PROSPEK TENAGA KEPENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang melekat pada

A. Perspektif Historis

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSIF

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

PROSPEK TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN LUAR BIASA DALAM KERANGKA PENDIDIKAN INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDIDIKAN PENYANDANG CACAT DARI SUDUT PANDANG MODEL PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA. Oleh: Haryanto

SIKAP GURU SLB TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF. Nia Sutisna dan Indri Retnayu. Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

Struktur Kurikulum 2014 Jurusan Pendidikan Luar Biasa

Hand Out TEP-PLB KAWASAN TEP DAN PENERAPNNYA DALAM BIDANG PLB (ISHARTIWI, PLB-FIP_ UNY)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

Implementasi Pendidikan Segregasi

PENGEMBANGAN PROFESI GURU PLB

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang akan dieksplorasi. SD Negeri 2 Bendan merupakan salah satu sekolah

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM SISTEM PERSEKOLAHAN NASIONAL Oleh: Ishartiwi

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

Pendidikan Luar Biasa/ Pendidikan Khusus

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SIL. ORTOPEDAGOGIK UMUM SILABI MATA KULIAH

PENDIDIKAN INKLUSIF. Kata Kunci : Konsep, Sejarah, Tujuan, Landasan Pendidikan Inklusi

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

I. PENDAHULUAN. Seorang guru memiliki peran utama dalam keberhasilan peserta didik

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BIDANG PENDIDIKAN LUAR BIASA (PLPG PLB)

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN

PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DAN KESIAPAN LPTK DALAM MENDUKUNG PROGRAM SERTIFIKASI GURU

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran akan mampu. menciptakan lingkungan akademis yang harmonis dan produktif, jika

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. dimensi kemanusiaan paling elementer dapat berkembang secara optimal ( Haris,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

HASIL PENELITIAN PAYUNG TAHUN ANGGARAN 2012 EVALUASI KESIAPAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI MENJADI GURU PROFESIONAL

Educational Psychology Journal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan inklusif atau yang sering disebut dengan inclusive class

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

Oleh Tri Linggo Wati, M. Pd. BIDANG PENDIDIKAN 9 Juli 2017 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

Daftar Pustaka. Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA SLB-E NEGERI PEMBINA TINGKAT PROPINSI. 2.1 Sejarah Singkat Pendidikan Luar Biasa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REVITALISASI PROGRAM STUDI PLB DALAM MENGHADAPI PROGRAM INKLUSI *) Oleh Edi Purwanta **)

KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

Transkripsi:

PROSPEK TENAGA KEPENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS oleh: Ishartiwi PLB-FIP Universitas Negeri Yogyakarta ----------------------------------------------------------------------------------------------------------- A. Pendahuluan Tenaga kependidikan anak berkebutuhan khusus (ABK), dilihat dari sudut pandang profesi sama dengan tenaga kependidikan pada umumnya. Mereka juga dikenai persyaratan profesi pendidik sama. Hal yang membedakan adalah sasaran bidang garapan atau subyek didik bagi tenaga kependidikan ABK yaitu individu penyandang kekhususan fisik, mental dan sosial, sementara pendidik yang lain adalah individu normal. Terkait dengan perbedaan subyek garapan tersebut maka membedakan pula tindak pembelajaran guru. Guru bagi ABK harus memiliki kompetensi melakukan pembelajaran terindividualisasikan. Hal ini karena masing-masing ABK memerlukan program pembelajaran berbeda. Sementara itu cakupan jenis kekhususan ABK sangat bervariasi dilihat dari jenis dan gradasinya. Kondisi kekhususan ini merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh tenaga kependidikan ABK. Dilihat dari kancah atau lapangan tempat layanan ABK juga sangat bervariasi, yaitu mencakup lembaga sekolah, keluarga dan tempat-tempat layanan umum. Oleh karena itu tenaga kependidikan ABK harus memiliki kesiapan untuk melaksanakan tugas di kancah manapun yang menjadi tugasnya. Di sisi lain isi program layanan bagi ABK juga bervariasi dari program pengembangan akademik, kemampuan adaptif dan program keterampilan kerja bagi ABK. Dalam hal ini tenaga kependidikan ABK harus mampu menguasai pengembangan bahan ajar bagi ABK. Tugas-tugas tersebut tercakup dalam pelaksanaan kurikulum. Hal yang juga membedakan dengan tenaga pendidik anak normal adalah dalam melaksanakan kurikulum tenaga pendidik ABK harus mampu melaksanakan kurikulum plus. Makalah disajikan dalam acara kuliah umum Jurusan PLB UNY, di Aula Regrestasi UNY, tanggal 13 September 2007 1

Kurikulum plus adalah program intervensi bagi ABK untuk terapi baik fisik, psikologis maupun sosial yang dinyatakan sebagai hambatan untuk menerima seluruh program pendidikan. Berdasarkan cakupan kompetensi tenaga kependidikan ABK tersebut di atas maka program studi Pendidikan Luar Biasa (PLB) sebagai prodi penyelenggara pendidikan pra-jabatan dan dalam jabatan bagi guru ABK berupaya memberikan bekal pengetahuan yang komprehensif. Selam proses perkuliahanan mahasiswa dibekali pengetahuan dan keterampilan tentang pendidikan secara umum, pengenalan terhadap peserta dididk ABK, program kekhususan, pengetahuan psikhologi ABK dan pengetahuan dasar bidang medis yang terkait dengan penyebab ABK. Proses perkuliahan dilakukan melalui kajian teoritik praktik laboratorium dan praktik lapangan. Dalam hal ini diharapkan lulusan program studi PLB memiliki kesiapan baik pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta mental untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai tenaga kependidikan ABK. Fakta menunjukkan dari sisi jumlah kebutuhan tenaga kependidikan ABK masing sangat kurang baik di Provinsi Jawa maupun di luar Jawa (wawancara guru SLB di Banjarmasin tahun 2007, Pemerintah Kota Banjarmasin membuka formasi guru ABK dan tidak ada pendaftar). Kondisi ini disebabkan karena perguruan tinggi (PT) yang menghasilkan ttenaga kependidikan ABK masih sangat terbatas. Di seluruh Indonesia baru ada sebanyak sembilan (9) PT tersebar di delapan (8) provinsi, yaitu delapan (8) LPTK ex-ikip dan satu (1) universitas swasta di Jawa Barat. Terkait dengan berbagai gambaran tentang luasnya bidang tugas tenaga Kependidikan ABK, maka uraian singkat dalam kuliah umum ini akan memberikan gambaran tentang bagamana prospek tenaga kepandidikan ABK dilihat dari cakupan subyek garapan dan area wilayah tempat kerja serta sistem layanan pendidikan ABK. Wawasan ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa terutama yang mengikuti program pendidikan pra-jabatan tentang arah lulusan program studi PLB. Dan juga dapat digunakan sebagai motivasi untuk mengmbangakan karier sebgai lulusan berkualitas. 2

B. BEBERAPA LANDASAN KEBIJAKAN Tenaga kependidikan ABK sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, sehingga terikat juga dengan peraturan kebijakan yang berlaku secara nasional. Meskipun ada beberapa kebijakan khusus yang mengatur tentang ABK dan layanan pendidikannya (khusus kebijakan ABK tidak dibahas dalam makalah ini, karena menjadi bagian penyaji laiinya). Adapun beberpa landasan kebijakan Nasional yang penting untuk diketahui bagi semua tenaga kependidikan, anatara lain sebagai berikut: 1. Undang-Undang Dasar RI 1945 (hak pendidikan semua warga negara) 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang SISDIKNAS, (pasal 32 ayat 1, tentang Layanan Pendidikan Khusus) 3. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 4. Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Standr kompetensi Pendidik) 5. Standar Kompetensi Guru Pemula PLB Tahun 2004 (kualifikasi lulusan PLB) 6. Pola Pembinaan Sistem Tenaga Kependidikan: Pendidikan Luar Biasa Tahun 2004 (Profil Lulusan PLB) 7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Deparetemen Pendidikan Nasional. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta. Selain kebijakan nasional dalam penyelenggaraan pendidikan ABK juga dilandasai adanya komitmen dunia (global), terutama tentang hak azasi manusia dan pendidikan untuk semua. Aplikasi dari komitmen ini dalah memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk belajar sepanjang hayat sesuai 3

dengan kemampuannya. Adapun beberpa kebijakan dunia (global) yang mempengaruhi pendidikan ABK, antara lain: 1. Deklarasi Hak Asasi Manusia, 1948 (Declaration of Human Rights) 2. Konvensi Hak Anak, 1989 (Convention of the Rights of the Child) 3. Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua, 1990 (World Conference on Education for All) 4. Persamaan Kesmpatan bagi Orang Berkelainan, 1993 (the Standard Rules on the Equalization of Opportunities for Person with Disebilities) 5. Pernyataan Salamanca tentang Pendidikan Inklusif, 1994 (the Salamanca Steatment on Inclusive Education) C. CAKUPAN BIDANG GARAPAN TENAGA KEPENDIDIKAN PLB Bidang garapan PLB mencakup individu yang memerlukan layanan khusus dalam belajar, yang secara konseptual disebut Individu with Special Needs. Di indonesia diterjemahkan menjadi anak berkebutuhan khusus (ABK). Sebutan secara umum adalah penyandang cacat atau anak berkelainan. Cakupan kekhususan tersebut meliputu mereka yang memiliki kondisi kecerdasan di bawah anak normal, dan di atas normal, serta mereka dengan kondisi kecerdasan normal tetapi mengalami gangguan fungsi emosi, fisik dan sosial. Adapun secara lebih terperinci tipe kekhususan mencakup: 1. Gangguan penglihatan (individu dg kebutuhan khusus) 2. Gangguan wicara dan bahasa 3. Gangguan komunikasi 4. Gangguan pendengaran 5. Gangguan perkembangan 6. Gangguan motorik 7. Gangguan kesehatan 8. Gangguan emosi dan tingkah laku 9. Anak super cerdas dan berbakat istimewa 10. Anak Berkesulitan belajar spesifik 4

11. Autisme 12. Individu pasca kecanduan psikotropika dan penyakit kronis 13. Individu dengan multi kelainan C. AREA LAYANAN PENDIDIKAN ABK Berdasarkan tipe kekhususan yang menjadi subyek bidang garapan tenaga kepandidikan PLB, maka area layanan pendidikan ABK sangat luas sesuai dengan usia ABK baik mereka yang masih balita, usia anak-anak, remaja dan ABK lansia. Oleh karena itu area layanan ABK meliputi sebagai berikut: 1. Pendidikan Khusus Usia Dini 2. Pendidikan Khusus Usia Sekolah (di SLB, Sekolah Umum, Layanan Rehabilitasi) 3. Pendidikan Khusus ABK Remaja Drop Out dan Belum Sekolah 4. Pendidikan Khusus ABK Lanjut Usia 5. Pendidikan bagi orangtua ABK / Masyarakat 6. Pendidikan ABK Pasca Kecanduan Obat 7. Pendidikan ABK Pasca Sakit 8. Pendidikan Teknologi Informasi bagi ABK 9. Pendidikan Seks bagi ABK 10. Pengendalian perilaku ABK 11. Pendidikan ABK untuk Menyertai Tindakan Medis 12. Pendidikan Vokasional ABK Pasca Sekolah D. PELUANG TENAGA KEPENDIDIKAN ABK Untuk membahas mengenai peluang tenaga kependidikan ABK perlu dipahami dulu mengenai sistem kelembagaan pendidikan ABK. Setidaknya ada tiga (3) sistem kelembagaan pendidikan ABK yang di kemukaan oleh Sunardi (1995), yaitu: 1) sistem sekolah segregatif, yaitu bentuk sekolah khusus bagi ABK dengan satu tipe kekhusussan atau campuran, yang di sebut sekolah luar biasa (SLB), 2) sistem sekolah mainstreaming, yaitu sekolah terpadu ABK bersekolah di sekolah umum bersama-sama dengan anak normal, 3) sistem sekolah inklusif, yaitu layanan pendidikan bagi ABK yang ideal, artinya ABK 5

diberi kesempatan secara leluasa untuk menempuh pendidikan seperti anak normal di semua jenis sekolah, dan sekolah menyediakan program dan pendidik sesuai dengan kebutuhan ABK. Untuk melaksanakan pendidikan inklusif ini diperlukan perubahan tata aturan pendidikan dan perubahan masyarakat yerhadap ABK. Terkait dengan sistem pendidikan ABK maka menurut Pola Pembinaan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan PLB (2004), disebutkan tenaga kependidikan PLB mencakup: 1) Guru Kelas di SLB, 2) Guru PLB di Sekolah Reguler, 3) Guru Mata Pelajaran di SMLB, 4) Guru Bidang Keahlian Khusus PLB, 4) Guru PLB Non-Persekolahan, 5) Administrator PLB, 6) Konsultan PLB (Kualifikasi Pendidikan Magister), 7) Peneliti dan Pengembang PLB (Kualifikasi Pendidkan Magister dan Doktor) E. KUALIFIKASI PENDIDIK PLB Persyaratan pendidik bidang PLB secara umum sama seperti pendidik di sekolah normal. Kualifikasi Pendidik secara umum di atur dalam UU Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen pasal 2, 8,9,10, 11, 14, 20, 34, dan 82, juga dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 sd 41. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikasi pendidik, sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rokhani, serta memilki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Kualifikasi Akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi jenjang S1 atau D4. pendidik juga herus memiliki ompetensi yang mencakup: kompetensi pedagogik, kepribadian serta kompetensi sosial dan Profesional. Untuk menetapkan profesionalisme pendidik sesuai peraturan tersebut pemerintah mengaturnya dengan uji sertifikasi guru baik melalui uji portofolio maupun melalui pendidikan profesi bagi guru dalam jabatan. Aplikasi berbagai persyaratan umum tersebut di atas bagi lulusan PLB, diwujudkan dalam bentuk kompetensi minimal lulusan.yang mencakup: 1. Penguasaan landasan Keilmuan PLB, 6

2. Penguasaan landasan pendidikan umum, antara lain: landasan sosiologis, landasan medis, dan landasan yuridis landasan kependidikan, landasan psikologis, 3. Bidang kekhususan PLB, antara lain: asesmen dan intervensi ke- PLB-an, orientasi mobilitas, braille, bina bicara dan bahasa, pendidikan kompetensi adaptif (bina diri, bina gerak, bina pribadi dan sosial, bina vokasional, bina kreativitas), manajemen jejaringan SLB dengan dunia usaha/lembaga terkait, menguasai rancangan dan menerapkan program pembelajaran terindividualisasikan, 4. Penguasaan matapelajaran tertentu, 5. Pendidikan kewirausahaan, dan 6. Kemampuan dasar penelitian bidang PLB F. PENUTUP Ketenagaan bidang PLB terutama guru ABK masih sangat dibutuhkan baik di sekolah maupun di lembaga non-persekolahan. Kebutuhan ini terkait erat dengan variasi cakupan bidang garapan PLB. Hal ini karena belum semua provinsi di indonesia memiliki perguruan tinggi yang menghasilkan guru PLB. Tuntutan guru PLB dari segi kualitas tersebut sebaiknya diimbangi dengan kualitas lulusan. Tamatan program studi PLB sebaiknya memiliki kompetensi yang komprehensif untuk ditempatkan di lembaga sekolah maupun non-sekolah. Selama proses pendididkan pra-jabatan sebaiknya kompetensi tersebut dikemabngkan (program studi PLB saat ini masih cenderung meleluskan guru PLB untuk konsumsi sekolah). Langkah awal yang perlu dilakukan adalah pwmbwnahan kurikulum pendidikan guru PLB pra-jabatan, atau setidaknya cakupan pembenahan praktik lapangan bagi mahasiswa PLB dikembangkan mencakup lembaga sekolah dan non-sekolah, serta dengan sasaran ABK dari usia dini, orangtua ABK dan ABK usia lansia serta pendidikan masyarakat. Bagi mahasiswa PLB sebaiknya mulai menekuni profesinya ini sejak proses pendidikan dan menentukan pilihan pendalaman untuk bidang kajian tugas akhir tentang subyek sasaran dan tempat 7

layanan. Kekhususan substansi bidang kajian PLB bagi mahasiswa ini penting agar mahasiswa memiliki kelampuan yang mendalam untuk mendasari tugasny sebagai tenaga kepandidikan ABK. Daftar Pustaka Crews, N.J. & Jekti Wismoady Wahono 1992. Buku Pegangan Guru untuk Anak Cacat: Bahan Seminar Regional, Pendidikan Anak Cacat: Yayasan Dwituna Rawinala. Jakarta, 22 Agustus Oktober 1992. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan. 2004. Pola Pembinaan Sistem Tenaga Kependidikan: Pendidikan Luar Biasa. Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan. 2004. Standar Kompetensi Guru Pemula Pendidikan Luar Biasa. Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. E. Mulyasa. (2007). Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung. Remaja Rosdakarya. Johnsen, B.H. & Skoten, M.D. 2001. Education Special Need Education: An Introduction. Oslo: Unipub Forlag. Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional. Moh. Uzer Usman. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung Rosdakarya. Sunardi. 2000. Pengembangan Pendidikan Luar Biasa di Indonesia: Makalah disajikan dalam Konverensi Nasional Pendidikan, Jakarta, 19-22 September. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Armas Duta Jaya. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta, Depdiknas 8