FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DROP OUT AKSEPTOR KB DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
Masyarakat Universitas Diponegoro. Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRACT

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

Siti Amallia 1, Rahmalia Afriyani 2, Yuni Permata Sari 3 1,2,3 STIK Siti Khadijah Palembang.

HUBUNGAN PERAN PATUGAS DAN PENGALAMAN KB DENGAN PERGANTIAN METODE KB DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TRIWULAN II TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS JOMBANG-KOTA TANGERANG SELATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

Irma Nurianti * Staf Pengajar Akademi Kebidanan Medistra Lubuk Pakam ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS FAKTOR PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS CIMANDALA KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN KB HORMONAL DAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI KOTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI DETERMINAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI DI PUSKESMAS PACARKELING KOTA SURABAYA

STIKES NGUDI WALUYO. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR PADA WANITA PUS DENGAN KEIKUTSERTAAN KB SUNTIK DI DESA DUREN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

UNIVERSITAS SILIWANGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI SKRIPSI, NOVEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

ARTIKEL HUBUNGAN KARAKTERISTIK AKSEPTOR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI MOP DI DUSUN TEKHELAN DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAN IMPLANT (Studi pada akseptor KB Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya 2014)

MA RIFATUL AULIYAH Subject : Dukungan Suami, MKJP, Akseptor KB DESCRIPTION ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB IMPLAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOSARI 02 KABUPATEN KENDAL

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN KB IMPLAN DI DESA PAGERSARI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PETUGAS LAPANGAN KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015

TESIS. Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

1. Rinda Ika Maiharti 2. Kuspriyanto. S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya

Universitas Muhammadiyah Semarang.

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. VOLUME 5 Nomor 03 November 2014 Artikel Penelitian

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI SENGGAMA TERPUTUS DI KELURAHAN METESEH KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Ulfa Miftachur Rochmah. Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD pada Wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

Disusun. oleh: FAKULTAS ILMU

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATURSARI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNA KB IUD DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI FAUZIA HATTA PALEMBANG

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

: Tubectomy, side effects, access, role model

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Key words: satisfaction level of family planning implant acceptor, the quality of family planning services, self-deciding level of family planning.

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN LAMANYA PENGGUNAAN IUD DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN USIA PARITAS DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DUSUN GETASAN KAB. SEMARANG TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING PADA AKSEPTOR KB TERHADAP KETEPATAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: ASFARIZA YUDHI PRABOWO

TESIS. Oleh ELVIPSON SINAGA /IKM

SKRIPSI FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

Faktor yang Memengaruhi Unmet Need Keluarga Berencana

Unnes Journal of Public Health

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR KB IUD DROP OUT DI PUSKESMAS MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO FAJAR ZUNIAR VINTASARI NIM.

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya di dunia. Program KB seharusnya menjadi prioritas. pembangunan di setiap daerah karena sangat penting untuk Human

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

PENGARUH PENGETAHUAN AKSEPTOR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IMPLANT. Yunik Windarti

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KEJADIAN SPOTTING DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN PERSEPSI AKSEPTOR KB NON MKJP TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

FAKTOR YANG MEMBEDAKAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICES

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT (AKBK) DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU TAHUN 2015

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

ABSTRAK PROFIL AKSEPTOR KB WANITA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DROP OUT AKSEPTOR KB DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Ardiana Nur Aini, Atik Mawarni, Dharminto Bagian Biostatistika dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email : ardiananuraini22@gmail.com Abstract : Acceptors drop out of family planning is acceptors that does not pass on an episode of the use of equipment / means of family planning in a period for various reasons, such as failure or experiencing side effects. Drop out of active family planning Semarang is large enough that in 2011 there were 16 055 acceptors, in 2012 amounted to 32 151 acceptors and in 2013 amounted to 34 849 acceptors. District Tembalang in Semarang is one of the areas with the highest drop out cases of 80 cases of drop out in 2013-2015. The purpose of this study to analyze factors related to the incidence of drop outs family planning acceptors in the district Tembalang Semarang. This type of research is explanatory research with Case Control Study research design and use a retrospective approach. The population consisted of 26 cases and the entire population of active family planning as a control population with a sampling technique using total population sampling ratio of 1: 1 was obtained 52 respondents consisting of 26 case samples and 26 control samples. Analysis of the data used univariate and bivariate analysis using chi square test with a significance level (α = 5%). Results of univariate analysis showed the largest percentage of low income (53.8%), the two categories of perception quality service is good and bad alike (50.0%), and side effects of contraception (86,5%). Results the bivariate analysis showed no relationship between income (p value = 0,404, OR = 1,867 and 95%CI = 0,202 1,887), perception of quality services of family planning (p value = 0,782, OR = 1,361 and 95%CI = 0,457 4,050) and the side effects of contraception (p value = 0,154 and 95%CI = 0,852 8,645) with incidence of drop out of family planning in Sub Tembalang Semarang. Suggested for more midwives to improve in providing contextual information about family planning in order to increase the number of family planning and family planning who drop out can be prevented and treated. Keywords : drop out acceptors, perception of service quality PENDAHULUAN Berhenti Pakai (drop out) adalah kejadian berhentinya menjadi akseptor pada PUS yang sebelumnya menjadi akseptor KB. 1 Dampak yang ditimbulkan dari meningkatnya angka drop out KB ini adalah meningkatnya jumlah penduduk sehingga akan berdampak pada tingkat kesejahteraan, kualitas pendidikan, pembangunan, dan kesehatan sahingga akan menurunkan kualitas penduduk suatu Negara. 2 Jumlah kejadian drop out KB di Indonesia mengalami peningkatan, dari 11,46% pada tahun 2008 meningkat menjadi 15,09% pada tahun 2012. 3 169

Jumlah kejadian drop out KB (2013) di Provinsi Jawa Tengah masih 7,56%. Jika pada tahun 2002-2003 tingkat penggunaan kontrasepsi mencapai 62,2%, maka pada tahun 2007 turun menjadi 59,9%, dan pada semester pertama tahun 2008 tingkat drop out KB mencapai 285.016 akseptor pada tahun 2012 menjadi 248.461 akseptor. Akibatnya pada tahun 2007 angka TFR (total fertelity rate) pasangan usia subur 15-49 menjadi 2,3 berarti naik 0,2 poin dibandingkan tahun 2002-2003. Angka 0,2 ini tinggi terutama jika dikaitkan dengan jumlah penduduk Jawa Tengah yang mencapai 32,2 juta jiwa yang berarti urutan ketiga terbesar di Indonesia. 4 Menurut data laporan pelayanan KB di puskesmas yang ada di tembalang (Puskesmas Rowosari dan Kedungmundu) tercatat sebanyak 30 kasus drop out pada tahun 2013, pada tahun 2014 turun menjadi 20 kasus drop out dan pada tahun 2015 terdapat 30 kasus drop out. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan april 2016 diperoleh bahwa salah satu alasan akseptor berhenti menggunakan kontrasepsi yaitu karena efek samping yang timbul setelah menggunakan kontrasepsi. Drop out penggunaan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor individu dan lingkungan. Hasil penelitian Fajar (2013) menunjukkan bahwa responden dengan pendapatan keluarga yang rendah lebih banyak yang mengalami drop out KB, sedangkan responden dengan pendapatan keluarga yang tinggi lebih banyak yang tidak mengalami drop out KB. 5 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herlinawati menunjukkan bahwa faktor program yaitu kualitas pelayanan kontrasepsi meliputi pemberian informasi berpengaruh terhadap kejadian drop out alat kontrasepsi KB. 6 Hasil penelitian Maskanah (2009) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi ketidakcocokan penggunaan alat kontrasepsi (mengalami efek samping) maka akan semakin tinggi kejadian drop out alat kontrasepsi KB. 7 Program yang telah dilakukan BAPERMASPER dan KB Kota Semarang untuk mengurangi angka drop out KB adalah dengan dilakukannya pelayanan pemasangan gratis yang dilakukan secara berkala. Pelayanan pemasangan KB gratis ini difokuskan kepada MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang). Pemasangan ini di pusatkan di kantor kecamatan atau kantor PLKB. 8 Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian drop out akseptor KB di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research dan jenis penelitian Case Control Study dengan pendekatan retrospektif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner terstruktur. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pendapatan, persepsi kualitas pelayanan KB, dan efek samping kontrasepsi. Sedangkan variabel terikat adalah kejadian drop out akseptor KB. 170

Populasi terdiri dari 26 populasi kasus dan seluruh peserta KB aktif sebagai populasi kontrol dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total populasi sampling dengan perbandingan 1 : 1 diperoleh 52 responden yang terdiri dari 26 sampel kasus dan 26 sampel kontrol. Analisis data yang digunakan analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat signifikansi (α = 5%). HASIL DAN PEMBAHSAN A. Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berkaitan Langsung dengan Kejadian Drop Out KB No. Karakteristik Drop Out Tidak Drop Out Umur f % f % 1. >35 tahun 13 50,0 9 34,6 2. 20 35 tahun 13 50,0 17 65,4 Pendidikan 1. Dasar 17 65,4 11 42,3 2. Lanjut 9 34,6 15 57,7 Pekerjaan 1. Tidak Bekerja 21 80,8 20 76,9 2. Bekerja 5 19,2 6 23,1 Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa responden pada kelompok umur >35 tahun sedikit lebih banyak memilih drop out (50,0%), sedangkan responden pada kelompok umur 20-35 tahun lebih banyak memilih tidak drop out (65,4%). Responden dengan tingkat pendidikan dasar sedikit lebih banyak memilih drop out (65,4%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan lanjut sedikit lebih banyak yang memilih tidak drop out (57,7%). Responden yang tidak memiliki pekerjaan sedikit lebih banyak yang memilih drop out (80,8%), sedangkan responden yang memiliki pekerjaan sedikit lebih banyak yang memilih tidak drop out (23,1%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden No. Karakteristik f % Agama 1. Islam 44 84,6 2. Khatolik 4 7,7 3. Kristen 4 7.7 Jumlah Anak 1. 1 anak 10 19,2 2. 2 anak 25 48,1 3. 3 anak 14 26,9 4. 5 anak 3 5,8 Metode Kontrasepsi 1. Implan 10 19,2 2. IUD 10 19,2 3. Pil 11 21,2 4. Suntik 21 40,4 Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa sebagian besar responden beragama islam (84,6%), dengan jumlah anak 2 (48,1%), dan sebagian besar responden menggunakan metode kontrasepsi suntik (40,4%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendapatan No. Pendapatan f % Responden 1. Rendah 28 53,8 2. Tinggi 24 46,2 Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa persentase terbesar pendapatan responden pada kelompok pendapatan rendah (53,8%). 171

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Persepsi Kualitas Pelayanan KB No. Persepsi Kualitas Pelayanan KB f % 1. Buruk 26 50,0 2. Baik 26 50,0 Berdasarkan tabel 4, persepsi kualitas pelayanan KB pada kelompok baik dan buruk mempunyai persentase yang sama yaitu 50,0%. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Efek Samping Kontrasepsi No. Efek f % Samping Efek Samping Kontrasepsi 1. Ya 37 71,2 2. Tidak 15 28,8 Ada Efek Samping 1. Terganggu 32 86,5 2. Tidak terganggu 5 13,5 Total 37 100,0 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami efek samping kontrasepsi (71,2%) dan responden yang mengalami efek samping dan merasa terganggu sebesar (86%). Adapun kriteria gangguan jenis efek samping kontrasepsi dapat dilihat pada tabel 6 berikut. No Tabel 6 Distribusi frekuensi berdasarkan gangguan jenis efek samping kontrasepsi (n = 37) Jenis Efek Samping Kontrasepsi Terganggu Tidak terganggu f % f % 1. Mual 1 3,1 0 0,0 2. Gangguan haid 11 34,4 1 20,0 3. Perdarahan 3 9,4 0 0,0 4. Berat badan bertambah 5. Rasa pegal pada tempat pemasangan implan 11 34,4 2 40,0 1 3,1 0 0,0 6. Sakit kepala 1 3,1 2 40,0 7. Keputihan 2 6,3 0 0,0 8. Flek hitam pada wajah 2 6,3 0 0,0 Total 32 100,0 5 100,0 Berdasarkan tabel 6, menunjukkan bahwa dari 37 responden yang mengalami efek samping, ada 32 responden yang merasa terganggu dengan adanya efek samping dan 5 yang merasa tidak terganggu. Persentase terbesar responden yang merasa terganggu efek samping dari kontrasepsi yang terakhir digunakan antara lain : gangguan haid (34,4%), berat badan bertambah (34,4%), dan perdarahan (9,4%). B. Analisis Bivariat 1. Hubungan Pendapatan Responden Dengan Kejadian Drop Out Akseptor KB Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pendapatan Responden dengan Kejadian Drop Out Akseptor KB Pendapa tan Respond en Drop Out KB Drop Out Tidak Drop Out f % f % Rendah 16 61,5 12 46,2 Tinggi 10 38,5 14 53,8 p value OR 0,404 1,867 Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendapatan rendah lebih banyak memilih untuk drop out KB (61,5%), sedangkan respondnen yang memiliki pendapatan tinggi lebih memilih untuk tidak drop out KB (53,8%). Hal ini terlihat bahwa ada kecenderungan semakin tinggi pendapatan keluarga akan semakin rendah kejadian drop out KB. Bila dihubungkan dengan kejadian drop out akseptor KB pada tingkat penghasilan tinggi akan lebih mudah menerima dan mengikuti program KB dan akan tetap menggunakan alat kontrasepsi 95% CI 0,619 5,630 172

tanpa ada beban biaya. Sebaliknya orang dengan penghasilan rendah akan sangat sulit ikut dalam program KB karena pada program KB, akseptor menanggung sendiri biaya yang dikenakan bila dia menggunakan salah satu alat kontrasepsi. Penghasilan seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan dan pengambilan keputusan. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin mudah dalam pengambilan keputusan. 5 Hal ini sesuai dengan teori bahwa untuk mendukung kehidupan ekonomi keluarga, maka pendapatan sangatlah memegang peranan penting. Dengan ekonomi keluarga yang lebih baik dan mapan maka akseptor dapat mampu secara mandiri untuk memilih alat kontrasepsi yang efektif dan sesuai dengan kemampuan ekonominya dalam rangka mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) sebagai tujuan program KB nasional. 9 Hasil uji statistik menunjukkan p value = 0,404 > 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara pendapatan responden dengan kejadian drop out akseptor KB. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendapatan responden tidak menjadi penyebab responden untuk berhenti menggunakan kontrasepsi. Hal ini dapat disebabkan karena kesadaran responden yang cukup besar akan pentingnya program KB dalam upaya kesejahteraan rakyat. Layanan kontrasepsi disediakan secara cuma-cuma oleh pemerintah. Layanan tersebut dapat diperoleh baik di RS, Puskesmas, klinik kesehatan, maupun praktik mandiri. Oleh karenanya, akseptor tidak perlu lagi mengeluarkan biaya jika ingin mendapatkan layanan kontrasepsi. Layanan kontrasepsi disediakan secara cuma-cuma oleh pemerintah. Layanan tersebut dapat diperoleh baik di RS, Puskesmas, klinik kesehatan, maupun praktik mandiri. Oleh karenanya, akseptor tidak perlu lagi mengeluarkan biaya jika ingin mendapatkan layanan kontrasepsi. Sehingga berat biaya KB bukan lagi menjadi alasan seseorang untuk berhenti menggunakan alat kontrasepsi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fienalia (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan penggunaan kontrasepsi dengan nilai p value 0,622. 9 2. Hubungan Persepsi Kualitas Pelayanan KB dengan Kejadian Drop Out Akseptor KB Tabel 8 Distribusi Frekuensi Persepsi Kualitas Pelayanan KB dengan Drop Out Akseptor KB Persepsi Drop Out KB Kualitas Pelayana Drop Out KB Tidak Drop Out KB n KB f % f % Buruk 1 53,8 1 46,2 4 2 Baik 1 46,2 1 53,8 2 4 Total 2 6 100, 0 2 6 100, 0 p valu e 0,78 2 OR 1,36 1 95% CI 0,45 7 4,05 0 Berdasarkan tabel 8, persepsi responden tentang kualitas pelayanan KB yang buruk lebih banyak memilih 173

untuk drop out KB (53,8%) sedangkan untuk persepsi kualitas pelayanan KB yang baik responden leebih memilih untuk tidak drop out KB (53,8%). Hal ini menunjukkan bahwa persepsi responden tentang kualitas pelayanan KB yang buruk akan cenderung berhenti memakai kontrasepsi dibandingkan dengan persepsi responden tentang kualitas pelayanan KB yang baik. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,782 > 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan persepsi kualitas pelayanan KB dengan kelompok drop out KB dan tidak drop out KB. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa petugas KB sudah memberikan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan responden. Namun dalam memberikan pelayanan, petugas tidak memberikan informasi tentang efek samping jenis KB, petugas tidak memberitahukan kapan dan dimana untuk memperoleh persediaan KB, petugas tidak menjelaskan apa yang harus dilakukan ketika ada masalah dalam pemakaian alat KB, petugas tidak memberikan waktu konsultasi KB yang cukup, petugas tidak memberikan kesempatan yang cukup untuk bertanya, petugas tidak memberikan jawaban yang memuaskan. Hal ini terjadi pada pelayanan KB safari, karena pelaksanaan KB safari yang sangat singkat sehingga petugas pelayanan KB tidak memiliki waktu yang cukup untuk memberikan informasi secara lengkap tentang KB. Meskipun demikian tidak mempengaruhi ibu untuk tetap aktif menggunakan alat kontrasepsi atau drop out dari penggunaan alat kontrasepsi. Hal ini sesuai dengan penelitian Maskanah (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kualitas pelayanan kontrasepsi menurut persepsi ibu dengan kejadian drop out alat kontraseps (pvalue 0,512). Kualitas pelayanan kontrasepsi di tenaga kesehatan tidak mempengaruhi ibu untuk tetap aktif menggunakan alat kontrasepsi atau drop out dari penggunaan alat kontrasepsi. 7 3. Hubungan Efek Samping Kontrasepsi dengan Kejaadian Drop Out Akseptor KB Tabel 9 Distribusi Frekuensi Efek Samping Kontrasepsi dengan Kejadian Drop Out Akseptor KB Efek Samping Kontrase psi Drop Out KB Drop Out KB Tidak Drop Out KB f % f % Ya 19 73,1 13 50,0 Tidak 7 26,9 13 50,0 p value OR 0,154 2,714 Berdasarkan tabel 9, responden yang mengalami efek samping lebih banyak terjadi drop out KB (71,2%) daripada yang tidak drop out KB (28,8%). Efek samping kontrasepsi dapat mengakibatkan secara langsung terhadap kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Banyaknya responden yang terpapar efek samping kontrasepsi dapat berakibat pada berhentinya keikutsertaan dalam penggunaan kontrasepsi, seperti yang dikemukakan oleh Juliaan (2009) bahwa alasan wanita PUS tidak menggunakan kontrasepsi disebabkan efek samping kontrasepsi yang pernah digunakannya. Dari 37 responden yang mengalami efek samping, ada 32 95% CI 0,852 8,645 174

responden yang merasa terganggu dengan adanya efek samping dan 5 yang merasa tidak terganggu. Persentase terbesar responden yang merasa terganggu efek samping dari kontrasepsi yang terakhir digunakan antara lain : gangguan haid (34,4%), berat badan bertambah (34,4%), dan perdarahan (9,4%), Hasil uji statistik diketahui pvalue = 0,154 > 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan efek samping kontrasepsi dengan kejadian drop out akseptor KB di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Pada tabel kaitan efek samping kontrasepsi dengan drop out KB yang responden yang mengalami efek samping kontrasepsi lebih banyak memilih drop out KB (73,1%), sedangkan responden yang tidak mengalami efek samping kontrasepsi lebih banyak memilih untuk tidak drop out KB (50,0%). Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara efek samping kontrasepsi dengan kejadian drop out KB. Hal ini menggambarkan bahwa efek samping tidak menjadi penyebab responden berhenti menggunakan kontrasepsi. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar persepsi masyarakat tentang efek samping kontrasepsi yang mereka anggap sudah biasa. Bahkan beberapa yang melaporkannya sebagai efek yang positif, seperti penambahan berat badan. Sehingga meskipun sebagian besar responden merasakan efek samping, tetapi menurutnya tidak terlalu mengganggu aktifitas mereka sehari-hari, sehingga membuat hasil penelitian ini untuk variabel efek samping tidak berhubungan dengan kejadian drop out KB. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fajar (2013). Dalam penelitian Fajar meneliti beberapa variabel, salah satunya adalah efek samping. Dalam penelitian menerangkan bahwa tidak ada hubungan efek samping kontrasepsi dengan kejadian drop out KB (p value = 0,092). Fajar menemukan bahwa sebanyak 35,6% ibu memiliki resiko rendah dan sebesar 64,4% yang memiliki resiko tinggi. Sebagian besar yang memiliki resiko rendah tidak mengalami drop out KB sebanyak 18 orang (69,2%) sedangkan yang memiliki resiko tinggi yang tidak mengalami drop out KB sebanyak 22 orang (46,8%). 5 PENUTUP 1. KESIMPULAN Hasil penelitian terbesar pendapatan responden pada kelompok pendapatan rendah (53,8%), persepsi kualitas pelayanan KB pada kelompok kualitas baik (50,0%), dan efek samping kontrasepsi pada kelompok responden yang mengalami efek samping (86,5%). Hasil uji hubungan chi square, tidak ada hubungan antara pendapatan responden dengan kejadian drop out KB di 175

Kecamatan Tembalang Kota Semarang dengan (p value = 0,404, OR = 1,867 dan 95%CI = 0,619 5,630), tidak ada hubungan antara persepsi kualitas pelayanan KB dengan kejadian drop out KB di Kecamatan Tembalang Kota Semarang dengan (p value = 0,782, OR = 1,361 dan 95%CI = 0,457 4,050), dan tidak ada hubungan antara efek samping kontrasepsi dengan drop out KB di Kecamatan Tembalang Kota Semarang dengan (p value = 0,154, OR = 2,714 dan 95%CI = 0,852 8,645). 2. SARAN a. Bagi Bidan Bidan lebih meningkatkan dalam memberikan informasi yang berkaitan tentang KB (kekurangan dan kelebihan masing-masing alat kontrasepsi, keluhankeluhan yang dirasakan setelah menggunakan alat kontrasepsi, dan cara menanganinya) agar jumlah peserta KB meningkat dan peserta KB yang mengalami drop out dapat dicegah dan diatasi. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Pedoman Pengisian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010. Jakarta; 2010. 2. BKKBN. Laporan Pemakaian Alat Kontrasepsi Tahun 2003 2007 Kota Semarang. Semarang; 2007. 3. BKKBN Provinsi Jawa Tengah. Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional Propinsi Jawa Tengah. Semarang; 2012. 4. IPPKBI. Profil Kependudukan Jawa Tengah [Internet]. 2012. Available from: (ipkkbi.blogspot.com/2012/10/ profil kependudukan-jawatengah.html?m=1) 5. Fajar. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Drop Out KB Pada Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Mitra Keluarga Bersemi Lompoe Kota Parepare. Universitas Hasanudin; 2013. 6. Herlinawati. Pengaruh Komunikasi, Informasi, Edukasi dan Kualitas Pelayanan Kontrasepsi terhadap Drop Out Penggunaan Alat Kontrasepsi. Universitas Diponegoro; 2004. 7. Maskanah. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Drop Out Alat Kontrasepsi Suntik di Desa Mororejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. IKM : Universitas Negeri Semarang; 2009. 8. Bapermas Perempuan dan KB Kota Semarang. Laporan Umpan Balik Program Keluarga Berencana Nasional Kota Semarang. Semarang; 2013. 9. BKKBN. Pemilihan KB di Msyarakat. Jakarta; 2002. 176

177