BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kepmenkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Puskesmas. adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis. profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

DAFTAR PUSTAKA. Abdelhak, M., Grostik, S., Hanken, M. A. (2001). Health Information Management of a Strategic Resource. Sydney: W B Saunders Company.

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

PENDAHULUAN. bidang pelayanan kesehatan. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pusat pembangunan kesejahteraan, pusat pembinaan peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI. No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya

penyimpanan yang dipakai kurang baik, maka akan timbul masalah-masalah yang mengganggu proses ketersediaan berkas rekam medis. Menurut Budi (2011),

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah. yang bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes Nomor. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. puskesmas. Menurut Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014 tentang. Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan dan kenyamanan pasien serta masyarakat. Salah. kesehatan. Sehingga jika dari masing-masing unit sudah

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknik dinas

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Permenkes No : 269/Menkes/PER/III/2008 yang dimaksud rekam

BAB I PENDAHULUAN. pasien rawat jalan, rawat darurat dan rawat inap dengan berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010, Rumah sakit adalah institusi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

penyimpanan, (c) mudah pengambilannya, (d) melindungi berkas rekam medis dari bahaya pencurian, bahaya kerusakan fisik, kimiawi dan biologi.

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat. Di dalam puskesmas terdapat suatu unit

BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN Komponen Masukan (Input) 1. Tenaga rekam medis jumlahnya sudah mencukupi untuk Rumah Sakit

JENIS FORMULIR REKAM MEDIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB I : PENDAHULUAN. setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan rekam medis dalam memberikan. penerimaan pasien, yang diteruskan dengan kegiatan pengeluaran berkas

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Hospital Association dalam Rustiyanto (2010),

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelihara kerena bermanfaaat bagi pasien, dokter dan rumah sakit. pengobatan dan perawatan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permenkes No. 128 tahun 2004 pengertian Puskesmas. adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah organisasi pelayanan kesehatan yang. bertujuan memberikan pelayana kesehatan yang bermutu dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang menaungi tenaga medis. profesional dan terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas, yang masing-masing bekerja

BAB I PENDAHULUAN. dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki derajat kesehatan yang optimal, adil dan. berkesinambungan diseluruh wilayah Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya. penyembuhan penyakit dan pemuliahan kesehatan, yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djojosoegito dalam Hatta (2008) rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dikelola dengan manajemen sederhana, tetapi harus. berbagai perubahan. Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di dalam rumah sakit. terdapat suatu Unit Rekam Medis yang merupakan komponen

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang. klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengapa dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

TINJAUAN PELAKSANAAN SISTEM PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI BAGIAN FILING RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam lemari maka akan timbul kesulitan besar pada saat nanti akan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. 340/MENKES/PER/III/2010, Rumah sakit merupakan institusi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

BAB I PENDAHULUAN. pada fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap

TINJAUAN PENGGUNAAN SISTEM PENJAJARAN DRM DENGAN METODE SNF (STRAIGHT NUMERICAL FILLING) DI FILLING RUMAH SAKIT ISLAM MUHAMMADIYAH KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DALAM BATAS WAKTU PELENGKAPAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu. Kesehatan juga merupakan topik yang tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kepmenkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Salah satu fungsi Puskesmas menurut Kepmenkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 adalah sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Puskesmas selain merupakan penyelenggara pelayanan kesehatan (PPK) strata satu, namun berfungsi pula sebagai pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta sebagai pusat pembangunan berwawasan dalam suatu wilayah kecamatan yang menjadi tanggung jawabnya. Sebagai PPK strata satu puskesmas diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di wilayah kerjanya dengan menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Kepmenkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 untuk mencapai visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, puskesmas diwajibkan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut merupakan upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang kemudian dikelompokkan menjadi dua yaitu upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Selain upaya kesehatan wajib dan pengembangan ada pula upaya kesehatan yang wajib diselenggarakan oleh puskesmas karena merupakan upaya

2 penunjang dari setiap upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya tersebut adalah laboratorium medis, laboratorium kesehatan, dan upaya pencatatan laporan. Upaya pencatatan laporan disini termasuk layanan rekam medis. Rekam medis menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Fungsi dari rekam medis/rekam kesehatan (kertas) atau rekam kesehatan elektronik (RKE) adalah untuk menyimpan data dan informasi pelayanan pasien. Unit rekam medis mempunyai sistem penerimaan pasien, sistem pengelolaan berkas rekam medis, dan sistem statistik. Untuk sistem pengelolaan berkas rekam medis terdiri dari beberapa subsistem yaitu assembling, coding, indeksing, filing, dan retensi (Budi, 2011). Berdasarkan hasil observasi di Puskesmas Pleret pada tanggal 11 Maret 2014 kegiatan pengkodean diagnosis penyakit dilaksanakan oleh dokter, dokter gigi, perawat gigi, perawat, bidan yang memberikan pelayanan kepada pasien. Dalam Hatta (2008) disebutkan bahwa pengkodean harus dilakukan oleh tenaga yang memiliki kompetensi. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Rekam Medis disebutkan bahwa seorang perekam medis memiliki kewenangan untuk melaksanakan sistem klasifikasi klinis dan kodefikasi penyakit yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis sesuai terminologi medis yang benar. Sedangkan dalam standar kompetensi dokter, dokter gigi, perawat, perawat gigi dan bidan tidak

3 disebutkan bahwa mereka memiliki kompetensi untuk melakukan pengkodean diagnosis. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan penelitian untuk melihat pemahaman petugas pengkodean di Puskesmas Pleret terhadap pelaksanaan pengkodean diagnosis pasien rawat jalan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pemahaman petugas pengkodean terhadap pelaksanaan pengkodean? C. Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pemahaman petugas pengkodean terhadap pelaksanaan pengkodean diagnosis penyakit pasien rawat jalan. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui proses kegiatan pengkodean di Puskesmas Pleret 2. Mengetahui pemahaman petugas pengkodean terhadap pelaksanaan pengkodean diagnosis penyakit pasien rawat jalan di Puskesmas Pleret. 3. Mengetahui persentase ketepatan pengkodean diagnosis penyakit pasien rawat jalan di Puskesmas Pleret.

4 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi Puskesmas Sebagai bahan masukan puskesmas dalam pelaksanaan pengkodean diagnosis penyakit pasien. b. Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan terkait pelaksanaan coding di puskesmas, menambahan wawasan dan pengalaman secara langsung dalam pengaplikasian teori yang didapatkan di institusi pendidikan dengan di lapangan. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan referensi dalam pengkodean diagnosis penyakit. Sebagai tolok ukur sejauh mana teori yang telah diberikan dapat diaplikasikan di lapangan. b. Bagi peneliti lain Sebagai dasar acuan dan referensi bagi penelitian lain yang akan melaksanakan penelitian yang sejenis maupun yang akan melakukan pengembangan penelitian yang sama. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman petugas pengkodean terhadap pelaksanaan pengkodean ini belum pernah dilakukan

5 oleh peneliti lain, akan tetapi terdapat beberapa penelitian yang serupa antara lain; 1. Putri (2011) yang berjudul Pemahaman Petugas Rekam Medis Terhadap Pelaksanaan Filing di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman petugas rekam medis tentang pengelolaan rekam medis khususnya terhadap pelaksanaan filing di Instalasi Rekam Medis RSJD Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa petugas rekam medis pada bagian filing di RSJD Soedjarwadi secara umum telah paham tentang pengertian dan manfaat rekam medis menurut peraturan perundangan. Petugas filing hanya paham pada sistem penyimpanan yang digunakan di RSJD Soedjawadi yaitu sistem penyimpanan sentralisasi dan tidak paham tentang sistem penyimpanan desentralisasi. Petugas filing umumnya telah paham tentang sistem penjajaran angka tepi (terminal digit filing system), tetapi tidak paham dengan sistem penjajaran langsung (straight numerical system) dan sistem penjajajan angka tengah (middle digit filing system). Pelaksanaan pengembalian berkas rekam medis ke dalam rak penyimpanan masih sering terjadi kesalahan letak berkas rekam medis yang dikarenakan petugas ada kepentingan lain sehingga tergesa-gesa pada saat melaksanakan pengembalian berkas rekam medis. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Putri (2011) adalah sama-sama meneliti tentang kepahaman petugas rekam medis. Selain itu persamaan lainnya adalah sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

6 Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitian. Jika pada penelitian Putri (2011) subjek penelitiannya adalah petugas pada bagian filing dan objeknya adalah pemahaman petugas rekam medis terhadap pelaksanaan filing. Sedangkan subjek pada penelitian ini adalah petugas pengkodean yang memiliki tugas pokok sebagai dokter, bidan dan perawat. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah pemahaman petugas pengkodean terhadap pelaksanaan pengkodean. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian Putri (2011) adalah pada rancangan penelitiannya, rancangan penelitian Putri (2011) adalah cross-sectional sedangkan rancangan penelitian ini adalah fenomenologi. 2. Istiqomah (2011) yang berjudul Pemahaman Petugas Administrasi Bangsal dalam Pelaksanaan Sensus Harian Pasien Rawat Inap di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman petugas administrasi bangsal mengenai langkah-langkah pelaksanaan sensus harian pasien rawat inap di RSUD Muntilan Kab.Magelang, mengetahui pemahaman petugas administrasi bangsal mengenai pengisian sensus harian pasien rawat inap di RSUD Muntilan Kab. Magelang, mengetahui dampak yang ditimbulkan dari ketidaklengkapan dalam pengisian sensus harian pasien rawat inap terhadap kelancaran pelaporan di RSUD Muntilan Kab. Magelang. Hasil dari penelitian ini adalah hampir semua responden paham tentang koordinasi yang dilakukan dengan petugas rekam medis dalam pelaksanaan sensus harian paien rawat inap dan proses sensus harian rawat inap tiba di bagian rekam medis. Sedangkan sebagian responden

7 tidak paham tentang mekanisme pelaksanaan sensus harian pasien rawat inap. Belum ada responden yang paham tentang pengisian sensus harian pasien rawat inap dikarenakan masih terdapat item sensus harian pasien rawat inap yang terisi tidak lengkap ataupun tidak terisi. Dampak ketidaklengkapan pengisian sensus harian pasien rawat inap bagi kelancaran proses pelaporan di rumah sakit diantaranya yaitu penyampaian laporan kepada pihak internal (pihak rumah sakit) seperti laporan tribulan, laporan diagnosis, dan laporan statistik rumah sakit (laporan BOR, LOS,TOI, dll) menjadi terlambat. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Istiqomah (2011) adalah sama-sama meneliti tentang kepahaman petugas rekam medis. Selain itu persamaan lainnya adalah sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitian. Jika pada penelitian Istiqomah (2011) subjek penelitiannya adalah petugas pada administrasi bangsal yaitu bangsal ICU, Flamboyan, Kenangan, Gladiol, Mawar, Menur, Melati, Seruni dan Aster. Objek dari penelitian Istiqomah (2011) adalah sensus harian pasien rawat inap tiap bangsal sebelum dikumpulkan ke sub bagian rekam medis di RSUD Muntilan kab. Magelang. Sedangkan subjek pada penelitian ini adalah petugas pengkodean yang memiliki tugas pokok sebagai dokter dan perawat. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah pemahaman petugas pengkodean terhadap pelaksanaan pengkodean diagnosis pasien rawat jalan. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian Istiqomah (2011) adalah pada rancangan penelitiannya, rancangan penelitian

8 Istiqomah (2011) adalah cross-sectional sedangkan rancangan penelitian ini adalah fenomenologi. 3. Hantoro (2010) yang berjudul Pemahaman Petugas Rekam Medis Terhadap Pengelolaan Rekam Medis sebagai Dasar dalam Pengorganisasian Unit Kerja di RSJD Dr. RM. Siedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman petugas rekam medis tentang pengelolaan rekam medis, dan untuk mengetahui perencanaan pengorganisasian Sumber Daya Manusia di Instalasi Rekam Medis RSJD Dr. RM. Soedjarwadi. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Hantoro (2010) adalah sama-sama meneliti tentang kepahaman. Selain itu persamaan lainnya adalah sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitian. Jika pada penelitian Hantoro (2011) subjek penelitiannya adalah seluruh petugas Instalasi Rekam Medis RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Objek dari penelitian Hantoro (2010) adalah pemahaman petugas rekam medis tentang pengelolaan rekam medis. Sedangkan subjek pada penelitian ini adalah petugas pengkodean yang memiliki tugas pokok sebagai dokter dan perawat. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah pemahaman petugas pengkodean terhadap pelaksanaan pengkodean diagnosis pasien rawat jalan. Rancangan penelitian Hantoro (2010) adalah cross-sectional sedangkan penelitian ini adalah fenomenologi.

9 4. Ninawati (2009), yang berjudul Pengetahuan Petugas Coding Rawat Inap dalam Pelaksanaan Pengkodean Diagnosis Pasien Obstetri di RSUD Dr Moewardi Surakarta. Penelitian Ninawati ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan petugas coding rawat inap dalam pelaksanaan pengkodean diagnosis pasien obstetri di RSUD Dr Moewardi Surakarta. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan rancangan cross sectional. Sampel diambil secara purposive random sampling yaitu 2 orang petugas coding rawat inap. Hasil persentase pengetahuan petugas coding rawat inap tentang pengetahuan ICD-10 sebesar 69,23 untuk petugas A dan 61,53% untuk petugas B. Kedua petugas mempunyai pengetahuan tentang ICD-10 dan penggunaannya, akan tetapi kedua responden tidak mempunyai pengetahuan tentang konvensi makna tanda baca yang terdapat pada buku ICD-10. Persentase pengetahuan tentang terminologi medis obstetri sebesar 25,00% untuk petugas A dan 37,50 dan untuk petugas B. Persentase pengetahuan kedua petugas tentang pengkodean diagnosis obstetri dan ketepatannya adalah sama, yakni 64.70%. petugas tidak pernah menambahkan kode Z37 (outcome delivery) pada rekam medis ibu melahirkan karena tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Ninawati (2009) dan penelitian ini adalah sama-sama bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan petugas pengkodean. Selain itu, jenis penelitian dan metode penelitian dari penelitian ini dan penelitian Ninawati (2009) juga sama. Perbedaan dari penelitian ini dan penelitian Ninawati (2009) adalah subyek dari penelitian. Pada penelitian ini subjek adalah petugas

10 pengkodean diagnosis pasien rawat jalan di Puskesmas Pleret, sedangkan subyek penelitian Ninawati (2009) adalah petugas coding kasus obstetri pada layanan rawat inap. Perbedaan juga pada tujuan khusus dan rancangan penelitian dari kedua penelitian ini.