BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam ( Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak biji klabet (Trigonella foenumgraecum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak etanol daun widuri (Calotropis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang potensi beberapa bentuk sediaan Pegagan (Centella

2. Memberikan label pada masing-masing bahan dimana T0 sebagai control, 3. Masing-masing pati ubi kayu dan jagung dibuat dengan konsentrasi 10%

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB III METODE PENELITIAN. RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan menggunakan 2 faktor (macam diet dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang potensi beberapa bentuk sediaan Pegagan (Centella

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen satu faktor dengan pola acak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media

No. Nama Alat Merek/Tipe Kegunaan Tempat. Jelo Tech Mengeringkan daun pare Perkembangan inkubator Hewan. Pyrex Iwaki. - Menyaring ekstrak.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruhi pemberian bentuk sediaan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Coba Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji

LAMPIRAN LAMPIRAN. lxxiv

LAMPIRAN LAMPIRAN. LXXIV

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

BAB III METODE PENELITIAN. pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. androgynus) terhadap berat uterus dan tebal endometrium pada tikus putih

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). Pemeliharaan dan pemberian ekstrak cabe jawa dan zinc (Zn) pada tikus

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

keterangan: T = jumlah perlakuan R= jumlah replikasi

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Skema Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) Buah lerak 940 gram dicuci, keluarkan bijinya, daging buah dipotong kecil (±3mm).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan the post test only control group design karena pengukuran. dilakukan sesudah perlakuan pada hewan coba.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest only

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam

Lampiran 1 Skema Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Skema langkah-langkah pengujian histologi secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah tikus K- (Kontrol negatif tanpa pemberian ekstrak biji jinten hitam), KJ (Kontrol negatif dengan pemberian ekstrak biji Jintan Hitam 150 µg/kg BB). D0 (Kontrol positif tanpa pemberian ekstrak biji Jintan Hitam), D1 (tikus diabetes dengan pemberian ekstrak biji Jintan Hitam dosis 150 µg/kg BB), dan D2 (tikus diabetes dengan pemberian ekstrak biji Jintan Hitam dosis 300 µg/kg BB). 3.2 Variabel Penelitian Variabel pada penelitian ini meliputi : 1. Variabel bebas : ekstrak biji Jintan Hitam (Nigella sativa L.) dengan dosis yang berbeda. 2. Variabel terikat : variabel yang diukur adalah kadar glukosa darah dan gambaran histologis pankreas tikus 3. Variabel kendali : jenis tikus yang digunakan adalah tikus jantan strain Wistar yang berumur 6 minggu dengan berat badan berkisar antara 40-50 gram, dikondisikan menjadi hiperkolesterolemia dengan diet tinggi kolesterol (50% kalori dari lemak) dan diabetes dengan diinduksi Streptozotocin. 28

29 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Agustus - Nopember 2010. Pembedahan dilakukan di Laboratorium Faal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. 3.4 Populasi dan Sampel Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar dengan jenis kelamin jantan, umur 6 minggu dengan berat rata-rata 40-50 gr sebanyak 25 ekor yang diperoleh dari Laboratorium Peternakan UNAIR Surabaya. 3.5 Alat dan Bahan 3.5.1 Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain kandang hewan coba (bak plastik), kawat, tempat pakan, tempat minum tikus, kertas label, glukometer (Easy Touch ), Strip glukotest, Objek glass, Deck glass, Mikrotom, kaset, paraffin oven, mikropipet (100-1000 µl), tip (blue tip), Timbangan digital, Erlenmeyer 50 ml, Gelas ukur, Beacker glass, Kaca pengaduk, alat pencekok oral, spuit 1 ml. 3.5.2 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain hewan coba berupa tikus putih (Rattus Norvegitus L) galur Strain wistar dengan usia 6 minggu dan berjenis kelamin jantan berat badan rata-rata 50 gr, Kolesterol bubuk, asam kolat, tepung ikan, minyak sapi, Streptozotocin (dilarutkan dalam 5 mmol/l buffer

30 citrate, ph 4.5), biji Jintan Hitam (Nigella sativa L.), pakan tikus (521), Serbuk kayu, aquades, PBS (Phospat Buffer Saline), ketalar (ketamine), aluminium foil, ethanol 96%, n-heksan, aseton, formalin 10%, Etanol (50%, 70%, 75%, 80%, 90%), xylene, xilol, methanol 70% 3.6 Kegiatan Penelitian 3.6.1 Persiapan Hewan Coba Tikus diaklimasi di laboratorium selama 1 minggu dengan pakan ad libitum, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol tikus normal (tanpa kolesterol dan diabetes) dan kelompok hiperkolesterol yang nantinya akan dikondisikan menjadi tikus diabetes. Untuk menjadi hiperkolesterol tikus diberi pakan diet tinggi kolesterol (50 % kalori dari lemak) selama 30 hari. Kemudian tikus yang telah hiperkolesterol diinduksi dengan streptozotocin (dilarutkan dalam 5 mmol/l buffer citrate, ph 4.5) dengan dosis rendah berulang (Multiple Low Dosis (MLD)) sebesar 30 mg/kg BB sebanyak 3 kali secara intraperitoneal (i.p). Tujuh hari setelah induksi streptozotocin, kelompok tikus diabetes dipuasakan selama 16-18 jam untuk diperiksa kadar glukosa darah puasa menggunakan Glukotest (Easy Touch (R) ). Tikus diabetes dengan kriteria [glukosa] >135 mg/dl (Kusumawati, 2004) dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan, yaitu D0 (kontrol positif), D1 (ekstrak biji Jintan Hitam dosis 150 µg/kg BB), dan D2 (ekstrak biji Jintan Hitam dosis 300 µg/kg BB). Pembuatan larutan streptozotocin (STZ) untuk induksi diabetes dilakukan dengan melarutkan 100 mg STZ dalam 10 ml buffer sitrat (50 mmol sodium sitrat,

31 ph 4,5). Larutan disimpan dalam botol falcon 15 ml dan dibungkus aluminium foil. Penyimpanan larutan STZ dilakukan pada suhu rendah (4 o C). 3.6.2 Pembuatan Ekstrak Prosedur pembuatan ekstrak biji jintan hitam dilakukan sebagai berikut: a. Sebanyak 50 gr sampel biji Jintan Hitam (Nigella sativa) dilarutkan dengan 200 ml ethanol p.a 96% b. Larutan dikocok dengan shaker selama 2 jam kemudian didiamkan. c. Larutan disaring dengan vakum Buchner. Filtrate ditampung dalam Erlenmeyer dan residu dimaserasi kembali sebanyak 2 kali. d. Filtrate hasil maserasi digabung, kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator suhu 60 o C hingga tidak ada filtrate yang menetes. e. Diperoleh 20,148 gr ekstrak dari 50 gr sampel f. Perlakuan a-d diulang dengan menggunakan pelarut aseton dan n-heksan dengan volume yang sama. g. Diperoleh 19,348 gr ekstrak dari 50 gr sampel yang diekstrak dengan pelarut aseton h. Diperoleh 19,119 gr ekstrak dari 50 gr sampel yang diekstrak dengan pelarut n-heksan 3.6.3 Penghitungan Dosis Kusumawati (2004) menyatakan bahwa faktor konversi perhitungan dosis obat dari manusia (70 kg) ke tikus (200 gr) adalah 0,018. Untuk 1 gram sampel yang dikonversikan pada tikus (200gr) 0,018 x 1 gr = 18 mg/200 gr BB. Ketika dikonversikan dengan hasil ekstraksi biji, maka diperoleh:

32 18 mg x 60.000 mg = 7,2 mg/200 gr BB 150.000 mg = 3,6 mg/100 gr BB Untuk menghitung dosis efektif ekstrak: 3,6 mg x 40 % = 1,44 mg/ekor 1,5 mg/ekor = 150 µg/kg BB Penelitian ini menggunakan dua dosis ekstrak yang berbeda, yaitu dengan menaikkan dosis efektif dengan deret hitung, maka diperoleh dosis sebagai berikut: Dosis 1 = 150 µg/kg BB Dosis 2 = 300 µg/kg BB 3.6.4 Prosedur Perlakuan 3.6.4.1 Pengukuran Kadar Glukosa Darah Sebelum perlakuan pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa), dilakukan pengukuran kadar glukosa darah sebelum perlakuan. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan menggunakan glukometer (Easytouch ) dengan prosedur sebagai berikut: a. Persiapan glukometer, strip dipersiapkan untuk mengukur. b. Pengambilan sampel darah, tikus diletakkan pada sungkup, ekor tikus dipegang, diurut, dan diberi alkohol. Kemudian ujung ekor dipotong ± 0,5 cm, darah diambil dan diteteskan pada strip glukotest. c. Hasil penghitungan kadar glukosa darah yang terbaca pada glukometer dicatat sebagai data. d. Prosedur yang sama dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa darah setelah perlakuan.

33 Pemberian ekstrak biji Jintan Hitam untuk perlakuan dilakukan sebagai berikut: a. Ditimbang 20 mg Carboxyl Methyl Cellulose (CMC), diletakkan pada gelas arloji, ditambahkan sedikit aquades kemudian diaduk hingga homogen (transparan) b. Ditambahkan 45 µl ekstrak ethanol 96%, diaduk hingga larut c. Ditambahkan 45 µl ekstrak aseton, diaduk hingga larut d. Ditambahkan 45 µl ekstrak n-heksan, diaduk hingga larut e. Ditambahkan akuades sedikit demi sedikit hingga volume mencapai 22,5 ml f. Diambil 15 ml untuk digunakan sebagai dosis 2 (300 µg/kg BB) g. Sisa larutan sebanyak 7,5 ml diencerkan hingga 15 ml untuk digunakan sebagai dosis 1 (150 µg/kg BB). h. Pemberian ekstrak pada kelompok perlakuan dilakukan selama 45 hari secara oral sebanyak 0,5 ml/hari. 3.6.4.2 Pembuatan Preparat Sayatan Pankreas Pembuatan preparat sayatan pakreas tikus dilakukan sebagai berikut: 1. Tahap pertama adalah coating, dimulai dengan menandai obyek glass yang akan digunakan dengan kikir kaca pada bagian tepi, kemudian direndam dalam alkohol 70% minimal semalam. Kemudian obyek glass dikeringkan dengan tissue dan dilakukan perendaman dalam larutan gelatin 0,5% selama 30-40 detik/slide, lalu dikeringkan dengan posisi disandarkan hingga gelatin yang melapisi kaca dapat merata.

34 2. Tahap kedua, organ pankreas yang telah disimpan dalam larutan formalin 10% dicuci dengan alkohol selama 2 jam, dan dilanjutkan dengan pencucian secara bertingkat dengan alkohol yaitu dengan alkohol 90%, 95%, etanol absolute (3 kali), xylol (3 kali), masing-masing selama 20 menit. 3. Tahap ketiga, adalah proses infiltrasi yaitu dengan menambahkan paraffin sebanyak 3 kali selama 30 menit. 4. Tahap keempat, embedding. Bahan beserta paraffin dituangkan ke dalam kotak karton atau wadah yang telah disiapkan dan diatur sehingga tidak ada udara yang terperangkap di dekat bahan. Blok paraffin dibiarkan semalam dalam suhu ruang kemudian diinkubasi dalam freezer sehingga blok benar-benar keras. 5. Tahap pemotongan dengan mikrotom. Cutter dipanaskan dan ditempelkan pada dasar blok sehingga paraffin sedikit meleleh. Holder dijepitkan pada mikrotom putar dan ditata sejajar dengan mata pisau mikrotom. Pengirisan atau penyayatan diawali dengan mengatur ketebalan irisan. Untuk pankreas dipotong dengan ukuran 5 μm, kemudian pita hasil irisan diambil dengan menggunakan kuas dan dimasukkan air dingin untuk membuka lipatan lalu dimasukkan air hangat dan dilakukan pemilihan irisan yang terbaik. Irisan yang terpilih diambil dengan gelas obyek yang sudah dicoating kemudian dikeringkan di atas hot plate. 6. Tahap parafisasi, yaitu preparat dimasukkan dalam xylol sebanyak 2 kali masing-masing selama 5 menit.

35 7. Tahap rehidrasi, preparat dimasukkan dalam larutan etanol bertingkat dimulai dari etanol absolute (2 kali), etanol 95%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 5 menit. Kemudian preparat direndam dalam aquades selama 10 menit. 8. Tahap pewarnaan, preparat ditetesi dengan hematoxylin selama 3 menit atau sampai diperoleh hasil warna yang terbaik. Selanjutnya dicuci dengan air mengalir selama 30 menit dan dibilas dengan aquades selama 5 menit. Setelah itu preparat dimasukkkan dalam pewarna eosin alkohol selama 30 menit dan dibilas dengan aquades selama 5 menit. 9. Tahap dehidrasi, preparat direndam dalam etanol bertingkat 80%, 90%, 95% dan etanol absolute (2 kali) masing-masing selama 5 menit. 10. Tahap clearing, dalam larutan xylol 2 kali selama 5 menit, kemudian dikeringkan. 11. Tahap mounting dengan etilen. 12. Tahap akhir diamati di bawah mikroskop Nikon CX500 dengan perbesaran 400x. Untuk setiap ekor tikus, satu preparat dengan tiga bidang pengamatan dipotret kemudian dicatat data skor kerusakan pulau pankreas. 13. Tahap lanjutan meliputi tahap pengamatan terhadap tingkat kerusakan jaringan di pulau langerhans pankreas. Kerusakan yang terjadi pada pulau langerhans pankreas akan menyebabkan kadar gula darah tinggi karena berkurangnya penghasil insulin, begitu pula sebaliknya.

36 3.7 Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji Jintan Hitam (Nigella sativa L.) terhadap kadar glukosa darah tikus model diabetes tipe 2, data hasil pengamatan kemudian diuji statistik dengan menggunakan ANKOVA (Analysisis Of Covarianse). Apabila terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan pengujian BNT 5%. Pengamatan berikutnya dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam terhadap gambaran histologis pulau langerhans pankreas tikus model diabetes tipe 2. Pengamatan dilakukan melalui penghitungan tingkat kerusakan organ dengan 3 bidang dalam setiap preparat. Setiap ulangan dalam satu perlakuan terdiri atas 3 preparat. Selanjutnya tingkat kerusakan organ dinilai menggunakan skoring atau penilaian sebagaimana yang dilakukan oleh Mufarrichah (2011).

37 Tabel 3.1 Acuan penilaian atau skoring pada pulau langerhans pankreas tikus yang diamati secara histologis melalui mikroskop dengan perbesaran 400 x Skor 1 Tidak terdapat kerusakan Pulau langerhans pankreas 1,5 Kerusakan pada tahap piknosis mencapai ½ luas lapang 2 Kerusakan pada tahap piknosis mencapai > ½ luas lapang 2,5 Kerusakan pada tahap karioeksis mencapai ½ luas lapang 3 Kerusakan pada tahap karioeksis mencapai > ½ luas lapang 3,5 Kerusakan pada tahap kariolisis mencapai ½ luas lapang 4 Kerusakan pada tahap kariolisis mencapai > ½ luas lapang 4,5 Kerusakan nekrosis (ditandai dengan hilangnya inti) dan terbentuk vakuola ditengah pulau langerhans.

38 3.8 Skema Kerja Penelitian Aklimasi tikus (2 minggu) Non-hiperkolesterol Diet hiperkolesterol 30 hari CMC Jintan (150 µg/kg BB) Injeksi Streptozotocin MLD (30mg/ml) i.p Jika [gula] > 135 mg/dl Tanpa jintan (D0) Jintan (150 µg/kg BB Jintan (300 µg/kg BB) H 45 tikus dibedah + diukur glukosa Dibuat preparat histologist pankreas Analisa hasil