1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah manusia yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari awal kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu yang sedang dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang berbeda dengan orang dewasa. Apabila kebutuhan tersebut terpenuhi, maka anak akan mampu beradaptasi dan kesehatanya terjaga. Bila anak sakit, maka pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritualnya juga dapat terganggu (Supartini, 2009). Sehat dan sakit merupakan sebuah rentang yang dapat dialami oleh semua manusia, tanpa terkecuali oleh anak. Anak dengan segala karakteristiknya memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami sakit, jika dikaitkan dengan respon imun dan kekuatan pertahanan dirinya yang masih belum optimal (Ramdaniati, 2011). Anak usia pra sekolah dan usia sekolah merupakan usia yang rentan terkena penyakit, sehingga banyak anak pada usia tersebut yang harus dirawat di rumah sakit dan menyebabkan populasi anak yang dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan yang sangat dramatis (Wong, 2009). Prevalensi hospitalisasi pada anak di Amerika, menurut Notionwide Inpatient Sample (2009) terdapat lebih dari enam juta anak setiap tahunnya. Anak dan keluarga menjadi stres karena harus dihadapkan pada ketidaktahuan terhadap 1
2 pengalaman dan situasi yang baru (Potts & Mandleco, 2007). Data dari Agency for Healtcare Research and Quality dan Nationwide Inpatient Sample (2009), menyatakan bahwa jumlah anak usia dibawah 17 tahun yang dirawat di rumah sakit amerika sebanyak 6,4 juta atau sekitar 17% dari keseluruhan jumlah pasien yang dilakukan perawatan di rumah sakit dengan rata-rata tiga sampai empat hari perawatan. Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2010 jumlah anak usia prasekolah di Indonesia sebesar 72% dari jumlah total penduduk Indonesia, dan diperkirakan 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya mengalami kecemasan. Selain membutuhkan perawatan yang spesial dibanding pasien lain, waktu yang dibutuhkan untuk merawat penderita anak-anak 20%-45% melebihi waktu untuk merawat orang dewasa (Aidar, 2011). Anak yang mendapatkan perawatan di rumah sakit memiliki tingkat stres yang tinggi begitu pula dengan orang tuanya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyebab stres yang dialami anak dan orang tuanya adalah lingkungan rumah sakit itu sendiri, baik dari ruang perawatan, alat-alat kesehatan, maupun lingkungan sosial seperti interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri kepada anak yang mendapat perawatan di rumah sakit. Perasaan seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya sering kali dialami oleh anak yang dirawat di rumah sakit (Supartini 2009). Asuhan keperawatan selama proses hospitalisasi pada umumnya memerlukan tindakan invasif berupa injeksi maupun pemasangan infus (Nursalam, 2005). Selama proses pemasangan infus, anak dapat mengalami rasa takut yang sangat traumatik dan penuh dengan stres. Rasa takut pada anak yang berlebihan terhadap
3 prosedur invasif di rumah sakit disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang dimiliki mengenai tindakan invasif yang akan diberikan pada anak (Muscari, 2005). Berbagai perilaku akan ditunjukkan anak sebagai reaksi terhadap tindakan invasif yang diperoleh selama hospitalisasi. Reaksi tersebut sangat bergantung pada tahap perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit, maupun kemampuan koping anak itu sendiri. Reaksi agresif yang ditunjukkan anak yaitu dengan marah, memberontak, dan tidak kooperatif pada tindakan yang diberikan oleh perawat. Kehilangan kontrol dan rasa cemas pada anak usia pra sekolah saat hospitalisasi muncul akibat adanya pembatasan aktivitas sehingga mereka menganggap bahwa tindakan dan prosedur perawatan dapat mengancam tubuhnya. Anak yang tidak kooperatif selama perawatan dirumah sakit akan menghambat proses penyembuhan bahkan memperburuk kondisi kesehatannya (Supartini, 2009). Salah satu pelayanan keperawatan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak adalah dengan cara memberikan pelayanan atraumatic care. Atraumtic care adalah perawatan yang bertujuan untuk meminimalkan stres fisik maupun psikologis yang berhubungan dengan pengalaman anak dan keluarga dalam pelayanan kesehatan (Potts dan Mandleco, 2007). Salah satu contoh tindakan atraumatic care yang dapat dilakukan yaitu dengan cara memodifikasi lingkungan rumah sakit senyaman mungkin yang disukai oleh anak-anak. Dekorasi yang bernuansa anak seperti sprai dan tirai bergambar bunga atau binatang lucu, dinding yang dicat dengan warna cerah,
4 serta ditambah hiasan dinding yang bergambar lucu dapat meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak-anak (Supartini, 2009). Hasil penelitian lain yang meneliti mengenai atraumatic care dilakukan oleh Solikah (2013) pada penelitiannya yang berjudul Efektifitas Lingkungan Terapeutik Terhadap Reaksi Hospitalisasi Pada Anak menyatakan reaksi hospitalisasi berdasarkan tingkat kooperatif, responden kooperatif lebih banyak pada kelompok intervensi yaitu 20 anak (91,0%) dan pada kelompok kontrol yaitu 14 anak (62,60%). Anak akan lebih kooperatif ketika disekitarnya lebih menyenangkan dan situasinya tidak menegangkan atau menakutkan. Begitu pula dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Subandi (2012) dengan judul Pengaruh Pemasangan Spalk Bermotif Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Selama Prosedur Injeksi Intra Vena di Rumah Sakit Wilayah Cilacap menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kooperatif anak yang terpasang spalk bermotif dibandingkan dengan yang tidak bermotif. Intervensi pemasangan spalk bermotif yang dilakukan kepada pasien anak usia pra sekolah membuat pasien mendapatkan rasa nyaman yang dibutuhkan selama prosedur injeksi intra vena. Kebutuhan rasa nyaman yang didapatkan menyebabkan anak bersedia dan kooperatif selama prosedur. Hal ini dapat diterapkan pada penelitian yang sejenis dengan penggunaan elastic bandage bermotif (stiker) pada anak yang terpasang infus untuk meningkatkan sikap kooperatif selama prosedur injeksi. Elastic bandage merupakan salah satu stabilisasi pasif yang digunakan sebagai support dalam memfiksasi otot-otot dengan merata dan berperan dalam modulasi nyeri pada level sentral yang
5 melibatkan sistem limbik sebagai pusat emosional. Sedangkan pada pemasangan infus, elastic bandage akan digunakan sebagai pembidai sehingga ketika dilakukan mobilisasi oleh anak maupun orang lain, posisi insersi tidak bergeser ataupun tercabut (Widayati et al., 2013). Hasil penelitian yang terkait dengan elastic bandage menyatakan pemakaian elastic bandage pada pemasangan infus dapat mempertahankan patensi pemasangan infus pada anak. Selain berfungsi sebagai fiksasi, elastic bandage juga dapat melindungi kulit di sekitar lokasi pemasangan serta mengurangi penekanan selang infus secara langsung pada kulit. (Widayati et al., 2013). Pada penelitian ini elastic bandage akan dimodifikasi dengan motif stiker tempel yang disukai anak-anak dengan warna yang cerah untuk menambah ketertarikan pada anak usia pra sekolah. Seperti yang diungkapkan Verner (2000), bahwa warna secara psikologis mempunyai pengaruh yang kuat untuk mengalihkan perhatian anak. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 November 2014 di Rumah Rakit Umum Klungkung. Hasil observasi yang dilakukan terhadap tujuh anak usia pra sekolah yang dirawat, lima anak tidak kooperatif saat perawat melakukan tindakan injeksi obat melalui IV perset. Berbagai respon anak terhadap perawat muncul seperti marah-marah, memberontak, menangis kuat, menjerit minta pulang, anak menekuk kaki, tangan atau anggota tubuh yang akan dilakukan pemeriksaan, anak menepiskan angan perawat yang akan memberikan tindakan, bahkan mengusir perawat yang akan memberikan injeksi. Hasil wawancara terhadap salah satu perawat yang bertugas dikatakan bahwa pada saat
6 perawatan anak, orang tua dari anak yang dirawat diperbolehkan untuk menemani anaknya, dan apabila terdapat anak yang tidak kooperatif terhadap tindakan hal yang dilakukan perawat dengan cara meminta bantuan orang tuanya untuk membujuk anaknya. Apabila anak tetap tidak kooperatif, perawat tetap melaksanakan tindakan dan membiarkan anak menangis. Ruang perawatan anak tidak terdapat sarana bermain untuk anak-anak yang dirawat, modifikasi lingkungan di ruang perawatan anak juga sedikit seperti mengecat dinding ruangan dengan warna yang cerah saja. Jumlah anak yang yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung masih tinggi. Menurut data yang diperoleh dari rekam medis Rumah Sakit Umum Klungkung menyatakan bahwa anak usia pra sekolah yang dirawat dari bulan Januari sampai Oktober 2014 adalah sebanyak 263 orang anak dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Februari sampai dengan April dengan rata-rata 36 pasien setiap bulannya. Prosedur pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung belum menggunakan elastic bandage bermotif (stiker), pemasangan infus hanya menggunakan perban sebagai alat fixsasi lokasi insersi dari pemasangan infus. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung dan juga didukung dengan penelitian-penelitian terkait tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh penggunaan elastic bandage bermotif (stiker) terhadan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah selama prosedur injeksi IV perset di Rumah Sakit Umum Klungkung.
7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut Adakah pengaruh penggunaan elastic bandage bermotif (stiker) terhadap tingkat kooperatif anak usia pra sekolah selama prosedur injeksi IV perset di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung tahun 2015?. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh penggunaan elastic bandage bermotif (stiker) terhadap tingkat kooperatif anak usia pra sekolah selama prosedur injeksi IV perset di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pengalaman dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung tahun 2015. b. Menganalisa tingkat kooperatif pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. c. Menganalisa pengaruh penggunaan elastic bandage bermotif (stiker) terhadap tingkat kooperatif anak usia pra sekolah selama prosedur injeksi IV perset di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung tahun 2015.
8 d. Menganalisa pengaruh usia terhadap tingkat kooperatif anak usia pra sekolah selama prosedur injeksi IV perset di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung tahun 2015. e. Menganalisa pengaruh jenis kelamin terhadap tingkat kooperatif selama prosedur injeksi IV perset di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1.4.1 Manfaat Praktis a. Bagi Perawat Perawat dalam tatanan praktek klinik diharapkan dapat mengaplikasikan elastic bandage bermotif (stiker) dalam memberikan asuhan keperawatan. Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar acuan teoritis dalam pengembangan ilmu keperawatan di tatanan pendidikan keperawatan. b. Bagi instansi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif baru bagi instansi untuk mengatasi reaksi hospitalisasi yang dirasakan oleh anak usia pra sekolah yang memperoleh tindakan invasif khususnya injeksi IV perset dengan cara menerapkan penggunaan elastic bandage bermotif (stiker) sebagai pembidai lokasi insersi pemasangan infus. c. Bagi peneliti Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
9 1.4.2 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian pustaka untuk menambah kasanah penelitian dalam bidang keperawatan anak bagi tenaga keperawatan yang bertugas di rumah sakit pada khususnya.