasi yang tertera pada etiket atau brosur obat maka responden diharapkan membaca etiket atau brosur obat terlebih dahulu. h. Lama Pengobatan Terbatas Pada pertanyaan hal apa yang dilakukan apabila dalam waktu lebih dari tiga hari demam belum sembuh 100% responden menjawab berhenti minum obat dan memeriksakan diri ke dokter apabila dalam

47 waktu lebih dari tiga hari setelah minum obat ternyata demam masih belum sembuh. Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007 tentang pedoman penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas kapan harus ke dokter: 1) Bila seorang bayi menderita panas. 2) Bila demam lebih dari 39 C (pada anak-anak 38,5 ) dan tidak turun dengan parasetamol atau kompres. 3) Bila demam tidak kurang setelah dua hari. 4) Bila demam disertai dengan kaku leher. 5) Bila demam disertai gejala lain yang berkaitan dengan demam seperti: ruam kulit, sakit tenggorokan berat, batuk dengan dahak warna hijau, sakit telinga, sakit perut, diare, sakit bila buang air kecil, bintik-bintik merah pada kulit, kejang dan pingsan. 6) Bila terjadi demam setelah melahirkan atau keguguran. i. Ketepatan Penyimpanan Obat Penyimpanan obat yang dilakukan oleh ibu di Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter ibu memilih menyimpan obat dalam dalam kemasan aslinya dan ada beberapa yang juga menyimpan dalam kulkas persentasenya dapat dilihat pada Gambar 17.

48 3% menyimpan dalam kemasan aslinya 97% menyimpan dalam kemasan aslinya, kulkas Gambar 17. Cara Menyimpan Obat Di Rumah Berdasarkan Gambar 17 dapat dilihat 97% responden menyimpan obat dalam kemasan aslinya dan 3% responden juga menyimpan dalam kulkas. Obat yang juga disimpan dalam kulkas adalah obat sirup. Beberapa obat terkadang perlu disimpan dalam suhu yang lebih dingin, misal ditempatkan di dalam kulkas/lemari es, untuk itu tanyakan apoteker tentang cara penyimpanan obat tersebut dan ada baiknya responden memiliki tempat khusus untuk penyimpanan obat yang memenuhi persyaratan tempat penyimpanan obat rumah tangga yang baik dan benar. Menurut Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional, 2008 cara penyimpanan obat pada rumah tangga sebagai berikut: 1) Jauhkan dari jangkauan anak-anak. 2) Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat. 3) Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung atau ikuti aturan yang tertera pada kemasan.

49 4) Jangan simpan obat dalam freezer karena suhu yang terlampau dingin akan merusak stabilitas obat sehingga obat tidak dapat digunakan lagi. 5) Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak sediaan obat. 6) Jangan simpan obat yang telah kadaluarsa.