Pengaruh Konsumsi Fastfood Terhadap Obesitas Anak Sekolah Dasar. The Influence of Fast Food Consumption on Obesity in Elementary School Children

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KEBUGARAN FISIK DAN IMEJ TUBUH DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA SMA Dl KOTA BANDA ACEH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD TERHADAP OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DASAR BANDA ACEH

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN RESIKO OBESITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

Hubungan Status Sosial Ekonomi dan Gaya Hidup dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Negeri 08 Alang Lawas Padang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

ENERGI DARI SUSU BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA BALITA USIA BULAN

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN OBESITAS PADA SISWA KELAS V DAN VI SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

KEBIASAAN MAKAN YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEGEMUKAN PADA REMAJA (Studi di SMP Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

Pengaruh Faktor Keturunan dan Gaya Hidup Terhadap Obesitas pada Murid SD Swasta di Kecamatan Ilir Timur 1 Palembang

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

ABSTRAK. Kata Kunci : karies gigi, nutrisi, dewasa muda. Universitas Kristen Maranatha

FAKTOR-FAKTOR GAYA HIDUP YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS ANAK SEKOLAH DASAR SWASTA BERNARDUS DAN HJ ISRIATI KELAS 4-6 DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

KUESIONER GAMBARAN TAYANGAN IKLAN FAST FOOD

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

PERBEDAAN. Disusun Oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH DASAR DAN HUBUNGANNYA TERHADAP STATUS GIZI DI SEKOLAH DASAR SUNGAI RAMBUTAN KABUPATEN OGAN ILIR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DAN NON- OBESITAS PADA MAHASISWA FK USU TAHUN Oleh: ZUHDINA KAMALIAH

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

POLA MAKAN ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD WILAYAH KELURAHAN CEMPAKA

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS

40 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT

ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

ABSTRAK PENGARUH DURASI TIDUR TERHADAP RISIKO OBESITAS PADA PRIA DEWASA. Mutiara Hermana, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, MKes, AIF

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA 8-10 TAHUN DI SD KATOLIK 03 FRATER DON BOSCO MANADO

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

Pengaruh Durasi Pemberian ASI dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

ASUPAN MAKRONUTRIEN DAN NATRIUM DARI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN SEBAGAI FAKTOR RESIKO KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK PAUD DI KOTA DENPASAR

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN LEMAK, DAN OBESITAS PADA REMAJA SLTP DI KOTA YOGYAKARTA DAN DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

PENGARUH PERILAKU MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR SMU METHODIST MEDAN TAHUN 2009 TESIS. Oleh

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

Transkripsi:

Mutiara Medika Vol. 7 No. 2:61-68, Juli 2007 Pengaruh Konsumsi Fastfood Terhadap Obesitas Anak Sekolah Dasar The Influence of Fast Food Consumption on Obesity in Elementary School Children Erwin Santosa Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ` Abstrak Obesitas adalah kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi obesitas antara lain frekuensi konsumsi fast food yang berlebihan, asupan makanan jajanan, status sosial ekonomi, aktifitas fisik dan perilaku aktivitas fisik yang tidak banyak bergerak sehari-hari. Prevalensi obesitas meningkat dari tahun ke tahun baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia, yang disebabkan oleh adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Pola makan di kota-kota besar telah bergeser dari pola makan tradisional ke pola makan barat yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi fast food terhadap obesitas anak SD. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian case control.. Lokasi penelitian di SDN 1 Sleman dan dilaksanakan pada bulan Mei 2007. Populasi penelitian ini adalah sejumlah siswa kelas yang bersekolah di SDN 1 Sleman. Alat ukur penelitian berupa kuesioner sebagai pedoman untuk wawancara. Data dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna (p e 0,0) pada umur (p = 0.666), jenis kelamin (p = 0,464), merasa gemuk (p = 0,36), takut gemuk (p = 0,079), serta usaha mengurangi konsumsi fast food (p = 1,00) untuk mencegah obesitas. Perbedaan yang bermakna (p d 0,0) didiapatkan pada konsumsi fast food (p = 0,002), aktivitas fisik (p = 0,014), aktivitas diam (p = 0,021), dan tingkat pendapatan keluarga (p = 0,026). Terdapat perbedaan yang bermakna untuk tingkat konsumsi fast food, aktivitas fisik, aktivitas diam dan tingkat pendapatan keluarga, sedangkan untuk umur, jenis kelamin, dan variabel lain tidak terdapat perbedaan yang bermakna Kata kunci : anak sekolah dasar, fast food, obesitas Abstrack Obesity is an excessive accumulation of fat inside human body. May factors influence obesity namely high frequency of fast food consumption, snacks intake, social economic status, physical activities and sedentary lifestyle. Obesity prevalence has been increasing every year in developed and developing countries including Indonesia; this is influenced by the change of lifestyle and eating habits. Dietary consumption in big cities has shifted from traditional to western pattern, which can cause imbalance quality of nutrients. This research aimed to identifying the influence of fast food consumption and other related factors on obesity in elementary school children. This research was an analytic observational study using case control research design. Research location was in Sekolah Dasar Negeri SDN 1 Sleman; and it was conducted in June 2007. Research subjects were 30 fifth-grade students in SDN 1 Sleman. Research tool used was a questionnaire as an interview guide. Data was analyzed using chi-square test. 61

dr. H Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes, Pengaruh Konsumsi Fastfood... The research results showed no significant differences (p e 0.) on age (p = 0.666), sex (p = 0.464), fat self-perception (p = 0.36), fear of being fat (p = 0.079), and effort to decrease fast food consumption to prevent obesity (p = 1.00). Significant differences (p = 0.0) were found in fast-food consumption (p = 0.002), physical activities (p = 0.014), sedentary lifestyle (p = 0.021) and family income (p = 0.026). There were significant differences in fast food consumption, physical activities, sedentary lifestyle and family income; meanwhile, age, sex, and other factors showed no significant differences. Key words: elementary school children, fast food, obesity Pendahuluan Peningkatan kemakmuran di Indonesia diikuti juga oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Pola makan, terutama dikota-kota besar, bergeser dari pola makan tradisional ke pola makan barat berupa makanan cepat saji yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang yang akhirnya dapat mengakibatkan tubuh kelebihan lemak (obesitas). 1 Di negara dengan keadaan sosial ekonomi yang telah maju, obesitas menjadi masalah yang penting. Di negara yang sedang berkembang, misalnya Indonesia, penyakit infeksi dan kurang gizi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. Masalah obesitas belum mendapatkan perhatian yang serius karena prevalensinya yang masih rendah bila dibandingkan dengan masalah penyakit infeksi dan kurang gizi. Akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini, kejadian obesitas diantara anak-anak dari keluarga dengan keadaan social ekonomi yang baik makin bertambah. 2 Oleh karena itu, masalah obesitas sudah mulai mendapat perhatian lebih banyak. Masalah obesitas sudah mulai terlihat terutama di kota-kota besar. Survei IMT pada 27 ibukota provinsi di Indonesia menunjukkan prevalensi obesitas sebesar 6,8 % pada laki-laki dewasa dan 13, % pada perempuan dewasa. Sedangkan menurut Susenas 1999, prevalensi obesitas pada balita sebesar,2 %. 3 Prevalensi obesitas di Amerika Serikat sebesar 11,1 % dan di Rusia sebesar 6 %. Di Amerika Serikat terdapat peningkatan angka obesitas yang sangat cepat antara tahun 1963-1980 pada kelompok umur 6-11 tahun sebesar 98 % sedangkan peningkatannya pada kelompok umur 12-17 tahun sebesar 64 %. 4. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi fast food terhadap obesitas pada anak Bahan dan cara Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah dasar di Yogyakarta, yaitu SD Negeri 1 Sleman dengan pertimbangan lokasi yang terjangkau oleh peneliti. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2007 ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan disain case control study. Populasi penelitian ini adalah sejumlah siswa kelas di SD Negeri 1 Sleman, Yogyakarta yaitu dari 44 siswa hanya 30 siswa yang terdata oleh peneliti Variabel tergantung disini: Obesitas, Variabel bebas adalah: Konsumsi fast food, variasi jenis, dan jumlah fast food yang dikonsumsi.variabel pengganggu seperti status sosial ekonomi orang tua.variabel demografi masing-masing subjek penelitian dikendalikan berdasarkan matching atau melalui uji statistik yang relevan. Berat Badan di timbang dengan timbangan injak dengan tingkat ketelitian 0, kg. Tinggi badan diukur dengan menggunakan Mikrotoise yang berskala 0-2 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Dan kuesioner yang mencakup pertanyaan sesuai data yang diperlukan. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan program komputer. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan computer dengan program 62

Mutiara Medika Vol. 7 No. 2:61-68, Juli 2007 SPSS versi 12.0 for windows. Pengolahan data melalui proses pemasukan data, tabulasi data dan pengediten data. Analisis data diperoleh dengan menggunakan uji statistic chi-square untuk uji beda dan regresi logistic berganda untuk uji multivarian. Tabel 1 : Prevalensi obesitas anak SD berdasarkan umur Umur n % n % n % 10 tahun 10 tahun 1 3,3 18 6 60,0 20,0 23 7 76,7 23,3 X² = 0,186 df = 1 p = 0,666 OR = 1,6 Dari 30 siswa yang didata terdiri dari 23 siswa dengan umur d 10 tahun, terdapat sebanyak (%) siswa yang mengalami obesitas dan 18 (60%) siswa yang tidak mengalami obesitas dengan rerata 76,7%. Sedangkan, siswa yang berumur e 10 tahun ada 7 siswa, yang mengalami obesitas hanya 1 (3,3%) siswa dan yang tidak mengalami obesitas sebanyak 6 (20%) siswa dengan rerata 23,3%. Dari tabel di atas dapat dilihat dari hasil X² d 3,84 (C tabel untuk df = 1) maka tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian obesitas. Anak dengan umur d 10 tahun resiko obesitasnya meningkat 1,6 kali lebih besar dari anak dengan umur e 10 tahun. Dan dari hasil tabel di atas tidak terdapat perbedaan yang bermakna (pe 0,0). Tabel 2 : Prevalensi obesitas anak SD berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin n % n % n % Perempuan Laki-laki 4 2 13,3 6,7 12 12 40 40 16 14 3,3 46,7 X² = 0,36 df = 1 p = 0,464 OR = 2 Dari 30 siswa terdiri 16 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki.tabel di atas menunjukkan siswa perempuan yang mengalami obesitas ada 4 (13,3%) dan yang tidak mengalami obesitas ada sebanyak 12 (40%) dengan rerata 3,3%. Sedangkan untuk laki-laki yang mengalami obesitas ada 2 (6,7%) dan yang tidak mengalami obesitas ada 12 (40%) dengan rerata 46,7%. Tabel di atas menunjukkan X² d 3,84 (C tabel untuk df = 1) maka tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian obesitas. Hasil OR menunjukkan bahwa anak perempuan resiko obesitasnya meningkat 2 kali lipat dibandingkan anak laki-laki. Dan dari hasil didapat bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p e 0,0). 63

dr. H Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes, Pengaruh Konsumsi Fastfood... Tabel 3 : Hubungan obesitas dengan tingkat konsumsi fastfood Tingkat konsumsi fast food n % n % n % Rendah Sedang Tinggi 0 1 0,0 3,3 9 12 3 30,0 40,0 10,0 9 13 8 30,0 43,3 26,7 X² = 12,12 df = 2 p = 0,002 Dari hasil tabel di atas ternyata bahwa banyaknya siswa yang mengkonsumsi fast food dengan tingkat yang paling rendah ada 9 (30,0%) siswa, tidak terdapat siswa yang mengalami obesitas, dan ada 9 (30,0%) siswa yang tidak mengalami obesitas. Dari tingkat konsumsi fast food yang sedang terdapat sebanyak 13 (43,3%) siswa,dengan siswa yang mengalami obesitas hanya 1 (3,3%) siswa dan yang tidak mengalami obesitas terdapat sebanyak 12 (40,0%) siswa. Tingkat konsumsi fast food yang tinggi terdapat 8 (26,7%) siswa, yang mengalami obesitas terdapat (%) siswa dan 3 (10.0%) siswa yang tidak mengalami obesitas. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa X ² e,99 (C tabel untuk df = 2) berarti bahwa terdapat hubungan antara konsumsi fast food dengan kejadian obesitas dan terdapat perbedaan yang bermakna (p d 0,0). Tabel 4 : Hubungan obesitas dengan tingkat aktivitas fisik. Rendah Sedang Tinggi Obesitas Non obesitas total n % n % n % 4 13,3 3 10,0 7 23,3 2 6,7 12 40,0 14 46,7 0 0,0 9 30,0 9 30,0 X² = 8,71 df = 2 p = 0,014 Tabel di atas menunjukkan bahwa banyaknya siswa dengan tingkat aktivitas fisiknya yang paling rendah ada 7 (23,3%) siswa, terdapat 4 (13,3%) siswa yang mengalami obesitas, dan ada 3 (10,0%) siswa yang tidak mengalami obesitas. Dari tingkat aktifitas fisiknya sedang terdapat sebanyak 14 (46,7%) siswa,dengan siswa yang mengalami obesitas ada 2 (6,7%) siswa dan yang tidak mengalami obesitas terdapat sebanyak 12 (40,0%) siswa. Tingkat aktifitas fisiknya tinggi terdapat 9 (30,0%) siswa, tidak terdapat siswa yang mengalami obesitas dan 9 (30,0%) siswa yang tidak mengalami obesitas. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa X ² e,99 (C tabel untuk df = 2) berarti bahwa terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian obesitas dan terdapat perbedaan yang bermakna (pd 0,0). 64

Mutiara Medika Vol. 7 No. 2:61-68, Juli 2007 Tabel : Hubungan obesitas dengan tingkat aktivitas diam (nonton TV, main komputer main game) Tingkat aktivitas diam Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 0 0,0 13 43,3 13 1 3,3 6 6 20,0 11 43,3 20,0 36,7 X² = 7,746 df = 2 p = 0,021 Hasil tabel di atas menunjukkan banyaknya siswa dengan tingkat aktivitas diam yang paling rendah ada 13 (43,3%) siswa, tidak terdapat siswa yang mengalami obesitas, dan ada 13 (43,3%) siswa yang tidak mengalami obesitas. Dari tingkat aktifitas diamnya sedang terdapat 6 (20,0%) siswa,dengan siswa yang mengalami obesitas ada 1 (3,3%) siswa dan yang tidak mengalami obesitas terdapat sebanyak (%) siswa. Tingkat aktifitas diam tinggi terdapat 11 (36,7%) siswa, terdapat () siswa yang mengalami obesitas dan 6 (20,0%) siswa yang tidak mengalami obesitas. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa X ² e,99 (C tabel untuk df = 2) berarti bahwa terdapat hubungan antara tingkat aktivitas diam dengan kejadian obesitas dan terdapat perbedaan yang bermakna (p d 0,0). Tabel 6 : Hubungan obesitas dengan tingkat pendapatan keluarga Tingkat pendapatan keluarga n % n % n % Rendah Sedang Tinggi 0 1 0,0 3,3 8 10 6 26,7 33,3 20,0 8 11 11 26,7 36,7 36,7 X² = 7,273 df = 2 p = 0,026 Dari hasil tabel di atas menunjukkan terdapat bahwa banyak siswa dengan tingkat pendapatan keluarga yang paling rendah ada 8 (26,7%) siswa, tidak terdapat siswa yang mengalami obesitas, dan ada 8 (26,7%) siswa yang tidak mengalami obesitas. Dari tingkat pendapatan keluarga sedang terdapat sebanyak 11 (36,7%) siswa, yang mengalami obesitas hanya 1 (3,3%) siswa dan yang tidak mengalami obesitas terdapat sebanyak 10 (33,3%) siswa. Tingkat pendapatan keluarga yang tinggi terdapat 11 (36,7%) siswa, yang mengalami obesitas terdapat (%) siswa dan 6 (20.0%) siswa yang tidak mengalami obesitas. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa X ² e,99 (C tabel untuk df = 2) berarti bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian obesitas dan terdapat perbedaan yang bermakna (pd 0,0). 6

dr. H Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes, Pengaruh Konsumsi Fastfood... Tabel 7 : Hubungan obesitas dengan perasaan merasa gemuk ( psikologi ) Merasa kegemukan n % n % n % Ya 1 3,3 7 23,3 8 26,7 Tidak 17 6,7 22 73,3 X² = 0,384 df = 1 p = 0,36 OR = 0,48 Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 8 (26,7) siswa yang merasa gemuk, ada 1 (3,3%) siswa yang memang obesitas dan 7 (23,3%) siswa yang tidak mengalami obesitas. Sedangkan, bagi siswa yang tidak merasa kegemukan terdapat 22 (73,3%), didapatkan (%) siswa yang mengalami obesitas dan ada 17 (6,7%) siswa tidak mengalami obesitas. Hasil dari X² d 3,84 (C tabel untuk df = 1) berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara perasaan gemuk seseorang terhadap kejadian obesitas. Hasil p e 0,0 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Dan hasil OR menunjukkan bahwa tidak berpengaruhnya antara perasaan gemuk maupun tidak terhadap kejadian obesitas seseorang. Tabel 8 : Hubungan obesitas dengan perasaan takut gemuk ( psikologi ) Takut gemuk n % n % n % Ya Tidak 2 4 6,7 13,3 10 14 33,3 46,7 12 18 40,0 60,0 Total 6 20 24 80,0 30 100,0 X² = 0,139 df = 1 p = 0,709 OR = 0,7 Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 12 (40,0%) siswa yang takut gemuk, ada 2 (6,7%) siswa yang mengalami obesitas dan 10 (33,3%) siswa yang tidak mengalami obesitas. Sedangkan, bagi siswa yang tidak takut gemuk terdapat 18 (60,0%), didapatkan 4 (13,3%) siswa yang mengalami obesitas dan ada 14 (46,7%) siswa tidak mengalami obesitas. Hasil dari X² d 3,84 (C tabel untuk df = 1) berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara perasaan takut gemuk seseorang terhadap kejadian obesitas. Hasil p e 0,0 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Hasil OR menunjukkan bahwa anak-anak yang mempunyai perasaan takut gemuk dapat meningkatkan 1,4 kali lipat kejadian obesitas seseorang dibandingkan anakanak yang memang tidak takut akan kegemukan. Tabel 9 : Hubungan obesitas dengan perasaan berusaha mengurangi makanan fast food Berusaha mengurangi makanan fastfood n % n % n % Ya Tidak 1 3,3 4 20 13,3 66,7 2 83,3 Total 6 20,0 24 80,0 30 100 X² = 0,00 df = 1 p = 1,00 OR = 1,00 66

Mutiara Medika Vol. 7 No. 2:61-68, Juli 2007 Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat (%%) siswa yang berusaha mengurangi makanan fast food, hanya 1 (3,3%) siswa yang mengalami obesitas dan (%) siswa yang tidak mengalami obesitas. Sedangkan, bagi siswa yang tidak berusaha mengurangi makanan fast foodnya terdapat 2 (83,3%), didapatkan (%) siswa yang mengalami obesitas dan ada 20 (66,7%) siswa tidak mengalami obesitas. Hasil dari X² d 3,84 (C tabel untuk df = 1) berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara usaha untuk mengurangi makanan fast food seseorang terhadap kejadian obesitas. Hasil p e 0,0 menunjukkan bahwa sama sekali tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Hasil OR menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak punya usaha untuk mengurangi makanan fast foodnya dapat meningkatkan 1 kali lipat kejadian obesitas seseorang dibandingkan anak-anak yang memang takut akan kegemukan. Pembahasan Berdasarkan karakteristik responden dan analisa data di atas, maka dapat disajikan pembahasan sebagai berikut : Prevalensi obesitas dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada penelitian ini didapatkan prevalensi obesitas pada siswa kelas V SDN 1 di Kabupaten Sleman Yogyakarta ( tabel I ) sebesar 76,7% untuk siswa yang kurang dari 10 tahun dan 23,3% untuk siswa yang umurnya lebih dari 10 tahun. Hasil juga didapatkan prevalensi obesitasnya untuk siswa perempuan 3,3% dan siswa laki-laki 46,7%. Beberapa penelitian sebelumnya antara lain di Jakarta 1987, pada anak umur 6-18 tahun kejadian obesitas adalah 6,7% terdiri dari anak perempuan 3,1% dan anak laki-laki 10,2%. Pada anak sekolah umur 6-12 tahun, obesitas ditemukan sekitar 0-4%. Dari sini terlihat bahwa di Yogyakarta pada tahun 199 setelah penelitian di Jakarta ada kecenderungan meningkatnya prevalensi obesitas dibandingkan sebelumnya. Kecenderungan meningkatnya obesitas ini terjadi karena beberapa faktor antara lain, semakin meningkatnya keadaan sosial ekonomi masyarakat, sehingga mampu mengkonsumsi makanan dengan kandungan kalori tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goreng, kentang goreng, sebagai fast food yang lebih banyak mengandung protein, lemak, gula dan garam akan tetapi miskin serat. 6 Juga tersedianya makanan ringan atau berbagai jenis makanan camilan, yang pada waktu sekarang ini banyak menjamur terutama di kota-kota besar. 7 Seperti juga yang dilihat dari perilaku menonton TV yang berlebihan ( tabel V ), sehingga mengurangi penggunaan energi, apalagi kalau menonton TV sambil makan, tidak terasa menyebabkan pemasukan kalori cukup tinggi. Meningkatnya obesitas juga dipengaruhi ketidaktahuan orang tua, yaitu merasa bangga kalau mempunyai anak yang gemuk, sehingga obesitas dianggap bukan suatu kelainan, ini menyebabkan tidak adanya keinginan orang tua untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai keadaan obesitas anaknya. Padahal, seperti diuraikan sebelumnya, obesitas pada anakanak biasanya akan berlanjut menjadi obesitas pada masa dewasa. Dan komplikasi yang terjadi akibat dari obesitas cukup banyak, sehingga pencegahan obesitas lebih baik dilakukan seawal mungkin. 8 Mengenai tingkat pendapatan keluarga ( tabel VI ), terdapat masingmasing 36,7% bagi tingkat pendapatan keluarganya tinggi maupun bagi tingkat pendapatan keluarganya yang sedang dan 26,7% bagi siswa dengan tingkat pendapatan keluarganya rendah. Ternyata pada penelitian kali ini yang menghabiskan uang jajan justru persentasenya lebih kecil tejadinya obesitas dibandingkan dengan apa yang menghabiskan sebagian uangnya atau tidak menentu dalam hal ini terdapat perbedaan yang bermakna (pd 0,0). Mengapa yang menghabiskan uang jajan justru menunjukkan persentase lebih kecil untuk terjadinya obesitas dan secara statistik berbeda bermakna bahwa jajan tidak mempengaruhi kejadian obesitas? Hal ini karena makanan jajan ternyata lebih bergizi seimbang dibandingkan beberapa 67

dr. H Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes, Pengaruh Konsumsi Fastfood... jenis fast food. Selain itu lebih murah, alami dan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi Indonesia, sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat banyak. Mengenai makanan yang dikenal sebagai fast food, terdapat 30% siswa dengan tingkat konsumsi fast food nya rendah, 43,3% sedang, dan 26,7% yang tingkat konsumsi fast foodnya tinggi.yang berarti ada hubungan yang bermakna antara konsumsi fast food dengan kejadian obesitas (pd 0,0). Ini berarti pernah makan fast food mempunyai kemaknaan untuk terjadinya obesitas. Ini karena fast food merupakan makanan dengan kandungan kalori, lemak, dan gula yang tinggi. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat konsumsi fast food, aktivitas fisik, aktivitas diam juga pada tingkat pendapatan keluarga. Untuk umur, jenis kelamin, serta dari segi psikologi dari siswa yang merasa gemuk, takut gemuk maupun yang berusaha untuk mengurangi makanan fast food tidak terdapat perbedaan yang signifikan.. Saran Berdasar kesimpulan di atas, diberikan saran yaitu antara lain: perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai hubungan kejadian obesitas dengan konsumsi fast food pada anak SD. Perlu antisipasi lebih lanjut tentang kejadian obesitas pada murid Sekolah Dasar, sehingga obesitas pada anak bisa dicegah atau diterapi dengan baik dan tidak berlanjut menjadi obesitas di masa dewasa. Perlu himbauan pada anak SD untuk mengurangi frekuensi mengkonsumsi fast food, jajanan lain yang rendah nutrisi dengan mengganti makanan berserat seperti sayuran/buah-buahan. Perlu penelitian dengan sampel yang lebih besar dan wilayah yang tercakup luas serta perlu pengamatan frekuensi konsumsi fast food, jajanan,asupan makanan,aktivitas fisik dalam waktu yang lama (penelitian retrospectif). Daftar Pustaka 1. Ginanjar, Genis. Klinik Sehat: Kegemukan dan Obesitas. Http:// us.click.yahoo.com/a.zma/fpqlaa/ HwkMAA/4t WO 1B/TM. Tanggal Akses Desember 200. 2. Huriyati, Emy. 2003. Aktivitas Fisik Remaja di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta peran Aktivitas Fisik Menyumbang Terhadap Kejadian Obesitas. Tesis. Yogyakarta. 3. Nurkhalida, Raden Endah. 200. Beberapa Faktor yang berperan terhadap kejadian Obesitas pada Siswa SLTP Yos Sudarso Kerawang Jawa Barat. Tesis. Yogyakarta. 4. Padmiatri Ida Ayu Eka, Hadi Hamam. Konsumsi fast food sebagai factor resiko obesitas pada anak SD. Available from URL: Hiperlink http:// www.tempo.co.id/medika/online/ tmp.online.old/art-3.htm.. Ross and Pate. 1987.Childhood Obesity. http;/www.en.wikipedia.org/wiki/ obesity. Tanggal Akses Desember 200. 6. Soedibyo,Soepardi., Meilany, Tinuk (2006). Factors Influencing Obesity on School-Aged Children. Journal Medika Indonesia., 1 (1), 43-4. 7. Soetjiningsih. 199. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta; EGC. 8. Usman, Itawahyuni. 200. Perbedaan Sosial Ekonomi dan Status Gizi Orang Tua pada Anak Obesitas dan tidak Obesitas di SD lempuyangwangi,yogyakarta.skripsiyogyakarta 68