GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

Cara Menanam Cabe di Polybag

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Garut. Desa Jatiwangi memiliki empat dusun (Ciakar, Pasir Kaliki, Halimun, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lampiran 1. Tabulasi Silang Karakteristik Individu dengan Representasi Sosial Pertanian

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

Transkripsi:

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar anggotanya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Adapun Kelompok Tani lainnya yang tergabung dalam Gapoktan Rukun tani adalah Bina Mandiri, Sukamaju, Silih Asih, Sawah Lega, Tani Jaya, dan KWT Citapen Berkarya. Setiap kelompok tani memiliki jumlah anggota, luas lahan, dan jenis usaha yang berbeda seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Nama, Jumlah Anggota, Luas, dan Jenis Usaha Anggota Kelompok Tani Gapoktan Rukun Tani Tahun 2012 No. 1. Kelompok Luas Lahan Jumlah Tani (Ha) Anggota Pondok Menteng 75 104 Jenis Usaha Padi sawah, cabai keriting, buncis, kacang panjang, tomat, timun, caisin, dan jagung manis. 2. Bina Mandiri 5 20 Kelinci 3. Sukamaju 5 20 Domba, sapi potong, dan kambing 4. Silih Asih 5 5 Sale pisang, keripik pisang, dan kerajinan betek 5. Sawah Lega 70 20 Padi sawah, bengkoang, dan ubi jalar 6. Tani Jaya 35 20 Padi sawah, jagung manis, terung, buncis, dan caisin 7. KWT Citapen Keripik pisang, keripik jamur, dan 10 43 Berkarya pangsit Sumber: Gapoktan Rukun Tani, 2012 Tabel 8 menunjukkan bahwa Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu anggota Gapoktan Rukun Tani dengan usahatani hortikultura yang memiliki jumlah anggota paling banyak. Sedangkan kelompok tani lainnya sebagian besar tidak bergerak dalam usahatani hortikultura. Kelompok Tani Pondok Menteng terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Jaraknya ke Kantor Kecamatan adalah ±10 Km dan ±25 Km ke Ibukota Kabupaten. Sedangkan jarak ke Pasar Teknik Umum (TU) Induk Kemang dan Pasar Induk Jakarta berturut-turut adalah ±25 Km dan ±60 Km.

Desa Citapen merupakan salah satu dari 13 desa di Kecamatan Ciawi dengan luas wilayah sebesar 268.066 Ha. Menurut WKBP3K (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan), luas Desa Citapen adalah 393 Ha dengan lahan sawah seluas 153 Ha dan 240 Ha lahan kering. Luas lahan yang diusahakan oleh Kelompok Tani Pondok Menteng adalah 75 Ha yang terdiri dari 40 Ha lahan sawah dan 35 Ha lahan kering. Penggunaan lahan sawah dan lahan kering di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penggunaan Lahan Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No. Keterangan Luas (Ha) 1. Lahan Sawah Pengairan Teknis Pengairan Sederhana Sawah Tadah Hujan Jumlah Lahan Sawah 2. Lahan Darat Pekarangan dan Perumahan Tegal/ kebun Kolam Hutan Rakyat Perkebunan Lain-lain Jumlah Lahan Darat Total Sumber: Gapoktan Rukun Tani, 2012 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan terbesar adalah sawah, yakni 153 Ha (38,93%). Hal tersebut menunjukkan bahwa mata pencaharian utama penduduk Desa Citapen adalah bertani. Sementara itu, lahan yang digunakan untuk kegiatan usahatani hortikultura adalah sebesar 42 Ha (10,69%). Desa Citapen merupakan dataran tinggi yang berada pada ketinggian antara 450 m dpl sampai dengan 800 m dpl dengan iklim tropis/ basah. Suhu ratarata berkisar antara 20 0 C sampai dengan 32 0 C dengan keasaman (ph) tanah antara antar 4,5 sampai 7,0. Pemanfaatan lahan sawah dan lahan darat Desa Citapen dapat ditanami sepanjang tahun/ tidak ada lahan bera. Jenis tanah adalah - 115 38 153 65 42 2 18 102 11 240 393 45

latosol, andosol, inseptisol sehingga cocok untuk ditanami berbagai komoditi tanaman pangan, hortikultura, dan pemeliharaan ternak. 5.2 Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Desa Citapen pada tahun 2011 adalah 8.496 orang yang terdiri dari 4.324 orang laki-laki dan 4.172 orang perempuan. Jumlah terbesar penduduk Desa Citapen, baik perempuan maupun laki-laki berada pada golongan umur 14-45 tahun dan jumlah yang paling kecil adalah golongan umur di atas 45 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Citapen berada pada usia produktif. Struktur kependudukan Desa Citapen berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Struktur Penduduk Desa Citapen Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 No. Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan Jiwa 1 0-14 Tahun 1,332 1,013 2,345 27.60 2 14-45 Tahun 2,443 2,229 4,672 54.99 3 >45 Tahun 667 812 1,479 17.41 Jumlah 4,442 4,054 8,496 100.00 Sumber: Kantor Kepala Desa Citapen, Kecamatan Ciawi 2011, (diolah) Tingkat pendidikan penduduk Desa Citapen sebagian besar adalah tamat SD/ Sederajat, yakni sebesar 35,6 persen dan diikuti oleh penduduk dengan tingkat pendidikan belum sekolah sebesar 25,84 persen. Sedangkan penduduk dengan tingkat pendidikan Diploma dan Sarjana relatif sedikit, yaitu sebesar 29 persen dan 33 persen. Jumlah penduduk Desa Citapen pada tahun 2011 berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 11. 46

Tabel 11. Jumlah Penduduk Desa Citapen Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) 1 Belum Sekolah 967 25,84 2 Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah 0 0,00 3 SD tidak tamat 125 3,34 4 Tamat SD/Sederajat 1312 35,06 5 SLTP/Sederajat 783 20,92 6 SLTA/Sederajat 493 13,17 7 Diploma (1,2,3) 29 0,77 8 S-1, S-2, S-3 33 0,88 Jumlah Penduduk 3742 100,00 Sumber: Kantor Kepala Desa Citapen, Kecamatan Ciawi 2011, (diolah) Mata pencaharian penduduk Desa Citapen sebagian besar adalah sebagai buruh tani, yaitu sebesar 1950 jiwa atau 55,61 persen. Urutan kedua adalah sebagai petani sebesar 710 jiwa atau 20,25 persen diikuti oleh buruh industri kerajinan, buruh, pegawai negeri, pedagang, tukang kayu, pegawai swasta, tukang batu, peternak, pengrajin, guru swasta, dan TNI/ POLRI. Jumlah penduduk Desa Citapen berdasarkan jenis pekerjaannya diuraikan pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah Penduduk Desa Citapen Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2011 No Jenis Pekerjaan Jumlah penduduk (Jiwa) 1 Petani 710 20,25 2 Buruh Tani 1950 55,61 3 Buruh 250 7,13 4 Pegawai Swasta 25 0,71 5 Pegawai Negeri 76 2,16 6 Pengrajin/Penjahit/Jasa 7 0,19 7 Pedagang 76 2,16 8 Peternak 8 0,22 9 TNI/POLRI 2 0,05 10 Tukang Kayu 50 1,42 11 Tukang Batu 25 0,71 12 Guru Swasta 7 0,19 13 Buruh Industri Kerajinan 320 9,12 Total 3506 100,00 Sumber: Kantor Kepala Desa Citapen, Kecamatan Ciawi 2011, (diolah) 47

5.3 Karakteristik Petani Responden Petani responden dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani sayuran yang merupakan anggota Kelompok Tani Pondok Menteng. Responden yang dipilih adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani sayuran dalam setahun terakhir, yaitu antara bulan agustus 2011 hingga Juli 2012. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh lebih akurat. Rata-rata luas lahan petani responden adalah 3.697 m 2. Petani responden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu petani luas dan petani sempit. Petani luas adalah petani yang memiliki luas lahan di atas luas rata-rata. Sedangkan petani sempit adalah petani yang memiliki luas lahan di bawah luas rata-rata. Karakteristik penguasaan lahan petani responden dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Karakteristik Petani Responden di Kelompok Tani Pondok Menteng Berdasarkan Luas Lahan No Luas Lahan (m2) Jumlah 1 Petani luas (>3.697) 13 43.33 2 Petani Sempit (<3697) 17 56.67 Jumlah 30 100 Sebagian besar petani responden menjadikan kegiatan bertani sebagai usaha utama. Sebanyak 76,92 persen petani luas menjadikan bertani sebagai usaha utama dan hanya tiga persen sebagai usaha sampingan. Sedangkan pada petani sempit, 100 persen menjadikan bertani sebagai usaha utama. Karakteristik status usaha petani responden dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Karakteristik Petani Responden di Kelompok Tani Pondok Menteng Berdasarkan Status Usaha Status No Usaha Petani Luas Petani Sempit Total 1 Utama 10 76.92 17 100 27 90.00 2 Sampingan 3 23.08 0 0 3 10.00 Jumlah 13 100.00 17 100 30 100.00 Petani luas dan petani sempit didominasi oleh golongan umur 41-50 tahun, yaitu sebanyak 76,92 persen untuk petani luas dan 46,67 persen untuk petani 48

sempit. Untuk golongan umur di atas 50 tahun untuk petani luas adalah 23,08 persen dan 23,33 persen untuk petani sempit. Golongan umur 30-40 tahun hanya terdapat pada petani sempit sebanyak 30 persen. Karakteristik umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Karakteristik Petani Responden di Kelompok Tani Pondok Menteng Berdasarkan Umur Petani Luas Petani Sempit Total No Golongan Umur 1 30-40 tahun 0 0.00 9 52.94 9 30.00 2 41-50 tahun 10 76.92 4 23.53 14 46.67 3 >50 tahun 3 23.08 4 23.53 7 23.33 Jumlah 13 100.00 17 100.00 30 100.00 Berdasarkan tingkat pendidikan, 69,23 persen petani luas memiliki tingkat pendidikan SD, 15,38 persen SLTP, dan 15,38 persen SLTA. Sedangkan petani sempit memiliki jumlah sebesar 66,67 persen SD, 16,67 persen tidak sekolah, 10 persen SLTA, dan 6,67 persen SLTP. Karakteristik status usaha petani responden dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Karakteristik Petani Responden di Kelompok Tani Pondok Menteng Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat No Pendidikan Petani Luas Petani Sempit Total 1 Tidak Sekolah 0 0.00 5 29.41 5 16.67 2 SD 9 69.23 11 64.71 20 66.67 3 SLTP 2 15.38 0 0.00 2 6.67 4 SLTA 2 15.38 1 5.88 3 10.00 Jumlah 13 100.00 17 100.00 30 100.00 Pengalaman bertani petani luas sebagian besar adalah 10-20 tahun, yaitu sebanyak 38,46 persen diikuti dengan pengalaman 21-30 tahun sebesar 30,77 persen, pengalaman di bawah 10 tahun sebesar 23,08 persen, dan pengalaman di atas 30 tahun sebesar 7,69 persen. Petani sempit juga didominasi oleh pengalaman bertani selama 10-20 tahun sebanyak 46,67 persen diikuti dengan pengalaman 21-30 tahun sebesar 23,33 persen, pengalaman di bawah 10 tahun sebesar 16,67 49

persen, dan pengalaman di atas 30 tahun sebesar 3,33 persen. Karakteristik pengalaman bertani petani responden dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Karakteristik Petani Responden di Kelompok Tani Pondok Menteng Berdasarkan Pengalaman Bertani Pengalaman No Bertani Petani Luas Petani Sempit Total 1 < 10 tahun 3 23.08 1 5.88 4 3.33 2 10-20 tahun 5 38.46 9 52.94 14 46.67 3 21-30 tahun 4 30.77 3 17.65 7 23.33 4 >30 tahun 1 7.69 4 23.53 5 16.67 Jumlah 13 100.00 17 100.00 30 100.00 Status kepemilikan lahan dibagi menjadi dua, yaitu pemilik dan penyewa. Persentasi status kepemilikan penyewa pada petani luas adalah yang paling besar, yaitu 61,54 persen. Begitu juga dengan petani sempit. Sebagian besar petani merupakan petani penyewa dengan persentasi sebesar 60,00 persen. Karakteristik status kepemilikan lahan petani responden dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Karakteristik Petani Responden di Kelompok Tani Pondok Menteng Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Petani Luas Petani Sempit Total No Uraian 1 Pemilik 5 38.46 7 41.18 12 40.00 2 Penyewa 8 61.54 10 58.82 18 60.00 Jumlah 13 100.00 17 100.00 30 100.00 5.4 Gambaran Umum Usahatani Sayuran Kelompok Tani Pondok Menteng Lahan yang diolah petani Desa Citapen terdiri dari dua jenis, yaitu lahan sawah dan lahan tegalan. Lahan sawah digunakan untuk kegiatan usahatani padi dan lahan tegalan untuk usahatani sayuran. Jenis sayuran yang diusahakan adalah cabai keriting, tomat, timun, kacang panjang, buncis, jagung manis, dan caisin. Usahatani sayuran yang dilakukan di Desa Citapen adalah usahatani dengan sistem monokultur dan tumpangsari. Jenis sayuran yang paling sering dijadikan sebagai tanaman tumpangsari adalah caisin. Caisin ditumpangsarikan 50

dengan jenis sayuran lainnya, yaitu cabai keriting, kacang panjang, buncis, tomat, timun, dan jagung manis pada awal penanaman. Hal ini dilakukan karena sayuran caisin tidak mempengaruhi pertumbuhan jenis sayuran lainnya. Jenis sayuran yang berada dalam satu rumpun memiliki risiko kerusakan yang tinggi karena rentan terserang penyakit. Oleh sebab itu, petani menumpangsarikan sayuran yang berbeda rumpun. Misalnya, cabai keriting dengan kacang panjang atau buncis, tomat dengan caisin, serta timun dengan jagung. Pola tanam yang dilakukan terdiri dari tiga musim tanam dalam satu tahun. Ketujuh jenis sayuran tersebut ditanam secara bergiliran sepanjang tahun tanpa adanya masa bera lahan. Tanaman cabai biasanya hanya dapat diusahakan sekali dalam setahun karena usia tanamnya yang panjang, yaitu selama tujuh bulan. Tanaman caisin dapat diusahakan hingga delapan kali dalam setahun karena umur tanamnya hanya 1,5 bulan. Jenis sayuran lainnya dapat diusahakan tiga hingga empat kali dalam setahun tergantung umur tanamnya. Pada umumnya, petani melakukan metode tumpang gilir dalam kegiatan usahanya, yakni tidak menanam jenis sayuran yang sama selama dua kali periode berturut-turut. Misalnya, menanam jagung pada MT I dan menanam timun pada MT II. Hal tersebut dilakukan agar tanaman tidak diserang penyakit dan untuk menjaga kesuburan tanah. Selain itu, harga jual komoditas juga merupakan salah satu pertimbangan bagi petani dalam menentukan jenis sayuran yang akan ditanam. Informasi harga jual sayuran diperoleh dari Gapoktan Rukun Tani. Pola tanam sayuran yang diterapkan petani luas dan petani sempit Pondok Menteng dapat dilihat pada Tabel 19 dan Tabel 20. Tabel 19. Pola Tanam Usahatani Sayuran Golongan Petani Luas di Kelompok Tani Pondok Menteng Agustus 2011-Juli 2012 MT I MT II MT III Pola Tanam Jumlah Petani Pola Tanam Jumlah Petani Pola Tanam B + C 6 To + C 3 KP + C 3 KP + C 5 C 7 CK + C 5 To + KP 1 To + JM 1 CK + B 2 C 1 JM + C 1 CK + JM 1 Jumlah Petani Ti + C 1 Ti + C 1 JM + C 1 51

Berdasarkan Tabel 19 dan Tabel 20, dapat diketahui bahwa jenis sayuran yang selalu diproduksi oleh petani luas dan petani sempit sepanjang tahun adalah caisin. Hal ini terjadi karena tanaman caisin merupakan jenis tanaman yang memiliki usia tanam paling pendek. Selain itu, perawatan tanaman caisin relatif lebih mudah dibandingkan dengan tanaman lainnya. Tabel 20. Pola Tanam Usahatani Sayuran Golongan Petani Sempit di Kelompok Tani Pondok Menteng Agustus 2011-Juli 2012 MT I MT II MT III Pola Tanam Jumlah Petani Pola Tanam Jumlah Petani Pola Tanam KP + C 4 To + C 10 KP + C 3 B + C 9 B + C 3 Ti + C 3 JM + C 2 JM + C 3 B + To 1 To + C 2 Ti + C 1 JM + C 9 Keterangan: B C KP To : Buncis : Caisin : Kacang Panjang : Tomat Jumlah Petani B + C 1 JM : Jagung Manis Ti : Timun CK : Cabai Keriting Usahatani sayuran yang dilakukan oleh petani Kelompok Menteng terdiri dari beberapa tahap, yaitu persemaian, pengolahan lahan, penanaman, perawatan tanaman, serta panen dan pasca panen. Keseluruhan tahap tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana berupa cangkul, koret, parang, ember, dan sprayer. Benih yang digunakan oleh petani sebagian besar diperoleh dari Gapoktan Rukun Tani. Hanya beberapa petani yang menggunakan benih sendiri. Adapun jumlah kebutuhan rata-rata benih per hektar dalam satu kali musim tanam dapat dilihat pada Tabel 21. 52

Tabel 21. Jumlah Kebutuhan Rata-rata Benih Per Hektar Golongan Petani Luas dan Petani Sempit di Kelompok Tani Pondok Menteng Agustus 2011- Juli 2012 No. Benih Satuan Petani Luas Petani Sempit MT I MT II MT III MT I MT II MT III 1 Cabai Keriting Kg - - 0.28 - - - 2 Buncis Kg 4.29-1.45 4.81 1.50 1.29 3 Kacang Panjang Kg 4.30-1.77 2.15-1.52 4 Tomat Kg 0.04 0.18-0.07 0.37 0.04 5 Timun Kg - 0.05 0.05-0.03 0.09 6 Jagung Manis Kg - 0.94 0.94 0.88 1.23 3.61 7 Caisin Kg 1.39 1.38 1.31 2.16 2.16 2.07 Dalam menjalankan kegiatan usahanya, petani menggunakan pupuk yang berbeda berdasarkan jenis sayuran yang diusahakan. Adapun jenis pupuk yang digunakan oleh petani sayuran di Pondok Menteng adalah pupuk kandang, NPK, Urea, SP 36, KCL, TSP, ZA, dan kapur dolomit. Penggunaan rata-rata pupuk per hektar dalam satu kali musim tanam yang dilakukan oleh petani luas dan petani sempit dapat dilihat pada Tabel 22. Pupuk kandang merupakan jenis pupuk yang paling banyak digunakan oleh petani luas maupun petani sempit. Hal ini disebabkan oleh pupuk kandang digunakan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan pupuk lainnya. Pupuk kandang digunakan pada saat pengolahan lahan dan merupakan pupuk dasar yang selalu digunakan pada awal penanaman semua jenis sayuran. Tabel 22. Jumlah Kebutuhan Rata-rata Pupuk Per Hektar Golongan Petani Luas dan Petani Sempit di Kelompok Tani Pondok Menteng Agustus 2011- Juli 2012 No Jenis Pupuk Satuan Petani Luas Petani Sempit MT I MT II MT III MT I MT II MT III 1 Kandang Kg 21,228.07 12,059.62 23,292.51 20,183.82 20,729.69 15,967.72 2 NPK Kg 110.52 57.31 120.73 126.12 104.69 196.76 3 Urea Kg 583.94 472.69 540.12 631.93 621.64 636.20 4 SP 36 Kg 244.47 186.54 413.07 228.29 357.14 241.74 5 KCL Kg 223.49 111.54 240.51 218.98 208.68 244.26 6 TSP Kg 95.83-38.46 94.75 16.67 32.91 7 ZA Kg 17.48 70.77 117.43 24.51 132.84 56.65 8 Dolomit Kg 153.85 761.54 1,197.89 235.29 1,294.12 689.08 53

Kegiatan pemanenan dilakukan pada waktu yang berbeda sesuai dengan jenis sayuran yang ditanam. Cabai keriting dapat dipanen pada umur 105 hari, buncis pada umur 50 hari, kacang panjang pada umur 60 hari, tomat pada umur 60 hari, timun pada umur 50 hari, jagung manis pada umur 95 hari, dan caisin pada umur 35 hari. Hasil produksi rata-rata sayuran per hektar petani luas dan petani sempit di Kelompok Tani Pondok Menteng dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Jumlah Produksi Rata-rata Sayuran (Kg) Per Hektar Petani Luas dan Petani Sempit di Kelompok Tani Pondok Menteng Agustus 2011-Juli 2012 No 1 Jenis Sayuran Cabai Keriting Petani Luas Petani Sempit MT I MT II MT III MT I MT II MT III - - 2,970.24 - - - 2 Buncis 2,696.15-1,384.62 4,253.50 1,862.75 1,624.65 3 Kacang Panjang 3,846.86-1,923.08 2,997.20-2,156.86 4 Tomat 1,538.46 5,326.92-2,578.43 12,872.55 1,260.50 5 Timun - 969.23 961.54-794.12 2,782.91 6 Jagung Manis - 1,288.46 1,634.62 1,147.06 1,722.69 5,166.67 7 Caisin 12,039.07 12,088.02 10,203.40 13,927.17 13,927.17 12,918.77 Berdasarkan Tabel 23, dapat diketahui bahwa petani sempit tidak mengusahakan cabai keriting. Hal tersebut terjadi karena adanya keterbatasan lahan, dimana usahatani cabai keriting membutuhkan waktu tanam yang paling panjang, yaitu 6-7 bulan. Jika petani sempit memilih untuk mengusahakan cabai keriting, kemungkinan tidak dapat mengusahakan jenis sayuran yang lain dalam waktu yang sama. Dalam menjalankan kegiatan usahataninya, petani di Kelompok Tani Pondok Menteng pada umumnya menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga terjadi karena adanya keterbatasan tenaga kerja dalam keluarga untuk melakukan kegiatan usahataninya. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita. Penggunaan rata-rata tenaga kerja per hektar dapat dilihat pada Tabel 24. Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa penggunaan tenaga kerja pria dan wanita berbeda sesuai dengan jenis kegiatannya. Petani di Kelompok Tani 54

Pondok Menteng pada umumnya hanya menggunakan tenaga kerja pria pada kegiatan pemasangan mulsa dan penyemprotan. Sedangkan pada kegiatan persemaian benih dan penyiangan, tenaga kerja yang lebih banyak digunakan adalah tenaga kerja wanita. Hal ini terlihat dari jumlah hari kerja pria dan wanita pada kegiatan tersebut. Begitu juga dengan kegiatan pengolahan, tenaga kerja yang paling banyak digunakan adalah tenaga kerja pria. Pada kegiatan lainnya, penggunaan tenaga kerja pria dan wanita relatif seimbang. 55

Tabel 24. Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja (HOK) Per Hektar Petani Luas dan Petani Sempit di Kelompok Tani Pondok Menteng Tahun 2012 Petani Luas Petani Sempit No Kegiatan MT I MT II MT III MT I MT II MT III HKP HKW HKP HKW HKP HKW HKP HKW HKP HKW HKP HKW 1 Persemaian Benih 1.82 1.12 4.73 5.65 8.53 22.93 2.75 3.14 14.80 8.43 1.68 4.20 2 Pemasangan Mulsa - - - - 15.87 - - - - - - - 3 Pengolahan Lahan 157.59 42.30 104.03 25.58 148.25 23.46 358.99-343.31-329.30-4 Penanaman Benih 47.67 24.39 30.61 19.90 52.57 40.40 69.50 36.41 72.91 35.32 64.47 39.78 5 Pemasangan Ajir 32.82 5.30 9.81 4.04 20.30 17.16 56.22 3.14 37.75 5.49 45.62-6 Penyiangan 21.79 53.83 28.95 61.49 31.84 85.58 27.18 56.92 36.34 77.98 29.30 54.48 7 Pemupukan 59.82 15.01 42.14 22.05 83.48 15.89 110.90-126.89 2.35 109.64 7.90 8 Penyemprotan 98.51-67.34-137.06-109.41-127.45-116.99-9 Pemanenan 229.24 249.63 69.76 62.20 252.02 267.71 424.96 302.80 333.59 280.70 273.05 222.10 56

Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani di Kelompok Tani Pondok Menteng berbeda sesuai dengan jenis sayuran yang diusahakan. Komoditas cabai merah dan tomat membutuhkan proses persemaian terlebih dahulu, sedangkan komoditas lain tidak. Begitu juga dengan kegiatan lainnya, seperti pemupukan dan penyemprotan. Frekuensi dan waktu pemupukan pada setiap komoditas berbeda. Hal tersebut tergantung kebutuhan nutrisi dan penyakit yang menyerang sayuran yang ditanam. Adapun gambaran umum kegiatan usahatani ketujuh sayuran yang diusahakan oleh petani di Kelompok Tani Pondok Menteng akan diuraikan sebagai berikut. 5.4.1 Gambaran Umum Usahatani Cabai Keriting Cabai kerirting merupakan tanaman yang peka terhadap kondisi alam khususnya curah hujan. Hal ini berpengaruh pada kualitas produksi cabai. Curah hujan yang ideal untuk cabai keriting adalah 1.000 mm/ tahun dengan kelembaban 79-80 persen. Proses produksi cabai keriting yang dilakukan oleh petani Pondok Menteng dimulai dengan kegiatan persemaian benih. Persemaian benih dilakukan di dalam media polybag berukuran 12 cm x 8 cm. Bahan yang dimasukkan ke dalam polybag adalah campuran tanah dan pupuk kandang. Benih yang disemaikan dalam polybag diletakkan pada bedengan tersendiri yang sudah dipasang mulsa. Pemasangan mulsa bertujuan untuk melindungi benih dalam polybag dari terpaan sinar matahari langsung, dari siraman air hujan, menjaga kelembaban, serta melindungi dari serangan hama penyakit. Persemaian ini dilakukan selama 25 hari hingga bibit cabai tumbuh ke permukaan polybag. Selama persemaian, dilakukan penyemprotan setelah cabai berumur 10 hari. Tahap kedua yang dilakukan dalam proses produksi cabai keriting adalah pengolahan lahan. Lahan ini akan digunakan untuk menaman benih yang telah disemaikan. Pengolahan lahan yang dilakukan adalah membersihkan gulma dan bekas tanaman sebelumnya, menggemburkan tanah, dan membuat bedengan. Penggemburan tanah dilakukan agar akar tanaman cabai keriting mudah menyerap nutrisi dari dalam tanah. Pembuatan bedengan bertujuan untuk mempermudah pengaturan sirkulasi air. Panjang, lebar, dan tinggi bedengan adalah 10 m x 100 cm x 50 cm. Selanjutnya, tanah dicangkul kembali, diberi kapur dolomit, dan 57

kemudian dibuat lubang tanam. Kapur dolomit bertujuan untuk menetralkan ph tanah. ph tanah yang cocok untuk cabai keriting adalah 6-7. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 30 cm dan dimeter 5 cm. Pada lubang tanam diberi pupuk kandang dan pupuk kimia. Tahap ketiga adalah penanaman bibit. Bibit ditanam dengan memindahkan bibit dari polybag ke lahan yang telah diolah. Bibit ditanam dengan melepas polybag terlebih dahulu pada lubang tanam yang telah dibuat dengan jarak tanam sebesar 40 cm x 60 cm. Penanaman dilakukan pada sore hari agar bibit tidak terkena sinar matahari terik. Setelah penanaman, hal penting yang harus dilakukan adalah pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan cabai keriting yang dilakukan oleh petani Pondok Menteng terdiri dari penyulaman, pengajiran, penyiangan, pemupukan, dan pengandalian hama dan penyakit. Penyulaman merupakan penggantian bibit yang mati dan pertumbuhannya lamban dengan bibit baru dari persemaian yang sama. Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur satu minggu di lahan. Pengajiran adalah kegiatan pemasangan ajir (penopang tanaman yang terbuat dari bambu) agar tanaman cabai keriting tetap tumbuh tegak. Pengajiran dilakukan setelah tanaman berumur 25 hari di lahan. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma di sekitar tanaman cabai keriting. Selain mengganggu, gulma juga dapat merebut makanan tanaman. Pemupukan dilakukan untuk menjaga tingkat kesuburan tanah sehingga tanaman cabai keriting memperoleh nutrisi yang cukup. Pemupukan dilakukan sebanyak lima kali selama proses produksi cabai keriting. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan obat-obatan kepada tanaman. Penyemprotan dilakukan secara rutin, yakni sekali dalam seminggu agar tanaman cabai keriting terhindar dari kerusakan akibat hama dan penyakit tanaman. Tahap terakhir dari proses produksi cabai keriting adalah panen dan pasca panen. Pada umumnya, tanaman cabai keriting yang diusahakan petani Pondok Menteng dapat dipanen pada saat tanaman sudah berusia 95-105 hari. Frekuensi pemanenan mampu mencapai 15-20 kali hingga tanaman berusia tujuh bulan tergantung perawatan yang dilakukan. Satu tanaman cabai mampu memproduksi sebanyak 0,3 kilogram hingga satu kilogram. Rata-rata produksi cabai keriting di 58

Kelompok Tani Pondok Menteng mencapai sepuluh ton per hektar. Hasil produksi tanaman cabai keriting akan dijual oleh petani ke Gapoktan Rukun Tani yang dimasukkan dalam karung. 5.4.2 Gambaran Umum Usahatani Timun Kegiatan usahatani timun diawali dengan pengolahan lahan. Pengolahan lahan bertujuan untuk menggumburkan tanah, membuang gulma dan sisa tanaman sebelumnya, serta membuat bedengan. Penggemburan tanah dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul yang bertujuan agar akar tanaman mudah menembus tanah untuk mengambil zat-zat makanan. Bedengan dibuat dengan panjang 120 cm, lebar 50 cm dan tinggi bedengan 30 cm. Pada tahap pengolahan lahan, pembuatan lubang tanam juga dilakukan. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 5-10 cm dengan jarak tanam 50 60 cm. Pada lubang tanam diberikan pupuk kandang dan pupuk kimia. Tahap kedua adalah penanaman benih. Pada umumnya, petani Pondok Menteng melakukan penanaman pada sore hari. Hal ini dilakukan agar bibit tidak akan terkena sinar matahari yang terik dan dapat beradaptasi dengan keadaan lahan hingga pagi hari. Setelah penanaman benih, tahap selanjutnya adalah pemasangan ajir. Pemasangan ajir bertujuan untuk menopang tanaman agar dapat tumbuh tegak. Meskipun tanaman timun sebenarnya menjalar dipermukaan tanah, ajir berguna penopang timun agar buahnya menggantung. Buah timun yang menggantung menjadikan permukaan kulitnya mulus, warnaya tidak berbelang, dan tidak mudah busuk. Tahap berikutnya adalah pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk menjaga pertumbuhan tanaman normal dan baik, sehingga mampu menghasilkan tanaman timun yang berkualitas. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi pemupukan, penyiangan, serta perlindungan hama dan penyakit. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan nutrisi dalam tanah agar kebutuhan tanaman dapat terpenuhi. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada saat tanaman berumur tujuh hari dan 25 hari. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma yang mengganggu tanaman. Penyiangan dilakukan sebelum pemberian pupuk kimia. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat menyerap 59

pupuk kimia secara maksimal. Pencegahan dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman dilakukan untuk melindungi tanaman dari ancaman kerusakan yang ditimbulkan. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan melalui penyemprotan rutin dengan selang waktu sekali dalam satu minggu. Tahap terakhir dalam usahatani timun adalah panen dan pasca panen. Pemanenan timun dilakukan ketika timun sudah berusia 45-50 hari. Frekuensi pemanenan timun dapat dilakukan sebanyak 10-15 kali hingga tanaman berusia 2,5 bulan. Satu tanaman mentimun mampu memproduksi tiga kilogram hingga empat kilogram. Hasil produksi ini kemudian dimasukkan ke dalam karung untuk dijual ke Gapoktan Rukun Tani. 5.4.3 Gambaran Umum Usahatani Tomat Kegiatan usahatani tanaman tomat hampir sama dengan tanaman cabai keriting. Hal pertama yang harus dilakukan adalah persemaian benih dalam media tanam polybag. Biji tomat dimasukkan ke dalam polybag yang telah diisi tanah dan pupuk kandang. Persemaian ini berlangsung selama 25 hari hingga bibit tanaman muncul ke permukaan tanah dalam polybag. Sebelum bibit tomat dipindahkan ke lahan, lahan harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan lahan yang dilakukan adalah membersihkan gulma dan sisa tanaman sebelumnya, menggemburkan tanah, dan membuat bedengan. Penggemburan tanah dilakukan agar akar tanaman mudah menyerap nutrisi dari dalam tanah. Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 10 m, lebar 100 cm, dan tinggi 50 cm. Selanjutnya, tanah diberi kapur dolomit, dan kemudian dibuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 30 cm dan dimeter 5 cm. Pada lubang tanam diberi pupuk kandang dan pupuk kimia. Tahap ketiga adalah penanaman bibit. Bibit ditanam dengan memindahkan dari polybag pada lubang tanam yang telah dibuat. Jarak tanam tanaman tomat adalah 40 cm x 60 cm. Penanaman dilakukan pada sore hari agar bibit tidak terkena sinar matahari terik. Hal penting yang harus dilakukan adalah pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan tomat yang dilakukan sama seperti yang dilakukan pada tanaman cabai keriting, yakni penyulaman, pengajiran, penyiangan, pemupukan, dan pengandalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit 60

yang mati dan pertumbuhannya lamban dengan bibit baru dari persemaian yang sama. Pengajiran dilakukan agar tanaman tetap tumbuh tegak. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma di sekitar tanaman. Pemupukan dilakukan untuk menjaga tingkat kesuburan tanah sehingga tanaman tomat memperoleh nutrisi yang cukup. Pemupukan dilakukan sebanyak enam kali. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan obat-obatan. Penyemprotan dilakukan secara rutin, yakni sekali dalam seminggu agar tanaman terhindar dari kerusakan akibat hama dan penyakit tanaman. Tahap terakhir adalah panen dan pasca panen. Pada umumnya, tanaman tomat dapat dipanen pada saat tanaman sudah berusia 65 hari. Frekuensi pemanenan mampu mencapai 10-14 kali hingga tanaman berusia tiga bulan. Satu tanaman tomat mampu memproduksi sebanyak 3-4 kilogram. Hasil produksi tanaman cabai keriting akan dijual oleh petani ke Gapoktan Rukun Tani yang dimasukkan dalam kotak persegi yang terbuat dari papan. Satu kotak memuat 50 kilogram tomat. 5.4.4 Gambaran Umum Usahatani Jagung Manis Budidaya tanaman jagung manis diawali dengan pengolahan lahan. Pada tahap ini, dilakukan permbersihan lahan dari gulma dan tanaman sebelumnya. Selain itu, penggemburan tanah dan pembuatan bedengan juga dilakukan. Panjang bedengan yang dibuat adalah 10 m dengan lebar 120 cm dan tinggi 30 cm. Selanjutnya, dilakukan pembuatan lubang tanam dengan kedalaman 5 cm dan diberi pupuk kandang. Benih jagung manis kemudian dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan jarak tanam sebesar 30 cm x 30 cm. Jarak tanam menentukan kualitas buah yang akan dihasilkan. Jika jarak tanam renggang, ukuran buah yang dihasilkan lebih besar. Kegiatan penanaman jagung relatif lebih sederhana dibandingkan jenis sayuran lainnya. Tahap perawatan tanaman jagung manis terdiri dari kegiatan pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Kegiatan pemupukan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu ketika tanaman berumur 10 hari dan 30 hari. Pupuk yang diberikan adalah pupuk kimia. Hama dan penyakit yang mengganggu pertumbuhan jagung manis dapat dikendalikan dengan penyemprotan obat-obatan 61

kepada tanaman. Frekuensi penyemprotan dilakukan berdasarkan ada atau tidaknya penyakit yang menyerang. Penyemprotan pertama dilakukan ketika tanaman berumur 15 hari. Setelah berumur 90-95 hari, tanaman jagung siap untuk dipanen. Tanaman jagung manis hanya dapat dipanen sebanyak satu kali. Hal ini berbeda dengan jenis sayuran lain yang dapat dipanen sebanyak lebih dari satu kali. Jagung yang sudah dipanen dimasukkan ke dalam karung dan kemudian akan dijual ke Gapoktan Rukun Tani. 5.4.5 Gambaran Umum Usahatani Kacang Panjang Tahap pertama dalam usahatani kacang panjang adalah pengolahan lahan. Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya. Kemudian lahan digemburkan, diberikan pupuk kandang, dan dilakukan pembuatan bedengan. Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 10 m, lebar 50 cm, dan tinggi 30 cm. Setelah pembuatan bedengan, dilakukan pembuatan lubang tanam. Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam kacang panjang, yaitu 40 cm x 50 cm dan diberi pupuk kandang. Tahap berikutnya adalah kegiatan penanaman. Benih kacang panjang dimasukkan ke dalam lubang tanam yang telah disediakan. Benih kacang panjang dimasukkan sebanyak dua biji pada setiap lubang tanam. Pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman kacang panjang adalah pemasangan ajir, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pemasangan ajir dilakukan agar tanaman kacang panjang menjalar ke atas mengikuti ajir tersebut. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu ketika kacang panjang berusia 10 hari dan 30 hari. Pupuk yang diberikan adalah pupuk kimia. Hama dan penyakit tanaman kacang panjang dapat dikendalikan dengan penyemprotan obat-obatan yang dilakukan hingga lima kali. Penyemprotan pertama dilakukan ketika tanaman berumur 10 hari. Penyemprotan selanjutnya dilakukan setiap sekali dalam seminggu. Tanaman kacang panjang dapat dipanen ketika sudah berusia 55-60 hari. Pemanenan dapat dilakukan sebanyak 14 kali dengan jarak panen selama tiga atau empat hari. Kacang panjang yang dipanen diikat dengan menggunakan karet 62

gelang, dimana satu ikat memiliki berat satu kilogram. Ikatan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam karung dan dijual ke Gapoktan Rukun Tani. 5.4.6 Gambaran Umum Usahatani Buncis Kegiatan usahahatani buncis hampir sama dengan kegiatan usahatani kacang panjang. Tahap pertama yang dilakukan adalah pengolahan lahan. Pengolahan lahan dilakukan untuk membersihkan lahan dari gulma dan sisa tanaman lainnya, penggemburan, dan pembuatan bedengan. Penggemburan tanah dilakukan dengan mencangkul dan membalikkan tanah, kemudian diberikan pupuk kandang. Sedangkan ukuran bedengan yang dibuat adalah 10 untuk panjang, lebar 50 cm, dan tinggi 30 cm. Pada tahap ini, kegiatan pembuatan lubang tanam dilakukan dengan kedalaman 4-6 cm. Tahap selanjutnya adalah penanaman. Benih buncis ditanam pada lubang tanam yang memiliki jarak tanam 20 cm x 30 cm. Benih kacang panjang dimasukkan sebanyak dua biji pada setiap lubang tanam. Setelah penanaman, hal yang harus diperhatikan adalah perawatan tanaman buncis. Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, pemasangan ajir, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan bertujuan untuk memberikan tambahan unsur hara bagi tanaman. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu ketika tanaman buncis berumur 10 hari dan 30 hari. Pemasangan ajir dilakukan dengan menancapkan ajir di dekat tanaman dengan tujuan agar tanaman buncis dapat tumbuh dengan tegak. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan melalui penyemprotan obat-obatan kepada tanaman buncis. Penyemprotan dilakukan sebanyak enam kali. Penyemprotan pertama dilakukan ketika tanaman buncis berusia 10 hari. Penyemprotan berikutnya dilakukan secara rutin, yaitu sekali dalam seminggu. Pemanenan buncis dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 50-60 hari. Pemanenan dapat dilakukan hingga 15 kali yang dilakukan secara bertahap setiap 2 atau 3 hari sekali. Hasil pemanenan buncis dimasukkan ke dalam karung dan dijual ke Gapoktan Rukun Tani. 5.4.7 Gambaran Umum Usahatani Caisin Sama seperti jenis sayuran lainnya, kegiatan budidaya sayuran caisin dimulai dengan pengolahan lahan. Pengolahan lahan yang dilakukan adalah 63

pembersihan lahan, penggemburan, dan pembuatan bedengan. Pembersihan lahan yang dimaksudkan adalah membersihkan lahan dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya. Penggemburan tanah dilakukan dengan cara mencangkul tanah agar tanah pada lapisan dalam dapat terangkat ke permukaan. Setelah lahan digemburkan, dilakukan pembuatan bedengan. Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 10 m, lebar 120 cm, dan tinggi 30 cm. Untuk budidaya caisin, persemaian benih tidak dibutuhkan. Benih caisin langsung di tanam pada lubang tanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam dan ditutupi dengan pupuk kandang. Tahap selanjutnya adalah pemeliharaan. Pemeliharan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyulaman dan penyiangan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan untuk menjaga ketersediaan air yang dibutuhkan oleh tanaman caisin. Penyulaman dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati kemudian ditanam kembali bibit caisin yang berasal dari tanaman caisin yang tumbuh banyak dalam satu lubang tanam. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma yang mengganggu. Pemupukan tanaman caisin dilakukan sebanyak 2-3 kali selama satu kali musim tanam, yaitu pada umur 7 hari dan 25 hari. Pengendalian hama dan penyakit yang menyerang dilakukan dengan penyemprotan obat-obatan. Penyemprotan dilakukan sebanyak 4-5 kali dalam satu kali musim tanam dengan priode seminggu sekali. Penyemprotan pertama dilakukan setelah tanaman berusia 35 hari. Pemanenan caisin dilakukan sebanyak 1-2 kali. Panen pertama dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari Panen kedua dilakukan 10 hari setelah panen pertama, yaitu pada umur 45 hari. Pemanenan dilakukan pada pagi hari agar caisin yang dipenen tidak layu terkena panas matahari terik. Sayur caisin yang dipanen dimasukkan ke dalam karung dengan kapasitas 50 kilogram per karung. Hasil panen petani caisin dujual ke Gapoktan Rukun Tani. 64