BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang YB. Mangunwijaya (Alm)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh akuntan publik menjadi kebutuhan utama sebelum para pengambil kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada beberapa dekade terakhir telah banyak penelitian dan. perdebatan panjang yang terjadi dalam masyarakat mengenai gender dalam

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh diskriminasi secara struktural dan kelembagaan. Di sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Karir sebagai akuntan publik merupakan profesi yang menarik untuk dipilih,

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

KUESIONER ANALISIS PERBEDAAN KINERJA AUDITOR DILIHAT DARI SEGI GENDER PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAKARTA. Diajukan Oleh: Nama : Tedi Setiawan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa

PENGARUH PENERIMAAN,PERLAKUAN,KOMITMEN DAN MASA KERJA TERHADAP KARIR AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan audit serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan yang diraih oleh perusahaan tentunya tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) merupakan jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Gambar Umum Struktur Organisasi KAP. Partner

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan wanita dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan fenomena

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Dengan ini saya mengharapkan bantuan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner terlampir sesuai dengan persepsi Bapak//Ibu/Saudara sekalian.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar untuk memilih jurusan. Baik itu berasal dari diri

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Kantor Akuntan Publik menjadi sukses. Sebaliknya jika SDM. terutama pada era persaingan yang semakin kompetitif ini.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Kepuasan itu terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: Permohonan Menjadi Responden. : Mahasiswi Universitas Katolik Soegijapranata

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

BAB I PENDAHULUAN. apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. serta biaya baru dalam merekrut karyawan baru.

BAB I PENDAHULUAN. kepada kliennya. Jasa yang diberikan oleh akuntan publik bisa diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2015 PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KEINGINAN BERPINDAH AUDITOR DENGAN KINERJA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB IV HASIL PENELITIAN. IV.1 Penetapan Kebijakan Dan Prosedur Pengendalian Mutu

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha yang semakin berkembang pada era globalisasi ini telah membuka

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang

67 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. persaingan. Diversitas ditempat kerja tersebut mengarahkan pada perbedaan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan dalam usaha mencapai tujuan nasional. Berbagai isu aktual

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK BAGI MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI (Survei di UNS, UMS, dan STIE SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya jaman dan arus globalisasi membuat tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari sumber daya yang

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

BAB I PENDAHULUAN. mesin, metode, dan informasi. Keenam poin ini saling terintegrasi dan membantu

BAB I PENDAHULUAN. publik untuk pengambilan keputusan ekonomi. Profesi akuntan publik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan keunggulan kompetitif yang dapat menjamin kelangsungan usaha klien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penjelasan Wikipedia Bahasa Indonesia (2015) menyatakan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun non-profit semakin meningkat (Sari, 2009). Hal ini secara tidak langsung

UNIKA Soegijapranata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perusahaan go public di Indonesia berkembang dengan sangat cepat, hal

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. Profil responden disajikan untuk memberikan gambaran dan juga analisa

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja, kesempatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan akuntansi di Indonesia sudah cukup lama diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) saat ini berkembang sangat

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 59

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya manusia dalam perusahaan harus dikelola dengan baik sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui

AUDIT MANAJEMEN UNTUK MENILAI EFEKTIVITAS FUNGSI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PDAM KABUPATEN SITUBONDO SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya, kepuasan kerja juga merupakan seperangkat perasaan pegawai

Bab l. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi pemrosesan data telah mengalami perkembangan

Pertanyaan. Pertanyaan ini berhubungan dengan prosedur audit. (Sumber : Weningtyas, 2006 ) Tidak. selalu. Pernah. kadang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. profit ataupun sosial dituntut harus dapat melakukan peningkatan kualitas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam perkembangan dan kemajuan dunia binis. Akuntan bukan hanya sekedar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah penulis meneliti, memahami, dan menganalisis mengenai usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan

Bab 5 Analisis 5.1. Analisis Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Karyawan Analisis Kebutuhan Yang Telah Terpenuhi Kebutuhan Fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

BAB I PENDAHULUAN. dan hal itu berlawanan dengan produktivitas, efisiensi, dan laba (Larkin,1995).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia dewasa ini jumlah wanita yang memiliki pekerjaan diluar rumah semakin meningkat, hampir 40,6% pendatang baru dalam dunia kerja antara tahun 1996 dan 2006 adalah kaum perempuan. Fenomena ini menyadarkan kita bahwa peran dan kontribusi wanita cukuplah berarti karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa kaum perempuan merupakan penyumbang tenaga kerja paling banyak baik disektor formal maupun informal. Menurut budayawan YB. Mangunwijaya (Alm) menyatakan bahwa peran wanita tidak dapat diabaikan, walaupun pada bidang-bidang tertentu wanita tidak atau belum diizinkan memegang langsung, secara operasional justru wanita yang jadi penggerak. Namun disisi lain kita tidak dapat menutup mata akan adanya masalah yang berkaitan dengan diskriminasi gender yang dialami perempuan pada pekerjaanya. Jika dilihat lebih dalam lagi, kondisi kerja yang dialami kaum perempuan sampai sekarang masih belum sepenuhnya disertai dengan perlakuan emansipasitoris. Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan karena jumlah wanita yang bekerja di Indonesia sangat besar namun kesempatan untuk menduduki posisi yang tinggi menjadi terhalang karena adanya diskriminasi gender tersebut. Berikut disajikan beberapa contoh yang menurut penulis terkait dengan gender, adalah sebagai berikut: a. Seorang calon karyawati telah diterima menjadi karyawan suatu perusahaan untuk menduduki posisi sebagai sekretaris direksi. Pada saat ia akan menandatangani kontrak kerjanya, ia begitu terkejut ketika ia diharuskan untuk melepaskan jilbabnya jika ia ingin menjadi sekretaris di perusahaan tersebut, dengan alasan penampilan dan efektivitas. b. Dalam suatu keluarga yang memiliki anak laki-laki dan perempuan. Ketika mereka ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Sang ayah mengatakan kepada anak laki-lakinya bahwa ia diperbolehkan untuk melanjutkan keperguruan tinggi, sementara kepada anak perempuannya sang ayah mengatakan bahwa ia

tidak perlu melanjutkan pendidikannya lebih baik membantu keluarga saja dirumah. Peristiwa ini merupakan pameo yang hingga saat ini masih ada pada masyarakat kita. c. Ketika perusahaan harus menyelesaikan suatu pekerjaan di luar kota, pimpinan dihadapkan pada dua pilihan untuk memilih pegawai mana yang harus diberikan tugas tersebut. Sementara pegawai yang memiliki kemampuan dan keahlian untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut ada dua orang yaitu pegawai laki-laki dan perempuan. Perusahaan akan cenderung memberikan tugas tersebut kepada pegawai laki-laki dengan alasan efisiensi. d. Seorang yang supir angkutan umum yang terkena tilang oleh seorang polisi laki-laki, merasa tidak terlalu khawatir akan ditilang karena dapat diselesaikan dengan jalan kekeluargaan (sogokan). Sementara jika yang melakukan tilang kepada mereka adalah seorang polisi wanita maka supir angkutan tersebut akan cukup khawatir karena menurut mereka polwan tidak mudah diajak bekerjasama. e. Dikota jakarta terdapat wanita yang bekerja sebagai supir taksi, kernet angkutan umum, tukang ojek bahkan menjadi kuli bangunan. Akan tetapi banyak diantara mereka yang mendapatkan perlakuan yang tidak/kurang sopan dari penumpang, bahkan cemoohan dari masyarakat karena pekerjaannya tersebut. Dari lima contoh di atas dapat ditarik arti, bahwa sebenarnya wanita memliki kemampuan yang sama baiknya dengan laki-laki namun tetap saja terdapat perbedaan dalam hal penghargaan atau balas jasa yang diterimanya setelah menjalankan pekerjaannya itu. Hal ini dibuktikan pada contoh d dan e dimana cukup banyak pekerjaan yang identik dengan laki-laki ternyata dapat juga dilakukan oleh perempuan sama baiknya bahkan jauh lebih baik dari laki-laki. Tetapi jika melihat contoh a, b, dan c kita dapat melihat bahwa walaupun kemampuan perempuan itu sudah dapat disejajarkan dengan laki-laki, tetap saja perempuan selalu menjadi orang kedua setelah laki-laki yang menganggap diri mereka lebih hebat, kuat dan kompeten. Selain itu dari kelima contoh di atas

tersebut dapat diketahui bahwa ternyata tingkat kepuasan kerja yang dimiliki oleh wanita-wanita tersebut cukup rendah dikarenakan adanya diskriminasi gender. Menurut Kretner dan Kinicki (2005:51) yang diterjemahkan oleh Erly Suandy diungkapkan: Berdasarkan hasil survei menyatakan bahwa 46% kaum perempuan memasuki dunia kerja pada tahun 1996 dan diperkirkan akan meningkat menjadi 47% pada tahun 2006. Selain itu survei lain menunjukan bahwa 44,1% kaum perempuan akan meninggalkan angkatan kerja dan kaum pria menduduki posisi terbesar dalam masa pensiun. Selain itu mereka mengatakan bahwa kaum perempuan dalam pekerjaannya menghadapi langit-langit kaca (glass ceiling) yang menunjukan batas tak tampak yang memisahkan perempuan dan kaum minoritas dalam mencapai posisi puncak manajemen. Hal tersebut dapat mengurangi motivasi karyawan karena dapat melihat posisi yang mereka dambakan, yaitu posisi lewat langit-langit yang transparan namun mereka tidak dapat mencapainya. Sementara itu bidang akuntan publik yang merupakan salah satu bidang yang terkait dengan banyak disiplin ilmu sosial tentunya akan sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut (gender). Di dunia akuntan publik kita dapat menyaksikan semakin banyak wanita yang bekerja sebagai akuntan publik namun walaupun begitu bukan berarti mereka tidak tersentuh oleh masalah diskriminasi gender. Salah satu contoh akibat adanya diskriminasi gender di KAP adalah berkaitan dengan kepuasan kerja auditor, dimana KAP merupakan salah satu organisasi yang memiliki tingkat turnover yang tinggi. Fenomena yang banyak terjadi adalah staf auditor mengundurkan diri pada saat masa kerjanya yang hanya baru beberapa tahun atau masih dalam tingkatan junior maupun senior auditor. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Walkup dan Fenzau (1989:71), Ditemukan bahwa 41% responden yang mereka teliti, yaitu para akuntan publik wanita meninggalkan karir mereka karena adanya bentuk-bentuk diskriminasi yang mereka rasakan. bahwa: Sedangkan menurut Sunaryo (1997:1) dalam seminarnya mengatakan

Di Indonesia sendiri, masuknya wanita di pasar kerja saat ini menunjukan jumlah yang semakin besar. Sementara itu menurut Hasibuan (1996:87), mengatakan bahwa: Meskipun jumlah wanita karir meningkat secara signifikan, adanya diskriminasi terhadap wanita tetap menjadi suatu masalah yang cukup besar. Adanya pendapat bahwa ketidakberhasilan wanita yang bekerja di KAP untuk dapat mencapai kedudukan tinggi maupun adanya turnover yang lebih tinggi, merupakan sebagai akibat pilihan pribadi dan pendapat bahwa lingkungan kerja akuntan publik menimbulkan banyak kesulitan bagi wanita, tidak bisa dihindari begitu saja kebenarannya. Misalnya saja beban kerja yang besar seperti bekerja berjam-jam maupun adanya pekerjaan diluar kota, akan mempersulit karyawan wanita terutama yang telah berkeluarga. Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan anggapan bahwa tidak berkembangnya karir Akuntan publik wanita adalah akibat pilihannya sendiri. Padahal walaupun lebih banyak wanita yang keluar dari KAP, jumlah itu diimbangi dengan bertambahnya jumlah wanita yang dipromosikan menjadi senior. Akan tetapi seiring dengan waktu, jumlah wanita yang di promosikan ke posisi yang lebih tinggi menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan hanya sedikit yang dipromosikan dan sedikit pula yang mampu bertahan dan dapat meraih posisi yang tinggi. Ketika diambil keputusan untuk promosi jabatan yang lebih tinggi, kualitas yang dicari adalah sangat cakap, tegas dan bisa memimpin. Jika yang mengambil keputusan promosi adalah laki-laki biasanya akan memungkinkan salah menafsirkan cara berbicara perempuan sebagai ketidaktegasan, ketidakmampuan untuk menjalankan kekuasaan dan bahkan tidak kompeten. Adapun hal lain yang juga mempengaruhi masalah gender pada KAP adalah bahwa akuntan publik wanita mungkin saja menjadi subjek bias negatif tempat bekerja sebagai konsekuensi atas anggapan bahwa akuntan publik adalah

profesi bagi kaum pria, sehingga setiap pekerjaan yang dilakukan pria selalu memproleh apresiasi yang lebih baik daripada terhadap hasil pekerjaan yang dilakukan wanita. Sementara karena rendahnya apresiasi atau penghargaan tadi membuat tingkat kepuasan kerja mereka rendah dan lebih memilih untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain yang dapat memberikan tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi promosi adalah penilaian kinerja, sebab salah satu tujuan dari diadakannya evaluasi kinerja adalah untuk melihat apakah seseorang itu dapat cukup berprestasi atau tidak untuk naik jabatan. Namun karena kantor akuntan adalah suatu lingkungan kerja yang didominasi laki-laki maka bisa saja terjadi bias negatif dimana perempuan memiliki halangan secara tidak langsung sehingga kepuasan kerja mereka pun cenderung rendah. Penelitian mengenai perbedaaan kinerja wanita dan pria pada Kantor Akuntan Publik, sebelumnya telah dilakukan oleh Samekto (1999) dan Larkin (1990) hasilnya menunjukan bahwa: Menurut Samekto (1999:40) menyatakan: Ada kesetaraan motivasi, komitmen organisasi dan profesi, dan kemampuan kerjasama antara auditor pria dan wanita. Sedangkan untuk kepuasan kerja menunjukan adanya perbedaan antara auditor pria dan wanita. Sedangkan menurut Larkin (1990:20) mengemukakan bahwa: Gender mimiliki hubungan yang kuat dengan penilaian kinerja pada kepuasan kerja. Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan maupun kesetaraan akibat perilaku gender yang sifatnya tidak berlaku secara mutlak pada semua indikator, namun untuk indikator kepuasan kerja keduanya menunjukan hasil yang sama yaitu terdapat perbedaan tingkat kepuasan kerja yang dipengaruhi oleh gender.

Maka dari itu merujuk pada hasil penelitian tersebut dan juga fenomena yang terjadi di tempat penelitian akan berlangsung dimana hanya sedikit jumlah perempuan yang berada pada posisi partner, peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai tingkat kepuasan kerja wanita di dunia Akuntan Publik khususnya di Bandung,. Dengan melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Gender terhadap Kepuasan Kerja Auditor. 1.2 Identifikasi Masalah Yang menjadi permasalahannya adalah apakah terdapat perbedaan kepuasan kerja antara auditor pria dan wanita yang diakibatkan oleh gender pada Kantor Akuntan Publik di Bandung tahun 2007. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa seberapa besar perbedaan gender dapat mempengaruhi kepuasan kerja seorang auditor. Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kepuasan kerja antara auditor pria dan wanita pada Kantor Akuntan Publik di Bandung. 2. Untuk mengetahi pengaruh gender terhadap kepuasan kerja auditor. 1.4 Kegunaan Penelitian Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan memberikan gambaran secara nyata mengenai bagaimana mekanisme yang terjadi di dunia kerja dan kesempatan berkarir di dunia Akuntan Publik. Bagi KAP Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan mengenai bagaimana tindak lanjut dari keberadaan diskriminasi yang mungkin terjadi di KAP, dan dapat dijadikan masukan dalam mengelola sumber daya manusianya.

Bagi Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih spesifik mengenai hal-hal yang berkaitan. 1.5 Kerangka Pemikiran Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia memiliki 28 Kantor Akuntan Publik, dimana wanita yang menjabat sebagai partner hanya sejumlah sembilan orang saja dari 41 orang partner. Fenomena ini secara umum disebabkan karena adanya pendapat masyarakat yang beranggapan bahwa wanita tidak sejajar dengan pria dalam hal apapun, adanya perbedaan yang mendasar menyangkut jenis kelamin yang sifatnya tidak dapat diganggu gugat, kenyataan bahwa banyak wanita yang mampu berkarir hingga menduduki posisi yang tinggi di berbagai bidang pekerjaan temasuk pada profesi Akuntan Publik, kenyataan bahwa walaupun kemampuan wanita sudah dapat diakui dan disejajarkan dengan pria dalam hal kinerja, tetap saja masih terdapat diskriminasi didalamnya yang menyebabkan karirnya menjadi terhenti khususnya pda profesi Akuntan Publik. Jika berbicara tentang gender berarti terkait dengan kesetaraan sosial antara pria dan wanita yang didasarkan kepada pengakuan bahwa terdapat ketidaksetaraan gender yang disebabkan oleh diskriminasi struktural dan kelembagaan. Seperti telah kita sadari bahwa perbedaan dasar yang menyangkut jenis kelamin ini tidak dapat diganggu gugat. (misalnya secara biologis wanita mengandung). Selain itu didalam masyarakat kita pun, sebagian besar beranggapan bahwa wanita itu tidak mungkin sejajar dengan pria dalam hal apapun. Sejak bergulirnya globalisasi yang membuka kesempatan yang begitu luas bagi setiap orang untuk lebih mengembangkan diri dan berprestasi serta bersaing pada bidangnya masing-masing tanpa memandang apakah ia pria ataupun wanita, anggapan tersebut perlahan mulai memudar. Namun jika ditelisik lebih dalam lagi, tidak sedikit yang beranggapan bahwa mungkin wanita sekarang memang bisa sejajar dengan pria dalam hal pekerjaan tetapi tetap saja wanita pada akhirnya harus kembali lagi pada kodratnya sebagai seorang wanita yaitu

kembali kepada urusan keluarga dan rumah tangga. Dan seandainya dalam pekerjaan itu wanita tersebut berhasil, kemungkinan besar keberhasilan itu tidak dapat bertahan lama. Jika ada yang dapat bertahan lama, hanya sebagian kecil saja. Mandy Macdonald (1997:5) menyatakan: Terminologi gender dalam ilmu-ilmu sosial, diperkenalkan sebagai acuan kepada perbedaan-perbedaan antara pria dan wanita tanpa konotasikonotasi yang sepenuhnya bersifat biologis. Jadi gender dalam pernyataan tersebut adalah berkaitan dengan perbedaanperbedaan antara pria dan wanita yang merupakan hasil kegiatan atau bentukan sosial, dan bukan disebabkan oleh perbedaan-perbedaan biologis yang menyangkut jenis kelamin secara keseluruhan. Di dunia profesi akuntansi sendiri khususnya bidang akuntan publik, bukan tidak mungkin adanya tindakan diskriminasi yang terkait dengan gender. Misalnya saja dari kurang lebih 30 KAP di Bandung hanya beberapa KAP saja yang partnernya seorang wanita dan terdapat beberapa KAP yang tidak memiliki auditor wanita sama sekali. Hal ini sebagian besar terkait masalah diskriminasi gender yang terjadi didalamnya, terutama berkaitan dengan masalah kepuasan kerja auditor wanita. Kantor Akuntan Publik merupakan suatu lingkungan kerja yang didominasi oleh pria maka wanita dapat secara otomatis terkucilkan. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya hubungan informasi yang dijalin dengan para manajer dan eksekutif pria. Sementara komunikasi di tempat kerja lebih cenderung dilakukan oleh pegawai dengan jenis kelamin yang sama. Smith (1997:155) menyatakan: Karena kebanyakan posisi tertinggi pada KAP dipegang oleh pria maka akan lebih mudah bagi bawahan pria untuk menjalin komunikasi dengan atasannya, sementara wanita seringkali tidak diperhatikan.

Sebagai manusia biasa seorang auditor memiliki sifat, kebutuhan dan perilaku yang bervariasi sehingga membutuhkan perhatian, penanganan yang efektif dan efisien serta penghargaan atas kinerjanya untuk mencapai tingkat kepuasan yang mereka harapkan. Hal ini jugalah yang dimiliki oleh auditor wanita pada kantor akuntan publik tempat mereka bekerja. Jika tingkat kepuasan kerja mereka rendah, kemungkinan dapat mempengaruhi tingginya tingkat perpindahan auditor, terutama auditor wanita. Sementara itu pada Kantor Akuntan Publik yang dianggap sebagai profesi pria ini, ada anggapan bahwa ketidakberhasilan wanita yang bekerja di KAP dikarenakan alasan gender. Apabila seorang wanita tidak bisa melaksanakan pekerjaannya dengan baik akan mengakibatkan lahirnya alasan yang berdasarkan pada gender dapat lebih mudah diterima dan dianggap sebagai alasan utama oleh atasannya dalam mengevaluasi kinerja untuk memberikan suatu penghargaan. Dalam memberikan penghargaan atas kinerja auditornya, pihak atasan terkadang dipengaruhi oleh stereotype-stereotype yang selama ini berkembang di dunia akuntan publik yang menjadi salah satu penyebab timbulnya diskriminasi gender di KAP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gaetner, dkk (1997:30) tentang turnover pegawai kantor akuntan publik lokal dan regional, menunjukan: Wanita kurang puas dibandingkan pegawai laki-laki, ketidakpuasan ini menyebabkan tingkat turnover pegawai wanita pada kantor akuntan publik lebih tinggi dibanding pegawai pria. Sedangkan Larkin (1990:20) mengungkapkan bahwa: Gender berhubungan kuat dengan penilaian kerja pada kepuasan kerja. Kepuasan kerja seorang auditor pun memiliki pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan dan kredibilitas KAP tempat auditor tersebut bekerja. Karena jika tingkat kepuasan kerja auditor itu rendah akan menyebabkan tingkat perpindahan auditor yang tinggi. Selama ini auditor wanita merupakan pegawai yang memiliki tingkat kepuasan kerja yang rendah dikarenakan mereka

merasakan adanya diskriminasi gender terhadap mereka. Hal ini dapat dilihat dari contoh-contoh yang telah dikemukakan pada sub bab sebelumnya. Ketidakpuasan kerja auditor wanita ini dipengaruhi oleh banyak faktor terutama berkaitan dengan pekerjaan secara umum, supervisi, rekan kerja, promosi, dan gaji. Secara umum Moh As ad (2000:115) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu: Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan lain. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interasi sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi kerja karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja, waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, dan sebagainya. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan sebagainya. Jika dilihat secara keseluruhan, seperti yang telah dinyatakan pada sub bab sebelumnya bahwa perempuan secara umum pada banyak bidang pekerjaan memiliki kemampuan yang sama baiknya dengan laki-laki bahkan dapat melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan jauh lebih baik dari laki-laki meskipun pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang identik dan biasa dikerjakan oleh lakilaki sekalipun. Sementara pada Kantor Akuntan Publik sendiri dapat kita saksikan bahwa akuntan publik wanita pun memiliki kemampuan yang sama baiknya dengan akuntan publik pria dalam hal penugasan audit, tetap saja mereka merasakan adanya diskriminasi gender dalam hal pemberian penghargaan atas kinerjanya sehingga menyebabkan tingkat kepuasan kerja mereka rendah. Oleh karena itu berdasarkan kerangka pemikiran di atas dan juga hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penulis sampai pada suatu dasar pemikiran bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja seorang auditor dikarenakan gender.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian dilakukan pada beberapa Kantor Akuntan Publik di Bandung. Sedangkan waktu penelitian (penyebaran dan pengumpulan kuesioner) berlangsung pada bulan September 2007 sampai dengan Oktober 2007.