SKRIPSI MONICA PERMANA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Hijauan Pakan Ternak Rumput

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

Lampiran 1. Peta Desa Air Sulau. Sumber :

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

1 Sapi 80 2 Kambing Domba 20 4 Kuda 3 5 Itik 55 6 Ayam Kampung 75

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Peranakan Ettawah (PE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

KESUBURAN TANAH Jangan terlalu Kesuburan fisik: miring * Struktur tanah * Kedalaman Kesuburan kimia: * Unsur hara yang Tersedia dalam Tanah

JENIS HIJAUAN PAKAN PADA PETERNAKAN KAMBING RAKYAT DI DESA CIGOBANG, KECAMATAN PASALEMAN, KABUPATEN CIREBON, PROPINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

TINJAUAN PUSTAKA. disebut pastoral. Ekosistem ini terdiri atas peternak (pastoralist) dan hewan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

JENIS PAKAN. 1) Hijauan Segar

SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN. Oleh : H E N R I K NPM :

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

Pengembangan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan Hijauan dan Tenaga Kerja di Kota Palembang Sumatera Selatan

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System)

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

UJI COBA PEMBERIAN DUA JENIS LEGUMINOSA HERBA TERHADAP PERFORMANS SAPI BALI DI DESA TOBU, NUSA TENGGARA TIMUR

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

III. Sumber dan Potensi HPT Pada dasarnya budidaya hijauan pakan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu budidaya untuk dipotong (cut and carry dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Potong Tropis Bangsa sapi potong tropis adalah merupakan bangsa sapi potong yang berasal

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

POLA PENYEDIAAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK DOMBA DAN KAMBING DI DESA SIDOHARJO DAN SUMBERHARJO, KECAMATAN PACITAN, KABUPATEN PACITAN, PROPINSI JAWA TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

POLA PENYEDIAAN HIJAUAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA KECIL DI DESA PANTAI SIDOHARJO, KECAMATAN PACITAN, KABUPATEN PACITAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu,

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

TINJAUAN PUSTAKA Metode Pengeringan Pengeringan Matahari (Sun Drying)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

IV. METODE PENELITIAN

TOTAL PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BERBAGAI HIJAUAN TROPIS PADA MEDIA RUMEN DOMBA YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG SAPONIN DAN TANIN SKRIPSI RIANI JANUARTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

Transkripsi:

KERAGAMAN JENIS DAN POLA PENYEDIAAN HIJAUAN PAKAN TERNAK SAPI DI DESA AIR SULAU, KECAMATAN KEDURANG ILIR, KABUPATEN BENGKULU SELATAN, PROPINSI BENGKULU SKRIPSI MONICA PERMANA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

RINGKASAN MONICA PERMANA. D24070040. 2012. Keragaman Jenis dan Pola Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau, Kecamatan Kedurang Ilir, Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Sudarsono Jayadi, M.Sc. Agr. Pembimbing Anggota : Ir. Muhammad Agus Setiana, M.S. Air Sulau merupakan salah satu desa dengan mata pencaharian sebagian besar penduduknya sebagai petani sekaligus peternak yang terdapat di wilayah Bengkulu Selatan. Ternak sapi merupakan ternak yang diunggulkan di desa ini. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengevaluasi jenis dan pola penyediaan hijauan pakan yang diberikan pada ternak sapi serta menentukan kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia di Desa Air Sulau. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Air Sulau. Responden dalam penelitian ini sebanyak 68 peternak. Ternak yang digunakan adalah ternak sapi yang dimiliki oleh 15 peternak di Desa Air Sulau untuk analisis keragaman konsumsi jenis hijauan. Metode yang digunakan adalah survey lapang yaitu pengamatan keadaan peternakan dan pola penyediaan hijauan pakan. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif yang meliputi karakteristik peternak, gambaran keragaman jenis hijauan pakan dan sistem pemeliharaan serta pola penyediaan pakan ternak sapi, analisis komposisi botani dengan menggunakan metode Dry Weight Rank Mannetje dan Haydock (1963), analisis keragaman konsumsi hijauan berdasarkan famili, dan analisis daya tampung lokasi menggunakan metode Nell dan Rollinson (1974). Analisis botani menunjukkan bahwa peringkat pertama hijauan yang diberikan pada ternak sapi di kandang adalah Paspalum commersonii Lam., kemudian Paspalum conjugatum P.J. Bergius., dan Pennisetum purpureum Schum. Konsumsi jenis hijauan berdasarkan jumlah kepemilikan ternak menunjukkan bahwa persentase penggunaan hijauan jenis rumput paling tinggi. Jenis rumput yang diberikan pada ternak sapi yaitu Centotheca lappacea (L.) Desv., Eragrostis unioloides (Retz) Nees., Imperata cylindrica (L.) P. Beauv., Leersia hexandra Swartz., Macaranga triloba (Thunb.) Mull. Arg., Oplismenus compositus (L.) P. Beauv., Oryza minuta Presl., Panicum maximum Jacq., Paspalum cartilagineum Presl., Paspalum commersonii Lam., Paspalum conjugatum P.J. Bergius., Pennisetum polystachion (L.) Schult., Pennisetum purpureum Schum., dan Setaria splendida Stapf. Hijauan jenis kacangan yaitu Albizzia falcata Backer., Gliricidia sepium Jacq., Leucaena leucocephala Lamk., dan Pueraria javanica Benth. Hijauan jenis ramban yaitu Ageratum conyzoides L., Cyperus kyllingia Endl., Fimbristylis miliacea (L.) Vahl., Melastoma affine D. Don., Melastoma malabathricum L., Mikania cordata (Burm.f) B.L. Robinson., dan Theobroma cacao L. Sistem pemeliharaan yang diterapkan di Desa Air Sulau yaitu sistem intensif (73,53%) dan semi-intensif (26,47%). Pola penyediaan hijauan di Desa Air Sulau yaitu secara cut and carry dengan hijauan yang bersumber dari pakan alami dan budidaya. Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia efektif, Desa Air Sulau masih berpotensi menampung ternak ruminansia sebesar 191,227 ST. i

Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis hijauan pakan ternak sapi di Desa Air Sulau beragam, terdiri dari 14 jenis rumput, 4 jenis kacangan, dan 7 jenis ramban. Pola penyediaan hijauan pakan ternak sapi yaitu secara cut and carry dangan sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif. Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia dengan pendekatan potensi lahan sebesar 191,227 ST. Kata-kata kunci : pola penyediaan, rumput, kacangan, ramban, sapi ii

ABSTRACT The Diversity of Type and Pattern Providing of Ruminant Forage in Air Sulau Village, Kedurang Ilir Subdistrict, South Bengkulu Regency, Bengkulu Province Permana, M., S. Jayadi, and M. A. Setiana Air Sulau is one of the villages in South Bengkulu where found cattle breeding farm. Breed of cattle is bali cattle. The aim of this experiment were evaluating kind and pattern of provision of ruminant forage, and determining of carrying capacity in Air Sulau. This experiment used descriptive analysis, forage diversity analysis, composition of botany analysis, and analysis of carrying capacity base on Nell and Rollinson method. The results on composition of botany showed that the first rank kind of forage was Paspalum commersoni Lam., the second was Pennisetum purpureum Schum., and the third was Paspalum conjugatum P.J. Bergius. The result of analysis of carrying capacity based on Nell and Rollinson method showed that Air Sulau village could still intercept animals as many 191.227 animal unit. The conclusion of this experiment that the type of forages on cattle breeding farm in Air Sulau village were diverse, consisted of 14 species of grass, 4 species of legume, and 7 species of ramban (other than grass and legume). The pattern providing of cattle forage were cut and carry with intensive and semi-intensive system. Keywords: pattern providing, grass, legume, ramban, cattle iii

KERAGAMAN JENIS DAN POLA PENYEDIAAN HIJAUAN PAKAN TERNAK SAPI DI DESA AIR SULAU, KECAMATAN KEDURANG ILIR, KABUPATEN BENGKULU SELATAN, PROPINSI BENGKULU MONICA PERMANA D24070040 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 iv

Judul : Keragaman Jenis dan Pola Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau, Kecamatan Kedurang Ilir, Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu Nama : Monica Permana NIM : D24070040 Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, (Ir. Sudarsono Jayadi, M.Sc. Agr.) (Ir. Muhammad Agus Setiana, M.S.) NIP. 19660226 199003 1001 NIP. 19570824 198503 1001 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr.) NIP. 19670506 199103 1 001 Tanggal Ujian: 29 Maret 2012 Tanggal Lulus: v

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Manna pada tanggal 17 September 1989 dari pasangan Bapak Sapiin dan Ibu Asmawati. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 5 Kota Manna pada tahun 2001, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 2 Kota Manna pada tahun 2001-2004. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Kota Manna pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2007. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur USMI. Selama pendidikan penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan diantaranya penulis pernah menjadi anggota Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB periode 2007-2008 dan aktif di Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) periode 2009-2010 sebagai sekretaris biro Nutrisi dan Industri. Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan seperti Dekan Cup tahun 2009, D Farm Festival tahun 2009, dan Seminar Susu Segar Sejahterakan Indonesiaku tahun 2010. vi

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT atas segala rahmat kesehatan serta kesempatan yang diberikan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam penyelesaian studi pada jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Keragaman Jenis dan Pola Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau, Kecamatan Kedurang Ilir, Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2011 di Desa Air Sulau. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis dan pola penyediaan hijauan pakan yang diberikan pada ternak sapi di Desa Air Sulau. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan. Bogor, April 2012 Penulis vii

DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PERNYATAAN... Halaman LEMBAR PENGESAHAN... v RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Hijauan Pakan Ternak... 3 Rumput... 3 Kacangan... 4 Ramban... 4 Ternak Sapi... 5 Sapi Bali... 5 Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi... 6 Usaha Ternak Sapi... 6 MATERI DAN METODE... 8 Lokasi dan Waktu... 8 Materi... 8 Prosedur... 9 Pelaksanaan Penelitian... 9 Pengumpulan dan Sumber Data... 9 Pembuatan Herbarium... 9 Penimbangan Konsumsi Jenis Hijauan Pakan... 9 Identifikasi Hijauan Pakan... 10 Analisis Data... 10 Analisis Deskriptif... 10 Analisis Komposisi Botani Hijauan Pakan... 10 Analisis Keragaman Konsumsi Jenis Hijauan Pakan... 10 Analisis Daya Tampung Lokasi... 11 HASIL DAN PEMBAHASAN... 14 i iii iv viii

Keadaan Umum Lokasi... 13 Keadaan Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan... 13 Keadaan Umum Desa Air Sulau... 13 Keadaan Umum Peternakan di Desa Air Sulau... 14 Keadaan Peternakan Sapi di Desa Air Sulau... 15 Penggunaan Lahan... 15 Karakteristik Peternak... 16 Usaha Ternak Sapi... 18 Komposisi Botani Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau... 18 Konsumsi Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau... 20 Keragaman Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau... 21 Pemeliharaan Ternak Sapi di Desa Air Sulau... 23 Moda Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau... 25 Pola Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau... 26 Hijauan Pakan Potensial di Desa Air Sulau... 28 Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Metode Nell dan Rollinson (1974)... 28 KESIMPULAN DAN SARAN... 31 Kesimpulan... 31 Saran... 31 UCAPAN TERIMA KASIH... 32 DAFTAR PUSTAKA... 33 LAMPIRAN... 36 ix

Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Sumber Hijauan Pakan Ternak dan Nilai Konversi Kesetaraan... 12 2. Keadaan Umum Desa Air Sulau...... 14 3. Populasi Ternak di Desa Air Sulau... 14 4. Luas Penggunaan Lahan Desa Air Sulau... 15 5. Status dan Jumlah Kepemilikan Ternak Sapi... 18 6. Komposisi Botani Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau... 19 7. Persentase Konsumsi Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi Berdasarkan Jumlah Kepemilikan Ternak di Desa Air Sulau... 21 8. Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau... 22 9. Sistem Pemeliharaan dan Tenaga Kerja... 24 10. Sumber Hijauan dan Frekuensi Pemberian Pakan...... 27 11. Jenis Hijauan Pakan Potensial di Desa Air Sulau... 28 12. Konversi Lahan Garapan di Desa Air Sulau terhadap Padang Rumput Permanen berdasarkan Metode Nell dan Rollinson (1974).... 29 13. Hasil Perhitungan berdasarkan Metode Nell dan Rollinson di Desa Air Sulau... 29 x

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Potensi Lahan Sumber Hijauan Pakan Ternak Sapi... 16 2. Hijauan Pakan Ternak Sapi (Peringkat 1, 2, dan 3)... 20 3. Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi di Desa Air Sulau... 25 4. Moda Penyediaan Hijauan Pakan... 26 xi

Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta Desa Air Sulau... 37 2. Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-Rata di Desa Air Sulau Selama 5 Tahun Terakhir (2006-2010)... 38 3. Populasi Sapi di Kecamatan Kedurang Ilur, Kabupaten Bengkulu Selatan... 38 4. Karakteristik Peternak... 39 5. Gambar Hijauan Pakan Jenis Rumput di Desa Air Sulau... 40 6. Gambar Hijauan Jenis Kacangan di Desa Air Sulau... 42 7. Gambar Hijauan Pakan Jenis Ramban di Desa Air Sulau... 43 8. Gambar Hijauan Pakan Potensial di Desa Air Sulau... 44 9. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Metode Nell dan Rollinson (1974)... 46 10. Kuisioner Peternak... 47 xii

PENDAHULUAN Latar Belakang Bengkulu Selatan merupakan salah satu dari 10 kabupaten yang terdapat di Propinsi Bengkulu bagian selatan dengan luas wilayah 118.610 ha dan jumlah penduduk 142.722 jiwa (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Selatan, 2010). Salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Bengkulu Selatan adalah Kecamatan Kedurang Ilir yang terdiri dari 12 desa dengan luas wilayah 9.100 ha dan jumlah penduduk 7.068 jiwa. Desa Air Sulau merupakan desa yang berada di Kecamatan Kedurang Ilir dengan jumlah penduduk 1.852 jiwa dan luas wilayah 2.146,160 ha (Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir, 2010). Sebagian besar penduduk di Desa Air Sulau mata pencahariannya sebagai petani sekaligus peternak. Ternak sapi merupakan ternak yang diunggulkan di Desa Air Sulau. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ternak sapi yang dimiliki oleh setiap petani di desa ini, yaitu dengan jumlah populasi sapi sebanyak 671 ekor (Badan Pusat Statistik, 2011). Peternak di desa ini menjadikan beternak sebagai usaha turuntemurun atau sebagai tabungan untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Sebagian ternak di desa ini dipelihara dengan sistem gaduh atau merupakan ternak pemilik modal yang dipelihara oleh peternak sebagai penggaduh. Selain itu terdapat beberapa peternak yang merupakan pemilik ternak secara pribadi. Jenis sapi yang dipelihara di desa ini yaitu sapi bali. Pemilihan jenis ternak ini dikarenakan sapi bali memiliki produktivitas yang tinggi dengan sistem pemeliharaan yang tergolong mudah dan mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Desa Air Sulau mengembangkan peternakan dengan baik dibandingkan dengan desa lain yang berada di Kecamatan Kedurang Ilir. Pemerintah daerah telah merencanakan desa ini sebagai kantong ternak di Kabupaten Bengkulu Selatan. Sistem pemeliharaan yang diterapkan di desa ini yaitu sistem pemeliharaan intensif yang didasari dengan Peraturan Daerah (Perda) Bengkulu Selatan No. 03 Tahun 1997 tentang pemeliharaan dan penertiban hewan ternak yang mulai diberlakukan oleh Pemerintah Daerah (PEMDA) pada tahun 2001. Sistem pemeliharaan intensif ini dapat mempermudah peternak dalam mengawasi ternak dan mendapat perhatian khususnya dari pemberian pakan. 1

Sumber pakan yang digunakan di desa ini berupa rumput alam yang tumbuh di sekitar perkebunan maupun yang sengaja dibudidayakan seperti rumput gajah dan rumput setaria. Meskipun hanya berasal dari sela-sela tanaman perkebunan, rumputrumput tersebut sengaja dipupuk oleh para petani. Jenis-jenis hijauan makanan ternak yang terdapat di Desa Air Sulau sangat beragam. Keragaman jenis hijauan pakan ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para peternak, selain itu belum diperoleh data mengenai jenis hijauan apa saja yang diberikan kepada ternak tersebut. Potensi wilayah dalam menyediakan hijauan makanan ternak dan kebutuhan untuk mencukupi pakan ternak perlu diketahui agar dapat diusahakan pemanfaatan sumber daya hijauan secara optimal dengan memperhatikan kesinambungan penyediaan sepanjang tahun (Rukmana, 2005). Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis serta potensi penyediaan hijauan pakan ternak sapi yang ada di Desa Air Sulau sehingga diharapkan dapat meningkatkan peternakan sapi di desa tersebut, serta sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah daerah dan peternak di daerah Bengkulu Selatan. Tujuan Mengevaluasi jenis dan pola penyediaan hijauan pakan yang diberikan pada ternak sapi serta menentukan kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia di Desa Air Sulau. 2

TINJAUAN PUSTAKA Hijauan Pakan Ternak Hijauan pakan merupakan bagian tanaman terutama rumput dan leguminosa yang digunakan sebagai pakan ternak (Hartadi et al., 1993). Wilkins (2000) menyatakan bahwa hijauan merupakan bagian tanaman yang dapat dimakan, termasuk padi-padian yang diberikan dengan cara menggembalakan ternak maupun dipanen untuk diberikan langsung pada ternak. Menurut keberadaannya, hijauan makanan ternak terdiri dari hijauan yang tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia seperti pastura alami dan hijauan yang sengaja ditanam oleh petani seperti rumput gajah, gamal, lamtoro, dan waru (Budiasa, 2005). Pemanfaatan produksi hijauan yang berlebih serta untuk mengatasi kekurangan pakan ternak saat musim kemarau, rumput dapat diawetkan dalam bentuk silase maupun hay. Silase merupakan hijauan pakan ternak yang diawetkan dengan cara peragian atau fermentasi asam laktat (Siregar, 1996). McIlroy (1976) menyatakan bahwa rumput gajah merupakan rumput yang sangat baik untuk silase. Hay merupakan hijauan pakan ternak yang diawetkan melalui pengeringan hingga kadar air 15% (Siregar, 1996). Waktu panen hijauan yang akan dibuat hay adalah pada masa pertumbuhan terbaik saat fase mulai berbunga (McIlroy, 1976). Rumput Rumput (Gramineae) merupakan famili tumbuh-tumbuhan yang paling luas penyebarannya. Rumput sebagai pakan ternak berupa rumput lapang (liar) dan rumput pertanian. Rumput pertanian disebut juga dengan rumput unggul merupakan rumput yang sengaja diusahakan dan dikembangkan untuk persediaan pakan bagi ternak. Rumput unggul ini dibagi menjadi dua jenis yaitu pertama rumput potongan seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum.), rumput benggala (Pannicum maximum Jacq.), rumput mexico (Euchlaena mexicana Schrad.), dan Setaria spachelata Schum. Kedua yaitu rumput gembala seperti Brachiaria brizantha (Hochst. ex A. Rich.) Stapf., rumput ruzi atau rumput kongo (Brachiaria ruziziensis R. Germ. and C. M. Evrard), rumput australia (Paspalum dilatatum Poir.), Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., Cynodon plectostachyus (K. Schum.) Pilg., rumput pangola (Digitaria decumbens Stent.), dan Chloris gayana Kunth. (Sudarmono dan Sugeng, 2009). 3

Rumput memiliki sistem perakaran berbentuk serabut yang mempunyai peranan dalam pembentukan struktur tanah, titik tumbuh yang berada dekat pada pangkal tanaman memungkinkan tumbuh kembali setelah pemotongan, kemampuan membentuk anakan membantu menutup tanah dengan cepat pada fase pertumbuhan pertama (McIlroy, 1976). Kacangan Kacangan merupakan jenis hijauan lain yang digunakan untuk pakan ternak dari famili Leguminoceae. Gutteridge dan Shelton (1993) menyatakan bahwa Leguminoceae terdiri lebih dari 1.800 spesies. Leguminoceae terbagi menjadi tiga subfamili yaitu Papilionoideae, Mimosoideae, dan Caesalpinioideae (Wojciechowski, 2006). Papilionoideae (Papilionaceae) merupakan subfamilia yang spesiesnya merupakan tanaman legum makanan manusia dan ternak, sedangkan Mimosoideae (Mimosaceae) dan Caesalpinioideae (Caesalpiniaceae) merupakan tanaman legum yang khusus untuk hijauan makanan ternak (Reksohadiprodjo, 1985). Rukmana (2005) menyatakan bahwa kacangan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kacangan yang tumbuh menjalar, kacangan yang tumbuh tegak berupa pohon, dan kacangan hasil sisa tanaman pangan. Kacangan yang tumbuh menjalar digunakan sebagai penutup tanah di perkebunan, seperti sentro, kalopo, dan kudzu. Kacangan yang tumbuh tegak biasanya ditanam di tegalan atau pinggir kebun, seperti lamtoro, gamal, kaliandra. Sedangkan kacangan hasil sisa tanaman pangan merupakan hasil ikutan dari proses usaha tani seperti kacang tanah dan kacang kedelai. Legum (kacangan) memiliki kandungan protein yang lebih tinggi daripada Gramineae. Kandungan protein kacangan (Leguminoceae) lebih dari 20%, sedangkan rumput kurang dari 10%. Selain kandungan protein yang tinggi, Leguminoceae mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, tembaga dan kobal (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Gutteridge dan Shelton (1993) menyatakan bahwa saat musim kemarau, jenis kacangan pohon mampu menyediakan hijauan dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi. Ramban Ramban merupakan jenis lain hijauan pakan yaitu selain rumput dan legum. Kelompok tumbuhan lain ini mencakup tumbuhan tahunan, serta tumbuhan semak dan pohon berkayu (Martin, 1993). Suminar (2011) menyatakan bahwa hijauan yang 4

termasuk jenis ramban di Desa Cigobang yaitu daun kedondong kecil (Spondias lutea LINN.), daun kelor (Moringa oleifera LAMK.), daun singkong (Manihot utilissima POHL.), daun jambu air (Eugenia aquena BURM.f.), daun randu (Ceiba petandra GAERTN.), daun nangka (Artocarpus heterophyllus LAMK.), daun mangga (Mangifera indica L.), daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis LINN.), daun kersem (Mutingia calabura L.), daun kawijaran (Lannea grandis ENGL.), daun benalu mangga (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.). Ternak Sapi Sapi termasuk dalam filum Chordate, (yaitu hewan-hewan yang memiliki tulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Atiodaktil (berkuku atau berteracak genap), sub ordo Ruminansia (pemamah biak), famili Bovidae (tanduk berongga), genus Bos (pemamah biak berkaki empat). Spesiesnya terbagi dua, yaitu Bos taurus (sebagian besar bangsa sapi yang ada) dan Bos indicus (sapi-sapi yang memiliki punuk) (Blakely dan Bade, 1991). Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Bangsa ternak sapi yang digunakan dalam usaha sapi potong di Desa Air Sulau yaitu sapi bali. Sapi bali yang banyak dijadikan komoditi daging atau sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia. Sapi Bali Sarwono dan Arianto (2001) menyatakan bahwa sapi bali adalah sapi asli Indonesia yang merupakan domestikasi banteng (sapi yang hidup liar di hutan). Kemampuan reproduksi sapi bali mampu beranak setiap tahun. Pertambahan berat badan hariannya mencapai 0,7 kg/hari (Abidin, 2008). Sapi bali mampu tumbuh baik walaupun pakan yang diberikan bernilai gizi rendah (Williamson dan Payne, 1993). Yulianto dan Saparinto (2010) menyatakan bahwa daging sapi bali bertekstur lembut dan tidak berlemak. Sapi bali merupakan sapi lokal dengan penampilan produksi yang cukup tinggi sehingga menjadi primadona di kalangan peternak di Indonesia. Sapi bali memiliki ciri yaitu berukuran sedang, berdada dalam, kaki bagus. Warna bulu merah, keemasan, coklat tua. Bibir, kaki dan ekor hitam dan kakinya putih dari lutut ke bawah, dan terdapat warna putih di bawah paha dan bagian oval putih yang sangat jelas pada bagian pantat. Terdapat suatu garis hitam yang jelas pada 5

bagian punggung, dari bahu dan berakhir di atas ekor. Warna bulu pada jantan lebih gelap daripada betina, dan akan menjadi coklat tua sampai hitam pada saat dewasa. Bulunya pendek, halus, dan licin. Kulit berpigmen dan halus. Kepala lebar dan pendek dengan puncak kepala yang datar; telinga berukuran sedang dan berdiri. Tanduk sapi bali jantan besar, tumbuh ke samping dan kemudian ke atas dan runcing. Tanduk betina sangat kecil. Jantan memiliki kepala yang jelas dan gelambirnya tubuh baik pada jantan dan betina. Ambing pada betina pertumbuhannya jelek dan ditutupi bulu (Williamson dan Payne, 1993). Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi Sudarmono dan Sugeng (2009) menyatakan bahwa pemeliharaan sapi potong di Indonesia dilakukan dengan tiga sistem yaitu ekstensif, semi intensif dan intensif. Sistem ekstensif merupakan sistem dimana sapi dilepaskan di padang penggembalaan dan digembalakan sepanjang hari (pagi sampai sore), kemudian digiring ke kandang terbuka (tanpa atap) dengan tidak memberikan pakan tambahan lagi. Sistem semi intensif merupakan sistem pemeliharaan dimana pada siang hari sapi diikat dan ditambatkan di ladang, kebun, atau pekarangan yang rumputnya tumbuh subur, kemudian sapi dikandangkan pada sore hari, dan pada malam harinya diberi pakan tambahan berupa hijauan rumput atau daun-daunan. Pemeliharaan sistem intensif merupakan sistem pemeliharaan dimana sapi dikandangkan sepanjang hari dengan pemberian pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga menjadi cepat gemuk (Sudarmono dan Sugeng, 2009). Sistem pemeliharaan intensif (ternak di kurung dalam suatu kandang), kebutuhan pakannya tergantung dari apa yang diberikan peternak kepada ternak tersebut. Sistem pemeliharaan ternak dengan cara intensif (dikandangkan) di Desa Air Sulau dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Bengkulu Selatan No. 03 Tahun 1997 tentang pemeliharaan dan penertiban hewan ternak yang diberlakukan oleh Pemerintah Daerah (PEMDA) pada tahun 2001. Usaha Ternak Sapi Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur, yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan (Abidin, 2008). 6

Yulianto dan Saparinto (2010) menyatakan bahwa usaha ternak sapi dapat dilakukan secara perorangan atau kerjasama dengan orang lain. Sebagian besar ternak ruminansia dihasilkan oleh peternakan rakyat yang berskala kecil dan merupakan usaha sampingan, teknologi sederhana, pengetahuan mengenai cara beternak yang masih rendah, produktivitas ternak yang rendah, dan kualitas ternak yang belum seragam. Pemeliharaan sapi bibit bagi petani di pedesaan terutama dalam pemeliharan induk sebagai penghasil bakalan/pedet, hampir 90% usaha ini dilakukan oleh peternak kecil. Bentuk usaha kerjasama dalam usaha ternak sapi biasanya disebut sistem gaduh. Sistem ini dilakukan seseorang yang memilik cukup modal dan ingin beternak sapi tetapi tidak memiliki tempat dan pengetahuan mengenai ternak sapi, sehingga sapi diserahkan pada orang yang dipercaya mampu memelihara ternak (penggaduh) hingga ada hasilnya (Yulianto dan Saparinto, 2010). 7

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Air Sulau, Kecamatan Kedurang Ilir, Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) atas dasar pertimbangan bahwa sebagian besar penduduk desa tersebut memelihara ternak sapi dan sapi potong merupakan komoditi unggulan daerah, serta desa ini merupakan daerah pertanian yang subur yang memiliki potensi dalam penyediaan hijauan pakan ternak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September tahun 2011. Materi Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Proportional Cluster Random Sampling dengan menggunakan persamaan : N n = 1 + N e 2 Keterangan : N = jumlah peternak e = galat (10%) n = jumlah sampel Peternak sebagai responden yaitu sebanyak 68 KK (Kepala Keluarga) dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui informasi mengenai peternak, ternak, serta pola penyediaan hijauan pakan ternak. Satu wilayah desa terdiri dari 5 blok, kemudian responden diperoleh dari masing-masing blok yang diambil secara acak sebanyak 13-14 KK. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak sapi yang dimiliki oleh 15 peternak di Desa Air Sulau untuk analisis keragaman konsumsi jenis hijauan. Ternak berasal dari segala umur, jenis kelamin, dan kondisi reproduksi yang berbedabeda. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel hijauan pakan segar yang terdapat di kandang, timbangan, plastik, kamera, alkohol 70 %, kertas koran, tali rapia dan kuisioner. 8

Prosedur Pelaksanaan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey lapang yaitu pengamatan keadaan ternak dan pola penyediaan hijauan pakan, mengambil hijauan pakan yang diberikan pada ternak untuk dijadikan herbarium, memotret hijauan dan keadaan peternakan sebagai dokumentasi, serta menimbang hijauan yang diberikan pada ternak, dan memperediksi komposisi botani di kandang ternak. Wawancara dengan responden peternak mengenai ternak, pakan, dan keadaan umum peternakan. Pengumpulan dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan peternak sebagai responden dengan menggunakan daftar kuisioner berstruktur, wawancara dengan petugas penyuluh lapang dan pihak terkait lainnya. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait antara lain desa/kelurahan, kecamatan, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Badan Pusat Statistik Bengkulu Selatan. Data yang dikumpulkan meliputi data populasi ternak ruminansia, luas lahan berdasarkan penggunaannya, data cuaca, jumlah penduduk, dan data-data lain yang mendukung. Pembuatan Herbarium Metode yang digunakan dalam membuat herbarium hijauan pakan yaitu dengan metode Stone (1983) yaitu eksplorasi koleksi tumbuhan dengan bunga dan buah (fertil) diproses untuk spesimen herbarium koleksi kering. Herbarium kering dibuat dengan cara mengambil satu helai tiap jenis hijauan kemudian disemprotkan alkohol 70 % pada seluruh bagian tanaman, setelah seluruh bagian disemprot merata hijauan tersebut ditempatkan pada kertas koran yang ditutup secara rapat dan dipadatkan dengan menggunakan kardus, lalu diikat dengan tali. Penimbangan Konsumsi Jenis Hijauan Pakan Penimbangan konsumsi jenis hijauan dilakukan dengan memisahkan jenis hijauan yang diberikan pada ternak menurut famili kemudian dicatat dan dilakukan penimbangan berat awal masing-masing jenis famili hijauan sebelum diberikan pada ternak. Setelah akhir konsumsi, berat akhir masing-masing famili dicatat kembali 9

dengan cara ditimbang. Pengambilan sampel tersebut dilakukan selama lima hari pada 15 peternak sapi dengan masing-masing lima peternak dengan kepemilikan ternak kurang dari 2 ekor, lima peternak dengan kepemilikan ternak 2-5 ekor, dan lima peternak dengan kepemilikan ternak lebih dari 5 ekor. Identifikasi Hijauan Pakan Identifikasi dilakukan dengan mengamati jenis hijauan yang telah dibuat herbarium kemudian membandingkan ciri-ciri fisiknya dengan text book terkait untuk menemukan nama latinnya. Hijauan dipisahkan berdasarkan jenisnya yaitu rumput (Gramineae), kacangan (Leguminoseae), dan ramban (selain Gramineae dan Leguminoseae). Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan diolah dan ditabulasi. Data dianalisis secara metode deskriptif, analisis komposisi botani, analisis keragaman konsumsi jenis hijauan dan analisis daya tampung lokasi. Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk menggambarkan keadaan umum di lokasi penelitian, karakteristik peternak yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, sumber modal, pengalaman beternak dan tanggungan keluarga, gambaran keragaman jenis hijauan pakan yang diberikan pada ternak dan menganalisa sistem pemeliharaan ternak serta pola penyediaan hijauan pakan ternak sapi. Analisis Komposisi Botani Hijauan Pakan Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode Dry Weight Rank Mannetje dan Haydock (1963). Data ditabulasikan untuk dibuat ranking menurut dominasinya yaitu dari ranking 1, 2 dan 3. Persentase bahan kering masing-masing komponen dihitung dengan mengalikan setiap ranking dengan faktor untuk ranking satu dikalikan 70,2; ranking dua dikalikan 21,1; dan ranking tiga dikalikan 8,7. Analisis Keragaman Konsumsi Jenis Hijauan Pakan Data yang diperoleh dari hasil penimbangan konsumsi jenis hijauan selanjutnya dibuat rataan berat awal dan berat akhir masing-masing famili, serta rataan berat awal keseluruhan hijauan tersebut. Persamaan yang digunakan untuk 10

menentukan persentase jumlah masing-masing famili hijauan yang dikonsumsi secara matematis adalah sebagai berikut : A = B = C = Total Berat Awal (kg) Famili (X) n Total Berat Akhir (kg) Famili (X) n Total Berat Awal (kg) Seluruh Famili (X) n A B x 100% Y = C Keterangan : Y = Persentase (%) konsumsi famili hijauan (X) A = Rataan total berat awal (kg) famili (X) B = Rataan total berat akhir (kg) famili(x) C = Rataan berat total (kg) semua famili yang diberikan X = Famili hijauan yang sedang diukur n = Banyaknya pengukuran Setelah diperoleh persentase masing-masing famili hijauan yang dikonsumsi dilakukan klasifikasi peringkat famili hijauan yang diberikan oleh peternak dengan jumlah kepemilikaan ternak yang berbeda. Analisis Daya Tampung Lokasi Metode pengolahan data analisis daya tampung lokasi yang digunakan adalah metode Nell dan Rollinson (1974). Metode ini merupakan metode komparatif yang membatasi diri hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau ukurannya dalam laporan statistik. Potensi penyediaan (supply) dari sumber-sumber tersebut dikonversikan terhadap potensi padang rumput alami dengan koefisien pemanfaatan yang rasional dengan perhitungan sebagai berikut : 11

Tabel 1. Sumber Hijauan Pakan Ternak dan Nilai Konversi Kesetaraan Sawah Bera Tegalan Perkebunan Hutan Rakyat Sumber Hijauan Nilai Konversi Kesetaraan Terhadap Padang Rumput Permanen 20% luas sawah x 10% *) x 15 ton BK/ha/thn 1% Luas Tegalan x 15 ton BK/ha/thn 5% Luas Perkebunan x 15 ton BK/ha/thn 7,5% Luas Hutan Rakyat x 15 ton BK/ha/thn Keterangan: *) Produktivitas sawah bera terhadap padang rumput permanen Sumber : Nell dan Rollinson (1974). a. Analisis Daya Dukung (ST) Rumus : Potensi hijauan pakan Konsumsi ternak/hari x 365 hari Keterangan : 1. Potensi hijauan pakan dalam bentuk BK dengan satuan kg/tahun. 2. Konsumsi atau kebutuhan ternak dengan satuan kg BK/ ST/hari. 3. 365 hari=1 tahun. b. Analisis KPPTR Efektif (ST) = Daya Dukung POPRIIL Keterangan : POPRIIL adalah populasi riil ternak ruminansia (ST) pada tahun tertentu. 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Keadaan Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan Kabupaten Bengkulu Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Bengkulu, berada di pantai barat Pulau Sumatera yang merupakan wilayah paling selatan dari wilayah Propinsi Bengkulu yang terdiri dari 11 kecamatan dengan luas wilayah 1.185,70 km 2. Bengkulu Selatan terletak pada 4 o 1 4 o 34 Lintang Selatan dan 102 o 48 103 o 17 Bujur Timur (Badan Pusat Statistik Bengkulu Selatan, 2010). Berdasarkan topografi, kabupaten ini terletak pada tiga jalur yaitu jalur pertama 0 100 m di atas permukaan laut dan terklasifikasi sebagai daerah low land luasnya mencapai 50,93%. Jalur kedua 100 1000 m di atas permukaan laut dan terklasifikasi sebagai daerah bukit range luasnya mencapai 43%. Jalur ketiga terletak di sebelah utara-timur sampai ke puncak Bukit Barisan luasnya mencapai 6,07% (Badan Pusat Statistik Bengkulu Selatan, 2010). Berdasarkan kondisi teksturnya, tanah di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan sebagian besar bertekstur halus sampai sedang (84,52%), sebagian kecil bertekstur agak kasar sampai kasar (15,48%). Topografi bergelombang dengan ketinggian maksimal lebih dari 1.000 m dari permukaan laut. Suhu maksimum rata-rata 30-33 o C dan suhu minimum rata-rata 22-23 o C, dengan kelembaban rata-rata 80%-88 %. Keadaan Umum Desa Air Sulau Air Sulau merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kedurang Ilir Kabupaten Bengkulu Selatan Propinsi Bengkulu. Secara administratif, batas-batas daerah Desa Air Sulau adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Suka Raja, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kaur, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Jaya, sebelah barat berbatasan dengan Desa Lubuk Ladung. Desa Air Sulau dengan jumlah penduduk sebanyak 1.852 jiwa memiliki luas wilayah 2.146,160 ha. Penduduk di desa ini sebagian besar merupakan pendatang (transmigran) yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Jenis tanah di Desa Air Sulau pada umumnya podsolik merah kuning. Desa ini memiliki kemiringan tanah 8% 59% dengan asal tanah batuan atau koral. Curah hujan 13

rata-ratanya yaitu 243,444 mm/bln (Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir, 2010). Jenis iklim di Desa Air Sulau adalah tropis. Musim penghujan terjadi antara bulan September sampai dengan April dengan curah hujan terbanyak pada bulan Desember sampai Januari. Keadaan umum Desa Air Sulau disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Keadaan Umum Desa Air Sulau Keadaan Lokasi Penelitian Keterangan Luas Wilayah (km 2 ) 21,4* Jumlah Penduduk (jiwa) 1.852* Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) 86,29 Pola Dasar Pembangunan Lahan Pertanian ; Pemukiman Ketinggian tempat (m/dpl) 0 800 Curah Hujan (mm/bln) 243,444 Jenis iklim Tropis Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir 2010 dan BPS Bengkulu Selatan 2011(*). Keadaan Umum Peternakan di Desa Air Sulau Sebagian besar penduduk di Desa Air Sulau bermatapencaharian sebagai petani. Beternak merupakan pilihan usaha untuk menambah pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidup penduduk desa ini. Jenis ternak yang dipelihara di Desa Air Sulau yaitu sapi, kambing, ayam kampung, dan itik. Ternak ruminansia yang dipelihara di desa ini adalah sapi dan kambing dengan jumlah masing-masing 671 dan 170 ekor. Ternak sapi merupakan ternak ruminansia yang paling banyak dipelihara di desa ini. Jumlah populasi ternak di Desa Air Sulau disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Populasi Ternak di Desa Air Sulau Ternak Populasi (ekor) Sapi 671 Kambing 170 Ayam kampung 1.024 Itik 650 Sumber: BPS Bengkulu Selatan (2011). 14

Keadaan Peternakan Sapi di Desa Air Sulau Ternak sapi di Desa Air Sulau merupakan yang tertinggi yaitu dengan jumlah 671 ekor (53,42%) dari 1.256 ekor ternak sapi di Kecamatan Kedurang Ilir. Menurut petugas penyuluh setempat, sapi bali merupakan ternak yang paling disukai oleh peternak untuk dipelihara di desa ini karena menurut peternak pemeliharaan sapi bali tergolong mudah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeprapto dan Abidin (2006) bahwa sapi bali sangat diminati untuk dipelihara oleh peternak kecil di Indonesia karena tingkat kesuburannya tinggi, efisien memanfaatkan sumber pakan, dan daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi. Secara umum ternak sapi di Desa Air Sulau dipelihara dengan dikandangkan di pekarangan belakang maupun samping rumah. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peternak mengawasi ternaknya. Selain itu, pemeliharaan dengan dikandangkan bertujuan untuk mencegah terjadinya perusakan tanaman pertanian oleh ternak karena sebagian besar lahan di desa ini dimanfaatkan untuk perkebunan. Penggunaan Lahan Desa Air Sulau memiliki luas wilayah 2.146,16 ha. Sebagian besar lahan di desa ini dimanfaatkan sebagai lahan untuk perkebunan. Pemanfaatan lahan pada suatu daerah sangat mempengaruhi ketersediaan pakan bagi ternak. Lahan yang digunakan sebagai perkebunan maupun pertanian sangat berpotensi dalam penyediaan pakan bagi ternak yaitu dari hijauan yang tumbuh di sela tanaman di lahan tersebut. Penggunaan lahan secara rinci di Desa Air Sulau disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan Desa Air Sulau Jenis Penggunaan Sawah Perkebunan Pemukiman Tegalan Hutan Rakyat Luas 74 Ha 1.845,1 Ha 34,5 Ha 51,5 Ha* 141 Ha* Sumber: BPS Bengkulu Selatan 2011 dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir 2010 (*). Lahan di Desa Air Sulau sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan yaitu 64% dari total luas desa. Sebagian besar perkebunan yang 15

diusahakan di desa ini adalah perkebunan karet dan sawit. Rumput yang tumbuh di sela tanaman perkebunan secara alami (Gambar 1.a) diperoleh peternak di perkebunan milik sendiri maupun orang lain yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya. Sedangkan rumput budidaya seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum.) dan Setaria splendida Stapf. (Gambar 1.b) diperoleh peternak dari lahan milik sendiri yang sengaja ditanam dan dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sawah dan tegalan juga merupakan lahan hijauan pakan bagi ternak baik hijauan yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja ditanam oleh peternak. Selain itu, lahan pinggir jalan (Gambar 1.c) merupakan lahan lain yang berpotensi menyumbang sumber hijauan rumput seperti alang-alang (Imperata cylindrica (L.) P. Beauv.). Gambar potensi lahan sumber hijauan pakan ternak sapi ditampilkan pada Gambar 1. a. Perkebunan (rumput alami) c. Pinggir Jalan b. Perkebunan (rumput budidaya) Karakteristik Peternak Gambar 1. Potensi Lahan Sumber Hijauan Pakan Ternak Sapi Sumber: Dokumentasi penelitian (2011). Peternak di Desa Air Sulau memiliki karakteristik yang berbeda berdasarkan umur, tingkat pendidikan, pekerjaan utama, pengalaman beternak, jumlah tanggungan, 16

dan pendapatannya. Data karakteristik peternak di desa ini diperoleh dari wawancara menggunakan kuisioner yang dilakukan pada saat penelitian. Karakteristik peternak disajikan pada Lampiran 4. Ternak sapi yang dipelihara di Desa Air Sulau adalah sapi bali yang tersebar di seluruh wilayah desa. Jumlah peternak di Desa Air Sulau sebanyak 209 kepala keluarga dengan kisaran umur antara 23 74 tahun. Faktor umur sangat menentukan produktivitas kerja peternak, dimana produktivitas kerja akan tinggi pada umur produktif (15-54 tahun) (Ningsih, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat pendidikan responden peternak masih rendah, umumnya sampai tingkat SD yaitu 60,29%, sedangkan lulusan SMP, SMA, dan D3 masing-masing sebanyak 27,94%, 10,29%, dan 1,47%. Meskipun tingkat pendidikan masih rendah, peternak di desa ini tidak membatasi masuknya teknologi baru, sehingga pemeliharaan ternak tidak hanya dilakukan dengan cara tradisional. Hal ini dikarenakan telah terbentuknya kelompok tani dan rutinnya dilaksanakan berbagai jenis penyuluhan oleh petugas penyuluh lapang tentang peternakan di desa ini. Pekerjaan utama sebagian besar peternak adalah sebagai petani yaitu 65 responden (95,59%), selain itu 2 responden memiliki pekerjaan sebagai pedagang (2,94%), dan 1 responden (1,47%) sebagai PNS. Beternak bukan menjadi pekerjaan utama peternak di desa ini melainkan hanya sebagai pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan yang bersifat sebagai tabungan hidup yang sewaktu-waktu dapat diuangkan jika dibutuhkan. Pengalaman peternak dalam melakukan usaha peternakan ini berkisar antara 1 38 tahun. Sebanyak 30,88% responden sudah menjalankan usaha ini lebih dari 10 tahun. Hoda (2002) menyatakan bahwa pengalaman beternak merupakan indikator keberhasilan dalam beternak. Lama usaha berpengaruh terhadap pengetahuan dan keahlian peternak dalam mengatasi permasalahn yang timbul sehingga dapat meningkatkan produksi pada masa yang akan datang (Arbi, 2010). Responden peternak sebagian besar memiliki pendapatan berkisar antara Rp 500.000 Rp 1.000.000 yaitu sebanyak 75% dari 68 responden dengan tanggungan rata-rata tiga orang. Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga inti seperti suami, istri, dan anak, serta termasuk anggota keluarga lainnya seperti 17

saudara yang masih menjadi tanggungan. Pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga diperoleh yaitu salah satunya dengan beternak. Usaha Ternak Sapi Sebagian usaha ternak sapi yang dilakukan di Desa Air Sulau adalah dengan sistem gaduhan atau sistem bagi hasil. Status dan jumlah kepemilikan ternak disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Status dan Jumlah Kepemilikan Ternak Sapi Uraian Status kepemilikan ternak a. Milik b. Gaduhan Jumlah ternak (ekor) a. < 2 b. 2 5 c. >5 Sumber: Data primer (2011). Jumlah Peternak (KK) 49 19 8 53 7 Persentase (%) 72,06 27,94 11,76 77,94 10,29 Jumlah Ternak (ekor) 142 64 8 154 44 Jumlah ternak (ST) 100 44 7 106 31 Sebanyak 27,94% responden merupakan penggaduh dengan jumlah ternak yang digaduh sebanyak 31,06%, sedangkan sebanyak 72,06% responden merupakan pemilik ternak dengan jumlah ternak yang dimiliki sebanyak 68,93% dari 206 ekor ternak sapi yang dimiliki oleh 68 responden peternak. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peternak di desa ini telah mandiri dalam menjalankan usaha peternakannya. Jumlah ternak sapi yang dipelihara masing-masing responden bervariasi yaitu 1 sampai 8 ekor dengan rata-rata kepemilikan 3 ekor per kepala keluarga. Komposisi Botani Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Komposisi botani hijauan pakan di Desa Air Sulau dilakukan dengan metode Dry-Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock (1963). Komposisi dihitung berdasarkan dugaan berat kering yang kemudian dilakukan peringkat (1, 2, dan 3) terhadap jenis hijauan tertentu yang diberikan oleh peternak di kandang. 18

Semakin tinggi persentase ini menunjukkan tingginya jumlah hijauan tersebut diberikan pada ternak. Komposisi botani hijauan pakan ternak sapi di Desa Air Sulau secara rinci disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Komposisi Botani Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau No. Nama Hijauan Jenis Hijauan % tiap jenis 1. Centotheca lappacea (L.) Desv. Rumput 0,56 2. Leersia hexandra Swartz. Rumput 6,16 3. Paspalum conjugatum P.J. Bergius. Rumput 23,13 4. Setaria splendida Stapf. Rumput 6,97 5. Pennisetum purpureum Schum. Rumput 20,75 6. Imperata cylindrica (L.) P. Beauv. Rumput 2,42 7. Paspalum commersoni Lam. Rumput 32,53 8. Oryza minuta Presl. Rumput 5,14 9. Leucaena leucocephala Lamk. Kacangan 0,14 10. Fimbristylis miliacea (L.) Vahl. Ramban 2,20 Sumber: Data primer yang diolah (2011). Berdasarkan Tabel 6, komposisi botani hijauan tertinggi (peringkat pertama) yang diberikan pada ternak sapi di Desa Air Sulau adalah Paspalum commersoni Lam. (Gambar 2.a) dengan persentase 32,53%. Rumput P. commersoni Lam. merupakan rumput yang banyak tumbuh di rawa. Paspalum conjugatum P.J. Bergius. (Gambar 2.b) merupakan hijauan yang paling banyak diberikan (peringkat kedua) yaitu dengan persentase 23,13%. Menurut peternak, P. conjugatum P.J. Bergius merupakan rumput yang disukai oleh ternak sapi sehingga rumput ini sering diberikan pada ternak. Sedangkan peringkat ketiga jenis hijauan yang paling banyak diberikan adalah Pennisetum purpureum Schum. (Gambar 2.c) dengan persentase 20,75%. Rumput gajah (P. purpureum Schum.) merupakan rumput budidaya yang sengaja ditanam oleh peternak. Rumput ini biasanya ditanam di sela-sela perkebunan seperti perkebunan karet. Jenis hijauan lainnya yang diberikan pada ternak sapi di desa ini yaitu Leucaena leucocephala Lamk., Centotheca lappacea (L.) Desv., Fimbristylis miliacea (L.) Vahl., Imperata cylindrica (L.) P. Beauv., Oryza minuta Presl., Leersia hexandra 19

Swartz., dan Setaria splendida Stapf. dengan persentase 0,14%-6,97%. Jenis rumput Imperata cylindrica (L.) P. Beauv. (alang-alang) juga dimanfaatkan oleh peternak sebagai pakan. Friday et al. (1999) menyatakan bahwa alang-alang muda (0-15 hari) kualitasnya setara dengan Panicum maximum Jacq. Jenis hijauan berdasarkan peringkat 1, 2, dan 3 di Desa Air Sulau disajikan pada Gambar 2. a. Paspalum commersoni Lam. b. Paspalum conjugatum P.J. Bergius. c. Pennisetum purpureum Schum. Gambar 2. Hijauan Pakan Ternak Sapi (Peringkat 1, 2, dan 3) Sumber: Dokumentasi penelitian (2011). Konsumsi Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Data konsumsi jenis hijauan berdasarkan kepemilikan ternak diperoleh dari 15 peternak yang masing-masing 5 peternak sapi dengan kepemilikan ternak kurang dari 2 ekor, 5 peternak dengan kepemilikan ternak 2-5 ekor, dan 5 peternak dengan kepemilikan ternak lebih dari 5 ekor selama 5 hari. Persentase konsumsi jenis hijauan pakan ternak sapi berdasarkan jumlah kepemilikan ternak di Desa Air Sulau disajikan pada Tabel 7. 20

Tabel 7. Persentase Konsumsi Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi Berdasarkan Jumlah Kepemilikan Ternak di Desa Air Sulau Jumlah ternak Rumput (%) Kacangan (%) Ramban (%) < 2 96,93 3,07 0 2-5 97,63 1,68 0,69 >5 97,14 2,47 0,39 Sumber: Data primer yang diolah (2011). Hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa dengan jumlah ternak yang berbeda, persentase konsumsi jenis hijauan rumput paling tinggi yaitu dengan jumlah konsumsi diatas 90%. Peternak yang memiliki 1 ekor sapi tidak memberikan hijauan jenis ramban pada ternaknya, ini ditunjukkan pada Tabel 7 dengan persentase penggunaan 0%. Sedangkan peternak yang memiliki ternak 2-5, dan lebih dari 5 ekor masing-masing menggunakan ramban 0,69% dan 0,39%. Jenis kacangan (legum) dan ramban yang hanya sedikit digunakan oleh peternak dikarenakan selain sapi beberapa peternak juga memelihara kambing. Dikemukakan oleh peternak bahwa kambing lebih menyukai legum dan ramban dibandingkan rumput, sehingga kacangan lebih diperuntukkan bagi kambing. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Suminar (2011) yang menunjukkan bahwa jenis hijauan yang diberikan pada ternak kambing di Desa Cigobang didominasi oleh legum dan ramban, dengan persentase rataan konsumsi masing-masing 79,53 dan 13,35%, sedangkan persentase rataan konsumsi rumput yaitu hanya 7,12%. Kacangan (legum) dapat diberikan pada ternak sapi sebagai sumber protein. Putra (1999) menyatakan bahwa pemberian hijauan pakan leguminosa akan meningkatkan penampilan sapi bali. Jumlah pemberian hijauan kacangan yang kurang dari 4% dari total pemberian hijauan dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan protein ternak sapi, karena di Desa Air Sulau konsentrat sebagai sumber protein tidak pernah diberikan. Keragaman Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Hijauan pakan ternak yang diberikan pada ternak sapi di Desa Air Sulau umumnya berupa rumput, kacangan, dan ramban. Jenis hijauan pakan ternak sapi di Desa Air Sulau secara rinci disajikan pada Tabel 8 dan gambar jenis hijauan pakan 21

ternak sapi (rumput, kacangan, dan ramban) yang digunakan di Desa Air Sulau disajikan pada Lampiran 5. Tabel 8. Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau No. Nama Latin Nama Lokal Jenis Hijauan 1. Centotheca lappacea (L.) Desv. - Rumput 2. Eragrostis unioloides (Retz) Nees. - Rumput 3. Imperata cylindrica (L.) P. Beauv. - Rumput 4. Leersia hexandra Swartz. Lameta Rumput 5. Macaranga triloba (Thunb.) Mull. Arg. Marak Rumput 6. Oplismenus compositus (L.) P. Beauv. - Rumput 7. Oryza minuta Presl. Cenduai Rumput 8. Panicum maximum Jacq. - Rumput 9. Paspalum cartilagineum Presl. - Rumput 10. Paspalum commersonii Lam. Kolomento Rumput 11. Paspalum conjugatum P.J. Bergius. Rumput Pait Rumput 12. Pennisetum polystachion (L.) Schult. - Rumput 13. Pennisetum purpureum Schum. Gajahan Rumput 14. Setaria splendida Stapf. Setaria Rumput 15. Albizzia falcata Backer. - Kacangan 16. Gliricidia sepium Jacq. - Kacangan 17. Leucaena leucocephala Lamk. Lamtoro Kacangan 18. Pueraria javanica Benth. - Kacangan 19. Ageratum conyzoides L. - Ramban 20. Cyperus kyllingia Endl. - Ramban 21. Fimbristylis miliacea (L.) Vahl. Bulu Mata Ramban Munding 22. Melastoma affine D. Don. Dedughuak Ramban 23. Melastoma malabathricum L. Sengganen Ramban 24. Mikania cordata (Burm.f) B.L. Robinson. Arey Ramban 25. Theobroma cacao L. Daun cokelat Ramban Sumber: Gilliland (1971), Heyne (1987), Soerjani et al. (1987), Henty (1969), Hellena (2005). 22

Hijauan pakan ini diperoleh peternak dari lahan sawah, pinggir sungai, perkebunan, dan pinggir jalan. Peternak di Desa Air Sulau memberikan pakan berupa rumput lapang atau hijauan pakan alami yang tumbuh secara liar, serta rumput yang sengaja dibudidayakan. Soeprapto dan Abidin (2006) menyatakan bahwa rumput lapang merupakan pakan yang diberikan pada sapi dengan pemeliharaan secara tradisional. Tingginya proporsi pemberian pastura alami merupakan kebiasaan petani secara turun temurun (Budiasa, 2005). Jenis rumput Oryza minuta Presl. atau yang biasa disebut cenduai merupakan salah satu jenis rumput di lahan persawahan yang tumbuh pasca panen padi, sehingga ketersediaan rumput jenis ini sangat tergantung musim. Rumput yang tumbuh di sekitar perkebunan dan pinggir jalan juga dimanfaatkan peternak sebagai pakan ternak sapi. Selain itu, beberapa peternak menggunakan lahan perkebunan karet sebagai lahan untuk membudidayakan hijauan seperti rumput gajah dan setaria. Budiasa (2005) menyatakan bahwa rumput gajah ditanam pada daerah khusus akan memberikan kontribusi yang baik dibandingkan dengan hanya ditanam menyebar sesuai keinginan petani. Sebagian peternak masih membudidayakan rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum.) di sela tanaman karet. Ini mengakibatkan pertumbuhan rumput gajah akan terhambat karena menurut Elly et al. (2008), P. Purpureum Schum. tidak tahan terhadap naungan, sehingga penanaman dilakukan di lahan terbuka. Selain rumput gajah, rumput setaria merupakan satu jenis rumput lain yang dibudidayakan di Desa Air Sulau. Rumput ini biasa ditanam peternak di sela tanaman perkebunan. Menurut peternak, setaria lebih tahan terhadap naungan sehingga bila ditanam di sela tanaman karet, rumput ini masih dapat tumbuh dengan baik. Pemeliharaan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Usaha ternak sapi potong yang berkembang di Desa Air Sulau umumnya merupakan peternakan rakyat yang dilakukan secara individu dengan sistem pemeliharaan secara tradisional. Pemeliharaan ternak sapi di Desa Air Sulau dilakukan dengan menggunakan sistem intensif dan semi-intensif. Sebagian besar peternak di desa ini memeliharaan ternak sapi dengan sistem intensif (Tabel 9). Sistem ini merupakan sistem pemeliharaan dimana ternak selalu dikandangkan sehingga pakan dan minum ternak diberikan di kandang (Gambar 3.a). Hal ini sesuai dengan Sudarmono dan Sugeng (2008) yang menyatakan bahwa secara 23

tradisional, pemeliharaan sapi yaitu dengan sistem kreman atau dikandangkan siang dan malam. Ternak sapi di desa ini umumnya dipelihara atau dikandangkan disekitar pekarangan belakang rumah. Ternak sapi yang dipelihara secara intensif yaitu sebanyak 144 dari 206 ekor ternak sapi yang dimiliki oleh 68 responden peternak di Desa Air Sulau. Secara rinci sistem pemeliharaan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Sistem Pemeliharaan dan Tenaga Kerja Uraian Sistem pemeliharaan a. Intensif b. Semi-intensif Tenaga kerja a. <2 orang b. 2-3 orang c. >3 orang Sumber: Data primer (2011). Jumlah Peternak (KK) 50 18 9 53 6 Persentase (%) 73,53 26,47 13,24 77,94 8,82 Jumlah Ternak (ekor) 144 62 12 144 50 Jumlah ternak (ST) 102 42 9 100 35 Selain sistem intensif, sebagian peternak di desa ini melakukan pemeliharaan dengan sistem semi-intensif (Gambar 3.b). Berbeda dengan hasil penelitian Nugraha (2011), sistem semi-intensif yang diterapkan yaitu ternak digembalakan untuk mencari pakan sendiri, sedangkan sistem pemeliharaan semi-intensif di Desa Air Sulau yaitu pada siang hari sapi diikat di sekitar pekarangan rumah saja yang ditumbuhi rumput, kemudian pada sore hari sapi dimasukkan ke dalam kandang dan diberi pakan hijauan. Menurut peternak di desa ini, sistem pemeliharaan secara intensif lebih efektif karena peternak tidak perlu mengawasi ternaknya saat sedang mencari makan, serta keamanan ternak lebih terjamin dalam hal ini terhindar dari bahaya seperti dicuri. Menerapkan sistem intensif merupakan kesepakatan peternak dengan mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) Bengkulu Selatan No. 03 Tahun 1997 tentang pemeliharaan dan penertiban hewan ternak. Pemeliharaan dengan sistem intensif ini juga mempermudah peternak dalam mengumpulkan kotoran ternak yang akan dimanfaatkan sebagai pupuk yang digunakan untuk lahan perkebunan dan pertanian serta dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biogas. Keadaan pemeliharaan 24

ternak sapi dengan sistem pemeliharaan intensif dan semi-intensif disajikan pada Gambar 3. a. Intensif b. Semi-Intensif Gambar 3. Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Sumber: Dokumentasi penelitian (2011). Penggunaan tenaga kerja dalam pelaksanaan usaha-tani masih didominasi oleh tenaga kerja manusia yang bersumber dari dalam keluarga dan dari luar keluarga berupa tenaga gotong royong sedangkan sistem upahan jarang dilakukan (Kapa, 2004). Sebanyak 77,94% responden menunjukkan jumlah tenaga kerja yang digunakan antara dua sampai tiga orang tenaga kerja yang biasanya terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri, dan anak. Setiap individu memiliki peran masing-masing. Tugas mencari hijauan pakan ini biasanya dilakukan oleh anak bersama ayah, karena pakan pada sistem pemeliharaan secara intensif diberikan langsung pada ternak di kandang, sehingga peternak bertugas untuk menyediakan hijauan pakan bagi ternaknya. Kegiatan lain seperti membersihkan kandang dan memberikan pakan kepada ternak biasanya dilakukan oleh istri. Namun ada sebagian keluarga dimana istri ikut serta dalam mencari hijauan untuk ternak. Moda Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Pemberian pakan dilakukan dengan cara mencari (mengarit) rumput dengan menggunakan sabit (Gambar 4.a), kemudian rumput dibawa ke kandang dan diberikan pada ternak untuk dikonsumsi oleh ternak atau yang dikenal dengan sistem cut and carry. Penyediaan hijauan pakan ternak tersebut dilakukan peternak pada pagi hari pukul 07.00 10.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 16.00 WIB. Hijauan pakan diperoleh peternak dengan menempuh jarak mulai dari 200 m sampai 5 km dari tempat tinggal. Peternak yang mencari hijauan dengan jarak relatif 25

dekat biasanya memanggul sendiri hijauan tersebut untuk dibawa ke kandang (Gambar 4.c). Sedangkan peternak yang memperoleh hijauan dengan jarak yang cukup jauh, biasanya mengangkut hijauan pakan dengan sepeda atau dengan menggunakan sepeda motor (Gambar 4.b). a. Peternak Sedang Mengarit b. Pengangkutan dengan Sepeda Motor c. Pengangkutan dengan Dipanggul Gambar 4. Moda Penyediaan Hijauan Pakan Sumber: Dokumentasi penelitian (2011). Jumlah hijauan yang diambil peternak tanpa menggunakan alat transportasi sangat terbatas pada kemampuan peternak untuk memanggul hijauan tersebut. Biasanya hijauan yang diperoleh dimasukkan ke dalam karung untuk mempermudah pekerjaan peternak saat membawa hijauan tersebut ke kandang. Pola Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau Sistem pemeliharaaan di Desa Air Sulau sebagian besar dilakukan secara intensif dengan penyediaan hijauan pakan secara cut and carry. Penyediaan hijauan pakan dengan cara ini dilakukan dengan mencari (mengarit) rumput menggunakan sabit kemudian rumput dibawa ke kandang dan diberikan dengan frekuensi tertentu pada ternak. Penyediaan hijauan pada sistem intensif tidak jauh berbeda dengan 26

penyediaan hijauan pada pemeliharaan intensif. Peternak yang menggunakan sistem semi intensif menyediakan hijauan pakan ternak secara cut and carry, tetapi jumlah yang diberikan tidak sama dengan ternak yang dipelihara secara intensif karena pada siang hari ternak sapi di ikat di pekarangan atau lapangan untuk merumput sendiri. Hijauan pakan ternak diperoleh peternak dari hijauan yang tumbuh secara alami dan budidaya. Sebanyak 66,18% peternak memperoleh pakan dari hijauan alami (Tabel 10). Sementara itu 23,53% responden peternak memperoleh pakan dari kombinasi antara hijauan alami dan budidaya. Menurut peternak, penggunaan hijauan pakan alami dilakukan saat jumlah hijauan pakan budidaya tidak mencukupi dan saat hijauan budidaya masih dalam masa pertumbuhan sehingga belum dapat dipanen untuk digunakan sebagai pakan ternak. Adapun secara rinci sumber hijauan dan frekuensi pemberian pakan disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Sumber Hijauan dan Frekuensi Pemberian Pakan Sumber Hijauan Uraian a. Budidaya b. Hijauan Alami c. Budidaya dan Hijauan Alami Frekuensi Pemberian Pakan a. 2 kali b. 3 kali Sumber: Data primer (2011). Jumlah Peternak (KK) 4 48 16 61 7 Persentase (%) 5,88 70,59 23,53 89,71 10,29 Jumlah Ternak (ekor) 17 148 41 172 34 Jumlah Ternak (ST) 12 105 27 120 24 Frekuensi pemberian hijauan pakan dengan pola penyediaan hijauan pakan secara cut and carry di Desa Air Sulau yang banyak dilakukan adalah 2 kali (pagi dan sore) yaitu sebanyak 89,71% responden dan 10,29% responden memberikan pakan sebanyak 3 kali yaitu pagi, siang, dan sore. Pada pemeliharaan secara semi intensif, frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pagi sebelum sapi dikeluarkan dari kandang dan sore hari setelah sapi kembali ke kandang. Berbeda dengan pemeliharaan secara semi-intensif, pemberian pakan pada pemeliharaan secara intensif bervariasi. Beberapa peternak memberikan pakan sebanyak 3 kali, selain itu 27

ada juga diantara peternak lain yang hanya memberikan pakan sebanyak 2 kali. Siregar (2003) menyatakan bahwa frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi untuk mengkonsumsi ransum dan juga meningkatkan kecernaan bahan kering hijauan itu sendiri, sehingga dapat menambah jumlah zat-zat gizi yang dapat dimanfaatkan untuk produksi dan pertumbuhan. Hijauan Pakan Potensial di Desa Air Sulau Hijauan pakan potensial merupakan hijauan pakan yang tersedia dan belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Hijauan pakan potensial di Desa Air Sulau terdiri dari rumput, kacangan, dan ramban disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Jenis Hijauan Pakan Potensial di Desa Air Sulau No. Nama Latin Jenis 1. Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd. Rumput 2. Digitaria ciliaris (Retz.) Koel. Rumput 3. Echinochloa colona (L.) Link. Rumput 4. Eragrostis megastachya (Koef.) LK. Rumput 5. Paspalum scrobiculatum L. Rumput 6. Paspalum sp. L. Rumput 7. Setaria pallide-fusca (Schumach.) Staf. R. Hubbz. Rumput 8. Calopogonium mucunoides Desv. Kacangan 9. Cyperus sphacelatus Rottb. Ramban 10. Fimbristylis schoenoides (Retz.) Vahl. Ramban Sumber: Gilliland (1971), Heyne (1987), Soerjani et al. (1987), Henty (1969), Hellena (2005). Berdasarkan Tabel 11, jenis hijauan pakan potensial di Desa Air Sulau terdiri dari 7 jenis rumput, 1 jenis kacangan, dan 2 jenis ramban. Jumlah hijauan ini cukup banyak, sehingga tersedia apabila memungkinkan untuk diberikan kepada ternak sebagai pakan. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Metode Nell dan Rollinson (1974) Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) merupakan suatu pendekatan yang menunjukkan besarnya kapasitas suatu wilayah tertentu dalam jumlah pemeliharaan ternak dan penyediaan hijauan pakannya. Kapasitas peningkatan 28

populasi ternak ruminansia dihitung berdasarkan metode Nell dan Rollinson (1974) dengan pendekatan potensi lahan untuk hijauan pakan di Desa Air Sulau. Konversi lahan disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12. Konversi Lahan Garapan di Desa Air Sulau terhadap Padang Rumput Permanen berdasarkan Metode Nell dan Rollinson (1974) Lahan Luas Lahan Kesetaraan (Ha) terhadap Padang Rumput Permanen (ton BK/Ha/thn) Total Luas Sawah 74 Ha 22,2 Perkebunan 1.845,1 Ha 7,725 Tegalan 51,5 Ha* 1383,825 Hutan Rakyat 141 Ha* 158,625 Total 2.111,6 1.572,375 Sumber: BPS Bengkulu Selatan 2011 dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir 2010 (*). Daya dukung hijauan dihitung berdasarkan konversi lahan terhadap padang rumput permanen dengan asumsi bahwa hijauan diperoleh dari lahan sawah, tegalan, perkebunan, dan hutan rakyat. Hasil perhitungan daya dukung hijauan pakan ternak disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Perhitungan berdasarkan Metode Nell dan Rollinson di Desa Air Sulau Uraian Hasil Perhitungan (ST) Daya Dukung HMT 684,877 Populasi Ternak Riil 493,65 KPPTR Efektif 191,227 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai total kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia dengan pendekatan potensi lahan sebesar 191,227 ST. Hal ini berarti bahwa Desa Air Sulau masih berpotensi menampung ternak ruminansia sebesar nilai KPPTR tersebut. Sebagian besar lahan di Desa Air Sulau digunakan sebagai lahan untuk perkebunan, sehingga berpotensi dalam penyediaan hijauan pakan ternak dan lahan untuk pemeliharaaan ternak. Berbeda dengan Desa Air Sulau yang terletak di pulau Sumatera dengan masih luasnya lahan yang berpotensi sebagai sumber hijauan pakan memungkinkan dilakukan peningkatan jumlah ternak ruminansia di desa ini, sedangkan di pulau Jawa sebagian besar lahan digunakan untuk 29

wilayah pemukiman sehingga kurangnya lahan yang berpotensi untuk menyediakan hijauan pakan bagi ternak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ningsih (2010) menyatakan bahwa desa Sidoarjo mengalami kelebihan ternak ruminansia sebanyak 177,38 ST dari populasi riil ternak 299,3051 ST. 30

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jenis hijauan pakan ternak sapi di Desa Air Sulau termasuk beragam, terdiri dari 14 jenis rumput, 4 jenis kacangan, dan 7 jenis ramban. Pola penyediaan hijauan pakan ternak yaitu secara cut and carry dengan sistem pemeliharaan intensif dan semiintensif. Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia dengan pendekatan potensi lahan sebesar 191,227 ST. Saran Perlunya pemanfaatan jenis hijauan pakan potensial serta peningkatan penggunaan hijauan pakan jenis kacangan sebagai sumber protein bagi ternak sapi. 31

UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir. Sudarsono Jayadi, M.Sc. Agr., selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing utama, Ir. M. Agus Setiana, M.S. selaku pembimbing anggota, dan Bapak Agustinus yang telah senantiasa sabar dalam membimbing, mendidik, mengarahkan, memberi motivasi serta ilmu dari penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi terselesaikan. Terima kasih kepada Nurrohmah K, S.Pt. M.Si. selaku dosen pembahas seminar serta Dr. Ir. Panca Dewi M. H. K, M.Si. dan Ir. Dwi Joko S, M.Si. selaku dosen penguji sidang yang telah banyak memberi saran dan masukan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Ayah, Mama, kakak (Renny Fariza, Riko Yanuar, dan Syarif) serta sepupu (Zeze) yang tercinta atas limpahan kasih sayang, pengertian, pengorbanan, fasilitas, doa, dan nasehat yang diberikan pada penulis. Terima kasih atas bantuan teman-teman (Andri, Mario, Agung, Yetti, Wawan), serta kepada Kak Robert dan seluruh warga desa Air Sulau yang telah membantu penulis selama penelitian. Sahabat-sahabat (Jimmi, Harry, Eman, Noviya, Nana, Yulia, Dhemy, Mayang, Lia, Wita, Emon, Widy, Millah, Uta, Risty, teman seperjuangan (Rabiah), keluarga besar INTP 44, serta teman-teman wisma Fricy (Lili, Dhinda, Illah, Mumu, Icha, Sri, Kiki) terimakasih telah memberikan dukungan dan doanya. Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, April 2012 Penulis 32

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka, Jakarta. Arbi, P. 2010. Analisa kelayakan dan strategi pengembangan usaha ternak sapi potong (Studi kasus : Desa Jati Kesuma,Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang). Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Sumatera Utara, Medan. Badan Pusat Statistik. 2010. Keadaan Geografi dan Iklim Daerah Bengkulu Selatan. Badan Pusat Statistik Bengkulu Selatan, Bengkulu Selatan. http://bengkuluselatankab.bps.go.id/index.php/in/keadaan-geografi-a-iklim [21 Maret 2011] Badan Pusat Statistik. 2011. Bengkulu Selatan Dalam Angka. Kabupaten Bengkulu Selatan. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir. 2010. Programa Penyuluhan Pertanian Tahun 2011. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir, Bengkulu Selatan. Blakely, J. & D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Budiasa, I. K. M. 2005. Ketersediaan hijauan sumber pakan sapi bali berdasarkan penggunaan lahan dan topografi berbeda di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Selatan. 2010. Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Selatan. Elly, F. H., B. M. Sinaga, S. U. Kuntjoro, & N. Kusnadi. 2008. Pengembangan usaha ternak sapi rakyat melalui integrasi sapi-tanaman di Sulawesi Utara. J. Litbang Pertanian. 27(2) :63-68. Friday, K. S., M. E. Drilling & D. P. Garrity. 1999. Rehabilitasi Padang Alang-alang Menggunakan Agroforestri dan Pemeliharaan Permudaan Alam. International Centre for Research in Agriforestry, South Asian Regional Research Programme, Bogor. Gilliland, H.B. 1971. Flora of Malaya. Volume III. Grasses of Malaya. Botanic Gardens, Singapore. Gutteridge, R. C. & H. M. Shelton. 1994.The Role of Forage Tree Legumes in Cropping and Grazing Systems. Dalam: Gutteridge, R. C. & H. M. Shelton (Eds.). Forage Tree Legumes in Tropical Agriculture. CABI Publishing, Wallingford. Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, S. Lebdosoekojo & A.D. Tillman. 1993. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hellena, D. 2005. Field Guide To The Grasses of Singapore. Botanic Gardens, Singapore. Henty, E. E. 1969. Annual of The Grasses of New Guinea. LAE, New Guinea. 33

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Kehutanan RI, Jakarta. Hoda, A. 2002. Potensi pengembangan sapi potong pola usaha tani terpadu di wilayah Maluku Utara. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kapa, M. M. J. 2004. Dalam: Djoeroemana, S., Myers, B., Russell-Smith, J., Blyth, M. and Salean, I.E.T. (Eds.). Integrated rural development in East Nusa Tenggara, Indonesia. Proceedings of a workshop to identify sustainable rural livelihoods, held in Kupang, Indonesia, 5 7 April 2006. ACIAR Proceedings No. 126. Mannetje, L. & K. P. Haydock. 1963. The dry weight rank method for the botanical analysis of pasture. J. British Grassland Society 18 (4): 268 275. Martin, F. W. 1993. Forages. ECHO Technical Note. University of Massachusetts Amherst. USA. McIlroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita, Jakarta. Nell, A. J. & D. H. L. Rollinson. 1974. The Requirement and Availability of Livestock Feed in Indonesia, Jakarta. Ningsih, A. S. 2010. Pola penyediaan hijauan makanan ternak domba dan kambing di desa Sidoharjo dan Sumberharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nugraha, M. A. K. 2011. Identifikasi hijauan makanan ternak dan analisis potensi wilayah untuk pengembangan usaha peternakan domba di pesisir pantai utara Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Peraturan Daerah No. 03 Tahun 1997 tentang Perubahan ke-2 Perda No. 09 Tahun 1992 Tentang Larangan Ternak Berkaki Empat Berkeliaran di Tempat Umum. Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Selatan. Putra, S. 1999. Peningkatan performans sapi bali melalui perbaikan mutu pakan dan suplementasi seng asetat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE, Yogyakarta. Rukmana, H. R. 2005. Rumput Unggul: Hijauan Makanan Ternak. Kanisius, Yogyakarta. Sarwono, B. & H. B. Arianto. 2001. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya, Jakarta. Siregar, S. B. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta. Siregar, S. B. 2003. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta. Soeprapto, H. & Z. Abidin. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka, Jakarta. 34

Soerjani, M., A. J. G. H. Kostermans & G. Tjitrosoepomo. 1987. Weeds of Rice in Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. Stone, B. C. 1983. A guide to collecting Pandanaceae (Pandanus, Freycinetia, Sararanga). Ann. Missouri Bot. Gard. 70 : 137-14. Sudarmono, A. S. & Y. B. Sugeng. 2008. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta. Sudarmono, A. S. & Y. B. Sugeng. 2009. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Suminar, D. R. 2011. Jenis hijauan pakan pada peternakan kambing rakyat di desa Cigobang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wojciechowski, M. F. 2006. Agriculturally & Economically Important Legumes. Arizona State University, Arizona. http://tolweb.org/notes/?note_id=3968 #AboutThisPage. [15 Februari 2012]. Wilkins, R. J. 2000. Forages & Their Role in Animal Systems. Dalam: D.I. Givens, E. Owen, R. F. E. Axford, & H.M. Omed (Eds.). Forage Evaluation in Ruminant Nutrion. CABI Publishing, Wallingford. Williamson, G. & W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Terjemahan: S.G.N.D. Darmadja. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Yulianto, P. & C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta. 35

LAMPIRAN 36

Lampiran 1. Peta Desa Air Sulau Sumber : http://www.polapsda.net/?act=detail_ws&wid=93

Lampiran 2. Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-Rata di Desa Air Sulau Selama 5 Tahun Terakhir (2006-2010) Bulan Curah Hujan (mm) Rata-Rata Hari Hujan (Hari) Rata-Rata Januari 380.9 20 Februari 241.1 16 Maret 180.4 15 April 217.5 15 Mei 154.5 14 Juni 167 13 Juli 164.9 12 Agustus 240.1 12 September 222.1 16 Oktober 273.3 18 November 300.2 19 Desember 379.5 20 Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir (2010). Lampiran 3. Populasi Sapi di Kecamatan Kedurang Ilir, Kabupaten Bengkulu Selatan Desa Jumlah (ekor) Lubuk Ladung 246 Air Sulau 671 Sukajaya 139 Sukaraja 9 Limus 9 Penindaian 4 Padang Bindu 15 Nanjungan 40 Pagar Banyu 15 Sukarami 52 Betungan 56 Karang Caya 0 Sumber : BPS Bengkulu Selatan (2011). 38

Lampiran 4. Karakteristik Peternak Uraian Umur a. 23 35 tahun b. 36 45 tahun c. 46-54 tahun d. > 54 tahun Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. D3 Pekerjaan utama a. Petani b. Pedagang c. PNS Lama beternak a. 1-5 tahun b. 6 10 tahun c. > 10 tahun Pendapatan a. < Rp. 500.000 b. Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 c. > Rp. 2.000.000 Jumlah tanggungan 1-2 orang 3-5 orang Sumber : Data primer (2011). Jumlah Responden Peternak 17 25 16 10 41 19 7 1 65 2 1 24 23 21 5 51 12 27 41 Persentase (%) 25.00 36.76 23.53 14.71 60.29 27.94 10.29 1.47 95.59 2.94 1.47 35.29 33.82 30.88 7.35 75.00 17.65 39.71 60.29 39

Lampiran 5. Gambar Hijauan Pakan Jenis Rumput di Desa Air Sulau Centotheca lappacea (L.) Desv. Eragrostis unioloides (Retz.) Nees. Imperata cylindrica (L.) P. Beauv. Leersia hexandra Swartz. Macaranga triloba (Thunb.) Mull. Arg. Oplismenus compositus (L.) P. Beauv. 40

Oryza minuta Presl. Panicum maximum Jacq. Paspalum cartilagineum Presl. Paspalum commersonii Lam. Paspalum conjugatum P.J. Bergius. Pennisetum polystachion (L.) Schult. 41

Pennisetum purpureum Schum. Setaria splendida Stapf. Lampiran 6. Gambar Hijauan Pakan Jenis Kacangan di Desa Air Sulau Albizzia falcata Backer. Gliricidia sepium Jacq. Leucaena leucocephala Lamk. Pueraria javanica Benth. 42

Lampiran 7. Gambar Hijauan Pakan Jenis Ramban di Desa Air Sulau Ageratum conyzoides L. Cyperus kyllingia Endl. Fimbristylis miliacea (L.) Vahl. Melastoma affine D. Don. Melastoma malabathricum L. Mikania cordata (Burm.f) B.L. Robinson 43

Theobroma cacao L. Lampiran 8. Gambar Hijauan Pakan Potensial di Desa Air Sulau Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd. Digitaria ciliaris (Retz.) Koel. Echinochloa colona (L.) Link. Eragrostis megastachya (Koef.) LK. 44

Paspalum scrobiculatum L. Paspalum sp. L. Setaria pallide-fusca (Schumach.) Staf. R. Hubbz. Calopogonium mucunoides Desv. Cyperus sphacelatus Rottb. Fimbristylis schoenoides (Retz.) Vahl. 45

Lampiran 9. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Metode Nell dan Rollinson (1974) Tabel 1. Populasi Ternak Riil Populasi Dewasa Muda Anak Ternak (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) Sapi 671 352 126 193 Kambing 170 80 35 55 Sumber: BPS Bengkulu Selatan 2011. Perhitungan Konversi Satuan Ternak Sapi = (352 x 1)+( 126 x 0,6)+( 193 x 0,25) = 475,85 ST Kambing = (80 x 0,16) + (35 x 0,08) + (55 x 0,04) = 17,8 ST Total Populasi Ternak Riil = 475,85 ST + 17,8 ST = 493,65 ST Tabel 2. Konversi Lahan Garapan di Desa Air Sulau terhadap Padang Rumput Permanen berdasarkan Metode Nell & Rollinson. Lahan Luas Lahan Kesetaraan (Ha) terhadap Padang rumput permanen ton BK/Ha/thn Total Luas Sawah 74 Ha 22,2 Perkebunan 1.845,1 Ha 7,725 Tegalan 51,5 Ha* 1383,825 Hutan Rakyat 141 Ha* 158,625 Total 2.111,6 1.572,375 Sumber : BPS Bengkulu Selatan 2011 dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir 2010 (*). 2. Daya Dukung = Potensi HMT (BK) kg BK / thn Keb/konsumsi ternak/hari x 365 = 1.572,38 x 1000 kg BK / thn 6,29(kg BK / ST) x 365 (thn) = 684,877 ST 3. KPPTR Efektif = Daya Dukung Populasi Riil = 684,877 ST 493.65 ST = 191,227 ST 46

Lampiran 10. Kuisioner Peternak KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN Jl. Agatis kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Telp./Fax. (0251) 8626213, 8628149 Web: http://intp.fapet.ac.id, E-mail: intp@ipb.ac.id KERAGAMAN JENIS DAN POLA PENYEDIAAN HIJAUAN PAKAN TERNAK SAPI DI DESA AIR SULAU, KECAMATAN KEDURANG ILIR, KABUPATEN BENGKULU SELATAN, PROPINSI BENGKULU Enumerator : Monica Permana (D24070040) I. Data Umum Peternak 1. Nama : 2. Status Peternak : [ ] Peternak Pemilik, [ ] Peternak Buruh 3. Asal : 4. Umur :... 5. Mata Pencaharian Pokok :... lama usaha th 6. Mata Pencaharian Sampingan :.. lama usaha th 7. Pendapatan per bulan : < 500 ribu 500 ribu 1 juta >2 juta.. II. Susunan Keluarga, Umur, Pendidikan, Dan Aktivitas Kerja Nama Status dalam keluarga Umur Jenis kelamin (L/P) Pendidikan terakhir Pekerjaan Ket. 47