BAB V KONSEP. berkunjung menjenguk anaknya. Kostel yang mengangkat tema mengefisiensikan energi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV ANALISA TAPAK

Lapas Kelas I A Kedungpane

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV ANALISA. a. Kelompok kegiatan pribadi. pribadi, seperti : tidur, mandi, makan, belajar. b. Kelompok kegiatan bersama (sosial)

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu :

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT SUSTAINABLE ARCHITECTURE. Disusun Oleh : Nama : Neti Nim :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

KATA PENGANTAR. Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Bina Nusantara, Jakarta. TOPIK : ARSITEKTUR BERKELANJUTAN- HEMAT ENERGI

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

Konsep Penataan Massa

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB III : DATA DAN ANALISA

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Tabel 5.1 Perhitungan Besaran Program Ruang Gelanggang a. Pengelola. No Ruang Kapasitas Standar Ruang Luas Ruang Sumber

Kegiatan ini dilakukan penghuni apartemen

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

Transkripsi:

BAB V KONSEP Merancang sebuah kostel di Jakarta kususnya di daerah Universitas Bina Nusantara dimana kebutuhan akan tempat tinggal sangat diperlukan untuk para mahasiswa yang sedang menempuh pendidikannya dan para alumni yang sudah lulus dan membutuhkan tempat tinggal, serta kebutuhan tempat tinggal dimana para orang tua mahasiswa sedang berkunjung menjenguk anaknya. Kostel yang mengangkat tema mengefisiensikan energi dalam perancangan sebuah kostel dalam suatu arsitektur berkelanjutan harus lah memikirkan hal-hal yang dapat menunjang suatu kebutuhan kostel ini dengan menerapkan hal-hal yang dapat menghemat energi. V. 1. Konsep Perancangan Aspek Lingkungan V. 1.1. Kondisi Tapak A. Keberadaan Tapak Berada pada daerah padat lalu-lintas. Luas tapak : ± 8000 m². Kondisi tapak tidak berkontur, dimana keadaan tapak relatif rata. B. Batasan Tapak Utara tapak : Pemukiman warga Timur tapak : Pemukiman warga dengan batasan pepohonan Selatan tapak : Pemukiman warga dengan batasan jalan raya Barat tapak : Pemukiman warga dan lapangan dengan batasan jalan raya 106

C. Peraturan yang berlaku pada daerah tapak KDB 80% KLB 3.5 GSB 10m terhadap jalan Rawa Belong pada sebelah Barat tapak, dan GSB 6 m terhadap jalan Kebon Jeruk pada sebelah Selatan Tapak. Batas Ketinggian Bangunan = 6 Lantai D. Peta lokasi Tapak Peta V. 1. Lokasi Tapak 107

V. 1.2. Main Entrance Penentuan pintu masuk pada suatu tapak direncanakan diletakan pada sisi jalan rawabelong, karena pada perletakan ini tidak akan mengakibatkan kemacetan, juga letaknya yang dinilai strategis (mudah diketahui orang). Dan akses untuk jalur masuk-keluar kendaraan service diletakan pada sisi jalan kebon jeruk agar tidak mudah terlihat oleh pihak penghuni kostel ini. Sedangkan akses jalur untuk manusia diletakan dibagian sudut suatu tapak dan pada bagian tengah depan tapak, dengan tujuan untuk mempermudah atu lebih dekat dengan jika berjalan dari arah kampus, serta agar terciptanya suatu lingkungan terbuka. Gambar V. 1. Perletakan akses masuk-keluar kendaraan dan manusia 108

Masuk Kendaraan Pribadi Keluar Kendaraan Pribadi Akses Manusia Masuk Keluar Kendaraan Service Arus Lalu Lintas V. 1.3. Bentuk Berdasarkan Analisa Matahari Bentuk massa seperti ini cocok untuk diterapkan pada bangunan-bangunan yang berada pada daerah tropis dimana sinar matahari yang sangat terik bersinar. Dengan perletakan massa seperti ini pada sebuah tapak maka secara tidak langsung dapat menghemat biaya operasional pada bangunan tersebut, sehingga dapat menghemat pengeluaran energi. Gambar V. 2. Sisi memendek menghadap matahari Dengan ini dapat disimpulkan bentuk dan orientasi bangunan yang cocok untuk diterapkan didalam tapak yaitu dengan bentuk memanjang dengan sisi pendek 109

mengarah ke timur dan barat sedangkan sisi yang memanjang menghadap ke utara dan selatan. [gambar V. 2] V. 1.4. Zoning Tapak Dari faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan perletakan zoning maka didapatkan perletakan seperti pada gambar diatas. Dimana pada bagian selatan site merupakan daerah umum maupun service. Hal ini dikarenakan pada bagian selatan site merupakan area yang memiliki tingkat kebisingan yang sangat tinggi. Sedangkan pada bagian depan site merupakan area semi publik dan pada bagian belakang merupakan area yang bersifat private. Hal ini dikarenakan pada area ini memilki tingkat privasi yang lebih tinggi. Gambar V. 3. Zoning dalam Tapak Publik Private Perkir Service 110

V. 1.5. Ruang Luar Tapak Maksud dan tujuan dari penataan ruang luar ini adalah untuk dapat menciptakan dan mengolah sebuah lingkungan luar pada sebuah bangunan dimana kegiatan dan elemen-elemen yang berada didalamnya mendukung keberadaan bangunan yang berada didalamnya khususnya disini adalah sebuah Kostel. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan tata ruang luar pada sebuah Kostel ini adalah: Sebagaimana dari ketetapan pemerintah dan juga konsep bangunan yang diambil yaitu bangunan yang bersifat arsitektur berkelanjutan hemat energy maka pengolahan tata ruang luar haruslah memberikan penghijauan dan memberikan kesegaran baik untuk bangunan itu sendiri maupun untuk lingkungan sekitarnya. Pengolahan tata ruang luar haruslah dapat menyokong atau mensuport kegiatan yang berada pada bangunan didalamnya. Pengolahan ruang luar yang jelas dimana digunakan sebagai sirkulasi kendaraan ataupun tempat untuk kegiatan penghuni. Berdasarkan analisis terhadap ruang luar, ruang luar terdiri dari elemen lunak, yaitu penghijauan dan elemen keras yaitu perkerasan. a. Elemen lunak, untuk penutup tanah digunakan rumput sedangkan untuk peneduh digunakan pohon-pohon peneduh seperti beringin, ketapang, flamboyan, dll. [gambar V. 4] 111

Gambar V. 4. Elemen Pedestrian b. Elemen keras, untuk jalan kendaraan digunakan conblock dan untuk pendestrian menggunakan brick atau juga bisa mengunakan grassblock yang dapat berfungsi sebagai penyerapan. Kesimpulan : Lingkungan yang akan di desain pada sebuah Kostel yang mengangkat tema penerapan hemat energi pada sebuah bangunan kostel yang berkelanjutan ini adalah lingkungan yang harus memiliki penghijauan yang cukup sehingga dapat meningkatkan produksi oksigen yang mendukung kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, mengurangi polusi suara, dan meningkatkan kualitas iklim mikro, dengan adanya hal tersebut maka secara tidak langsung suhu didalam bangunan akan terasa lebih sejuk dan dapat mengurangi pengunaan peralatan elektronik sebagai alat bantu penyejuk udara. 112

V. 1.6. Sirkulasi Tapak Sirkulasi pada sebuah tapak bangunan kostel ini dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Sirkulasi Kendaraan Sirkulasi kendaraan bermotor didalam tapak ini haruslah dapat terorganisir dengan benar, sehingga tidak menyebabkan cossing dengan para pejalan kaki. Disamping itu juga pemberian tanda-tanda atau informasi arah yang jelas akan lebih membantu dalam pengaturan arah sirkulasi kendaraan. b. Sirkulasi Manusia Dengan menciptakan suatu pedestrian yang dipisah oleh beberapa elemen penunjang seperti pohon, lampu jalan, dll, diharapkan dapat memberikan kenyamanan tersendiri bagi pejalan kaki. Serta untuk meningkatkan suatu pencapaian kedalam sebuah bangunan, agar pejalan kaki tidak merasa bosan maka akan diciptakan suatu perjalanan arsitektur (architecture promenade). [gambar V. 5] Gambar V. 5. Architecture Promenade 113

V. 2. Konsep Perancangan Aspek Manusia V. 2.1. Tipe Penghuni Pada proyek kostel ini lebih menekankan pangsa pasar untuk mahasiswa Universitas Bina Nusantara dan juga komunitas karyawan alumni Universitas Bina Nusantara., serta para orang tua mahasiswa. Hal ini dikarenakan pada daerah lokasi yang akan dibangun sebuah proyek kostel ini berada pada kawasan Universitas Bina Nusantara yang mayoritas adalah para mahasiswa yang berasal dari luar kotayang tinggal sementara selama menempuh jalur pendidikan, serta para alumni Bina Nusantara yang sudah bekerja dan juga berdekatan dengan Universitas Bina Nusantara. Karena itu keberadaan kostel ini lebih cocok untuk dimanfaatkan sebagai tempat tinggal alternatif untuk para mahasiswa dan karyawan sebagai tempat tinggal yang memberikan fasilitas-fasilitas yang lengkap. Yang termasuk pengguna kostel adalah: Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan Alumni Universitas Bina Nusantara / karyawan Para orang tua mahasiswa kostel. Dibawah ini merupakan ciri-ciri dari para penghuni kostel dan juga tamu Tabel V. 1. Perbandingan sifat penghuni kostel Mahasiswa Alumni/karyawan Orang tua mahasiswa (sementara) Cenderung berkelompok dan Mampu beradaptasi dengan Berkumpul dengan berkumpul dengan sesama kondisi lingkungan anaknya 114

temannya urbanized Bersifat individualistis Membutuhkan keleluasaan Bersifat individualistis (satu keluarga) pribadi terutama untuk tempat tinggal Pekerjaan dan kedudukan bervariasi Pekerjaan dan kedudukan bervariasi Dinamis, dan mampu Berlatar belakang mengatasi ketidaknyamanan Memiliki rasa ingin bebas Mudah merasa bosan pendidikan yang cukup dan tinggi Dinamis, terus berusaha untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik V. 2.2. Tuntutan Penghuni Tuntutan dari penghuni kostel adalah mendapatkan sebuah tempat tinggal yang nyaman sehingga pada saat selesai dengan kegiatan rutinnya, penghuni dapat beristirahat dengan tenang. Selain itu penyediaan fasilitas-fasilitas yang lengkap dan juga faktor dari keamanan sangatlah menjadi prioritas utama dari tuntutan penghuni kostel. Pada penyewaan kamar yang ditawarkan oleh kos-kosan di daerah sekitar memberikan bermacam-macam fasilitas tergantung oleh pihak pengelola masingmasing, namun untuk masalah keamanan masih sangat kurang. Selain itu harga dari kamar tergolong tinggi. 115

V. 2.3. Daya Tampung Kostel Berdasarkan data yang diperoleh dari Universitas Bina Nusantara didapat jumlah mahasiswa dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, seperti pda diagram dibawah : Diagram V. 1. Persentase Penghuni Penginap, 10% Alumni Binus, 30% Mahasiswa Binus, 60% Pada bangunan kostel ini akan direncanakan dapat menempung 500 orang, dan berdasarkan angket maka didapat kebutuhan sebagai berikut: 60% adalah mahasiswa sebagai penghuni 30% adalah alumni sebagai penghuni 10% adalah penginap Berdasarkan hasil dari pengumpulan angket maka didapat jumlah kebutuhan kamar seperti berikut : Tipe A 50% x 500 = 250 orang = 250 kamar Tipe B 35% x 500 = 175 orang = 87 kamar (2 orang/kamar) Tipe C 10% x 500 = 50 orang = 12 kamar (4 orang/kamar) Tipe D 5% x 500 = 25 orang = 5 kamar (6 orang/kamar) 116

Luasan Kebutuhan Ruang : Hunian Tipe A 250 kamar x 21,75m 2 5437,5 m 2 Tipe B 87 kamar x 36,425m 2 3169 m 2 Tipe C 12 kamar x 46,895m 2 562,74 m 2 Tipe D 5 kamar x 65,15m 2 325,75 m 2 Sirkulasi 10% x 949,5 m 2 Kantor Pengelola 184,8 m 2 Fasilitas Umum Restaurant 419 m 2 Toserba/Minimarket 221 m 2 Faslitas Olah Raga 1416 m 2 Umum lain-lain 261,2 m 2 Service Area 244,75 m 2 Jadi Total Luasan Bangunan 13191,24 m 2 V. 2.4. Kebutuhan Luas Parkir Kebutuhan parkir menurut SK Menparpostel, mengenai kriteriahotel bintang 3 adalah 1 buah parkir mobil per 6 kamar, sedangkan jumlah total kamar yang ada adalah 354 kamar maka kebutuhan parkiran mobil sejumlah 354 / 6 = 59 buah parkiran untuk umum. 1 mobil = 2,5 x 5 m = 12,5m 2 x 59 = 737,5m 2 117

Sedangkan kebutuhan parkir motor diasumsikan 60% jumlah dari penghuni, hal ini didasari dari hasil surfey di beberapa kos-kosan di daerah sekitar Universitas Bina Nusantara, jadi perkiraan jumlah adalah 60% x 350 penghuni = 210 unit parkir motor. 1 motor = 1 x 2 m = 2m 2 x 210 = 420m 2 V. 3. Konsep Bangunan V. 3.1. Skema Organisasi Ruang Makro masuk parkir Service Restoran Lobby Utama Fasilitas Olah Raga Hunian Fasilitas Umum Gambar V. 6. Skema Organisasi ruang Makro 118

V. 3.2. Skema Organisasi Ruang Mikro A. Hunian Hall Utama R. Komunal Hunian A Hunian B Hunian C Hunian D Dapur Umum B. Kantor Pengelola Gambar V. 7. Skema Organisasi ruang Hunian R. Tunggu R. Sekretaris R. Pemasaran Toilet R. Oprasional R. Pimpinan R. Rapat R. Administrasi Gambar V. 8. Skema Organisasi ruang Pengelola 119

C. Restaurant Masuk Kasir/Pengawas Meja Saji Toilet Tempat Duduk Toilet R. Pengelola Dapur R. Persiapan Gudang R. Pendingin Gambar V. 9. Skema Organisasi ruang Restaurant 120

D. Minimarket Kasir/Pengawas Masuk R. Pamer R. Penitipan Barang R. Administrasi Toilet R. Pimpinan R. Staff R. Pengepakan R. Rapat Gudang Penerimaan Barang Gambar V. 10. Skema Organisasi ruang Minimarket V. 3.3. Konsep Analisa Bentuk Dari hasil analisa didapatkan massa yang tepat diaplikasikan di dalam tapak yang berbentuk kotak adalah massa bangunan dengan bentuk kotak pula hal ini dikarenakan akan mempermudah dalam hal pembentukan ruang dan juga arah orientasi massa bangunan. Disamping penentuan berdasarkan bentuk-bentuk dasar, menentukan bentuk gubahan massa bangunan diperlukan beberapa hal yang harus dipertimbangkan: Pengaruh lingkungan (arah matahari, arah angin, kebisingan, ketinggian bangunan sekitar). 121

Orientasi bangunan terhadap view. Sirkulasi kendaraan baik diluar tapak maupun didalam tapak. Kebutuhan akan ruang untuk melakukan kegiatan. Perletakan penzonaan kegunaan ruang. Penampilan bangunan yang akan ditampilkan agar dapat menghasilkan perencanaan bangunan yang menggambarkan kesan arsitektur. Gambar V. 11. Bentuk dasar bangunan kotak V. 3.4. Konsep Analisa Jenis Massa Pemilihan jenis bentuk masa sangat berpengaruh pda sebuah bangunan kostel yang mengangkat tema hemat energi pada sebuah bangunan kostel yang berkelanjutan. Berikut ini beberapa ciri jenis masa majemuk yang akan digunakan pada sebuah bangunan kostel. Jenis masa majemuk ini biasanya digunakan pada sebuah bangunan yang memiliki beberapa aktivitas yang berbeda sifatnya. 122

Pencapaian harus berpindah bangunan Sirkulasi pada tapak dapat tercipta lebih dinamis, karena adanya beberapa masa. Luas lahan tidak dapat dioptimalkan Dimensi ruang yang tercipta akan lebih kecil sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan alami dapat masuk kesetiap ruangan. Gambar V. 12. Masa Majemuk V. 3.5. Konsep Penerapan Energy Efficiency pada Bangunan Kostel V. 3.5.1. Sistem Penerangan Dalam perancangan kostel yang hemat energi ini akan memanfaatkan cahaya matahari secara maksimal sebagai penerangan alami pada waktu pagi hingga sore hari, sehingga pada waktu tersebut tidak perlu menggunakan lampu untuk 123

penerangan. Kususnya pada daerah-daerah hunian yang digunakan sebagai tempat tinggal. Untuk dapat menjangkau kesebagian bersar ruangan maka akan digunakan suatu kaca/reflector yang dapat mementulkan cahaya hingga sampai masuk kesebagian besar ruangan. [gambar V. 13] Gambar V. 13. Reflector sebaagai alat bantu masuknya cahaya Sedangkan penerangan buatan akan diusahakan seminimal mungkin dalam mengunakan energi listrik yang tersedia dengan memakai lampu yang hemat energi. V. 3.5.2. Sistem Penghawaan Pemanfaatan udara sekitar sebagai penghawaan didalam ruangan dengan menggunakan sistem cross ventilation. Dengan memanfaatkan penghawaan alami pada bangunan maka dapat mengurangi biaya listrik yang terbuang. Penempatan ruang terbuka dan masa bangunan secara berselang-seling dalam gagasan ini ditujukan untuk mengoptimalkan daya guna ruang terbuka sehingga tidak hanya berperan sebagai penyedia pencahayaan dan penghawaan alami rumah dan juga sebagai lahan hijau. Lebih dari itu ruang terbuka yang terjadi diharapkan juga bisa berperan untuk menampung aktivitas sehingga juga bernilai 124

sosial dan juga sebagai ruang-ruang transisi baik secara fisik maupun visual guna menciptakan kenyamanan psikologis. [gambar V. 14] Gambar V. 14. Pemberian jarak pada antar bangunan Disamping memberikan jarak pada setiap bangunan, solusi lain untuk penghawaaan dengan merancang sebuah ventilasi silang agar udara dapat mengalit dengan leluasa, serta memberikan bukaan-bukaan yang banyak agar udara tetap dapat masuk. [gambar V. 15] Model-model bukaan dengan kemampuan alir udaranya masing-masing antara lain sebagai berikut: Gambar V. 15. Jenis-jenis Jendela sebagai masuknya udara 125

Sedangkan penghawaan buatan agar suhu dapat tetap terjaga akan menggunakan AC (Air Conditioner), tetapi juga dengan memperhitungkan penempatan-penempatan jenis-jenis AC yang diletakkan pada tempat yang cocok. Agar dapat menghemat energi sebaiknya AC dipasang pada ruangan yang membutuhkan suatu ketenangan yang tinggi, dan ruangantersebut dapat diminimalkan bukaan udara agar suhu didalamnya lebih cepat tercapai, sehingga kompresor tidak terus menerus bekerja. V. 3.6. Sistem Pengairan A. Sistem Air Bersih Sistem air bersih pada bangunan kostel ini berasal dari PAM yang kemudian disalurkan ke reservoir bawah dan kemudian dipompa ke resevoir atas setalah itu baru disalurkan ke seluruh bangunan. [gambar V. 16] Unit Unit Reservoir Atas Fasilitas PAM Reservoir Bawah Pompa Toilet Gambar V. 16. Skema alur air bersih 126

B. Sistem Air Kotor Sistem air kotor dibagi menjadi 2 yaitu: Air Kotor Padat Air kotor padat dibuang melalui pipa-pipa yang melewati Shaft, kemudian ditampung didalam tangki-tangki. Setelah mengalami proses penyaringan dan pengendapan air kotor akan disalurkan ke tangki resapan. Air Kotor Cair Air kotor; kamar mandi, cuci piring, cucian dialirkan ke shaft melalui pipapipa, kemudian dialirkan ke tangki resapan dan setelah itu dialirkan ke riol kota. V. 3.7. Sistem Penanggulangan Keadaan Darurat Heat Detector untuk mendeteksi panas Smoke Detector untuk mendeteksi asap Flame Detector untuk mendeteksi lidah api Titik Panggil Manual (TPM) TPM yang digunakan adalah tombol yang ditekan secara manual jika terjadi kebakaran. Lampu Darurat Lampu yang akan menyala begitu alarm aktif. Sistem Komunikasi Darurat Sistem ini akan mematikan sarana yang ada secara otomatis jika terjadi kebakaran. Contohnya lift akan tidak berfungsi jika sistem mendeteksi terjadinya kebakaran. 127

Petunjuk Arah Keluar Dipasang di sepanjang jalur sirkulasi, koridor pintu darurat, dan pintu keluar. Sprinkler Memadamkan api dengan cara menyemprotkan air atau bahan pemadam lainnya seperti gas tertentu. Radius yang dapat dijangkau adalah 25 m 2 /unit Hidran kebakaran Radius pelayanan adalah 30 m 2 /unit Pemadam Ringan Merupakan pemadam berisi bahan kimia yang dapat digunakan dengan cara dibawa. V. 3.8. Sistem Komunikasi Telepone Internet Interkom Fasilitas faks V. 3.9. Sistem Keamanan Pada bangunan apartemen ini sistem keamanan yang digunakan yaitu dengan adanya penjaga-penjaga yang selalu siap membantu dan selalu siap siaga selain itu terdapat pula sistem kamera keamanan atau CCTV. V. 3.10.Sistem Pembuangan Sampah Sampah-sampah dari setiap unit dikumpulkan pada satu tempat dimana disediakan sebuah kontainer sampah sebelum diambil oleh truk sampah. Pada 128

manajemen apartemen mewajibkan penghuninya untuk memisahkan antara sampah organik dengan sampah anorganik. Sehingga memudahkan proses pembuangan sampah dan juga mempermudah proses pendauran ulang limbah buangan. Dengan penerapan sistem ini maka secara tidak langsung dapat membantu kelestarian lingkungan hidup. 129