BAB I PENDAHULUAN. memperoleh manfaat ekonomi dari karya ciptanya dan produk-produk terkait.

dokumen-dokumen yang mirip
HAK CIPTA SOFTWARE. Pengertian Hak Cipta

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

KEMAMPUAN ILMU HUKUM MENGANTISIPASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL PADA REALITAS DUNIA MAYA

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.

BAB III PENUTUP. MP3 dapat diartikan dalam dua hal, yakni sebagai program komputer

BAB I PENGANTAR. Perlindungan terhadap Hak Cipta di Indonesia diatur dengan Undang-Undang No.19

HAKI PADA TEKNOLOGI INFORMASI

: /2 /0 04

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

Pengantar Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for the

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014

BAB I PENDAHULUAN. telah berkembang sedemikian pesat terutama pengaruhnya terhadap bidang

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. khas dari daerah tersebut. Pada ruang lingkup nasional lagu-lagu yang

HUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA. Oleh. Dewi Wahyu Wardani

BAB I Hak Cipta. I. Pendahuluan

POTENSI PELANGGARAN HAK CIPTA MELALUI FILE SHARING

BAB I PENDAHULUAN. erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP FILM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/23/2014 nts/epk/ti-uajm 2

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi

I. PENDAHULUAN. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi

Pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ragil Yoga Edi

I. PENDAHULUAN. invensi. Ciptaan atau invensi tersebut merupakan milik yang diatasnya melekat

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia

Dr. Tb. Maulana Kusuma Web: Gunadarma University

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan langkah ke arah itu seiring dengan proyeksi pembangunan


BAB I PENDAHULUAN. melekat secara abadi pada diri penciptanya. menjadi alat untuk pelanggaran hukum di bidang hak cipta.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUSEN ATAS PENYEBARAN DVD BAJAKAN DI INDONESIA (DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA)

TINJAUAN TENTANG HAKI

KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia akan menghadapi era perdagangan bebas yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran,

Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi Syarat-syarat untuk menyelesaikan program Studi Ilmu Hukum (S.1) dan mencapai Gelar Sarjana Hukum

BAB I PENDAHULUAN. informasi menjadi suatu trend perkembangan teknologi 1. mengurangi jumlah tenaga kerja, biaya, dan mengurangi jumlah kemungkinan

HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI. (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta?

BAB I PENDAHULUAN. timbul sebagai hasil kerja kreativitas daya fikir manusia yang. dipublikasikan kepada masyarakat umum baik dalam bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis hak atas kekayaan intelektual adalah karya cipta. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kreatif manusia atau khususnya perlindungan hukum atas hasil kreativitas manusia

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman membawa dampak positif bagi masyarakat.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN PROGRAM KOMPUTER Pengertian Hak Cipta dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang sebagaimana yang diatur dalam. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

JURNAL KEDUDUKAN USAHA FOTOCOPY DALAM KERANGKA PERLINDUNGAN HAK CIPTA

BAB I PENDAHULUAN. (Trade Related Aspect on Intellectual Property Rights) adalah keharusan untuk

SOFYAN ARIEF SH MKn

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Makalah. Lisensi Freeware, Shareware dan Opensource Software. Daeng X-5. SMA Negeri 1 Kota Bandung * 1 *

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari tidak lepas dari

Hak Cipta Program Komputer

BAB I PENDAHULUAN. Sistem yang ada di dalam hukum merupakan upaya untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Hak Cipta (UUHC) memberikan perlindungan hukum yang lebih baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman

BAB 8 PERLINDUNGAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM BIDANG TI

INTISARI HAK CIPTA. UU No 28 Tahun 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan permasalahan dalam pengambilan setiap keputusan. Hukum. akan mendapatkan sanksi dari eksternal power.

BAB I PENDAHULUAN. kita juga mempunyai beragam budaya serta karya tradisional. Namun tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Intellectual Property Rights (IPR) diartikan sebagai Hak Milik

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

3/21/2012 copyright 3

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN. lagi sekedar sarana hiburan yang hanya habis setelah dinikmati tanpa memberikan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat ini di satu sisi membawa dampak positif, tetapi disisi lain

IBM Data Science Experience

MODUL KEKAYAAN INTELEKTUAL. Pusbindiklat Peneliti. Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 2017

BAB I PENDAHULUAN. mendeklarasikan globalisasi komunikasi dan kebebasan informasi. 1

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Volume 10 Nomor 2 September 2013

STIE DEWANTARA Hak Atas Kekayaan Intelektual Dalam Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, ciptaan yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar apresiasi masyarakat Indonesia dalam hal musik. Maka

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang

PERJANJIAN LAYANAN PORTAL PELIBATAN

Intellectual Property Rights and Ethics. Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia74march.wordpress.com

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: PENGERTIAN DAN MANFAAT BAGI LITBANG

BAB I PENDAHULUAN. yang tanpa batas. Munculnya berbagai perangkat pendukung dalam teknologi

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/30/2014 nts/epk/ti-uajm 2

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi secara cepat dan akurat. Berkat perkembangan teknologi komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

Hak Kepemilikan Situs dan Muatan Situs

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekonomi kreatif atau bisa disebut industri kreatif merupakan salah satu

PENYELESAIAN SENGKETA HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. Oleh : Jatmiko Winarno, SH, MH

Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu Negara yang berpaham demokratis, perlindungan Hak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak cipta pertama kali mendapat perlindungan di tingkat Internasional pada tanggal 9 September 1886 melalui Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works 1. Hak cipta terdiri dari hak ekonomi dan hak moral. Secara umum, hak ekonomi adalah hak eksklusif pencipta untuk memperoleh manfaat ekonomi dari karya ciptanya dan produk-produk terkait. Hak ekonomi meliputi hak untuk memperbanyak, mendistribusi, menterjemahkan, membuat adaptasi, membuat pertunjukan, dan memperagakan (display) suatu karya cipta. Hak moral terdiri dari paternity right (hak untuk diidentifikasi sebagai pengarang atau direktur suatu karya), integrity right (hak untuk menolak perubahan atas suatu karya), dan privacy right (hak pemanfaatan foto dan film) 2. Hak ekonomi dapat dipindahtangankan ke pihak lain yang dapat juga memindahkannya ke pihak yang lain lagi. Hak ekonomi ada masa berlakunya, yaitu sampai sekian tahun (misalnya 50 tahun) sesudah penciptanya meninggal 1 Danrivanto Budhijanto, S.H., LL.M in IT Law Dosen Hukum Telekomunikasi dan Cyber Law pada Fakultas Hukum dan Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran Bandung. Peneliti Utama pada Pusat Studi Cyberlaw Universitas Padjadjaran Bandung. Penulis juga anggota Tim Penyusun RUU Informasi dan Transaksi Elektronik. Tersedi dalam http://www.egovindonesia.org/index.php?name=news&file=article&sid=322 2 Anwar, C. (1999). Hak cipta: Pelanggaran Hak Cipta dan Perundang-undangan Terbaru Hak Cipta Indonesia. Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri sebagaimana dikutip oleh Diao Ai Lien, Hak Cipta dan Penyebaran Pengetahuan merupakan staf pengajar FH Unika Atma Jaya, Jakarta 1

2 dunia. Hak moral tidak dapat dipisahkan dari pengarangnya dan ahli warisnya dan hal ini berlaku selamanya. Dasar utama dari hak cipta sebagai konsep kepemilikan, yaitu memungkinkan adanya perlindungan bagi hasil karyanya. Hal ini merupakan dasar ketentuan, di mana karya-karya tersebut merupakan ekspresi dari gagasan yang diperkenalkan kepada publik. Para pemilik tersebut menjadi bagian dari hadirnya berbagai informasi di mana arus informasi yang tanpa hambatan akan dapat menjadi sesuatu yang penting bagi masyarakat secara umum. Oleh karena itu, hak cipta memberikan jaminan bahwa para pencipta tidak hanya menjaga hasil karyanya di bawah pengawasan, dengan jalan mencegah terjadinya penyalinan ulang tanpa izin, akan tetapi juga memberikan jaminan bahwa para pencipta dapat memperoleh hasil manfaat dari hasil pekerjaan intelektualnya tersebut. Hal ini dapat dianggap sebagai sebuah insentif untuk mempublikasikan karyanya. Hak cipta juga bekerja sebagai sebuah kompensasi atas risiko keuangan dari penerimaan sang pemilik dengan jalan mempublikasikan hasik karyanya. Tanpa adanya perlindungan hak cipta, seorang pencipta mungkin saja akan menolak untuk mempublikasikan hasil karyanya, yang pada akhirnya publik juga tidak dapat menikmati karya tersebut. Keuntungan yang dinikmati oleh pencipta melalui perlindungan hak cipta merupakan hal yang problematik. Hak penuh yang berada pada pemilik terhadap siapapun yang ingin menyalin hasil karyanya terkadang sangat berlawanan dengan kepentingan publik, seperti misalnya pada peran dan

3 kepentingan di bidang sosial, politik, pendidikan dan kebudayan. Sebagian mengatakan bahwa informasi dan hasil karya seharusnya dipertimbangkan sebagai benda umum, oleh karenanya tidak perlu dilindungi lagi oleh UU No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta (selanjutnya disebut UUHC). Hak untuk mengontrol akses bagi hasil karya seseorang sebelum dipublikasikan tidak akan menimbulkan permasalahan dalam kebebasan berbicara, akan tetapi penerbit dapat mengontrol akses tersebut setelah terjadinya publikasi. Hal ini menjelaskan bahwa secara historis hak cipta dianggap sebagai suatu bentuk monopoli yang seharusnya secara tegas ditafsirkan untuk melayani kepentingan publik di atas pemegang hak cipta. Di dalam UUHC dikenal doktrin kewajaran penggunaan (fair use) sebagaimana termuat dalam Pasal 15 UUHC antara lain disebutkan bahwa tidak merupakan pelanggaran hak cipta apabila penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta. Atau jika pengambilan ciptaan pihak lain itu guna keperluan pembelaan di dalam atau di luar pengadilan. Diperlukan regulasi untuk melengkapi UUHC yang belum mengantisipasi perkembangan teknologi informasi. Sebab selain hak cipta intelektual, seluruh karya cipta perlu mendapat perlindungan hukum. Misalnya ketika mendengarkan musik, menonton video atau film di televisi kabel yang disediakan sebuah hotel, segala pajak dan royalti dibayar hotel bersangkutan. Namun jika hal yang sama dinikmati melalui internet, seperti buku-buku best

4 seller yang seringkali mahal harganya, karya-karya cipta prestisius lain yang dihasilkan para pencipta, dengan mudah dapat diakses (ditransfer file melalui FTP, file transfer protocol) melalui internet tanpa harus dibeli. Apakah provider (penyedia jasa koneksi internet) telah membayar royalti atau membeli hak cipta (siar) atas karya-karya tersebut bagi pelanggannya. Hal itu menjadi masalah pelik jika tidak terlindungi secara hukum. Sebab selain merugikan hak-hak penulisnya, juga sangat merugikan produsen karya bersangkutan yang telah memegang hak ekonomi atas karya-karya tersebut. Sampai saat ini belum ada negara yang mengatur internet dalam bentuk undang-undang karena unsur kebaruan dan kemutakhirannya. Karena itu, di Indonesia tentu tidak berkhayal terlalu tinggi untuk segera mampu menghadirkan regulasi soal itu. Sebab Amerika Serikat sendiri yang sudah mutakhir teknologinya, masih kalang-kabut menghadapi problematika yang ditimbulkan internet dalam pergaulan nasionalnya. Buktinya, Undang-undang Reformasi Teknologi yang disahkan pemerintah federal Amerika Serikat pada awal Februari 1996 lalu dan merekomendasikan ilegalitas bagi karya cipta yang sudah dipublikasikan secara konvensional, mendapat tantangan dan protes luar biasa. Namun begitu, haruskah para ahli, penegak dan praktisi hukum berpangku tangan menghadapi problema yang jelas-jelas sudah tampak di depan mata 3. Secara normatif tetap perlu dipahamai bahwa UUHC sejatinya melindungi hampir seluruh karya cipta yang dimungkinkan diciptakan oleh 3 Pan Mohamad Faiz dalam artikelnya yang berjudul Konsep Hukum Fair Dealing di Berbagai Negara Pilihan : Studi Perbandingan Berdasarkan UU Hak Cipta India, Inggris, Amerika Serikat, Australia dan German tersedia dalam http://panmohamadfaiz.com/category/haki/

5 manusia. Namun, yang terjadi adalah isu perbedaan pendekatan yang dilakukan terhadap alih wujud dari karya cipta. Karya cipta berupa program komputer, sinematografi, fotografi, database dan karya hasil pengalihwujudan yang perlindungannya berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan. Selain itu, karya cipta di Indonesia akan dilindungi selama masa hidup Penciptanya ditambah 50 tahun lagi setelah pencipta dimaksud meninggal dunia. Permasalahan yang muncul pada saat ini adalah bagaimana alih bentuk karya cipta ke bentuk (format) digital. Terkadang hal ini menimbulkan interpertasi berbeda-beda termasuk pelanggaran hak ciptanya. Ketika lagu atau musik yang sebelumnya didapatkan dalam bentuk kaset atau keping cakram (CD), maka bagaimana statusnya jika telah menjadi format MP3 atau MP5. Apakah tetap dapat dikategorikan karya cipta lagu atau program komputer 4. Perbanyakan suatu ciptaan secara terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang non-komersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya tidak pula dikategorikan pelanggaraan hak cipta. Namun memperbanyak untuk suatu program komputer merupakan suatu pelanggaran hak cipta. Pembuatan salinan cadangan (back-up copy) suatu program komputer oleh pemiliknya hanya dapat dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri. 4 Danrivanto Budhijanto, S.H., LL.M in IT Law Dosen Hukum Telekomunikasi dan Cyber Law pada Fakultas Hukum dan Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran Bandung. Peneliti Utama pada Pusat Studi Cyberlaw Universitas Padjadjaran Bandung. Penulis juga anggota Tim Penyusun RUU Informasi dan Transaksi Elektronik. Tersedi dalam http://www.egovindonesia.org/index.php?name=news&file=article&sid=322

6 Bertolak belakang dengan hal tersebut internet timbulkan masalah bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Hak Cipta. Maraknya penggunaan media internet, menimbulkan masalah baru di bidang HKI umumnya dan hak cipta pada khususnya sebab, internet memiliki karateristik teknis yang membuat masalah-masalah HKI menjadi kompleks 5. Di dunia maya (cyberspace) seolah-olah tak mengenal adanya pelanggaran hukum karena dianggap belum diatur secara rinci apa dan bagaimana dunia maya sebenarnya. Masyarakat masih banyak yang belum tahu apakah boleh dengan bebas melanggar hak cipta walaupun merugikan banyak pihak. Baik itu individu maupun masyarakat cyber sendiri sistem hukum hak cipta Indonesia, ada beberapa pengecualian bahwa pengambilan karya cipta orang lain tidak dianggap sebuah pelanggaran. Misalnya, untuk kepentingan pendidikan, penelitian, karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan, dan lainnya atau biasa disebut doktrin fair use. Namun praktiknya, siapa yang dapat mengawasi dan menjamin kalau pengambilan hak cipta tersebut tidak dikomersialkan. Oleh karena itu, pelanggaran HKI di dunia maya belum diatur secara rinci. Secara yuridis, pelanggaran HKI pada media internet yang menjadi fokus utama adalah pelanggaran hak cipta, merk paten, desain industri, rahasia dagang, serta desain tata letak sirkuit terpadu, sedangkan pembuktian, yurisdiksi dari suatu negara, dan keprofesionalan para penegak hukum dinilai 6. Dalam 5 Diungkapkan oleh Ketua Ketua Sentra Pendidikan dan Manajemen Hak Kekayaan Intelektual Undip, Dr Etty Susilowati Suhardo SH MS, yang mengemukakan hal itu dalam orasi ilmiah Eksistensi Hak Kekayaan Intelektual pada Realitas Dunia Maya dalam rangka Dies Natalis Ke-50 Fakultas Hukum Undip, di Gedung Notariat FH Undip Semarang. 6 Ibid http://www.suaramerdeka.com/harian/0701/10/kot03.htm Rabu, 10 Januari 2007

7 sebagai kendala dalam rangka memberantas pelanggaran HKI di dunia maya. Karena itu, langkah awal yang dapat diambil adalah penyusunan UU yang mencakup permasalahan berkaitan HKI untuk digunakan sebagai payung hukum HKI pada dunia maya. Berlakunya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta pada 29 Juli 2003 (UUHC) ternyata menyisakan keresahan bagi komunitas Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), termasuk industri terkait seperti telekomunikasi, penyiaran dan content provider. Interpretasi yang kadang berbeda dari pihak penegak hukum menjadikan pentingnya pemahaman Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam kegiatan konvergensi TIK (kadang disebut juga Information Communication Technology atau ICT). Tujuan secara umum dari Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI), khususnya pada perlindungan atas Hak Cipta, adalah untuk memberikan dorongan bagi para pencipta untuk terus membuat hasil karya dengan menyediakan jalan dengan memperoleh hasil materi. Meskipun tujuan utama dari UU Hak Cipta adalah untuk mempromosikan, memajukan dan menyebarkan budaya dan ilmu pengetahuan, pangsa pasar hak cipta telah membenarkan adanya sifat dasar dari harta benda umum yang berasal dari hak cipta itu sendiri dengan menyediakan kompensasi kepada sang pencipta, namun tidak termasuk bagi selain para pembeli maupun bagi mereka yang mengembangkan pertukaran secara sukarela antara pencipta dan pengguna 7. 7 http://panmohamadfaiz.com/category/haki/ Konsep Hukum Fair Dealing di Berbagai Negara Pilihan : Studi Perbandingan Berdasarkan UU Hak Cipta India, Inggris, Amerika Serikat, Australia dan German

8 Untuk mengatasi permasalah tersebut, negara-negara seperti Inggris, Amerika Serikat ataupun negara lainnya, dimana pemilik sangat menikmati perlindungan hak cipta, telah mencoba untuk menciptakan keseimbangan antara hak penuh sang pemilik, di satu sisi, bagi siapapun yang ingin menyalin ulang hasil karyanya, dan kepentingan publik dalam menggunakan hasil karya pemilik tersebut di sisi lainnya. Walaupun ketika sang pemilik menikmati hak cipta, perlindungan tersebut mempunyai banyak batasan. Sebagai contoh dari pembatasan tersebut yaitu adanya durasi secara berturut-turut dari hak cipta hasil pekerjaannya tersebut. Berbagai negara telah mengembangkan bermacam cara pembatasan. Di India dan Inggris, salah satu pembatasan dari perlindungan hak cipta dinamakan dengan Fair Dealing Defence. Sementara itu di Amerika Serikat, pembatasan tersebut dinamakan dengan Fair Use Doctrine. Fair Dealing pada dasarnya memberikan kesempatan kepada publik untuk menyalin suatu karya dari pemegang hak cipta dengan tujuan kritisasi, parodi ataupun kegunaan lainnya di bidang pendidikan tanpa harus meminta izin dari sang pemilik. Fair Dealing seringkali didefiniskan sebagai keistimewaan yang dimiliki oleh orang lain dibandingkan dengan pemegang hak cipta untuk menggunakan benda atau karya yang telah memiliki hak cipta dalam lingkup tindakan yang layak tanpa harus adanya persetujuan sang pemilik, meskipun hak monopoli diberikan pada pemegang hak cipta tersebut 8. 8 Ibid.

9 Hak cipta, yang merupakan bagian penting dalam HKI, perlu dipahami lebih baik sebagai upaya perlindungan HKI. Dalam Konstitusi Amerika Serikat tahun 1776, hak cipta telah mendapatkan perlindungan yang mendasar. Disebutkan dalam dokumen itu to promote the progress of science and useful arts, by securing for limited times to authors and inventors the exclusive right to their respective writings and discoveries 9. Berbeda dengan negara-negara Eropa yang menganut hak cipta sebagai suatu hak moral atau moral right, AS memahami hak cipta sebagai suatu economic right. Hak cipta dengan corak moral right memberikan suatu pengakuan yang luhur bagi karya-karya ciptaan. Hak cipta diartikan sebagai invention right atau authors right bukan sebagai copyright 10. Lebih lanjut dikemukakan bahwa perlindungan hak cipta di AS lebih mengarah kepada perlindungan ekonomi bagi para pencipta. Istilah copyright yang dipergunakan dapat dipahami secara sederhana sebagai the right to copy atau hak untuk memperbanyak atau menggandakan sehingga kompensasi materi bagi para pencipta berupa royalti merupakan hal yang signifikan. Hal dimaksud dapat dipahami sebagai langkah kompromistis dalam upaya mendorong ide dan kreativitas sekaligus pula memberikan kesempatan yang wajar untuk dapat digunakannya hasil-hasil karya cipta 11. Dalam UUHC, tampaknya Indonesia menganut pemahaman campuran. Secara peristilahan dipergunakan terminologi hak cipta atau invention right, sehingga dapat dikategorikan 9 Danrivanto Budhijanto, S.H., LL.M in IT Law Dosen Hukum Telekomunikasi dan Cyber Law pada Fakultas Hukum dan Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran Bandung. Peneliti Utama pada Pusat Studi Cyberlaw Universitas Padjadjaran Bandung. Penulis juga anggota Tim Penyusun RUU Informasi dan Transaksi Elektronik. Tersedi dalam http://www.egovindonesia.org/index.php?name=news&file=article&sid=322 10 Ibid. 11 Ibid.

10 sebagai moral right. Namun secara substansi, UUHC memuat pula dalam hal perlindungan economic right 12. Berdasarkan permasalahan berkaitan dengan hak cipta di internet tersebut diperlukan jalan keluar dimana salah satunya adalah dengan cara penyempurnaan beberapa ketentuan di dalam UUHC. Pada akhir 1998, menyikapi permasalahan serupa maka AS memberlakukan rezim sui generis melalui Digital Millennium Copyright Act (DCMA) sebagai upaya perlindungan HKI khususnya hak cipta di Internet. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi doktrin fair use dalam kerangka perlindungan hak cipta di internet? 2. Bagaimana permasalahan yang terjadi pada doktrin fair use dalam perlindungan hak cipta di internet? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dilakukannya penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui implementasi doktrin fair use dalam kerangka perlindungan hak cipta di internet 2. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada doktrin fair use dalam perlindungan hak cipta di Internet 12 Ibid.

11 D. Metode Penelitian 1. Fokus Penelitian a. Implementasi doktrin fair use dalam kerangka perlindungan hak cipta di internet b. Permasalahan yang terjadi pada doktrin fair use dalam perlindungan hak cipta di Internet 2. Bahan Hukum a. Bahan hukum primer Kitab Undang-undang Hukum Perdata UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta UU No. 19 Tahun 2003 yang merupakan penyempurnaan dari UU No. 19 tahun 2002 b. Bahan hukum sekunder Literatur, jurnal publikasi, makalah seminar dan hasil penelitian terdahulu. c. Bahan hukum tersier Kamus hukum dan ensiklopedi 3. Pendekatan yang digunakan Studi yuridis normatif, dengan mengumpulkan fakta di lapangan kemudian dikaitkan dengan dasar hukum yang berlaku. 4. Analisis Hukum Analisis hukum dilakukan dengan menggolong-golongkan sesuai klasifikasi yang dibutuhkan, kemudian pemberian kode-kode tertentu

12 sesuai dengan yang diinginkan, selanjutnya melakukan analisis bahanbahan hukum yang merupakan penguraian/narasi, pembahasan, menafsirkan temuan-temuan dengan pespektif atau sudut pandang tertentu. E. Kerangka Skripsi BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika BAB II Hak Cipta A. Pengertian ciptaan, Pencipta dan Hak cipta B. Lingkup Perlindungan Hak Cipta C. Perolehan Hak Cipta D. Pembatasan Hak Cipta E. Pelanggarandan Penyelesaian Lingkup Hak Cipta BAB III Doktrin Fair Use dalam Perlindungan Hak Cipta di Internet A. Implementasi Doktrin Fair Use dalam Kerangka Perlindungan Hak Cipta di Internet B. Permasalahan yang terjadi dalam Kerangka Perlindungan Hak Cipta di Internet

13 BAB IV Penutup A. Kesimpulan B. Saran