BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk krisis atau stressor utama yang terlihat pada anak. Anak-anak sangat rentan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. anak (Morbidity Rate) di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasiolnal

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN ELASTIC BANDAGE

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat,

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR.

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai dengan lima tahun. Pada anak dalam usia tiga sampai dengan lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

PENGARUH PROGRAM BERMAIN TERHADAP RESPON PENERIMAAN PEMBERIAN OBAT PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

HUBUNGAN PENERAPAN ATRAUMATIC CARE DENGAN STRES HOSPITALISASI PADA ANAK DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap hospitalisasi, dan dampak hospitalisasi. tersebut menjadi faktor stresor bagi anak dan keluarganya (Wong, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENERAPAN PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK DI RUANG IBNU SINA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan. melahirkan. Rumah sakit dituntut lebih profesional dalam

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Atraumatic Care

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Turner et al, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah

PENGGUNAAN BIDAI INFUS BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ADAPTIF ANAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH CERITA MELALUI AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat anak dirawat di rumah sakit, dampak. hospitalisasi pada anak dan keluarga tidak dapat dihindarkan.

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

HOSPITALISASI. NS. Apriyani Puji Hastuti, S.Kep

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah manusia yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari awal kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu yang sedang dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang berbeda dengan orang dewasa. Apabila kebutuhan tersebut terpenuhi, maka anak akan mampu beradaptasi dan kesehatanya terjaga. Bila anak sakit, maka pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritualnya juga dapat terganggu (Supartini, 2009). Sehat dan sakit merupakan sebuah rentang yang dapat dialami oleh semua manusia, tanpa terkecuali oleh anak. Anak dengan segala karakteristiknya memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami sakit, jika dikaitkan dengan respon imun dan kekuatan pertahanan dirinya yang masih belum optimal (Ramdaniati, 2011). Anak usia pra sekolah dan usia sekolah merupakan usia yang rentan terkena penyakit, sehingga banyak anak pada usia tersebut yang harus dirawat di rumah sakit dan menyebabkan populasi anak yang dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan yang sangat dramatis (Wong, 2009). Prevalensi hospitalisasi pada anak di Amerika, menurut Notionwide Inpatient Sample (2009) terdapat lebih dari enam juta anak setiap tahunnya. Anak dan keluarga menjadi stres karena harus dihadapkan pada ketidaktahuan terhadap 1

2 pengalaman dan situasi yang baru (Potts & Mandleco, 2007). Data dari Agency for Healtcare Research and Quality dan Nationwide Inpatient Sample (2009), menyatakan bahwa jumlah anak usia dibawah 17 tahun yang dirawat di rumah sakit amerika sebanyak 6,4 juta atau sekitar 17% dari keseluruhan jumlah pasien yang dilakukan perawatan di rumah sakit dengan rata-rata tiga sampai empat hari perawatan. Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2010 jumlah anak usia prasekolah di Indonesia sebesar 72% dari jumlah total penduduk Indonesia, dan diperkirakan 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya mengalami kecemasan. Selain membutuhkan perawatan yang spesial dibanding pasien lain, waktu yang dibutuhkan untuk merawat penderita anak-anak 20%-45% melebihi waktu untuk merawat orang dewasa (Aidar, 2011). Anak yang mendapatkan perawatan di rumah sakit memiliki tingkat stres yang tinggi begitu pula dengan orang tuanya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyebab stres yang dialami anak dan orang tuanya adalah lingkungan rumah sakit itu sendiri, baik dari ruang perawatan, alat-alat kesehatan, maupun lingkungan sosial seperti interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri kepada anak yang mendapat perawatan di rumah sakit. Perasaan seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya sering kali dialami oleh anak yang dirawat di rumah sakit (Supartini 2009). Asuhan keperawatan selama proses hospitalisasi pada umumnya memerlukan tindakan invasif berupa injeksi maupun pemasangan infus (Nursalam, 2005). Selama proses pemasangan infus, anak dapat mengalami rasa takut yang sangat traumatik dan penuh dengan stres. Rasa takut pada anak yang berlebihan terhadap

3 prosedur invasif di rumah sakit disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang dimiliki mengenai tindakan invasif yang akan diberikan pada anak (Muscari, 2005). Berbagai perilaku akan ditunjukkan anak sebagai reaksi terhadap tindakan invasif yang diperoleh selama hospitalisasi. Reaksi tersebut sangat bergantung pada tahap perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit, maupun kemampuan koping anak itu sendiri. Reaksi agresif yang ditunjukkan anak yaitu dengan marah, memberontak, dan tidak kooperatif pada tindakan yang diberikan oleh perawat. Kehilangan kontrol dan rasa cemas pada anak usia pra sekolah saat hospitalisasi muncul akibat adanya pembatasan aktivitas sehingga mereka menganggap bahwa tindakan dan prosedur perawatan dapat mengancam tubuhnya. Anak yang tidak kooperatif selama perawatan dirumah sakit akan menghambat proses penyembuhan bahkan memperburuk kondisi kesehatannya (Supartini, 2009). Salah satu pelayanan keperawatan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak adalah dengan cara memberikan pelayanan atraumatic care. Atraumtic care adalah perawatan yang bertujuan untuk meminimalkan stres fisik maupun psikologis yang berhubungan dengan pengalaman anak dan keluarga dalam pelayanan kesehatan (Potts dan Mandleco, 2007). Salah satu contoh tindakan atraumatic care yang dapat dilakukan yaitu dengan cara memodifikasi lingkungan rumah sakit senyaman mungkin yang disukai oleh anak-anak. Dekorasi yang bernuansa anak seperti sprai dan tirai bergambar bunga atau binatang lucu, dinding yang dicat dengan warna cerah,

4 serta ditambah hiasan dinding yang bergambar lucu dapat meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak-anak (Supartini, 2009). Hasil penelitian lain yang meneliti mengenai atraumatic care dilakukan oleh Solikah (2013) pada penelitiannya yang berjudul Efektifitas Lingkungan Terapeutik Terhadap Reaksi Hospitalisasi Pada Anak menyatakan reaksi hospitalisasi berdasarkan tingkat kooperatif, responden kooperatif lebih banyak pada kelompok intervensi yaitu 20 anak (91,0%) dan pada kelompok kontrol yaitu 14 anak (62,60%). Anak akan lebih kooperatif ketika disekitarnya lebih menyenangkan dan situasinya tidak menegangkan atau menakutkan. Begitu pula dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Subandi (2012) dengan judul Pengaruh Pemasangan Spalk Bermotif Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Selama Prosedur Injeksi Intra Vena di Rumah Sakit Wilayah Cilacap menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kooperatif anak yang terpasang spalk bermotif dibandingkan dengan yang tidak bermotif. Intervensi pemasangan spalk bermotif yang dilakukan kepada pasien anak usia pra sekolah membuat pasien mendapatkan rasa nyaman yang dibutuhkan selama prosedur injeksi intra vena. Kebutuhan rasa nyaman yang didapatkan menyebabkan anak bersedia dan kooperatif selama prosedur. Hal ini dapat diterapkan pada penelitian yang sejenis dengan penggunaan elastic bandage bermotif (stiker) pada anak yang terpasang infus untuk meningkatkan sikap kooperatif selama prosedur injeksi. Elastic bandage merupakan salah satu stabilisasi pasif yang digunakan sebagai support dalam memfiksasi otot-otot dengan merata dan berperan dalam modulasi nyeri pada level sentral yang

5 melibatkan sistem limbik sebagai pusat emosional. Sedangkan pada pemasangan infus, elastic bandage akan digunakan sebagai pembidai sehingga ketika dilakukan mobilisasi oleh anak maupun orang lain, posisi insersi tidak bergeser ataupun tercabut (Widayati et al., 2013). Hasil penelitian yang terkait dengan elastic bandage menyatakan pemakaian elastic bandage pada pemasangan infus dapat mempertahankan patensi pemasangan infus pada anak. Selain berfungsi sebagai fiksasi, elastic bandage juga dapat melindungi kulit di sekitar lokasi pemasangan serta mengurangi penekanan selang infus secara langsung pada kulit. (Widayati et al., 2013). Pada penelitian ini elastic bandage akan dimodifikasi dengan motif stiker tempel yang disukai anak-anak dengan warna yang cerah untuk menambah ketertarikan pada anak usia pra sekolah. Seperti yang diungkapkan Verner (2000), bahwa warna secara psikologis mempunyai pengaruh yang kuat untuk mengalihkan perhatian anak. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 November 2014 di Rumah Rakit Umum Klungkung. Hasil observasi yang dilakukan terhadap tujuh anak usia pra sekolah yang dirawat, lima anak tidak kooperatif saat perawat melakukan tindakan injeksi obat melalui IV perset. Berbagai respon anak terhadap perawat muncul seperti marah-marah, memberontak, menangis kuat, menjerit minta pulang, anak menekuk kaki, tangan atau anggota tubuh yang akan dilakukan pemeriksaan, anak menepiskan angan perawat yang akan memberikan tindakan, bahkan mengusir perawat yang akan memberikan injeksi. Hasil wawancara terhadap salah satu perawat yang bertugas dikatakan bahwa pada saat

6 perawatan anak, orang tua dari anak yang dirawat diperbolehkan untuk menemani anaknya, dan apabila terdapat anak yang tidak kooperatif terhadap tindakan hal yang dilakukan perawat dengan cara meminta bantuan orang tuanya untuk membujuk anaknya. Apabila anak tetap tidak kooperatif, perawat tetap melaksanakan tindakan dan membiarkan anak menangis. Ruang perawatan anak tidak terdapat sarana bermain untuk anak-anak yang dirawat, modifikasi lingkungan di ruang perawatan anak juga sedikit seperti mengecat dinding ruangan dengan warna yang cerah saja. Jumlah anak yang yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung masih tinggi. Menurut data yang diperoleh dari rekam medis Rumah Sakit Umum Klungkung menyatakan bahwa anak usia pra sekolah yang dirawat dari bulan Januari sampai Oktober 2014 adalah sebanyak 263 orang anak dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Februari sampai dengan April dengan rata-rata 36 pasien setiap bulannya. Prosedur pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung belum menggunakan elastic bandage bermotif (stiker), pemasangan infus hanya menggunakan perban sebagai alat fixsasi lokasi insersi dari pemasangan infus. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung dan juga didukung dengan penelitian-penelitian terkait tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh penggunaan elastic bandage bermotif (stiker) terhadan tingkat kooperatif anak usia pra sekolah selama prosedur injeksi IV perset di Rumah Sakit Umum Klungkung.

7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut Adakah pengaruh penggunaan elastic bandage bermotif (stiker) terhadap tingkat kooperatif anak usia pra sekolah selama prosedur injeksi IV perset di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung tahun 2015?. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh penggunaan elastic bandage bermotif (stiker) terhadap tingkat kooperatif anak usia pra sekolah selama prosedur injeksi IV perset di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pengalaman dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung tahun 2015. b. Menganalisa tingkat kooperatif pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. c. Menganalisa pengaruh penggunaan elastic bandage bermotif (stiker) terhadap tingkat kooperatif anak usia pra sekolah selama prosedur injeksi IV perset di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung tahun 2015.

8 d. Menganalisa pengaruh usia terhadap tingkat kooperatif anak usia pra sekolah selama prosedur injeksi IV perset di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung tahun 2015. e. Menganalisa pengaruh jenis kelamin terhadap tingkat kooperatif selama prosedur injeksi IV perset di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1.4.1 Manfaat Praktis a. Bagi Perawat Perawat dalam tatanan praktek klinik diharapkan dapat mengaplikasikan elastic bandage bermotif (stiker) dalam memberikan asuhan keperawatan. Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar acuan teoritis dalam pengembangan ilmu keperawatan di tatanan pendidikan keperawatan. b. Bagi instansi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif baru bagi instansi untuk mengatasi reaksi hospitalisasi yang dirasakan oleh anak usia pra sekolah yang memperoleh tindakan invasif khususnya injeksi IV perset dengan cara menerapkan penggunaan elastic bandage bermotif (stiker) sebagai pembidai lokasi insersi pemasangan infus. c. Bagi peneliti Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

9 1.4.2 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian pustaka untuk menambah kasanah penelitian dalam bidang keperawatan anak bagi tenaga keperawatan yang bertugas di rumah sakit pada khususnya.