BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Interferensi kata-kata..., Hikmah Triyantini Hidayah Siregar, FIB UI, Universitas Indonesia

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti

Bab 4. Simpulan. berbahasa ibu bahasa Indonesia, penulis menemukan hal yang sama seperti yang telah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab 1. Pendahuluan. berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu

Bab 3. Analisis Data. Dalam menganalisis data dari bunyi-bunyi yang mengalami interferensi, penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Indonesia

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

93. Mata Pelajaran Bahasa Jerman untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit),

INSTRUMEN PENILAIAN AUDIO TERINTEGRASI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA)

BAB V PENUTUP. Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur. segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Dwi Lestari,2013

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang

Buku ini memuat kumpulan tulisan penulis dalam rangka

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)

2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya dengan belajar menuntut

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan fenomena atau hubungan antarfenomena yang diteliti secara

fonem, kata dan rangkaian kata, misalnya bunyi [0 dilafalkan [0], bunyi [oe]

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan bahasa lisan antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

95. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajar yang mempelajari bahasa Jerman diduga tidak asing lagi

94. Mata Pelajaran Bahasa Jerman untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

91. Mata Pelajaran Bahasa Arab untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa simpulan mengenai penelitian ini, yaitu

98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang harus dikuasai yaitu: keterampilan menyimak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEKTIVITAS FORMAL INSTRUCTION DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA MELAFALKAN FONEM-FONEM FRIKATIF BAHASA ARAB 1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

97. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehingga akan menentukan eksistensi seseorang dalam

BAB V PENUTUP. bentuk tuturan, strategi kritik yang digunakan, dan hubungan penggunaan strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bahasa Indonesia (Pertemuan

BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang

lebih mudah bagi perkembangan bahasa daripada setiap alternatif yang tersedia.

Bab 2. Landasan Teori. terkecil dari bahasa, yaitu bunyi. Menurut Okumura dalam Tjandra (2004:1), dalam

Kata Kunci: prokem, masyarakat Desa Giri, sosiolinguistik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh perkembangan global, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi

92. Mata Pelajaran Bahasa Arab untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang terbaik untuk meneliti suatu hal ialah metode yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dalam menunjang era baru ini. Selain Bahasa Inggris, Bahasa

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelajaran 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan metode Mueller dalam

100. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa Jepang (goi) terbagi atas wago,

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. seorang siswa dituntut bisa belajar pelajaran yang lain. Memperhatikan

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA JEPANG UNTUK HOTEL

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

99. Mata Pelajaran Bahasa Mandarin untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai salah satu tempat interaksi bahasa berlangsung,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi daya tarik itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dewasa ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS III - SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. Iklan merupakan media yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia

Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dardjowidjojo (2005: 5) untuk berkomunikasi, seseorang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan kelas VI agar dapat belajar efektif.

20. Mata Pelajaran Bahasa Jerman Untuk Paket C Program Bahasa

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,

BAB I PENDAHULUAN. Seringkali terjadi kesalahpahaman dalam menggunakan bahasa, terutama

SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa itu saling berhubungan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

96. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

Transkripsi:

BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan permasalahan penelitian ini, yaitu kesalahan pelafalan pada kata-kata yang mengandung huruf <s> dan kalimat yang di dalamnya terdapat kata-kata yang mengandung huruf <s>. Selain itu, jenis interferensi apa yang muncul pada pelafalan kata-kata tersebut. Data yang digunakan adalah hasil perekaman informan yang merupakan semester satu angkatan 2008 Program Studi Jerman Reguler FIB UI. Pada bab sebelumnya, sudah dijelaskan mengenai interferensi. Interferensi muncul karena adanya pengaruh dari bahasa ibu ke dalam bahasa asing. Bahasa Indonesia adalah bahasa ibu informan dan bahasa Jerman adalah bahasa asing yang sedang dipelajari oleh informan.oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa Jerman biasanya terdapat pengaruh dari bahasa Indonesia. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari kesalahan pelafalan yang dilakukan oleh informan. Kesalahan pelafalan dilihat dari pelafalan kata-kata yang mengandung huruf <s>. Dalam sistem konsonan bahasa Jerman huruf <s> dapat dilafalkan [ ], [ ] dan [ ]. Variasi ini muncul tergantung pada posisi huruf <s> di dalam kata. Sementara dalam sistem konsonan bahasa Indonesia huruf <s> hanya dilafalkan [ ] saja dan muncul di setiap posisi huruf <s> dalam kata. Berdasarkan analisis yang dijelaskan pada bab sebelumnya, kata-kata yang mengandung huruf <s> dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan posisi huruf <s> dalam kata. Selain itu, terdapat juga satu kelompok kalimat yang di dalamnya terdapat kata-kata yang mengandung huruf <s>. Kelompok pertama adalah kelompok kata-kata yang mengandung huruf <s> di awal kata, yaitu Satz, Süd, Stadt, Spiel, dan Ski. Dari hasil pelafalan kata tersebut, setiap kata terjadi kesalahan pelafalan. Kata Satz terdapat 13 informan yang melakukan kesalahan. Para informan mengganti bunyi konsonan frikatif dental bersuara [ ] menjadi konsonan frikatif dental tak bersuara [ ]. Kata Süd terdapat 13 informan juga yang melakukan kesalahan. Lima informan mengganti bunyi konsonan frikatif bersuara [ ] menjadi konsonan frikatif palatal tak bersuara [ ]. Sementara 8 informan mengganti bunyi konsonan tersebut menjadi konsonan 57

58 frikatif dental bersuara [ ]. Kata Stadt terdapat 12 informan yang melakukan kesalahan dan mengganti bunyi konsonan frikatif palatal tak bersuara [ ] menjadi konsonan frikatif dental tak bersuara [ ]. Kata Spiel terdapat 14 informan yang melakukan kesalahan dan mengganti bunyi konsonan frikatif palatal tak bersuara [ ] menjadi konsonan frikatif dental tak bersuara [ ]. Pada kata Ski semua informan melakukan kesalahan pelafalan. Mereka mengganti bunyi konsonan frikatif palatal tak bersuara [ ] dengan frikatif dental tak bersuara [ ]. Kata-kata yang mengandung huruf <s> di tengah kata termasuk ke dalam kelompok dua. Kata-kata tersebut adalah ist, ost, west, erst, dan selbst. Pada kelompok ini, hanya kata selbst yang mengalami kesalahan pelafalan. Dua informan tidak melafalkan bunyi konsonan frikatif dental tak bersuara [ ]. Kelompok ketiga adalah kelompok kata-kata yang mengandung huruf <s> di akhir kata. Kelompok ini terdiri dari kata Bus, Haus, als, kurs, dan links. Kesalahan terjadi pada kata Bus oleh satu informan yang mengganti bunyi konsonan frikatif dental tak bersuara [ ] menjadi konsonan frikatif palatal tak bersuara [ ]. Pada kalimat yang di dalamnya terdapat kata-kata yang mengandung huruf <s> terdapat empat kata, yaitu sehr, stark, sie, dan was. Kata-kata tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tiga kata yang mengandung huruf <s> di awal kata dan satu kata yang mengandung huruf <s> di akhir kata. Kesalahan pelafalan terjadi pada kelompok kata yang mengandung huruf <s> di awal kata, yaitu kata sehr, stark, dan sie. Empat informan melakukan kesalahan pelafalan pada kata sehr. Keempat informan tersebut mengganti bunyi konsonan frikatif dental bersuara [ ] dengan konsonan frikatif dental tak bersuara [ ]. 14 informan melakukan kesalahan pada kata stark dan mereka mengganti bunyi konsonan frikatif palatal tak bersuara [ ] menjadi konsonan frikatif dental tak bersuara [ ]. Selain itu, enam informan melakukan kesalahan pelafalan pada kata sie dan mengganti bunyi konsonan frikatif dental bersuara [ ] menjadi konsonan frikatif dental tak bersuara [ ]. Hasil analisis seperti penjelasan sebelumnya, kesalahan pelafalan sering terjadi pada kata-kata yang mengandung huruf <s> di awal kata. Kesalahan pelafalan tersebut juga dibuktikan dalam kalimat yang di dalamnya terdapat kata-

59 kata yang mengandung huruf <s>. Kesalahan pelafalan biasanya disebabkan oleh pengaruh bahasa ibu informan, yaitu bahasa Indonesia. Para informan memindahkan sistem konsonan bahasa Indonesia ke dalam sistem konsonan bahasa Jerman sehingga menimbulkan interferensi. Dalam penelitian ini, saya mengklasifikasikan kesalahan pelafalan ke dalam interferensi menurut Weinreich dan Ternes. Berdasarkan kedua teori tersebut, kesalahan pelafalan pada kata-kata yang mengandung huruf <s> terdapat tiga jenis interferensi. Pertama, jenis interferensi yang dikelompokkan oleh Weinreich yaitu Phone Subtitution ini sama seperti interfernsi menurut Ternes yang disebut penggantian fonem dengan fonem lain. Kedua jenis interferensi ini memaparkan bahwa informan mengganti fonem dalam sistem bunyi bahasa Jerman menjadi fonem dalam sistem bunyi bahasa Indonesia. Misalnya, pada pergantian fonem frikatif dental bersuara / / atau fonem frikatif palatal tak bersuara / / menjadi fonem frikatif dental tak bersuara / /. Interferensi ini terjadi karena dalam sistem konsonan bahasa Indonesia dan Jerman memiliki persamaan, yaitu adanya ketiga fonem tersebut dalam kedua sistem bahasa. Namun, terdapat perbedaan yang terlihat dari hubungan antara bunyi dan huruf seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kedua, jenis interferensi yang disebut pelesapan sebuah fonem menurut Ternes muncul pada kesalahan pelafalan kata selbst. Informan menghilangkan fonem frikatif dental tak bersuara / /. Penghilangan fonem tersebut terjadi karena dalam sistem bahasa Indonesia tidak terdapat empat bunyi konsonan secara berurutan seperti dalam sistem bahasa Jerman. Dengan demikian, kemungkinan informan tidak dapat menangkap bunyi konsonan [ ] dan menghilangkan bunyi tersebut. Ketiga, jenis interferensi yang disebut identifikasi menurut Ternes. Identifikasi terjadi pada seluruh kata-kata yang mengandung huruf <s> karena dalam sistem konsonan bahasa Indonesia memiliki persamaan dengan sistem konsonan bahasa Jerman. Adanya persamaan ini memudahkan informan melafalkan bunyi bahasa Jerman. Identifikasi terjadi pada saat informan memindahkan bunyi pada sistem bunyi bahasa Indonesia ke dalam sistem bunyi bahasa Jerman dan tidak mengalami kesalahan. Pelafalan ini sebagian besar dapat

60 dilihat pada pelafalan bunyi konsonan frikatif dental tak bersuara [ ]. Bunyi ini terdapat pada kedua sistem bahasa dan juga dapat dilihat dari hubungan antara bunyi dan huruf kedua bahasa tersebut. Untuk mengurangi kesalahan pelafalan dalam pembelajaran bahasa Jerman, terutama pelafalan kata-kata yang mengandung huruf <s>, sebaiknya pembelajar pada awal semester diberitahukan terlebih dahulu bagaimana pelafalan bahasa Jerman, baik secara teori maupun melalui media, seperti radio. Pengajar memberikan latihan pelafalan setiap minggunya di dalam laboratorium. Latihan tersebut dilakukan dengan cara: masing-masing pembelajar membaca kata-kata dan kalimat bahasa Jerman sambil direkam. Kemudian hasil rekaman tersebut didengarkan kembali dan dibandingkan dengan pelafalan yang dilakukan oleh penutur asli bahasa Jerman. Dengan demikian, pembelajar bahasa dapat mengevaluasi hasil pelafalannya sehingga mengurangi kesalahan pelafalan bahasa Jerman.

Informan Kesalahan Pelafalan Pada Kata-kata yang Mengandung Huruf <s> Ke- Satz Süd Stadt Spiel Ski ist ost west erst selbst Bus Haus als Kurs links sehr strak sie was 1-2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Total 13 13 12 14 17 - - - - 2 1 - - - - 4 16 6 - Keterangan : = informan melakukan kesalahan pelafalan Tabel 4.1. 61