BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI KOMODITAS BASIS TANAMAN PANGAN DAN ARAHAN PENGEMBANGANNYA DI PROVINSI LAMPUNG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

IDENTIFIKASI KOMODITAS BASIS TANAMAN PANGAN DAN ARAHAN PENGEMBANGANNYA DI PROVINSI LAMPUNG. Bima Wahyu Widodo A

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN DALAM KAWASAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (KPH) TANAH LAUT

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

ARAHAN PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan Wilayah

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

II. TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

III. BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

ANALISIS KESESUAIAN DAN KETERSEDIAAN LAHAN SERTA ARAHAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA Agropolitan

VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

KARAKTERISTIK DAN POTENSI EKONOMI DAERAH Oleh: Dr. H. Ardito Bhinadi, M.Si

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah mengungkap bagaimana suatu penelitian

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESESUAIAN DAN KETERSEDIAAN LAHAN SERTA ARAHAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

DAFTAR TABEL. Tabel 4.8 Tabulasi Silang Usia dengan Jumlah Tanggungan Responden... 53

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

PENENTUAN WILAYAH POTENSIAL KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini telah melahirkan tuntutan kehidupan yang semakin

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 1. Lokasi Penelitian

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN STRUKTUR EKONOMI PULAU SUMATERA OLEH DEWI SAVITRI H

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH BANJIRTERHADAP PRODUKSI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN TANASITOLO KABUPATEN WAJO

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

TATA LOKA VOLUME 17 NOMOR 4, NOVEMBER 2015, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP P ISSN E ISSN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukuan diwilayah Kota Bandar Lampung dan Provinsi

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah mampu meningkatkan taraf hidup penduduknya. Peningkatan pendapatan di

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH OLEH PURWANINGSIH H

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

ARAHAN PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA

III. BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

Transkripsi:

13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan. Penyelenggaraan budidaya memiliki peranan penting bagi perekonomian rakyat. Untuk mengembangkan perekonomian kerakyatan diperlukan pengembangan komoditas basis yang memiliki nilai tambah bagi pendapatan petani mengingat tingginya tingkat persaingan komoditas basis. Komoditas basis adalah komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif secara berkelanjutan dengan komoditas lain disuatu wilayah. Identifikasi komoditas basis secara komparatif dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan nilai LQ. Hasil analisis LQ menggambarkan kemampuan aktifitas komoditas suatu daerah untuk memenuhi kebutuhan daerahnya dan kebutuhan daerah lain. Identifikasi komoditas basis secara kompetitif menggunakan SSA untuk memahami pergeseran struktur aktifitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan daerah agregat yang lebih luas. Hasil analisis shift-share menjelaskan kinerja (performance) suatu aktifitas di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam wilayah total. Differential shift component dalam shift-share analysis menjelaskan bagaimana tingkat persaingan (competitiveness) suatu aktivitas komoditas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total komoditas dalam wilayah. Setelah melakukan identifikasi komoditas basis secara kompetitif dan komparatif dilakukan identifikasi sumberdaya lahan. Identifikasi sumberdaya lahan dapat dilakukan dengan mengevaluasi kesesuaian lahan yang ada. Hasilnya akan didapat lokasi-lokasi tertentu pada suatu wilayah yang mempunyai kesesuaian lahan yang tinggi untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian. Untuk mengetahui tingkat kesesuaian komoditas basis terhadap lahan dapat dilakukan dengan membandingkan karakteristik lahan terhadap kriteria tumbuh tanaman. Hal ini dapat dilakukan dengan menginterpretasikan peta-peta yang dapat mengambarkan kondisi biofisik lahan seperti peta satuan lahan, peta topografi, peta curah hujan dan sebagainya dalam kaitannya dengan

14 kesesuaiannya untuk berbagai tanaman dan tindakan pengelolaan yang diperlukan. Bagan alur penelitian tertera pada Gambar 2. Luas Panen dan Produksi Komoditas Tanaman Pangan Peta Satuan Lahan, Peta Administrasi, Peta Kawasan Pertanian Analisis LQ & DS dalam SSA Komoditas Basis Tanaman Pangan Analisis Evaluasi Kesesuaian Lahan Urutan Prioritas Arahan Pengembangan Komoditas Basis Tanaman Pangan Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Basis Peta Arahan Pengembangan Komoditas Basis Tanaman Pangan Gambar 2. Bagan alur penelitian 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Wilayah studi yang dikaji adalah Provinsi Lampung. Penelitian ini dilaksanaan di Studio Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Januari 2012 sampai dengan Juli 2012. 3.3 Jenis, Sumber Data dan Alat Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari BPS Provinsi Lampung berupa data luas panen dan produksi komoditas tahun 2006-2010 Provinsi Lampung (BPS Provinsi Lampung, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011). Data peta yang digunakan adalah Peta Adminstrasi Provinsi Lampung skala 1:250.000, Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Lampung skala 1:250.000 tahun 2010 dari Bappeda Provinsi Lampung dan Peta Satuan Lahan Lembar Sumatera (1010, 1011, 1110, 1111, 1112) skala 1:250.000 tahun 1989 dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. Alat

15 penelitian yang digunakan berupa perangkat lunak pengolahan data dan peta yaitu Microsoft Access, Microsoft Excel, Arcview 3.3, dan Corel Draw 14. 3.4 Metode Analisis Data Tabel 1. Teknik analisis data untuk masing-masing tujuan penelitian tertera pada Tabel 1. Jenis dan teknik analisis data berdasarkan tujuan penelitian No Tujuan Jenis Data Teknik Analisis Data 1 Mengetahui Luas Panen tanaman Location Quotient komoditas basis pangan 2006, 2007, Tanaman Pangan 2008, 2009, dan 2010 Produksi tanaman Differential Shift pangan 2006 dan 2010 2 Mengevaluasi kesesuaian lahan komoditas basis 3 Menganalisis keterkaitan antara keunggulan komparatif, kompetitif dan kesesuaian lahan di Provinsi Lampung 4 Menyusun arahan pengembangan komoditas basis 3.4.1 Location Quotient Peta Administrasi, Penggunaan Lahan RTRW, Satuan Lembar 1010, 1110, 1111, dan 1112 skala 1:250.000 (digital) Nilai LQ dan DS setiap tanaman pangan di kabupaten/kota serta kelas kesesuaian satuan lahan Nilai LQ dan DS setiap tanaman pangan di kabupaten/kota serta kelas kesesuaian satuan lahan Analisis kesesuaian lahan melalui sistem informasi geografis Analisis Korelasi Penentuan prioritas arahan pengembangan komoditas basis Keluaran yang diharapkan LQ setiap tanaman pangan di kabupaten/kota DS setiap tanaman pangan di kabupaten/kota Peta kelas kesesuaian lahan untuk setiap Koefisien korelasi LQ, DS dan kesesuaian lahan Peta arahan pengembangan komoditas basis LQ digunakan untuk mengetahui keunggulan komparatif suatu komoditas. Hasil perhitungan menunjukkan indikator pemusatan aktivitas perekonomian. Persamaan dari LQ ini adalah (Blakely dan Leigh,2010): LQ ij = X ij / X i X.j / X.. di mana: X ij : luas panen komoditas tertentu (i) di suatu kabupaten (j) X i. : total luas panen (i) komoditas tertentu di provinsi

16 X.j : total luas panen seluruh komoditas di suatu kabupaten (j) X.. : total luas panen seluruh komoditas di provinsi Hasil analisis pembagian lokasi tersebut diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Jika nilai LQ ij > 1, maka kondisi tersebut menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu komoditas di kabupaten ke-i secara relatif dibandingkan dengan tingkat provinsi atau dapat dikatakan terjadi pemusatan aktivitas komoditas tertentu di kabupaten ke-i. 2. Jika nilai LQij = 1, maka kabupaten ke-i tersebut mempunyai pangsa aktivitas komoditas yang setara dengan pangsa total/seluruh komoditas atau dengan kata lain konsentrasi komoditas di kabupaten ke-i sama dengan rata-rata total provinsi. 3. Jika nilai LQij < 1, maka kabupaten ke-i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas yang secara umum ditemukan di seluruh wilayah (provinsi). 3.4.2 Komponen Differential Shift dalam Shift Share Analysis Komponen differential shift digunakan untuk mengetahui keunggulan kompetitif suatu komoditas. Hasil perhitungan menunjukkan indikator kemampuan persaingan. Persamaan adalah sebagai berikut (Blakely dan Leigh, 2010): DS ij = X ij(t1) - X ij(t0) X i(t1) X i(t0) di mana: X ij : produksi komoditas tertentu (i) di suatu kabupaten (j) X i : total produksi komoditas (i) tertentu di provinsi t1 : titik tahun akhir (2010) t0 : titik tahun awal (2006) Hasil analisis tersebut diinterpretasikan; 1. jika nilai DS ij > 0, maka komoditas ke-j di kabupaten ke-i mempunyai tingkat pertumbuhan di atas tingkat pertumbuhan rata-rata komoditas ke-j di Provinsi Lampung. Hal itu juga menunjukkan bahwa komoditas tersebut mempunyai nilai competitivenes (persaingan) yang tinggi.

17 2. Jika nilai DS ij < 0, maka hal tersebut menunjukkan bahwa komoditas yang dimaksud mempunyai tingkat persaingan yang rendah dibandingkan dengan komoditas yang lain. Komoditas di kabupaten ke-i yang mempunyai nilai negatif berarti bahwa komoditas tersebut tingkat pertumbuhannya di bawah komoditas yang sama secara umum di provinsi. Oleh karenanya pengembangan komoditas tersebut di kabupaten ke-i tidak akan menguntungkan karena tidak mampu bersaing dengan kabupaten lain dalam provinsi. 3.4.3 Analisis Kesesuaian Lahan Untuk melihat daya dukung lahan terhadap komoditas basis dalam wilayah dilakukan evaluasi kesesuaian lahan dengan menggunakan metode FAO (1976), yaitu dengan membandingkan persyaratan tumbuh tanaman yang merupakan komoditas unggulan dengan kualitas lahan. Data spasial yang digunakan dalam analisis ini adalah peta satuan lahan (land unit) skala 1:250.000. Kriteria karakteristik lahan yang dijadikan parameter dalam penelitian ini berdasarkan kriteria Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian (2012) yang mencakup kemiringan lereng, drainase, tekstur, kedalaman efektif, kapasitas tukar kation (KTK), ph, kejenuhan Al, kedalaman sulfidik, dan salinitas. Kriteria yang digunakan adalah modifikasi kriteria pada lampiran 1 sampai 8 dengan hanya menggunakan karakteristik seperti yang dikemukakan diatas. Data untuk melakukan penilaian kelas kesesuaian lahan per satuan lahan ini berdasarkan buku keterangan peta satuan lahan dan tanah lembar sumatera yang didapat dari hasil survei tanah Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat pada tahun 1989. Menurut Sitorus (2004) terdapat beberapa sistem klasifikasi kesesuaian lahan. Sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang dipakai di Indonesia adalah sistem yang dikembangkan oleh FAO (1976). Berdasarkan sistem klasifikasi ini, tingkat kesesuaian suatu lahan ditunjukan melalui kategori yang merupakan tingkatan yang bersifat menurun yaitu: 1. Ordo: apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Ordo dibagi menjadi dua yaitu ordo S (sesuai) dan N (tidak sesuai); 2. Kelas: tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo. Ada tiga kelas dari ordo tanah yang sesuai yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), dan S3 (sesuai

18 marjinal/ bersyarat). Untuk ordo yang tidak sesuai ada dua kelas yaitu N1 (tidak sesuai saat ini) dan N2 (tidak sesuai permanen). 3. Sub-kelas: menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas tersebut. Karakteristik lahan yang digunakan sesuai dengan tingkat pemetaannya. Pada penelitian ini evaluasi lahan yang digunakan adalah evaluasi tingkat tinjau. Kesesuaian lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesesuaian lahan aktual. Kesesuaian lahan aktual yaitu kesesuaian lahan yang belum mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor pembatas yang ada pada setiap satuan jenis lahan. Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan aktual, mula-mula dilakukan penilaian terhadap masing-masing kualitas lahan berdasarkan karakteristik lahan terburuk, selanjutnya kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasar atas kualitas lahan terendah. (Sitorus, 2004; Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007) 3.4.4. Analisis Korelasi Analisis korelasi adalah teknik statistika yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel. Persamaan koefisien korelasi (r) adalah (Walpole, 1993): r = n( XY)-( X)( Y) [n( X 2 )-( X) 2 ][n( Y 2 )-( Y) 2 ] Dimana: n: jumlah responden X: variabel 1 Y: variabel 2 : jumlah Hasil analisis korelasi tersebut diinterpretasikan sebagai berikut : 1. r=-1: memiliki hubungan langsung yang sempurna dengan nilai kedua variabel memiliki pola negatif yaitu saling berlawanan (meningkat dan menurun). 2. -1<r<-0,5: memiliki hubungan langsung yang kuat dengan nilai kedua variabel memiliki pola negatif yaitu saling berlawanan (meningkat dan menurun).

19 3. r=-0,5: memiliki hubungan langsung yang sedang dengan nilai kedua variabel memiliki pola negatif yaitu saling berlawanan (meningkat dan menurun). 4. -0,5<r<0: memiliki hubungan langsung yang lemah dengan nilai kedua variabel memiliki pola negatif yaitu saling berlawanan (meningkat dan menurun). 5. r=0: tidak memiliki hubungan. 6. 0<r<0,5: memiliki hubungan langsung yang lemah dengan nilai kedua variabel memiliki pola positif yaitu sama-sama meningkat atau menurun. 7. r=0,5: memiliki hubungan langsung yang sedang dengan nilai kedua variabel memiliki pola positif yaitu sama-sama meningkat atau menurun. 8. 0,5<r<1: Memiliki hubungan langsung yang kuat dengan nilai kedua variabel memiliki pola positif yaitu sama-sama meningkat atau menurun. 9. r=1: memiliki hubungan langsung yang sempurna dengan nilai kedua variabel memiliki pola positif yaitu sama-sama meningkat atau menurun Berdasarkan hasil di atas dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi menggunakan uji-t (Sugiyono, 2010). Uji-t membandingkan antara nilai t-hitung dan tabel t-student. t hit = Persamaan t-hitung adalah: r n-2 1-r 2 Dimana: r: koefisien korelasi n: jumlah responden. Tabel t-student menggunakan signifikan (α) =0,05 dengan dua arah. Perbandingan nilai t-hitung dan tabel t-student diinterpretasikan sebagai berikut: 1. t-hitung > tabel t-student: kedua variabel memiliki korelasi yang signifikan 2. t-hitung < atau = tabel t-student: kedua variabel tidak memiliki korelasi yang signifikan 3.4.5 Penetapan Arahan Pengembangan Komoditas Basis Tanaman Pangan Kawasan pertanian Provinsi Lampung memiliki luas baku yang hampir setengah dari luas panen. Untuk menentukan luas baku diasumsikan penanaman dilakukan sebanyak 2 kali setahun dikurang luas panen

20 yang gagal sehingga indeks pertanaman sebesar 150%. Arahan pengembangan komoditas basis menggunakan sistem monokultur. Kawasan prioritas pengembangan untuk penggunaan lahan pertanian berdasarkan hasil analisis LQ, DS dan kesesuaian lahan yang dilakukan dalam penelitian ini. Dengan demikian arahan pengembangan komoditas basis dilakukan pada kota/ kabupaten basis komoditas tersebut berdasarkan kelas kesesuaian lahan komoditas tanaman pangan dan di overlay kan dengan kawasan budidaya pertanian pada peta rencana pola ruang Provinsi Lampung. Penentuan arahan pengembangan komoditas basis memiliki beberapa pertimbangan perencanaan yang digunakan yaitu: 1. Pengembangan komoditas basis hanya dilakukan pada kota/ kabupaten basis komoditas tersebut. 2. Alokasi lahan untuk pengembangan komoditas basis berdasarkan urutan komoditas basis dan tingkat kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. 3. Pengembangan komoditas basis dilakukan di kawasan budidaya pertanian pada peta rencana pola ruang. Prosedur pengalokasian arahan pengembangan komoditas basis yaitu komoditas yang memiliki nilai LQ>1 dan DF>0 di setiap kota/ kabupaten. Caranya membuat urutan prioritas pada komoditas basis tiap kota/ kabupaten dengan nilai LQ yang terbesar. Pemilihan lokasi dimulai dari kelas S1 (sangat sesuai), dilanjutkan pada lahan kelas S2 (cukup sesuai), dan kelas S3 (sesuai marjinal) berdasarkan urutan prioritas arahan pengembangan komoditas. Jika terdapat kota/kabupaten yang tidak memiliki komoditas basis namun memiliki komoditas yang berprospek untuk dikembangkan yaitu komoditas dengan LQ>1 atau DF>0 maka daerah tersebut dapat dilakukan pengalokasian arahan pengembangan komoditas. Proses penyusunan arahan tersebut dijelaskan pada Gambar 3.

21 Analisis LQ Analisis DS Urutan dari LQ Terbesar Komoditas Basis Evaluasi Kesesuaian Lahan Peta Kawasan Budidaya Urutan Arahan Pengembangan Komoditas Basis Peta Kelas Kesesuaian Komoditas Basis S1. Pilih Komoditas (A,B,C) Ya Tidak Komoditas A S2. Pilih Komoditas (B,C) Tidak Ya Komoditas B S3. Pilih Komoditas (C) Tidak Ya Komoditas C N Gambar 3. Bagan alur penyusunan arahan pengembangan komoditas basis di Provinsi Lampung