III. KERANGKA PEMIKIRAN Analisis Kelembagaan dan Pembangunan (Institutional Analysis and Development, IAD)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

Kerangka Analisis Kelembagaan dalam Pengelolaan CPRs. Oleh Kastana Sapanli

VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI IMPLIKASI PENERAPAN STANDAR PENGELOLAAN DI LAPANGAN

BAB IV ANALISIS. 4.1 Penentuan Batas Wilayah Adat

Gambar 2 Peta kawasan Kasepuhan Citorek di kawasan TNGHS.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

itu bisa dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

VI. GARIS BESAR PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) DI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI

LAMPIRAN KERTAS POSISI WWF INDONESIA TENTANG PEMANFAATAN TRADISIONAL SUMBER DAYA ALAM UNTUK KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN KONSERVASI

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian

8 KESIMPULAN DAN SARAN

X. ANALISIS KEBIJAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

ANALISIS KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT KASEPUHAN DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KEHUTANAN ACEH

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

Bab III Studi Kasus III.1 Sekilas Tentang Ciptagelar III.1.1 Bentang Alam di Daerah Kasepuhan Ciptagelar

PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI KEARIFAN LOKAL. Oleh: Gurniwan Kamil Pasya

PERATURAN DESA.. KECAMATAN. KABUPATEN... NOMOR :... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SERBA SERBI HUTAN DESA (HD)

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ada di Indonesia. Kebutuhan akan kawasan konservasi sebagai kawasan yang

2016 KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN SANITASI LINGKUNGAN PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT KASEPUHAN CIPTARASA KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI

IX. KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI AKIBAT PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I. PENDAHULUAN. yang berada di wilayah pesisir seperti Desa Dabong. Harahab (2010: )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

KARAKTERISTIK INDIVIDUAL ANGGOTA MASYARAKAT

3 METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Paradigma Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kesimpulan dari hasil penelitian berikut dengan beberapa rekomendasi yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan bagian penting dari negara Indonesia. Menurut angka

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang memiliki

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka. Taman Nasional

BAB IV GAMBARAN UMUM LSM

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Danau Tempe. seluruh wilayah perairan dan berlangsung sepanjang tahun.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TinjauanPustaka A. Definisi Sasi

BAB 5 ANALISIS KONFLIK SUMBERDAYA HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

Belajar dari Kebersahajaan Masyarakat Adat Asmat: Hutan Adalah Ibu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB V TEMUAN STUDI, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ABSTRAK. Kata kunci : masyarakat adat, Suku Dayak Limbai, Goa Kelasi, aturan adat, perlindungan sumberdaya hutan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DALAM PENATAAN RUANG

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA NEGLASARI Jl. Negla No. Neglasari Cidaun 43275

BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

PENDAHULUAN Latar Belakang

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

Transkripsi:

3.1. Kerangka Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.1. Analisis Kelembagaan dan Pembangunan (Institutional Analysis and Development, IAD) Analisis ini digunakan untuk mengetahui siapa saja pihak-pihak yang terlibat di dalam sistem kelembagaan masyarakat adat Kasepuhan Cibedug dan peran yang dijalankan serta aturan-aturan adat yang diterapkan pada Kasepuhan Cibedug. Teori dasarnya berangkat dari fungsi kelembagaan sebagai alat (tool) untuk mengarahkan, mengharmoniskan, mensinergikan atau membatasi perilaku perilaku manusia (human behavior) yang cenderung mementingkan diri sendiri, opportunistis, dan lain-lain (Hidayat 2009). Perilaku manusia atau human behavior dapat diterangkan dengan tiga teori (Hidayat 2009), yaitu : (1) Ekonomi klasik / neoklasik memandang perilaku manusia dipengaruhi oleh pasar, (2) Sosiologi dan politik melihat perilaku manusia dari sudut pandang hirarki, dan (3) Ekonomi kelembagaan menerangkan perilaku manusia dengan teori permainan tidak bekerjasama (non-cooperative game theory). Dalam analisis kelembagaan dan pembangunan (Institutional Analysis and Development, IAD) seperti dipaparkan Hidayat (2009), yang menjadi fokus analisis adalah perilaku manusia arena aksi (Arena Action, AA). Arena aksi dapat berupa suatu organisasi, masyarakat atau komunitas masyarakat (petani, nelayan, pesisir, suatu bangsa, negara, dan lain-lain). Dalam Arena Action rule (aturan) memiliki peran penting sebagai faktor untuk mengharmoniskan hubungan antara karakteristik fisik dunia dengan sifat masyarakat (nature of community). Rule akan mewarnai pola interaksi diantara individu dalam suatu arena yang terjadi. Pola ini seharusnya berjalan dinamis untuk terus berupaya mencari pola interaksi terbaik dalam suatu situasi aksi/arena. Attributes of physical world diartikan sebagai karakteristik fisik

dan transformasi dari sumberdaya alam dan lingkungan yang mempengaruhi keterkaitan aksi dengan outcome dan pengetahuan aktor. Jika rule (aturan) yang mengatur aktor dimana aksi utamanya adalah pemanfaatan sumberdaya hutan, maka aturan yang dibentuk harus disesuaikan dengan sifat fisik dari hutan itu sendiri. Kesalahan memahami karakteristik fisik akan kesalahan aturan main yang pada gilirannya akan mempengaruhi hasil akhir (outcome). Attributes of community didefinisikan sebagai norma perilaku, common understanding dari situasi aksi/arena, individual preferensi, dan alokasi/distribusi sumberdaya di kalangan anggota komunitas yang dianggap penting dan mempengaruhi situasi aksi. Dalam action arena atau arena aksi terdapat dua komponen (Hidayat 2009) yaitu : 1. Situasi aksi (action situation), merupakan ruang sosial (social space) tempat individu-individu berinteraksi mempertukarkan barang dan jasa, terlibat dalam aktifitas pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam, memecahkan permasalahan atau bersaing mengenai hal-hal yang setiap saat individu perbuat dalam arena. Situasi ini bersifat continous, dinamis dan berubah sehingga sulit menentukan kapan suatu aksi mulai dan kapan berakhir. Situasi aksi meliputi komponen yang antara lain : a. Partisipan, merupakan aktor yang telah berpartisipasi dalam situasi aksi. b. Posisi, tempat dimana partisipan berperan dalam situasi aksi, bisa sebagai bos, pekerja, pedagang, pengguna sumberdaya alam, dan lain-lain. c. Aksi, kegiatan yang dapat dilakukan oleh partisipan, misalnya menebang kayu, menanami lahan kosong, mengkoservasi hutan, dan lain-lain. 26

d. Potensial outcome, sesuatu yang dapat dihasilkan dari suatu dan dampak yang diakibatkan oleh aksi partisipan. e. Fungsi transformasi, pemetaan aksi partisipan dengan outcome f. Informasi, merupakan informasi yang tersedia bagi partisipan dimana dengan informasi tersebut diharapkan partisipan dapat melakukan aksi yang benar dan dapat memprediksi dari outcome tersebut. g. Biaya dan manfaat. 2. Aktor merupakan individu-individu yang terlibat dalam situasi aksi yang memiliki proferensi, kemampuan memproses informasi, kriteria seleksi dan sumberdaya. Aktor meliputi komponen antara lain : a. Preferensi, kesukaan atau kecenderungan aktor dalam merespon potensi outcome yang terkadang sangat tergantung pada rasionalitasnya. b. Kemampuan individu memproses informasi berdasarkan informasi yang tersedia. c. Individu selection criteria, kriteria yang dipakai oleh individu dalam membuat keputusan. d. Sumberdaya individual, merupakan modal untuk dapat melakukan aksi. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam menganalisis kelembagaan pada masyarakat adat Kasepuhan Cibedug dapat dilihat melalui Gambar 2 dibawah ini : 27

Kondisi Karakteristik Hutan (Attributes of physical world) Alokasi SDH di masyarakat adat kasepuhan Cibedug (Attributes of community) Aturan-aturan, nilai adat-adat yang digunakan oleh masyarakat adat kasepuhan Arena aksi Situasi aksi merupakan daerah adat masyarakat kasepuhan Cibedug Aktor atau pihak-pihak masyarakat kasepuhan yang terlibat dalam penggunaan SDH Pola interaksi yang dibentuk (pattern of interaction) Hasil dan dampak yang ditimbulkan dari arena aksi di masyarakat kasepuhan terhadap SDH Kriteria evaluasi Gambar 2. Diagram Teknik Analisis Kelembagaan dan Pembangunan (Institutional and Development Analysis) Kasepuhan Adat Cibedug, 3.2. Kerangka Operasional Kawasan hutan di Jawa Barat terutama di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak selain menjadi kawasan pelestarian alam yang berfungsi melestarikan keberadaan dari keanekaragaman hayati yang ada didalamnya juga dimanfaatkan sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan taman nasional maupun masyarakat adat kasepuhan yang berada di dalam kawasan taman nasional. Bentuk pemanfaatannya berupa hasil hutan kayu dan non kayu ataupun hasil dari jasa lingkungan dari hutan taman nasional tersebut, misalnya sebagai penghasil sumber air bersih. 28

Masyarakat adat Kasepuhan Cibedug berdasarkan informasi dari penelitian sebelumnya berada di dalam kawasan zona inti (Aprianto 2008). Masyarakat adat Kasepuhan Cibedug selain menempati kawasan zona inti untuk bermukim, mereka juga melakukan pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan didalam zona inti. Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan (SDH) oleh masyarakat adat Kasepuhan Cibedug menimbulkan kekhawatiran bahwa aktifitas yang mereka lakukan dapat menyebabkan terjadinya potensi perubahan kondisi sumberdaya hutan terutama didalam zona inti yang secara aturan formal negara tidak sesuai dengan Undang-Undang No 41 Tahun 1999 Pasal 33 Ayat 1. Sebagai masyarakat adat yang selalu memegang teguh tradisi leluhur secara turun-temurun, penentuan pembagian lahan SDH sudah tentu tidak dilakukan secara sembarangan proses pengelompokkannya. Selain itu, dalam pengelompokkan lahan SDH tersebut masyarakat adat juga mengelompokkan SDH yang dijaga keberadaannya oleh mereka yaitu dalam leuweung titipan (hutan titipan) sehingga timbul sebuah hipotesis apakah benar dengan keberadaan masyarakat adat kasepuhan Cibedug didalam kawasan zona inti menyebabkan kemungkinan dapat menimbulkan kerusakan terhadap sumberdaya hutan kawasan. Dengan menggunakan instrumen Institutional Analysis and Development (IAD), penelitian ini akan coba menggambarkan bagaimana pembentukan aturan main (rule) dan arena aksi yang terdapat di dalam masyarakat adat kasepuhan terhadap pemanfaatan yang dilakukan pada sumberdaya hutan serta potensi dampak yang ditimbulkan dari arena aksi tersebut. Sistem pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan yang dilakukan masyarakat adat Kasepuhan Cibedug selanjutnya dianalisis 29

menggunakan aturan formal perundang-undangan dengan tujuan melihat apakah aturan adat Kasepuhan Cibedug sesuai dengan peraturan perundangan. Peraturan perundangan yang digunakan mencakup aspek masyarakat adat beserta hak-hak yang didapat, aspek pemanfaatan kawasan hutan, aspek pemanfaatan sumberdaya hutan dan aspek sanksi. Peraturan perundangan yang digunakan yaitu dengan Undang- Undang No 41 Tahun 1999, Peraturan Menteri Kehutanan No 56 Tahun 2006, Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, Peraturan Menteri Agraria No. 5 Tahun 1999, Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2007. Konsep Ko-manajemen juga menjadi bahan analisis sebagai pertimbangan untuk mengetahui apakah konsep ini bisa dijadikan rekomendasi pengelolaan di terhadap keberadaan masyarakat adat Kasepuhan Cibedug di dalam kawasan dengan aktifitas pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan tanpa mengurangi fungsi taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam. Secara lebih jelas, uraian tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. 30

Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Mengelola Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Resort Cibedug Stakeholder terkait: a. Pemerintah Desa Citorek Barat b. LSM RMI Dimanfaatkan Masyarakat Adat Kasepuhan Cibedug Mengawasi kawasan dan menindak pelanggaran yang ada di kawasan a. Menyampaikan informasi mengenai urusan terhadap pemerintah desa b. Mendokumentasikan aturan adat yang ada di Kasepuhan Cibedug Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Analisis Kelembagaan dengan IAD Dasar Pengelolaan UU No 41 Tahun 1999 Permenhut No 56 Tahun 2006 UU No 5 Tahun 1990 Permen Agraria No 5 Tahun 1999 PP No 28 Tahun 2011 PP No 6 Tahun 2007 Perbandingan Pola Pemanfaatan Sumberdaya Hutan berdasarkan Adat Kasepuhan Cibedug Sejalan dengan Aturan Formal Tidak Sejalan dengan Aturan Formal Tidak Merusak Hutan Potensi Merusak Hutan Ko-Manajemen Sebagai Salah Satu Konsep Pengelolaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan secara Lestari Keterangan : Lingkup Penelitian Gambar 3. Diagram Alir Kerangka Berpikir Operasional 31