BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif (PDTO) merupakan salah satu mata

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Mekanik merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pengetahuan dapat menjadi kunci utama sebagai problem solver

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu atau berkualitas tinggi. Demikian satu-satunya wadah kegiatan

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Tingkat keberhasilan dalam pendidikan sendiri sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga fasilitator yang membimbing dan

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini pendidikan mengalami perkembangan yang pesat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

Siti Suci Winarni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pelajaran IPA fisika pada umumnya dianggap siswa sebagai pelajaran yang sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi suatu Negara agar dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai

BAB V PENUTUP. dengan metode ceramah dan metode tanya jawab. 2. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar K3 siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dirancang dan disajikan. Dengan dilaksanakannya Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: DIDIK PAMIRSA AJI A

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat meningkatkan dan hasil belajar siswa. terbaik dalam menyampaikan materi pelajaran. Agar proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang harus diberikan di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran ini

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. dan mendapat perhatian penting di Indonesia saat ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di masa mendatang.

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan. Aktivitas belajar dapat merangsang siswa terlibat secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN No. 1 Enu Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok

I. PENDAHULUAN. dimulai dari penguasaan materi sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini kemajuan IPTEK terus berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga. formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan bangsa Indonesia salah satunya adalah mencerdasakan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. edukatif tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa,

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan keputusan dengan cepat dan tepat waktu (frinaldi dan embi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

BAB I PENDAHULUAN. belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada domestika (Gulo, 2002:13). Oleh karena itu, peran guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

I. PENDAHULUAN. Menurut Hasbullah (2009:2). Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan

INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Keberhasilan proses pembelajaran biologi dapat diukur dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 10 No 2 (2015) 33-42

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif (PDTO) merupakan salah satu mata pelajaran yang penting terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan, keahlian dan teknologi. Dikatakan penting, karena mata pelajaran ini merupakan gabungan dari beberapa pokok bahasan seperti ilmu keagamaan, alat tangan dan lain sebagainya. Dalam penerapan pembelajarannya, PDTO dianggap sebagai sesuatu yang abstrak dan tidaklah menarik di mata peserta didik. Pada akhirnya anggapan tersebut berpengaruh pada minat peserta didik dalam belajar PDTO yang akibatnya prestasi belajar menjadi menurun. Dalam permasalahan pembelajaran PDTO ini, tampaknya peran guru sebagai penyampai pengetahuan dapat menjadi kunci utama sebagai problem solver dengan kemampuan dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran PDTO di sekolah. Pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan. Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara peserta didik dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif peserta didik dalam membangun 1

2 makna atau pemahaman. KBM perlu mendorong peserta didik untuk mengkomunikasikan gagasan hasil kreasi dan temuannya kepada peserta didik lain, guru, atau pihak-pihak lain. Dengan demikian, KBM memungkinkan peserta didik bersosialisasi dengan menghargai pendapat, perbedaan sikap, perbedaan kemampuan, perbedaan prestasi dan berlatih untuk bekerja sama. Seringnya rasa takut peserta didik yang muncul untuk melakukan komunikasi dengan guru, membuat kondisi kelas yang tidak aktif sehingga kembali pada rendahnya prestasi belajar peserta didik. Maka perlu adanya usaha untuk menimbulkan keaktifan dengan mengandalkan komunikasi yaitu antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik. Metode mengajar merupakan cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada peserta didik. Oleh karenanya guru sebagai pendidik berperan penting dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan berdampak positif pada hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran merupakan pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. SMK Swasta Pelita Bulu Cina merupakan sekolah yang ada di Hamparan Perak yang menghadapi permasalahan terkait dengan pembelajaran di sekolah. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode ceramah secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan

3 kaku dan didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana peserta didik hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi peserta didik untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga peserta didik menjadi pasif. Melalui observasi yang peneliti lakukan ke sekolah, cenderung bertolak belakang dengan tujuan tentang proses belajar di atas. Pada sistemnya pembelajaran masih cenderung bersifat berpusat pada guru. Terlihat suasana kelas yang cenderung kaku dan para siswa pasif, sehingga terkadang siswa tertidur dalam penjelasan materi pembelajaran, dan lambat dalam menyerap konsep yang disampaikan guru, dan juga guru hanya menerapkan metode pembelajaran ceramah yang tidak mengkombinasikan dengan model pembelajaran yang lain. Pembelajaran yang monoton dan penerapan sistem hapalan kerap membuat siswa menjadi pasif sehingga siswa tidak memiliki rasa ingin tahu, tidak memiliki pertanyaan dan juga tidak tertarik pada materi pembelajaran yang diajarkan, kondisi yang seperti ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dan ada kemungkinan juga dapat digolongkan menjadi salah satu faktor rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran PDTO. Hal ini dapat dilihat melalui data perolehan nilai mata pelajaran PDTO siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan di SMK Swasta Pelita Bulu Cina dari tahun 2010 2013

4 Tabel 1. Data Nilai Mata Pelajaran PDTO Kelas X Tahun Ajaran Standart Penilaian Kategori Jumlah siswa <70 Kurang 20 2010/2011 7,00 7,90 Cukup 11 8,00 8,90 Baik 8 9,00-10 Sangat Baik 2011/2012 2012/2013 <70 7,00 7,90 8,00 8,90 9,00-10 <70 7,00 7,90 8,00 8,90 9,00 10 Kurang Cukup Baik Sangat Baik Kurang Cukup Baik Sangat Baik 2 32 5 1 2 26 17 2 Sumber: Daftar Nilai Guru SMK Swasta Pelita Bulu Cina % Jumlah Siswa Keseluruhan 51,3 28,2 39 20,5 5 80 12,5 2,5 4,25 55,31 36,17 4,25 Tabel di atas menunjukan nilai rata-rata siswa selama tiga tahun terakhir tergolong masih rendah yaitu pada tahun 2010/2011 sebanyak 20 siswa atau 51,3 % dari 39 siswa, tahun 2011/2012 sebanyak 32 siswa atau 80 % dari 40 siswa, dan tahun 2012/2013 sebanyak 26 siswa atau 55,31 % dari 47 siswa. Nilai yang diperoleh siswa belum memenuhi dengan standart ketuntasan minimal, sedangkan standart ketuntasan minimal yang diterapkan oleh SMK Swasta Pelita Bulu Cina adalah 75. Menurut Bloom (1968) pembelajaran tuntas merupakan satu pendekatan pembelajaran yang difokuskan pada penguasaan siswa dalam sesuatu hal yang dipelajari. Selain hasil belajar yang masih rendah, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga masih rendah. Berdasarkan pengamatan peneliti saat observasi, aktivitas belajar siswa pada pembelajaran mata pelajaran PDTO seperti bertanya atau mengemukakan pendapat atau bahkan beradu argument masih jarang terjadi. Siswa kurang dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk melakukan aktivitas belajar dengan baik. Dalam hal ini siswa cenderung hanya menerima 40 47

5 pelajaran, kurang memiliki keberanian dalam menyampaikan pendapat, tidak bertanya jika ada materi yang kurang jelas, kurang memiliki kemampuan merumuskan gagasan sendiri dan siswa belum terbiasa bersaing dalam menyampaikan pendapat kepada orang lain. Pembelajaran kooperatif dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong-royong. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik diberi kesempatan bekerja sama dengan kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain untuk menyelesaikan atau memecahkan permasalahan secara bersama-sama. Pembelajaran kooperatif dalam PDTO akan dapat membantu peserta didik dalam belajar PDTO. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe STAD (Student Team Achievement Divisions). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang menciptakan suasana kelas lebih santai dan menyenangkan dan juga merupakan suatu teknik pembelajaran kooperatif yang didasarkan pada mekanisme tukar menukar anggota kelompok. Dimana, setiap anggota saling bekerjasama dan mambantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran dan mengkomunikasikan hasil perolehannya kepada kelompok lain, sehingga dapat menghidupkan suasana kelas, memberdayakan siswa, berfokus pada siswa, dan menciptakan kelas yang produktif dan menyenangkan. Model pembelajaran STAD memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengekspresikan pengetahuannya melalui diskusi. Dengan model ini diharapkan peserta didik menjadi aktif.

6 Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan Di SMK Swasta Pelita Bulu Cina Tahun Pelajaran 2014/2015. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah diantaranya : 1. Mata Pelajaran PDTO dianggap sebagai sesuatu yang kurang menarik di mata peserta didik. 2. Masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran PDTO 3. Peserta didik takut untuk melakukan komunikasi dengan guru sehingga membuat kondisi kelas yang tidak aktif. 4. Metode ceramah pada dasarnya hanya menempatkan siswa sebagai objek pembelajaran, bukan sebagai subjek pembelajaran. 5. Pemilihan Model Pembelajaran yang belum tepat. 6. Siswa masih belajar secara pasif dan informasi yang diterima kebanyakan dari guru. 7. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat membuat peserta didik menjadi aktif.

7 8. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Swasta Pelita Bulu Cina Tahun Ajaran 2014/2015 pada Mata Pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik. C. Pembatasan Masalah Karena keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan peneliti maka perlu dibatasi masalah dalam penelitiaan ini. Adapun batasan masalah dalam penelitiaan ini adalah: 1. Model pembelajaran yang digunakan selama kegiatan pembelajaran adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. 2. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Swasta Pelita Bulu Cina Tahun Ajaran 2014/2015 pada Mata Pelajaran PDTO. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitiaan ini adalah: 1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran PDTO pokok bahasan menerapkan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L) pada siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Swasta Pelita Bulu Cina Tahun Ajaran 2014/2015? 2. Bagaimanakah aktivitas Subjek (siswa) pada mata pelajaran PDTO kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Swasta Pelita Bulu Cina Tahun Ajaran

8 2014/2015 selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran PDTO pada siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Swasta Pelita Bulu Cina Tahun Ajaran 2014/2015. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari data hasil penelitian ini yaitu : 1. Bagi Guru Menjadikan salah satu teknik dari pendekatan kooperatif sebagai salah satu alternatif yang bisa menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap pelajaran PDTO. 2. Bagi Siswa Menambah motivasi dalam pembelajaran dan menambah pemahaman siswa mengenai mata pelajaran PDTO. 3. Bagi Sekolah Lebih meningkatkan kualitas proses belajar mengajar untuk keseluruhan mata pelajaran pada umumnya. 4. Bagi Peneliti Mengetahui penggunaan dari model pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar.