Pertemuan Ke-4. Sarana dan prasarana transportasi di pedesaan perlu dipertimbangkan tidak kalah penting dengan angkutan perkotaan

dokumen-dokumen yang mirip
Pertemuan Ke-4. Sarana dan prasarana transportasi di pedesaan perlu dipertimbangkan tidak kalah penting dengan angkutan perkotaan

MODA/ANGKUTAN DI PERKOTAAN

MODA/ANGKUTAN DI PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya terbatas untuk memenuhi dan mendapatkan pangan, sandang, dan

BAB I. Indonesia adalah Negara yang terdiri atas ± pulau, sehingga dapat

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan akan transportasi timbul dari kebutuhan manusia. Transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N BUKU INFORMASI TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

Konsep Dasar Demand Study Masterplan Karakteristik Sarana Prasarana (Fasilitas) Bandara. Sisi Darat Sisi Udara Struktur Perkerasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

Infrastruktur Transportasi Pertemuan II Kuliah Kapita Selekta. Harmein Rahman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh

Surplus adalah selisih antara keuntungan dengan biaya. Not only Tangible cost but also Intangible Cost.

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (Lanjutan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

Rangkuman Ekonomi (Sosiologi)

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

I. PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/atau barang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

Inter and Intra City Aquatic Transport

BAB I PENDAHULUAN I.1

KENAPA TRANSPORTASI PERLU DIRENCANAKAN?

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 55 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA

Lex Administratum, Vol. III/No. 5/Juli/2015

RINCIAN KONSUMEN PENGGUNA DAN TITIK SERAH JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Jakarta, 01 November Kepada Yth. Bapak/Ibu. Di tempat. Dengan hormat,

BAB I PENDAHULUAN. Mobil Penumpang (emp) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

Transportasi terdiri dari dua aspek, yaitu (1) prasarana atau infrastruktur seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara dan pelabuhan laut; serta (2)

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah siap menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan sehari-hari adalah sektor jasa transportasi. Transportasi

KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM TRAYEK PAAL DUA POLITEKNIK DI KOTA MANADO

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup manusia. Jika pada zaman dahulu manusia lebih terbiasa

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN. Kebijaksanaan pembangunan nasional di sektor transportasi adalah

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

Sistem Transportasi Adi d pan ang 11

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

KONDISI FISIK WILAYAH

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 123

BAB I PENDAHULUAN I.1

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Ke - 10

BAB I PENDAHULUAN. sewa. Bus antarkota dalam provinsi (AKDP) adalah klasifikasi perjalanan bus

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompetitif. Hal ini dibuktikan dengan banyak munculnya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

4/19/2016. Manajemen Parkir. Permasalahan Parkir. Andong. Becak. 6 Parkir Pararel. Road for nonmotorized transport. Zona Parkir?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Pertemuan Ke-4 Prodi S1 Teknik Sipil DTSL FT UGM PENDAHULUAN Sarana dan prasarana transportasi di pedesaan perlu dipertimbangkan tidak kalah penting dengan angkutan perkotaan Hal tersebut bertujuan untuk menghindari urbanisasi Juga untuk menghindari commuting travel dari daerah sub-urban ke perkotaan Pada kawasan pedesaan, penyediaan sarana-prasarana angkutan barang mutlak diperlukan, untuk pendistribusian hasil produksi 1

ANGKUTAN PEDESAAN Permasalahan utama. Aksesibilitas. Faktor yang mempengaruhi aksesibilitas : Lokasi rumah tangga, Fasilitas dan layanan, Sistem transportasi Permasalahan transportasi perdesaan 4 2

Permasalahan transportasi anak-anak sekolah 5 AKSESIBILITAS AIR PASAR KESEHATAN MATA PEN CAHARIAN PENDIDIKAN TRANS- PORTASI SUMBER ENERGI JALAN 3

Kebutuhan Akses Masyarakat Perdesaan Akses terhadap kebutuhan dasar Akses terhadap aspek kesejahteraan sosial dan ekonomi Roads IMT Tracks and Trails Electricity ENERGY Wood-lots Improved Containers/IMT Tracks and Trails BUILDING MATERIALS (house, sanitation) DRINKING WATER Improved Water Supply Extension Services Irrigation Credit FOOD Land IMT Tracks and Trails Roads 4

Tracks and Trails Roads Transport Services/IMT Telecommunication MARKETS Market Facilities Roads Transport Services/IMT Tracks and Trails Roads Transport Services/IMT EMPLOYMENT and INCOME EDUCATION Schools Teachers Materials Telecommunication Telecommunication Health Facilities Staff Medecines HEALTH Roads Transport Services/IMT Telecommunication Pola Perjalanan di Perdesaan No. Daerah/Negara Jumlah perjalanan Waktu yg digunakan Beban yg diangkut 1 Majalengka (Indonesia) 2 Aurora (Philipina) Internal Eksternal Internal Eksternal Internal Eksternal 84 % 16 % 44 % 56 % 21 % 79 % 93 % 7 % 56 % 44 % 35 % 65 % 3 Ghana 93 % 7 % 73 % 27 % 76 % 24 % 4 Zambia 91 % 9 % 80 % 20 % 81 % 19 % Sumber: Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM, 2005 5

Upaya Perbaikan Akses Intervensi transportasi Memperbaiki aksesibilitas Intervensi non transportasi Meletakkan fasilitas dan layanan dasar pada lokasi yang tepat Moda Angkutan Perdesaan 6

MODA ANGKUTAN PEDESAAN Kendaraan pribadi : - Darat : mobil, motor, sepeda Angkutan umum : - Darat : angkutan pedesaan - Udara : pesawat perintis - Sungai : pelayaran perintis TRANSPORTASI DARAT Jalan dibangun dengan maksud untuk menghubungkan antar zona dan kemudian mengembangkan zona tersebut Meskipun jumlah penumpang angkutan umumnya sedikit, namun tetap perlu disediakan dan dengan regulasi yang tegas (rute, jadwal, tarif harus jelas) Kebijakan lebih condong ke supply oriented 7

Angkutan Umum Pedesaan Angkutan Umum Pedesaan Baru (formal/informal?) TRANSPORTASI SUNGAI Digunakan untuk kawasan pemukiman di tepi sungai Tidak didukung oleh sarana-prasana yang baik, padahal mempunyai peran yang sangat vital (tidak semua daerah pedesaan di Indonesia bisa terhubung oleh transportasi darat) Permasalahan pada pasang surut dan pendangkalan 8

CONTOH: TRANSPORTASI SUNGAI DI PEDESAAN Kabupaten Bengkalis (Selat Panjang) Transportasi air merupakan satu-satunya alat transportasi antar pulau Menggunakan kapal dan sampan tradisional Banyak daerah terisolir Desa Karang Agung, S. Lalang (Sumatra Selatan) Hubungan dengan daerah lainnya hanya digunakan perahu. Meskipun demikian penduduk sudah banyak yang memiliki sepeda dan beberapa sepeda motor untuk alat transportasi antar rumah mereka. Disamping kapal juga digunakan Ojek sebagai transportasi lokal jika sungai dan kanal surut. Jenis kapal yang ada diantaranya: 1. Taksi air ukuran 16 pnp 2. Speed Boat ukuran 12 pnp 3. Speed Boat besar ukuran 25 pnp 4. Getek kecil ukuran 6 pnp 9

Kecamatan Sekura, Kab. Sambas, Merupakan desa tradisional yang terisolasi dari angkutan darat Dilayani oleh kapal laut dan kapal pedalaman Memiliki 3 galangan kapal untuk perbaikan kapal, menurun dari 5 pada 2-3 tahun lalu Terdapat hanya 2 mekanik perbaikan kapal Kepemilikan bersifat perorangan Pemilik (tauke) lebih banyak merangkap sebagai nakhoda (kapten) Terdapat asosiasi pengusaha angkutan air di Kalimantan Barat (GAPASDAP Gabungan pengusaha angkutan sungai dan penyeberangan) TRANSPORTASI UDARA Bandara yang terletak di daerah yang masih kurang berkembang Disubsidi oleh pemerintah Merupakan penghubung tercepat guna membuka isolasi daerah Mengangkut penumpang dan barang seperti sembako: minyak, beras, dll. 10

Bandara Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua. Terminal Penumpang Bandara Kasiguncu, Poso Turun dari Pesawat di Bandara Kasiguncu ANALISIS EKONOMI TRANSPORTASI PEDESAAN Tidak dapat dihitung berdasarkan permintaan perjalanan Harus dilihat dari manfaat yang didapat dari keseluruhan masyarakat di daerah tersebut, dan pertambahan produksi dengan adanya perbaikan transportasi pedesaan tersebut Keandalan jalan jika dilakukan perbaikan, misalnya jika tidak diberi lapis keras akan rusak di musim hujan. 11

TEORI SURPLUS DEMAND - SUPPLY Surplus = Nilai tambah Ada 2 sisi: 1. Konsumen surplus: keuntungan yang didapatkan oleh konsumen karena harga barang lebih rendah daripada willingness to pay 2. Produsen surplus: keuntungan yang didapatkan oleh produsen karena harga barang di pasaran lebih tinggi daripada harga yang akan ditawarkan oleh produsen Kurva Demand Harga yang semakin mahal, jumlah barang yang diinginkan konsumen semakin turun Kurva Supply Harga yang semakin mahal, produsen akan meningkatkan jumlah barang yang dihasilkannya 12

SURPLUS PRODUKSI Adalah manfaat lebih yang dapat diterima ketika bisa memproduksi barang lebih banyak Dapat ditinjau dari: 1. Biaya angkut 2. Harga di lokasi produksi Dengan biaya angkut yang lebih rendah, maka jumlah permintaan angkutan barang semakin tinggi, sehingga biaya angkut persatuan barang akan lebih rendah (untung) 13

Dengan harga barang yang semakin tinggi, maka produsen akan memproduksi jumlah barang yang semakin banyak, sehingga keuntungan lebih tinggi MC = Marginal cost, perubahan total biaya ketika jumlah barang yang diproduksi berubah tiap 1 unit Contoh: Memproduksi 1 barang Rp 10.000, 2 barang Rp. 15.000, maka MC barang ke-2 adalah Rp. 5.000 PENDEKATAN EKONOMI UNTUK DAERAH BELUM BERKEMBANG DENGAN ORIENTASI PRODUKSI 14

ANGKUTAN PEDESAAN VS ANGKUTAN PERKOTAAN ANGKUTAN PEDESAAN Penyediaan fasilitas untuk angkutan pribadi berorientasi pada demand ANGKUTAN PERKOTAAN Penyediaan fasilitas untuk angkutan pribadi berorientasi pada supply Angkutan umum berorientasi pada penyelesaian permasalahan kemacetan (dengan mempertimbangkan seberapa besar Angkutan umum berorientasi pada penyediaan fasilitas untuk pergerakan masyarakatnya (tidak tergantung demand) Lebih fokus ke kemudahan aksesibilitas Lebih fokus ke kemudahan mobilitas 15