BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN OPERASI PERDAMAIAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DI BURUNDI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Tulisan ilmiah tersebut dapat

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya,

UPAYA PBB DALAM PENYELESAIAN KONFLIK GENOSIDA DI RWANDA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kornblurn dalam Susan, mengatakan bahwa konflik menjadi fenomena yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

BAB I PENDAHULUAN. Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. operasi dukungan untuk perdamaian sejak tahun PSOs pertama yaitu An

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan maupun zaman modern seperti sekarang ini dimana pada zaman

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG KONTINGEN GARUDA DALAM MISI PERDAMAIAN DI LEBANON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

Bab I Pendahuluan. Justice. 9 Maret

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

BAB V KESIMPULAN. diskriminasi antar etnis yang telah berlangsung sejak lama merupakan salah

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Humaeniah, 2013

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

BAB III PEACEKEEPING OPERATION PBB DAN HAMBATAN-HAMBATANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Setelah berakhirnya Perang Dunia konflik baru semakin mengemuka.

4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Keinginan Indonesia Menjadi Anggota Tidak Tetap DK PBB

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa

PERANG & DAMAI Pengantar: Causes of War. Artanti Wardhani

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

Mali Diinvasi Asing, PBB tak Ambil Pusing

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Orde Baru, keberadaan etnis Tionghoa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. PBB adalah organisasi internasional yang didirikan pada tahun Saat

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21

Society ISSN :

KEGAGALAN IMPLEMENTASI ARUSHA ACCORD SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK DI RWANDA (THE FAILURE OF ARUSHA ACCORD IMPLEMENTATION AS CONFLICT RESOLUTION IN RWANDA)

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

BAB VI PENUTUP. 1. Imunitas Kepala Negara dalam Hukum Internasional. Meski telah diatur dalam hukum internasional dan hukum kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II PERAN PBB DALAM KONFLIK INTERNASIONAL. dengan PBB untuk bekerja bagi perdamaian dunia. Secara resmi terbentuk pada

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari

SOAL CPNS TATA NEGARA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

Pedoman HAM Uni Eropa tentang Para Pembela HAM 3. Pedoman HAM Uni Eropa tentang Anak-anak dan Konflik Bersenjata 17

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

POLITIK LUAR NEGERI. By design Drs. Muid

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan yang ada di antara manusia itu sendiri. Perang adalah

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi terjadi beberapa dekade lalu mengalami penurunan dari sisi kuantitas (Perwita, 2006). Akan tetapi, penurunan frekuensi konflik antar negara tersebut rupanya belum bisa dikatakan membuat dunia menjadi lebih damai. Hal tersebut terlihat dari munculnya pola konflik baru dalam politik global, yaitu konflik internal negara (intrastate conflict). Peningkatan intrastate conflict tersebut diperkuat oleh data dari Upsalla Conflict Data Program dalam Nemanja Dzuveroviz (2012) yang menyebutkan bahwa jumlah konflik bersenjata pada rentang tahun 1946 sampai dengan 2010 lebih di dominasi oleh intrastate conflict dibandingkan dengan inter-state conflict. Gambar 1.1 Grafik Konflik Bersenjata Tahun 1946-2010 (Sumber : Upsalla Conflict Data Program, 2012) 78

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah konflik bersenjata pada rentang tahun tersebut diperkirakan mencapai 63 kasus, dengan 54 kasus merupakan intrastate conflict dan hanya 9 kasus yang tergolong interstate conflict. Intrastate conflict yang terjadi menurut beberapa pakar hubungan internasional lebih sulit diselesaikan karena penyebab konflik tidak hanya dikarenakan adanya masalah etnis atau agama semata. Konflik jenis ini juga melibatkan aspek-aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dalam beberapa kasus, intrastate conflict dapat terbagi menjadi dua yaitu konflik vertikal dan konflik horizontal. Konflik vertikal adalah konflik yang melibatkan antara pemerintah dengan masyarakatnya, sementara konflik horizontal adalah konflik yang terjadi antar masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain (Susan, 2010). Situasi intrastate conflict tersebut tampak terjadi di kawasan Afrika yang merupakan salah satu benua yang terdiri atas banyak negara dan dihuni oleh masyarakat yang memiliki perbedaan yang sangat besar, seperti keanekaragaman suku, bahasa, agama dan kebudayaan. Menurut data dari PRIO Armed Conflict Dataset (ACD) dalam Hoeffler (2008) Afrika merupakan salah satu kawasan yang memiliki tingkat konflik internal yang cukup tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya. Dalam rentang tahun 1989-1992 sedikitnya delapan hingga sembilan konflik internal terjadi di berbagai negara seperti misalnya Sudan, Chad, Sierra Leone, Liberia, Angola, Mozambique dan Rwanda. Konflik internal yang terjadi di Afrika bahkan cenderung berlangsung dalam jangka waktu yang panjang hingga belasan tahun. (Hoeffler, 2008).

Salah satu wilayah di Afrika yang cukup lama dilanda oleh konflik internal adalah Burundi. Meskipun konflik ini tenggelam di balik pemberitaan permasalahan yang terjadi di negara-negara lain, namun konflik ini tidak kalah penting untuk ditelaah latar belakang dan dampaknya, serta upaya penyelesaiannya. Burundi merupakan sebuah negara yang landlock (tanpa laut) di kawasan The Great Lakes Afrika yang berbatasan langsung dengan Rwanda di sebelah utara, Tanzania di timur dan selatan serta Republik Demokratik Kongo di barat. Semenjak terlepas dari jajahan Belgia dan akhirnya merdeka di tahun 1962 hingga tahun 1993, Dalam kurun waktu tersebut, Burundi terus menerus dipenuhi kerusuhan termasuk kejadian-kejadian besar pada tahun 1964, 1972 dan akhir 1980-an (Hatungimana, 2011). Pada tahun 1993, Burundi mengadakan pemilihan presiden dengan terpilihnya Melchior Ndadaye menjadi presiden Burundi yang berasal dari etnis Hutu untuk pertama kalinya. Namun baru beberapa bulan menjabat, Ndadaye kemudian dibunuh sekelompok tentara Tutsi melalui serangan kudeta. Presiden selanjutnya, Cyprien Ntaryamira yang juga berasal dari etnis Hutu menjadi korban dalam jatuhnya pesawat yang ditumpangi bersama dengan Presiden Rwanda. Adanya insiden-insiden itulah yang kemudian dikatakan sebagai pemicu konflik di Burundi semakin bereskalasi (Hatungimana, 2011). Konflik di Burundi terus berlanjut hingga tahun 1996, saat Pierre Buyoya dari etnis Tutsi mengambil alih kekuasaan melalui suatu kudeta. Antara tahun 1993 sampai dengan 1999, konflik di Burundi diperkirakan telah mengakibatkan korban tewas sebanyak 300.000 jiwa dan sekitar 1,3 juta warga menjadi pengungsi (Basagic, 2007).

Proses perdamaian dalam suatu konflik merupakan suatu proses yang bersifat jangka panjang dan tentunya melibatkan banyak pihak, begitu pula halnya dengan proses perdamaian di Burundi. Berbagai upaya perdamaian telah dilakukan oleh sejumlah pihak untuk menyelesaikan konflik di Burundi, namun upaya tersebut rupanya belum cukup untuk menciptakan perdamaian jangka panjang di Burundi. Tahun 1996 Presiden Tanzania Julius Nyerere bertindak sebagai fasilitator sejumlah perundingan damai untuk menangani konflik Burundi. Upaya perdamaian lain juga dilakukan oleh Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela pada akhir tahun 1999 pasca kematian Presiden Nyerere yang pada akhirnya berhasil menciptakan The Arusha Agreement yang ditandatangani oleh tujuh belas pihak yang terlibat dalam negosiasi yang menandai berakhirnya konflik di Burundi.(Wolpe, 2011). Meskipun perjanjian Arusha tahun 2000 telah menandai adanya perdamaian yang tercipta di Burundi, namun pasca perjanjian tersebut masih terdapat cukup banyak permasalahan di Burundi yang belum dapat diselesaikan. Salah satunya adalah upaya transisi pemerintahan pasca konflik dari pemerintahan otoriter menuju ke pemerintahan yang lebih demokratis yang dianggap lebih dapat menjaga kelangsungan perdamaian dalam jangka waktu panjang. Uni Afrika sebagai organisasi regional Afrika turut mengambil peranan dalam upaya perdamaian di Burundi. Pada April 2003, Uni Afrika membentuk operasi perdamaiaan bernama African Missions in Burundi (AMIB) untuk mendukung proses perdamaian di Burundi. Tujuan utama pembentukan AMIB adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi penempatan operasi perdamaian

Perserikatan Bangsa-Bangsa (selanjutnya dalam penelitian ini akan disingkat menjadi PBB) di Burundi. Operasi perdamaian multidimensional PBB kemudian secara resmi dibentuk untuk melaksanakan mandat di Burundi pada bulan Mei 2004 melalui resolusi 1545 Dewan Keamanan PBB dengan nama United Nations in Burundi (ONUB). Pembentukan operasi perdamaian di Burundi oleh Dewan Keamanan PBB tersebut dilakukan guna mencapai perdamaian jangka panjang di Burundi pasca konflik. Untuk mencapai hal tersebut, dalam kurun waktu dua tahun dari terbentuknya ONUB melakukan berbagai peranan termasuk mengadakan pemilihan umum, program perlucutan senjata, dan peranan lainnya sesuai dengan mandat yang diberikan kepada operasi perdamaian PBB tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas lebih lanjut mengenai peranan operasi perdamaian PBB pasca konflik di Burundi tahun 2004-2006. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan operasi perdamaian PBB di Burundi dalam pencapaian perdamaian jangka panjang tahun 2004-2006? 1.3 Batasan Masalah Penulis memfokuskan penelitian ini pada peranan yang dilakukan oleh operasi perdamaian PBB di Burundi dalam pencapaian perdamaian jangka

panjang melalui implementasi mandat operasi perdamaian tersebut pada tahun 2004-2006. 1.4 Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai peranan operasi perdamaian PBB di Burundi dalam pencapaian perdamaian jangka panjang tahun 2004-2006. 1.5 Manfaat Penelitian Selain bertujuan untuk mendeskripsikan peranan PBB melalui operasi perdamaian di Burundi yang merupakan wilayah berkonflik, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat, yakni: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu bagi para akademisi mengenai peranan yang dilakukan organisasi internasional khususnya PBB melalui operasi perdamaian dalam pencapaian perdamaian jangka panjang pasca konflik internal di suatu negara. 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pertimbangan dalam penulisan ilmiah bagi setiap kalangan dan pihak yang memiliki kepentingan, khususnya bagi pihak yang terlibat dalam konflik maupun dalam upaya perdamaian.

1.6 Sistematika Penulisan bab, yaitu: Untuk mempermudah penulisan, penelitian ini akan dibagi ke dalam lima BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan dimana penulis akan menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Bab ini merupakan bab tinjauan pustaka yang akan menjelaskan mengenai kajian pustaka dan kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian. BAB III : Bab ini merupakan bab metodologi penelitian dimana penulis akan memaparkan mengenai jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV : Bab ini merupakan bab pembahasan. Penulis akan menjelaskan tentang permasalahan yang menjadi bahasan dalam penelitian ini yaitu mengenai konflik di Burundi dan operasi perdamaian PBB serta analisa peranan operasi perdamaian PBB dalam menangani konflik di Burundi. BAB V : Bab V merupakan penutup yang memaparkan kesimpulan dan sekaligus memuat jawaban atas pertanyaan penelitian skripsi ini.