Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

Apa itu Tsunami? Tsu = pelabuhan Nami = gelombang (bahasa Jepang)

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS TINGKAT BAHAYA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

Gambar 1.1. Indonesia terletak pada zona subduksi (

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

Alhuda Rohmatulloh

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

Oleh: Dr. Darsiharjo, M.S.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi karena faktor alam maupun faktor manusia.

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

1.1 Latar Belakang. Gambar 1.1 Tsunami di berbagai kedalaman. Sumber: Pengenalan Tsunami, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

BAB I PENDAHULUAN. sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi beserta dampaknya yang terjadi belakangan ini harus

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan

I. PENDAHULUAN. semakin kuat gempa yang terjadi. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA BUMI. Oleh : Lili Somantri

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BULETIN KARST GUNUNGSEWU

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BAB I PENDAHULUAN. Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruliani, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kondisi Kestabilan dan Konsistensi Rencana Evakuasi (Evacuation Plan) Pendekatan Geografi

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil semakin jelas dengan disahkannya peraturan pelaksanaan UU No. 27 Tahun 2007 berupa PP No 64 Tahun 2010 tentan

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU No.24 Tahun 2007). Lempeng Benua Eurasia, lempeng Samudra Hindia-Australia, dan lempeng Samudra Pasifik ialah lempeng tektonik yang berada di kawasan Indonesia. Lempeng-lempeng tersebut sampai sekarang masih terus aktif dan saling bergerak secara konvergen, hal inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki potensi bencana yang tinggi seperti gempa dan tsunami. Penyebab Tsunami 9% 1% Aktivitas gempa bumi tektonik Vulkanik 90% Tanah longsor Gambar 1.1 Persentase Penyebab Tsunami (Latief dalam BNPB, 2012) Triatmadja (2010) mengemukakan bahwa tsunami merupakan gelombang panjang yang dapat disebabkan oleh gerakan dasar laut berupa dislokasi yakni pergeseran pada kulit bumi yang apabila arah pergeseran tersebut menuju ke arah vertikal sehingga menimbulkan elevasi permukaan baru berupa gelombang. Gambar 1.1 menunjukkan persentase penyebab tsunami yang lazim ditemukan disebabkan oleh aktivitas gempabumi tektonik dengan distribusi kejadian 90% antara tahun 1600-2012, aktivitas vulkanik 9% dan 1% tanah longsor yang terjadi

dalam tubuh air (danau atau laut) maupun longsoran darat yang masuk ke dalam tubuh (Latief dalam BNPB 2012) Dewasa ini, keberadaan teknologi penginderaan jauh dan analisis sistem informasi geografis dapat berperan dalam hal kebencanaan. Keberadaan data spasial dan temporal (kemampuan suatu sistem penginderaan jauh untuk merekam daerah yang sama), intergarasi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis melalui analisis serta data yang dalam format digital yang memungkinkan dianalisi secara kuantitatif dapat menghasilkan suatu informasi baru serta dapat diaplikasikan dalam aspek kebencanaan seperti memonitoring kejadian dari bencana melalui data multi temporal satelit, menghitung kerugian pada suatu daerah yang terkena bencana dan sebagainya. Intergrasi data pada penginderaan jauh dan sistem informasi geografis tidak hanya dapat memberikan visualisasi sebelum dan sesudah terjadinya bencana seperti pemetaan persil tanah setelah kejadian tsunami atau perencanaan wilayah dan kota yang terkena bencana, tetapi juga dapat memberikan visualisasi saat terjadinya bencana. Berdasarkan pengalaman pada tsunami Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 akses yang terdapat di lokasi bencana sangat terbatas sehingga beberapa daerah terisolasi selama berhari hari. Dengan kemampuan penginderaan jauh dan sistem informasi geografi akan sangat berguna untuk memperlihatkan daerah yang terkena dampak tsunami melalui data yang beresolusi tinggi seperti GeoEye-1 atau Quickbird serta rute untuk menuju ke daerah yang terisolasi yang efektif dan efisien melalui pemodelan spasial. Selain itu pada saat terjadinya bencana tsunami masyrakat pada daerah bencana tidak mengetahui jalur evakuasi yang baik agar terhindar dari bencana. Hal ini menegaskan aplikasi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi mampu dalam mengurangi risiko bencana termasuk bencana tsunami melalui pembuatan jalur evakuasi tsunami berdasarkan pemodelan bahaya tsunami dengan menggunakan skenario ketinggian gelombang tsunami.

N o Tanggal Tabel 1.1. Kejadian tsunami yang merusak antara tahun 1990-2010 Jam (WIB) Magnitu do Gempa (SR) Pusat Gempa Waktu Tiba (menit ) Lokasi Tinggi Gelomba ng (meter) Korba n Jiwa Referens i 1 12/12/1992 12:29:2 6 7.8 Laut Flores 12 Alor 26,2 2500 BMG 1992 2 03/06/1994 13:17:3 4 7.8 Jawa 38 Banyuwan gi 13,9 238 BMG 1996 3 18/02/1996 5:59:31 8.2 Biak dan Irian jaya 20 Biak 7,68 110 BMG 1996 4 29/11/1998 09:10:3 2 7.7 P.Talibu, Maluku 18 Talibu 2,75 18 Imamura et al, 5 04/05/2000 11:21:1 6 6 26/12/2004 07:58:5 3 7.6 Banggai, Sulawesi 9 Barat Laut 2000 35 Banggai 6 4 BMG 2000 33 Meulaboh 50.9 16500 BMG 0 7 28/03/2005 11:09:3 7 8.7 Barat Laut 43 Padang Sidempuan 3 800 BMG 8 17/07/2006 15:19:2 9 7.7 Pangandara n, Jawa 42 Pangandar an 10 200 BMG 9 12/09/2007 18:10:2 7 8.4 Bengkulu, 35 Bengkulu 0.98 25 BMG 10 25/10/2010 16:42:2 0 Sumber : Katalog Tsunami BMKG dalam BNPB, 2012 Tabel 1.1 memeperlihatkan data historis tsunami yang terangkum BMKG dalam BNPB (2012) dengan rentang waktu 1990-2010 di Indonesia. Gempa dan tsunami yang terjadi di Provinsi Aceh adalah yang terburuk. Besaran magnitudo gempa yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2014 mencapai angka 9 Skala Richter (SR) dengan tinggi gelombang 50,9 meter. Hal ini karena pusat gempa yang berada di Barat laut, sehingga hampir sepanjang pesisir Barat Aceh terkena dampak dari bencana tersebut. Kejadian tsunami yang merusak antara tahun 1990-2010 7.2 Mentawai, 10 Mentawai 8 413 BMKG, BNPB 2010 Banda Aceh yang merupakan salah satu kota besar di Aceh tidak luput dari terjangan tsunami. Daerah dengan populasi 260.478 tersebut menelan 13.785

korban jiwa dan 58.981 lainnya hilang (BRR NAD NIAS, 2009). Data tersebut menunjukkan bahwa penduduk merupakan element at risk atau objek pengamatan dengan kerentanan yang tinggi terhadap tsunami. BNPB (2012) mengemukakan hampir seluruh kabupaten/kota di Indonesia yang menghadap Samudera Hindia termasuk pesisir Barat Aceh memiliki tingkat risiko tsunami sangat tinggi dan tinggi. Kondisi Kota Banda Aceh yang rawan akan bencana tsunami membuat penerapan mitigasi bencana yang baik dan terpadu sangat diperlukan untuk mengurangi risiko dari bencana gempa dan tsunami. Risiko bencana ialah interaksi yang dihasilkan antara kerentanan dan bahaya yang ada. Untuk mengurangi risiko bencana yang ada harus dilakukan dengan peningkatan kerentanan menjadi kapasitas didalam masyarakat dengan mengelola lingkungan, mengenal ancaman, mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan oleh faktorfaktor yang mengakibatkan terjadinya bencana alam (Marfai, 2011). Sebagaimana kita ketahui bahwa risiko suatu bencana tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dilakukan pengurangan risiko bencana melalui mitigasi bencana yang tepat. Salah satu mitigasi bencana yang dapat diterapkan di Kota Banda Aceh guna meminimalisir dampak dari tsunami terutama korban jiwa adalah pembuatan jalur evakuasi tsunami. Penelitian ini memfokuskan untuk memetakan jalur evakuasi tsunami secara horizontal yaitu pemberian informasi kepada masyarakat ke daratan yang lebih tinggi dan menjauh dari zona bahaya pada skenario ketinggian gelombang tsunami 1m, 2m, 5m, 15m, 30m, dan 60m dan juga pembuatan peta sebaran kerentanan sosial. Penelitian ini didasari oleh jalur evakuasi tsunami yang telah tersedia di Kota Banda Aceh belum memberikan informasi bahaya tsunami yang dapat terjadi di Kota Banda Aceh. Pemilihan skenario ketinggian tersebut diharapkan mampu mewakili karakteritik tsunami dengan klasifikasi kerusakan yang rendah hingga kerusakan yang tinggi. Pemilihan skenario ketinggian ini juga didasari oleh skala intensitas tsunami Immamura-lida pada skenario 1m, 2m, 5m, 15m, dan 30m. Sedangkan skenario 60m didasari oleh ketinggian gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004 lalu.

Pembuatan jalur evakuasi pada penelitian ini menggunakan data penginderaan jauh seperti penggunaan Citra GeoEye-1 yang didapatkan melalui server BING Maps. Selanjutnya pada penelitian ini disebutkan Citra GeoEye-1 saja. Setiap citra penginderaan jauh memiliki kemampuan perekaman yang berbeda baik dari resolusi spasial maupun tujuan penggunaan citra tersebut. Selain itu juga terdapat data sekunder kependudukan untuk pembuatan peta kerentanan sosial. Berdasarkan peraturan Kepala BNPB No 2 Tahun 2012, parameter kerentanan sosial meliputi kepadatan penduduk, sex ratio, garis kemiskinan, penyandang cacat dan penduduk menurut kelompok umur. Data sekunder lainnya ialah penggunaan peta kontur yang bertujuan untuk pembuatan peta kemiringan lereng. Diharapakan dengan adanya jalur evakuasi ini masyarakat dapat mengetahui arah evakuasi yang efektif dan efisien serta mengetahui tindakan yang tepat apabila sewaktu waktu tsunami kembali menerpa Kota Banda Aceh. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Indonesia terletak diantara tiga lempeng tektonik yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik yang apabila ketiga lempeng tersebut bergerak secara konvergen dapat memicu terjadinya bencana, salah satunya bencana gempa yang dapat disusul oleh bencana tsunami. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi bencana tsunami dikemudian hari diperlukan pemodelan bahaya tsunami dalam berbagai skenario ketinggian gelombang tsunami (1m, 2m, 5m, 15m, 30m, 60m) berbasis pada teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis 2. Keberadaan penduduk baik itu kepadatan penduduk, jenis kelamin, faktor usia, penyandang cacat dan garis kemisikinan yang dekat dengan pesisir mengakibatkan tingginya kerentanan penduduk tersebut akan bencana tsunami yang akan terjadi, sehingga diperlukan adanya pemetaan sebaran kerentanan sosial yang menjadi objek pengamatan

sebagai faktor kerentanan terhadap tsunami menggunakan tekonologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis 3. Strategi utama dalam mitigasi bencana tsunami ialah dengan mengevakuasi masyarakat sesegera mungkin. Namun, jalur evakuasi yang telah tersedia di Kota Banda Aceh belum memperhatikan skenario ketinggian gelombang tsunami. Pemilihan skenario tersebut diharapkan dapat mewakili karakteristik dari tinggi gelombang tsunami. Oleh karena itu diperlukan pemetaan jalur evakuasi tsunami dengan mempertimbangkan skenario (1m, 2m, 5m, 15m, 30m, 60m) ketinggian gelombang tsunami melalui teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan diatas maka diperoleh pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana penggunaan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk pemodelan bahaya tsunami berdasarkan skenario (1m, 2m, 5m, 15m, 30m, 60m) ketinggian gelombang tsunami? 2. Bagaimana penggunaan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dalam memetakan sebaran spasial kerentanan sosial di sebagian Kota Banda Aceh? 3. Bagaimana penggunaan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dalam memetakan jalur evakuasi tsunami berdasarkan skenario (1m, 2m, 5m, 15m, 30m, 60m) ketinggian gelombang tsunami? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan pertanyaan penelitian maka terdapat tiga tujuan dari penelitian ini, yaitu : 1. Memodelkan bahaya tsunami pada skenario (1m, 2m, 5m, 15m, 30m, 60m) ketinggian gelombang tsunami melalui penggunaan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis

2. Mengetahui persebaran kerentanan sosial di sebagian Kota Banda Aceh melalui penggunaan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis 3. Mengetahui jalur evakuasi tsunami berdasarkan skenario (1m, 2m, 5m, 15m, 30m, 60m) ketinggian gelombang tsunami melalui penggunaan tekonologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis 1.5 Hasil yang Diharapkan 1. Peta bahaya tsunami berdasarkan skenario (1m, 2m, 5m, 15m, 30m, 60m) ketinggian gelombang tsunami 2. Peta kerentanan sosial di sebagian Kota Banda Aceh 3. Peta jalur evakuasi tsunami berdasarkan skenario (1m, 2m, 5m, 15m, 30m, 60m) ketinggian gelombang tsunami 1.6 Kegunaan dan Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi terkait kemampuan aplikasi penginderaan jauh dan analisis sistem informasi geografis (SIG) dalam pemetaan kebencanaan khususnya dalam penentuan jalur evakuasi tsunami 2. Memberikan informasi tingkat kerentanan sosial terhadap tsunami berdasarkan parameter kerentanan sosial 3. Memberikan informasi jalur evakuasi tsunami yang efektif dan efesien serta dengan rute terpendek ke titik aman tsunami sehingga dapat meminimalisir korban jiwa.