PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah disajikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental yang menerapkan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

Diniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Pengetahuan Awal Siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik melalui Metode Inkuiri Model Alberta

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SD Melalui Pendekatan Matematika Realistik

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

PROSIDING ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

STRATEGI FORMULATE SHARE LISTEN CREATE UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena peneliti

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. peningkatan hasil belajar matematika dan ketrampilan berpikir kritis siswa di MI

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

Mengembangkan Kreativitas Matematik Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Model Treffinger

BAB III METODE PENELITIAN. kontrol. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran melalui pendekatan

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED

PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS PADA SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas. Desain pada penelitian ini berbentuk:

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

BAB III METODE PENELITIAN A.

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

Kata kunci: Teknik MURDER, Pendekatan Metakognitif, Penalaran Matematis.

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

Jurnal Wacana Pendidikan ISSN:

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

BAB III METODE PENELITIAN O X O

EFEKTIFITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan sebab-akibat antara

BAB III METODE PENELITIAN. benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat dimana perlakuan yang

PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

MEMBANGUN SUATU SITUASI-DIDAKTIS DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM. Mulia Putra 1. Abstrak

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4)

P-34 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

Perbedaan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Tipe NHT dan Tipe TPS Pada Materi Pecahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. pengelompokkan secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR GRAFIK... xi. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SIKAP SISWA SMP

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. satu faktor, dua sampel, dan satu kovariabel. Satu faktor yang dimaksud

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SERTA SELF- ESTEEM MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL ADVANCE ORGANIZER

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN MATEMATIS SISWA SMA MELALUI MODELPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCINENCE) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DAN SIKAP SISWA SMP.

PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain Kelompok

Keterangan: O : Pretes, Postes X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

Transkripsi:

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU P-30 Risnanosanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Bengkulu Email: rnosanti@yahoo.com Abstrak Kemampuan Berpikir kritis dan kreatif merupakan dua kemampuan yang mendasar yang perlu untuk dimiliki oleh setiap orang dalam menghadapi tantangan saat ini. Sehingga rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa saat ini merupakan suatu permasalahan yang penting dalam pendidikan matematika. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa perlu adanya upaya dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan eksplorasi, memecahkan masalah, berpikir kritis dan kreatif serta menjadi siswa yang mandiri. Salah satu pembelajaran yang dapat membuat siswa melakukan eksplorasi adalah pembelajaran inkuiri. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dan melibatkan 211 siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas di Kota Bengkulu. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1) secara umum kemampuan berpikir kreatif siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa; 2) model pembelajaran, peringkat sekolah dan pengetahuan awal matematika berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada sekolah peringkat tinggi ; 3) terdapat interaksi antara peringkat sekolah dan model pembelajaran dalam kemampuan berpikir kreatif matematis siswa; 4) terdapat interaksi antara pengetahuan awal siswa dan model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis. A. Latar Belakang Masalah Dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari proses berpikir. Sehingga untuk dapat bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif tersebut, orang harus mempunyai kemampuan untuk memperoleh, memilih dan mengelola informasi. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kreatif serta mempunyai kemauan berkerjasama yang efektif. Berpikir kritis dan kreatif merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Berpikir kritis dan kreatif diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, saling berkaitan dan saling Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 441

menunjang. Selain itu berpikir kritis dan kreatif merupakan dua kemampuan yang mendasar, karena kedua kemampuan ini dapat mendorong seseorang untuk senantiasa memandang setiap permasalahan yang dihadapi secara kritis serta mencoba mencari jawabannya secara kreatif sehingga diperoleh suatu hal baru yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupannya. Oleh karena itu program pendidikan yang dikembangkan perlu menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa. Pengembangan kemampuan berpikir ini dapat dilakukan melalui pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya. Pengembangan kemampuan berpikir dalam pembelajaran matematika juga didukung oleh Pemerintah seperti yang terdapat dalam Standar Kompetensi Kurikulum 2006 (2006). Standar Kompetensi dalam kurikulum (2006) menyebutkan bahwa matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kurikulum tersebut juga menyebutkan bahwa salah satu prinsip kegiatan belajar mengajar dalam matematika adalah mengembangkan kreativitas siswa. Namun, pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal. Berdasarkan hasil ujicoba terbatas pada beberapa orang siswa SMUN 9 Kota Bengkulu, berkaitan dengan pembelajaran matematika di kelas XI terungkap permasalahan bahwa siswa belum terbiasa dalam memecahkan soal matematika yang bersifat soal terbuka. Menurut siswa selama ini soal yang mereka peroleh adalah soalsoal yang sebelumnya sudah pernah diberikan oleh guru. Kemudian, melalui observasi diketahui bahwa dalam melaksanakan pembelajaran, guru cenderung prosedural dan lebih menekankan pada hasil belajar. Siswa belajar sesuai dengan contoh yang diberikan guru, dan soal-soal yang diberikan kepada siswa hanya soal-soal tertutup atau soal yang langsung pada pemakaian rumus yang sudah ada. Akibatnya, siswa kurang berkesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan produktivitas berpikirnya. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 442

Pengembangan kreativitas dan keterampilan bermatematika dapat dilakukan melalui pembelajaran yang mendorong timbulnya keingintahuan siswa untuk melakukan penyelidikan. Rasa ingin tahu siswa akan muncul jika diberikan suatu situasi yang menimbulkan tantangan bagi mereka. Salah satu pendekatan yang dimulai dengan memberikan rasa ingin tahu siswa adalah pendekatan inkuiri. Sebagaimana yang disarankan Silver (1997: 4) bahwa pembelajaran matematika berorientasi inkuiri yang kaya aktivitas pengajuan masalah dan pemecahan masalah dapat digunakan guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Selain itu setiap siswa mempunyai potensi untuk berpikir kreatif, jika potensi itu didukung oleh lingkungan maka dia akan berkembang dengan baik. Hal ini berarti lingkungan sekolah ikut mempengaruhi berkembangnya potensi berpikir kreatif matematis siswa. Sehingga faktor peringkat sekolah diprediksi juga mempengaruhi dan perlu mendapat perhatian khusus dalam perkembangan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Oleh karena itu dalam melakukan penelitian tentang pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ini, juga diperhatikan faktor peringkat sekolah, dan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. B. Rumusan Masalah Beberapa faktor yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu: faktor pendekatan pembelajaran, peringkat sekolah, dan kemampuan berpikir kreatif. Selain itu diperhatikan juga faktor peringkat sekolah (tinggi, sedang dan rendah) dan kelompok pengetahuan awal matematika (atas, tengah, bawah) sebagai variabel kontrol. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalahan dalam penelitian ini yang ingin diungkap dan dicari jawabannya dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran inkuiri dan pembelajaran biasa, ditinjau dari: a) keseluruhan, b) peringkat sekolah (tinggi, sedang dan rendah), dan pengetahuan awal matematika (atas, tengah, bawah)? 2. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok sekolah dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa? Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 443

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan pengetahuan awal matematika dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri terhadap pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis secara komprehensif kualitas kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran inkuiri dan pembelajaran biasa, ditinjau dari: a) keseluruhan, b) peringkat sekolah (tinggi, sedang dan rendah), dan pengetahuan awal matematika (atas, tengah, bawah). 2. Menganalisis secara komprehensif kualitas kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat pembelajaran inkuiri dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa. 3. Menelaah secara mendalam tentang interaksi antara model pembelajaran dan kelompok sekolah dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. 4. Menelaah secara mendalam tentang interaksi antara model pembelajaran dan pengetahuan awal matematika dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. D. Manfaat Penelitian peneliti. Penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, guru, dan 1. Bagi Siswa, dengan pembelajaran inkuiri akan memberikan dampak pada kebiasaan belajar yang baik dan berpandangan positif terhadap matematika. Dengan berkembangnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, diharapkan dapat memberikan dampak pada cara siswa menanggapi suatu permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 444

2. Bagi guru, pembelajaran inkuiri dapat dijadikan salah satu pembelajaran alternatif dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Guru dapat memilih pembelajaran ini untuk menggali kemampuan berpikir kreatif matematis siswa serta keaktifan siswa dalam proses pembelajarannya. 3. Bagi peneliti, memberikan pengalaman dan pengayaan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan penelitian-penelitian lanjut yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan. 4. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada berbagai jenjang pendidikan dan perluasan materi yang berbeda. E. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental berbentuk kuasi eksperimen yang menerapkan pembelajaran inkuiri. Dalam penelitian ini melibatkan dua kelompok subjek secara acak kelas pada masing-masing kelompok sekolah. Selanjutnya digunakan disain kelompok kontrol pretes-postes (Ruseffendi, 2005) seperti berikut: A O X O A O O Keterangan: A = Pemilihan sampel secara acak kelas ; X = Pembelajaran Inkuiri O = Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bengkulu. Sedangkan sampelnya ditentukan dengan teknik stratified sampling. Ukuran sampel pada penelitian ini adalah 211 siswa. Instrumen penelitian ini adalah perangkat tes untuk mengukur pengetahuan awal matematika siswa, tes kemampuan berpikir kreatif matematis, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran inkuiri. F. Teknik Analisis Data Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 445

Pengolahan data kuantitatif yang diperoleh melalui tes pengetahuan awal matematika dan tes kemampuan berpikir kreatif matematis dilakukan melalui dua tahapan utama. Tahap pertama, menguji pensyaratan statistik yang diperlukan sebagai dasar dalam pengujian hipotesis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians terhadap bagian-bagiannya maupun keseluruhannya. Tahap kedua, untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dari masing-masing kelompok, terdapat interaksi atau tidak antara variabel bebas dengan variabel kontrol terhadap variabel terikat, digunakan uji-t dan ANOVA dua jalur dengan bantuan perangkat lunak SPSS-17 for windows. G. Hasil Penelitian Gambaran umum kualitas kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berdasarkan masing-masing kelompok disajikan pada tabel 1 berikut. Tabel 1 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berdasarkan Model Pembelajaran, Peringkat Sekolah dan Pengetahuan Awal Matematika (PAM) Kel. PAM Atas Tengah Bawah Total Pembelajaran Data Inkuiri Biasa Stat. Sekolah Sekolah Sekolah Sekolah Sekolah Sekolah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah n 13 6 7 9 6 7 Rerata 43,62 38,67 39,43 36,56 30,83 30,14 SB 5,27 3,83 2,57 5,27 11,18 7,29 n 11 22 25 20 18 22 Rerata 39,27 31,68 24,24 31,05 24,89 25,68 SB 5,24 4,61 6,81 6,63 5,93 8,09 n 13 4 5 7 8 8 Rerata 31,38 25,00 24,20 21,57 13,38 25,63 SB 7,27 8,60 4,49 3,46 2,72 7,19 n 37 32 37 36 32 37 Rerata 38,03 32,16 27,11 30,58 23,13 26,51 SB 7,89 6,24 8,41 7,60 8,89 7,77 n 106 105 Rerata 32,55 26,88 SB 8,81 8,54 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 446

Keterangan: Skor Ideal adalah 52; SB : Simpangan Baku a. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Berdasarkan Kelompok Pembelajaran Perbandingan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berdasarkan model pembelajaran, menggunakan uji-t. Hasil perhitungan dapat dilihat pada table 2 berikut. Tabel 2 Hasil Analisis Uji-t Sampel Independen Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Berdasarkan Model Pembelajaran Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Model Pembelajaran Sig.(2- Perb. Rerata t H tailed) 0 Inkuiri : Biasa 32,44 : 26,88 4,652 0,0000 Tolak Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai t sebesar 4,652 dan Sig. (2-tailed) = 0,0000. Nilai ini lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 yang ditetapkan, sehingga hipotesis nol ditolak. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri dengan kemampuan berpikir kreatif matematis yang mengikuti pembelajaran biasa. b. Interaksi antara Kelompok Model Pembelajaran dengan Peringkat Sekolah dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara kelompok model pembelajaran dengan peringkat sekolah dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, digunakan uji ANOVA dua jalur. Hasil Perhitungan disajikan pada table 3 berikut. Tabel 3 ANOVA Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berdasarkan Model Pembelajaran dan Peringkat Sekolah Sumber Jumlah Kuadrat Dk Rerata Kuadrat F Sig. H 0 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 447

Model 1700,345 1 1700,345 27,598 0,0000 Tolak Pembelajaran Peringkat 2436,578 2 1218,289 19,774 0,0000 Tolak Sekolah Interaksi 713,588 2 356,794 5,791 0,0004 Tolak Total 203207,00 211 Berdasarkan tabel 3. dapat disimpulkan bahwa pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas (sig. = 0,0000) lebih kecil dari 0,05. Demikian pula peringkat sekolah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis. Ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas (sig. = 0,0000) lebih kecil dari 0,05. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berdasarkan kelompok pembelajaran dan peringkat sekolah. Dari hasil uji ANOVA pada tabel 3 diperoleh nilai F = 27,598 dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,0000. Oleh karena nilai probabilitas (sig.) lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti terdapat interaksi antara pembelajaran (inkuiri dan biasa) dengan peringkat sekolah (tinggi, sedang dan rendah) dalam kemampuan berpikir kreatif matematis. Secara grafik, interaksi antara pembelajaran dengan peringkat sekolah dalam kemampuan berpikir kreatif matematis diperlihatkan pada gambar 1. 40 35 30 Rerata Skor KBK 25 20 15 Sekolah Tinggi Sekolah Sedang Sekolah Rendah 10 5 0 Inkuiri Biasa Model Pembelajaran Gambar 1. Interaksi antara Pembelajaran dengan Peringkat Sekolah Pada gambar 1 terlihat bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran dengan peringkat sekolah. Hal ini karena selisih kemampuan berpikir kreatif matematis antara pembelajaran inkuiri dan pembelajaran biasa terdapat perbedaan yang cukup jauh Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 448

pada sekolah peringkat sedang dan rendah. Sedangkan selisih skor kemampuan berpikir kreatif antara pembelajaran inkuiri dan pembelajaran biasa pada sekolah peringkat tinggi tidak berbeda jauh dengan sekolah peringkat sedang. c. Interaksi antara Kelompok Model Pembelajaran dengan Pengetahuan Awal Matematika dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara kelompok model pemeblajaran dengan peringkat sekolah dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, digunakan uji ANOVA dua jalur. Hasil Perhitungan disajikan pada table 4 berikut. Tabel 4 ANOVA Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berdasarkan Model Pembelajaran dan Kelompok PAM Jumlah Rerata Sumber dk F Sig. H Kuadrat Kuadrat 0 Pembelajaran 1845,260 1 1845,260 33,884 0,000 Tolak Kelompok 4076,274 2 2038,137 37,425 0,000 Tolak PAM Interaksi 428,135 2 214,068 3,931 0,021 Tolak Total 203207,000 211 Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas (sig. = 0,000) lebih kecil dari 0,05. Demikian pula kelompok PAM memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas (sig. = 0,000) lebih kecil dari 0,05. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berdasarkan kelompok pembelajaran dan kelompok PAM. Dari hasil uji ANOVA pada tabel 4 diperoleh nilai F = 3,931 dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,002. Oleh karena nilai probabilitas (sig.) lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti terdapat interaksi antara pembelajaran Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 449

(inkuiri dan biasa) dengan kelompok PAM (atas, tengah dan bawah) dalam kemampuan berpikir kreatif matematis. Secara grafik, interaksi antara pembelajaran dengan peringkat sekolah dalam kemampuan berpikir kreatif matematis diperlihatkan pada gambar 2 45 40 35 30 Skor Rerata KBK 25 20 15 Kelompok Atas Kelompok Tengah Kelompok Baw ah 10 5 0 Inkuiri Biasa Model Pembelajaran Gambar 2 Interaksi antara Pembelajaran dan Pengetahuan Awal Matematika Siswa dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada gambar 2 terlihat bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran dengan pengetahuan awal matematika siswa. Hal ini karena terdapat perbedaan selisih kemampuan berpikir kreatif matematis antara pembelajaran inkuiri dan pembelajaran biasa pada siswa kelompok tengah dan bawah. Demikian juga selisih skor kemampuan berpikir kreatif antara pembelajaran inkuiri dan pembelajaran biasa pada siswa kelompok atas berbeda dengan siswa kelompok tengah. Sedangkan selisih skor kemampuan berpikir kreatif antara pembelajaran inkuiri dan pembelajaran biasa tidak berbeda untuk siswa kelompok atas dengan siswa kelompok bawah. D. Kesimpulan Dari temuan, hasil analisis, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bagian sebelum ini, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri dengan kemampuan berpikir kreatif matematis yang mengikuti pembelajaran biasa. Dengan memperhatikan nilai rata-rata kedua kelompok tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang telah mengikuti pembelajaran inkuiri lebih tinggi atau lebih baik dari Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 450

kemampuan berpikir kreatif siswa yang telah mengikuti pembelajaran biasa pada gabungan ketiga peringkat sekolah. E. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Pembelajaran inkuiri baik untuk sekolah tinggi, sedang dan rendah dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Oleh karena itu hendaknya pembelajaran ini terus dikembangkan di lapangan dan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pilihan guru dalam menentukan model pembelajaran matematika yang membuat siswa aktif secara mental dan termotivasi untuk belajar. Selain itu guru hendaknya tetap memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran inkuri yang digunakan dapat mencapai hasil yang optimal. 2. Agar dapat mengimplementasikan pembelajaran inkuiri di kelas, guru perlu mempersiapkan bahan ajar yang cocok serta membuat antisipasi dari respon yang mungkin muncul dari siswa. Sehingga guru dapat memberikan scaffolding yang tepat untuk siswa. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang disusun hendaknya memuat indikator pembelajaran inkuiri serta masalah yang menantang dan memunculkan konflik kognitif dalam diri siswa, sehingga merangsang siswa untuk melakukan ekplorasi dan penyelidikan dalam memperoleh pengetahuan baru yang lebih bermakna. 3. Berdasarkan hasil temuan di lapangan ternyata indikator kebaruan masih merupakan indikator yang memperoleh tingkat pencapaian terendah. Oleh karena itu perlu adanya suatu usaha pembudayaan pada siswa agar dapat memunculkan ide atau mengemukakan pendapatnya sendiri. Untuk memunculkan kemampuan kebaruan ini, hendaknya guru lebih sering memberi siswa soal yang meminta siswa untuk menggunakan caranya sendiri dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. 4. Bagi peneliti selanjutnya, apabila ingin mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa perlu digali secara lebih mendalam kemampuan siswa Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 451

pada masing-masing indikator berdasarkan peringkat sekolah, pengetahuan awal matematika siswa dan secara keseluruhan. DAFTAR PUSTAKA Fisher, R. (1995). Teaching Children to Think. Hong Kong: Stanley Thornes Ltd. Munandar, U. (1999). Kreativitas & Keberbakatan. Strategi Mewujudkan potensi kreatif & Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Munandar, U, (2002). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ruseffendi, E.T. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika. Diktat Kuliah: Tidak diterbitkan. Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito. Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kometensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Silver, E.A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/ zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 452