BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan membahas tentang hasil yang diperoleh dari penelitian,

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI i. DAFTAR TABEL.vii. DAFTAR BAGAN...ix. A. Latar Belakang Masalah 1. B. Rumusan Masalah...8. C. Tujuan Penelitian...8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 Metode Penelitian

BAB IV ANALISIS DATA. Larangan yang berjumlah 138 orang dalam rentang usia tahun. 1) Deskripsi Subjek Berdasarkan Panti Asuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data yang menggunakan perhitungan statistik melalui program SPSS versi 16.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kecamatan. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2014/2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis menyajikan analisis dari hasil penelitian yang telah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan software program SPSS (Statistical

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan untuk melakukan kategorisasi pada masing-masing data variabel

BAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.


BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pemeriksaan pajak dan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Analisis ini akan

LAMPIRAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan Disiplin lalu lintas. Peneliti mendeskripsikan skor Kontrol diri dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB 4 Analisis Hasil

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dijadikan sebagai sampel penelitian. sampel penelitian ini, dalam salah satu aspek prososial yaitu sharing,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Online shop atau Toko online adalah sebuah toko yang menjual barang-barang

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Sugiyono (2012: 14) mengemukakan bahwa:

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diketahui pernyataan responden terhadap implementasi kebijakan tentang sistem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 %

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan

LAMPIRAN A. Alat Ukur

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS 2 SD NEGERI 2 MIMBAAN SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Besar atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam koefisien korelasi.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel. ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam

PEMIMPIN DAN DISIPLIN KERJA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. Suatu desain penelitian menyatakan struktur masalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko. sekaligus pada suatu saat. (Notoatmojo 2010:37)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. Hasil Analisis Deskriptif. Deskripsi data dilakukan untuk mengkategorikan kelompok

Transkripsi:

71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas tentang hasil yang diperoleh dari penelitian, mengenai hubungan antara tipe kepribadian dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN SGD Bandung. Adapun hal-hal yang akan dibahas pada bab ini adalah sebagai berikut : A. Hasil Penelitian 1. Kategori Tipe Kepribadian Berikut ini merupakan sebuah gambaran yang akan peneliti jelaskan, berkenaan dengan tipe kepribadian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.1 Gambaran Kategori Tipe Kepribadian No. Tipe Kepribadian Jumlah Persentase 1. Neuroticism 0 0 2. Extraversion 0 0 3. Openness 3 6,3 4. Agreeableness 14 29,8 5. Conscientiousness 30 63,9 Jumlah 47 100 71

72 Dari tabel 4.1 tersebut, dari 47 mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian neuroticism dan extraversion tidak ada, mahasiswa dengan tipe kepribadian openness terdapat 3 orang dengan jumlah persentasenya 6,3%, kemudian mahasiswa dengan tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang dengan jumlah persentasenya 29,8%, sedangkan sisanya sebanyak 30 mahasiswa memiliki tipe kepribadian conscientiousness dengan jumlah persentase sebesar 63,9%. Pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 terdapat 3 orang yang memiliki tipe kepribadian openness, orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut adalah individu yang imajinatif. Bagi mereka, dunia nyata akan terasa hambar dan biasa untuk itulah mereka menggunakan fantasinya untuk membuat dunia yang lebih kaya dan menarik. Kemudian individu dengan tipe ini mencintai keindahan baik dalam seni maupun alamiah. Mereka mudah untuk terlibat dan melebur dalam event-event natural dan artistik. Mereka memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk mencoba aktivitasaktivitas baru, bepergian ke daerah asing kemudian mencoba hal-hal yang berbeda dan akan bosan dengan hal rutin dan yang sudah mereka ketahui, individu dengan tipe ini senang untuk mengutarakan ide-ide kemudian terbuka akan ide-ide baru yang tidak biasa dan senang untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang melibatkan intelektualitas. Mereka menyenangi teka-teki, puzzle dan permainan mengasah otak. Untuk tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang mahasiswa, dimana orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut tidak akan berlaku

73 manipulatif ketika berhubungan dengan orang lain dan akan bertingkah laku jujur, terus terang dan tulus. Mereka senang bekerjasama dengan orang lain, suka menolong, rendah hati dan memiliki kecenderungan untuk dapat merasakan kepedihan orang lain dan mudah untuk merasa kasihan. Sedangkan 30 orang mahasiswa memiliki tipe kepribadian conscientiousnes, dimana orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri dalam menyelesaikan satu hal, mereka menyukai rutinitas yang terjadwal, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, dapat dipercaya, pekerja keras, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius dan tekun. 2. Kategori interaksi interpersonal Berikut ini gambaran yang akan peneliti jelaskan, yang berkenaan dengan interaksi interpersonal mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Bandung angkatan 2009. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 16 diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil Analisis Interaksi Interpersonal N Valid 47 Missing 0 Mean 1.4102E2 Median 1.4200E2 Range 92.00 Minimum 97.00 Maximum 189.00

74 Dari tabel 4.2 diatas, diperoleh mean (nilai rata-rata) berjumlah 141,02, range berjumlah 92, nilai minimum berjumlah 97, nilai maksimum berjumlah 189 dan nilai median (titik tengah) adalah 142. Nilai median ini, diperoleh jika semua data diurutkan dan dibagi dua sama besar. Hal ini menunjukan jika keseluruhan data diurutkan dan dibagi dua sama rata, maka nilai interaksi interpersonal mahasiswa 50 % berada di atas 142 dan 50 % -nya lagi berada di bawah 142. Artinya subjek yang memiliki tingkat interaksi interpersonal tinggi ketika berinteraksi di facebook lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat interaksi interpersonal rendah. Selanjutnya untuk mengetahui tinggi rendahnya interaksi interpersonal, maka peneliti membuat norma menjadi dua kategori yaitu interaksi interpersonal tinggi dan interaksi interpersonal rendah. Hal ini dilakukan karena data berdistribusi ordinal. Adapun normanya dibuat dalam tabel berikut : Tabel 4.3 Norma dan Kategori Interaksi Interpersonal NORMA X 142 X < 142 KATEGORI Tinggi Rendah Dari tabel 4.2, maka diperoleh nilai median sebesar 142. Dengan demikian mahasiswa dikatakan memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi apabila mempunyai skor lebih dari 142 dan dikatakan memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah apabila mempunyai skor kurang dari 142.

75 Berdasarkan pada norma tersebut diatas, didapatkan data variabel interaksi interpersonal sebagai berikut : Tabel 4.4 Gambaran Kategori Interaksi Interpersonal Tingkat Jumlah Persentase Tinggi 21 44,7 Rendah 26 55,3 Jumlah 47 100 Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari variabel interaksi interpersonal sebanyak 21 orang (44,7%) mahasiswa yang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi ketika berinteraksi di facebook dan 26 orang (55,3%) mahasiswa yang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah ketika berinteraksi di facebook. Adapun untuk mengetahui secara terperinci mengenai tipe kepribadian dan tingkat interaksi interpersonalnya maka dilakukan tabulasi silang berikut ini:

76 Tabel 4.5 Hasil Tabulasi Silang antara Tipe Kepribadian dan Interaksi Interpersonal Tipe Interaksi Interpersonal Kepribadian Tinggi Rendah Jumlah Persentase Openness 0 3 3 6,3 Agreeableness 7 7 14 29,8 Conscientiousness 15 15 30 63,9 Jumlah 22 25 47 100 Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 47 responden, terdapat 3 orang mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian openness, kemudian mahasiswa dengan tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang, sedangkan sisanya sebanyak 30 mahasiswa memiliki tipe kepribadian conscientiousness. Setelah dilakukan tabulasi silang antara tipe kepribadian dan interaksi interpersonal dapat diketahui bahwa sebanyak 3 orang dengan tipe kepribadian openness memiliki tingkat interaksi interpersonal rendah dengan persentase 6,3 %. Kemudian, dari 14 orang yang memiliki tipe kepribadian agreeableness, 7 orang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi dan 7 orang sisanya memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah dengan persentase 29,8%. Untuk tipe kepribadian conscientiousness, dari 30 orang yang memiliki kepribadian tersebut 15 orang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi dan 15 orang sisanya memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah dengan persentase 63,9%.

77 3. Hubungan Tipe Kepribadian dengan Interaksi Interpersonal a. Hubungan Tipe Kepribadian Openness dengan Interaksi Interpersonal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai variabel tipe kepribadian dan interaksi interpersonal. Kedua variabel tersebut dikorelasikan melalui perhitungan statistik untuk membuktikan hipotesis penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H 0 : rs = 0 Tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian openess dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung. H 1 : rs > 0 Terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian openess dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung. Hipotesis tersebut akan diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan kriteria uji sebagai berikut : H 0 ditolak jika nilai P value α dengan α = 0,05. Sedangkan hasil perhitungan dan analisis statistik yang diperoleh untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :

78 Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi Tipe Kepribadian Openness dengan Interaksi Interpersonal Variabel Hasil Uji Kriteria Pengujian Kesimpulan Tipe α = 0,05 Ho ditolak jika : Kepribadian openness dengan Interaksi P value = 0,167 r s = 0,866 r s 2 = 0,749 P value Ho diterima H 1 ditolak Interpersonal N = 47 Keterangan : α = Nilai alpha r s N P value = Nilai korelasi = Jumlah subjek yang diteliti = Nilai P Berdasarkan hasil analisis statistik di atas, diperoleh koefesien korelasi antara tipe kepribadian openness dengan interaksi interpersonal yaitu, sebagai berikut : r s = 0,866 dan skor P value sebesar 0,167 dengan α = 0,05, dengan demikian P value α. Maka, H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian openness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009.

79 b. Hubungan Tipe Kepribadian Agreeableness dengan Interaksi Interpersonal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai variabel tipe kepribadian dan interaksi interpersonal. Kedua variabel tersebut dikorelasikan melalui perhitungan statistik untuk membuktikan hipotesis penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H 0 : rs = 0 Tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung. H 1 : rs > 0 Terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung. Hipotesis tersebut akan diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan kriteria uji sebagai berikut : H 0 ditolak jika nilai P value α dengan α = 0,05. Sedangkan hasil perhitungan dan analisis statistik yang diperoleh untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :

80 Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Tipe Kepribadian Agreeableness dengan Interaksi Interpersonal Variabel Hasil Uji Kriteria Pengujian Kesimpulan Tipe Kepribadian agreeableness dengan Interaksi α = 0,05 P value = 0,238 r s = 0,208 Ho ditolak jika : P value Ho diterima H 1 ditolak Interpersonal r s 2 = 0,043 N = 47 Berdasarkan hasil analisis statistik di atas, diperoleh koefesien korelasi antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal yaitu, sebagai berikut : r s = 0,208 dan skor P value sebesar 0,238 dengan α = 0,05, dengan demikian P value α. Maka, H 0 diterima dan H 1 ditolak yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009. c. Hubungan Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Interaksi Interpersonal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai variabel tipe kepribadian dan interaksi interpersonal. Kedua variabel tersebut dikorelasikan melalui perhitungan statistik untuk membuktikan hipotesis penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

81 H 0 : rs = 0 Tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung. H 1 : rs > 0 Terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN Bandung. Hipotesis tersebut akan diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan kriteria uji sebagai berikut : H 0 ditolak jika nilai P value α dengan α = 0,05. Sedangkan hasil perhitungan dan analisis statistik yang diperoleh untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Interaksi Interpersonal Variabel Hasil Uji Kriteria Pengujian Kesimpulan Tipe α = 0,05 Ho ditolak jika : Kepribadian conscientiousness dengan Interaksi P value = 0,002 r s = 0,507 r s 2 = 0,257 P value Ho ditolak H 1 diterima Interpersonal N = 47

82 Berdasarkan hasil analisis statistik di atas, diperoleh koefesien korelasi antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal yaitu, sebagai berikut : r s = 0,507 dan skor P value sebesar 0,002 dengan α = 0,05, dengan demikian P value α. Maka, H 0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya terdapat hubungan antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009. Kemudian diperoleh koefesien determinasi r s 2 = 0,257 atau 25,7%, menunjukkan bahwa 25,7% variasi perubahan dalam variabel interaksi interpersonal bisa disebabkan oleh variasi tipe kepribadian dan sisanya sebanyak 74,3% disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel lainnya atau faktor lain. Berikut adalah tabel sebaran antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal : Tabel 4.9 Sebaran Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Interaksi Interpersonal Subjek Interaksi Interpersonal Inclusion expressed Inclusion wanted Control expressed Control wanted Affection expressed Affection wanted 1. 31 29 8 6 22 20 2. 37 36 8 7 24 29 3. 38 36 7 6 24 34 4. 32 31 8 7 17 31 7. 29 28 6 4 21 23 8. 39 35 9 8 20 28 9. 35 34 8 7 30 32 12. 42 40 6 5 29 35 13. 41 40 8 6 21 33 14. 36 33 11 10 21 30

83 15. 39 35 13 9 19 32 16. 39 37 6 5 26 35 18. 38 32 8 7 19 27 20. 39 41 10 7 28 35 22. 37 40 11 7 27 29 23. 40 42 10 9 24 34 24. 41 44 10 7 30 34 25. 26 28 9 7 20 19 27. 37 46 10 8 27 36 28. 32 41 9 6 22 29 29. 25 28 6 4 20 21 32. 23 29 6 4 18 17 34. 34 36 10 8 22 30 35. 36 41 9 6 25 31 37. 32 34 8 7 21 28 38. 34 37 10 6 25 29 40. 40 42 10 8 19 31 42. 35 41 9 6 25 31 44. 33 35 9 6 22 26 45. 31 32 8 6 18 23 Tabel 4.10 Hasil Analisis Deskriptif Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Arah Interaksi Interpersonalnya Tipe Kepribadian conscientiousness Arah Interaksi Interpersonal Inclusion, control, affection expressed Inclusion expressed, control expressed, Affection wanted Jumlah Persentase 1 3,3 12 40 Inclusion wanted, Control expressed, Affection wanted 17 56,7 Jumlah 30 100

84 Dari tabel 4.10 tersebut, dari 30 orang mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness, 1 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed dan affection expressed dengan persentase 3,3%, 12 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed dan affection wanted dengan persentase 40% dan 17 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion wanted, control expressed dan affection wanted dengan persentase 56,7%. B. Pembahasan 1. Gambaran Tipe Kepribadian Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009 UIN SGD Bandung Berdasarkan hasil analisis pada variabel tipe kepribadian diperolah data, bahwa dari 47 mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 UIN SGD Bandung mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian neuroticism dan extraversion tidak ada, mahasiswa dengan tipe kepribadian openness terdapat 3 orang dengan jumlah persentasenya 6,3%, kemudian mahasiswa dengan tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang dengan jumlah persentasenya 29,8%, sedangkan sisanya sebanyak 30 mahasiswa memiliki tipe kepribadian conscientiousness dengan jumlah persentase sebesar 63,9%. Pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 terdapat 3 orang yang memiliki tipe kepribadian openness, orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut adalah individu yang imajinatif. Bagi mereka, dunia nyata akan terasa hambar dan biasa untuk itulah mereka menggunakan

85 fantasinya untuk membuat dunia yang lebih kaya dan menarik. Kemudian individu dengan tipe ini mencintai keindahan baik dalam seni maupun alamiah. Mereka mudah untuk terlibat dan melebur dalam event-event natural dan artistik. Mereka memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk mencoba aktivitas-aktivitas baru, bepergian ke daerah asing kemudian mencoba hal-hal yang berbeda dan akan bosan dengan hal rutin dan yang sudah mereka ketahui, individu dengan tipe ini senang untuk mengutarakan ide-ide kemudian terbuka akan ide-ide baru yang tidak biasa dan senang untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang melibatkan intelektualitas. Mereka menyenangi teka-teki, puzzle dan permainan mengasah otak. Untuk tipe kepribadian agreeableness terdapat 14 orang mahasiswa, dimana orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut tidak akan berlaku manipulatif ketika berhubungan dengan orang lain dan akan bertingkah laku jujur, terus terang dan tulus. Mereka senang bekerjasama dengan orang lain, suka menolong, rendah hati dan memiliki kecenderungan untuk dapat merasakan kepedihan orang lain dan mudah untuk merasa kasihan. Sedangkan 30 orang mahasiswa memiliki tipe kepribadian conscientiousnes, dimana orang yang memiliki tipe kepribadian tersebut memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri dalam menyelesaikan satu hal, mereka menyukai rutinitas yang terjadwal, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, dapat dipercaya, pekerja keras, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius dan tekun.

86 2. Gambaran Interaksi Interpersonal Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009 UIN SGD Bandung Berdasarkan hasil analisis pada variabel interaksi interpersonal diperoleh mean (nilai rata-rata) berjumlah 141,02, range berjumlah 92, nilai minimum berjumlah 97, nilai maksimum berjumlah 189 dan nilai median (titik tengah) adalah 1,42. Jika keseluruhan data diurutkan dan dibagi dua sama rata, maka tingkat interaksi interpersonal yang berada diatas 142 sebanyak 44,7% dan sisanya 55,3% berada dibawah 142. Artinya subjek yang memiliki tingkat interaksi interpersonal tinggi ketika berinteraksi di facebook lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat interaksi interpersonal rendah. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tipe kepribadian dan interaksi interpersonal dapat diketahui bahwa sebanyak 3 orang dengan tipe kepribadian openness memiliki tingkat interaksi interpersonal rendah dengan persentase 6,3%. Kemudian, dari 14 orang yang memiliki tipe kepribadian agreeableness, 7 orang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi dan 7 orang sisanya memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah dengan persentase 29,8%. Untuk tipe kepribadian conscientiousness, dari 30 orang yang memiliki kepribadian tersebut 15 orang memiliki tingkat interaksi interpersonal yang tinggi dan 15 orang sisanya memiliki tingkat interaksi interpersonal yang rendah dengan persentase 63,9%. Dari hasil penelitian ini, lebih banyak mahasiswa yang memiliki interaksi interpersonal yang rendah ketika berinteraksi di facebook, hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa fakultas Psikologi UIN SGD Bandung

87 angkatan 2009 tidak menjadikan facebook sebagai satu-satunya sarana dalam berkomunikasi dan tetap menjadikan dunia nyata sebagai bentuk komunikasi yang paling real. 3. Hubungan Tipe Kepribadian dengan Interaksi Interpersonal a. Hubungan Tipe Kepribadian Openness dengan Interaksi Interpersonal Hasil analisis didukung oleh hasil analisis korelasional, untuk hubungan antara tipe kepribadian openness dengan interaksi interpersonal diperoleh Skor P value = 0,167 dan α = 0,05 dengan demikian P value α, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian openness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009. Berdasarkan perhitungan statistik tersebut diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang kurang signifikan, hal ini disebabkan oleh sampel yang minim yaitu 3 orang. Uraian secara kualitatif berdasarkan analisa terhadap data adalah sebagai berikut : Satu orang subjek memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control wanted, dan affection wanted. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar

88 pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan diri pada suatu interaksi yang dilakukan didunia maya melalui situs facebook. Pada suatu relasi, individu ini memiliki kebutuhan akan kepatuhan terhadap orang lain, sehingga aktivitas kelompok berjalan atas kepemimpinan orang lain. Contohnya mengakses facebook pada waktu yang telah ditetapkan temannya atau ia harus mengirim pesan sesegera mungkin kepada temannya. Individu ini pun mempunyai keinginan untuk mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah laku mengeluarkan afeksinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi seseorang, misalnya selama mengakses facebook, ia berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya temannya tersebut, ia juga ingin mendapat perhatian dari temannya. Individu ini menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Satu orang subjek memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed, dan affection wanted. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan

89 diri pada suatu interaksi yang dilakukan didunia maya melalui situs facebook. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini pun mempunyai keinginan untuk mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah laku mengeluarkan afeksinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi seseorang, misalnya selama mengakses facebook, ia berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya temannya tersebut, ia juga ingin mendapat perhatian dari temannya. Individu ini menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Satu orang subjek memiliki arah interaksi interpersonal inclusion wanted, control expressed, dan affection wanted. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk dilibatkan dalam suatu kelompok oleh orang lain. Jadi, individu tersebut hanya berkeinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tanpa adanya usaha untuk melibatkan diri. Jadi, seseorang mengakses facebook lalu pasif menunggu orang lain mengajaknya

90 berinteraksi dengan orang lain. Individu ini menginginkan orang lain bertingkah laku untuk melibatkan dirinya, menganggap adanya pertisipasi yang bisa diberikan sehingga adanya undangan dari orang lain untuk menjadi interaksi yang dapat memuaskan kebutuhan individu tersebut. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini pun mempunyai keinginan untuk mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah laku mengeluarkan afeksinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi seseorang, misalnya selama mengakses facebook, ia berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya temannya tersebut, ia juga ingin mendapat perhatian dari temannya. Individu ini menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tipe kepribadian openness ini memiliki kebutuhan akan interaksi interpersonal untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok, memiliki kebutuhan

91 untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain dan memiliki kebutuhan untuk disukai dan dicintai oleh orang lain. b. Hubungan Tipe Kepribadian Agreeableness dengan Interaksi Interpersonal Hasil analisis didukung oleh hasil analisis korelasional, untuk hubungan antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal diperoleh P value sebesar 0,238 dan α = 0,05, dengan demikian P value α, artinya tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian agreeableness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009. Berdasarkan perhitungan statistik tersebut diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang kurang signifikan. Uraian secara kualitatif berdasarkan analisa terhadap data adalah sebagai berikut : Satu orang subjek memiliki arah interaksi interpersonal inclusion wanted, control wanted, dan affection wanted. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk dilibatkan dalam suatu kelompok oleh orang lain. Jadi, individu tersebut hanya berkeinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tanpa adanya usaha untuk melibatkan diri. Jadi, seseorang mengakses facebook lalu pasif menunggu orang lain mengajaknya berinteraksi dengan orang lain. Individu ini menginginkan orang lain bertingkah laku untuk melibatkan dirinya, menganggap adanya pertisipasi

92 yang bisa diberikan sehingga adanya undangan dari orang lain untuk menjadi interaksi yang dapat memuaskan kebutuhan individu tersebut. Pada suatu relasi, individu ini memiliki kebutuhan akan kepatuhan terhadap orang lain, sehingga aktivitas kelompok berjalan atas kepemimpinan orang lain. Contohnya mengakses facebook pada waktu yang telah ditetapkan temannya atau ia harus mengirim pesan sesegera mungkin kepada temannya. Individu ini pun mempunyai keinginan untuk mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah laku mengeluarkan afeksinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi seseorang, misalnya selama mengakses facebook, ia berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya temannya tersebut, ia juga ingin mendapat perhatian dari temannya. Individu ini menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Terdapat 5 orang subjek dengan arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed, dan affection expressed. individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan diri pada suatu interaksi yang dilakukan didunia maya melalui situs facebook.

93 Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini juga dapat meluapkan rasa cinta dan afeksinya pada orang lain, teman atau keluarga, misalnya orang tersebut sedang online dalam waktu yang bersamaan dengan temannya dan dia tidak akan ragu-ragu untuk menyapa temannya terlebih dahulu, kemudian dia juga senang bersenda gurau dengan temannya. Terdapat 8 orang subjek dengan arah interaksi interpersonal inclusion wanted, control expressed, dan affection expressed. Individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk dilibatkan dalam suatu kelompok oleh orang lain. Jadi, individu tersebut hanya berkeinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tanpa adanya usaha untuk melibatkan diri. Jadi, seseorang mengakses facebook lalu pasif menunggu orang lain mengajaknya berinteraksi dengan orang lain. Individu ini menginginkan orang lain bertingkah laku untuk melibatkan dirinya, menganggap adanya pertisipasi yang bisa diberikan sehingga adanya undangan dari orang lain untuk menjadi interaksi yang dapat memuaskan kebutuhan individu tersebut. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan

94 relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini juga dapat meluapkan rasa cinta dan afeksinya pada orang lain, teman atau keluarga, misalnya orang tersebut sedang online dalam waktu yang bersamaan dengan temannya dan dia tidak akan ragu-ragu untuk menyapa temannya terlebih dahulu, kemudian dia juga senang bersenda gurau dengan temannya. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tipe kepribadian agrreableness ini memiliki kebutuhan akan interaksi interpersonal untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok, memiliki kebutuhan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain dan memiliki kebutuhan untuk disukai dan dicintai oleh orang lain. c. Hubungan Tipe Kepribadian Conscientiousness dengan Interaksi Interpersonal Hasil analisis didukung oleh hasil analisis korelasional, untuk hubungan antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal diperoleh skor P value sebesar 0,002 dan α = 0,05, dengan demikian P value α, artinya terdapat hubungan antara tipe kepribadian conscientiousness dengan interaksi interpersonal pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung angkatan 2009. Kemudian diperoleh

95 koefesien determinasi r s 2 = 0,257 atau 25,7%, menunjukkan bahwa 25,7% variasi perubahan dalam variabel interaksi interpersonal bisa disebabkan oleh variasi tipe kepribadian dan sisanya sebanyak 74,3% disebabkan oleh faktor lain. Dari 30 orang mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness, 1 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed dan affection expressed yang berarti individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan diri pada suatu interaksi yang dilakukan di dunia maya melalui situs facebook. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini juga dapat meluapkan rasa cinta dan afeksinya pada orang lain, teman atau keluarga, misalnya orang tersebut sedang online dalam waktu yang bersamaan dengan temannya dan dia tidak

96 akan ragu-ragu untuk menyapa temannya terlebih dahulu, kemudian dia juga senang bersenda gurau dengan temannya. Dari 30 orang mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness, 12 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion expressed, control expressed dan affection wanted yang berarti individu tersebut tersebut mempunyai kebutuhan untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok sehingga ia akan menampilkan tingkah laku untuk terlibat dalam suatu kelompok, misalnya seseorang akan menginvite orang lain untuk dijadikan temannya, mengirim pesan di wall atau orang tersebut ikut berkomentar pada salah satu status temannya. Hal ini merupakan usahanya melibatkan diri pada suatu interaksi yang dilakukan didunia maya melalui situs facebook. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Tetapi, individu ini mempunyai keinginan agar temantemannya bisa bersikap ramah terhadapnya, ia juga ingin diperhatikan dan mendapat kasih sayang dari orang lain. Dari 30 orang mahasiswa yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness, 17 orang memiliki arah interaksi interpersonal inclusion

97 wanted, control expressed dan affection wanted yang berarti individu tersebut mempunyai kebutuhan untuk dilibatkan dalam suatu kelompok oleh orang lain. Jadi, individu tersebut hanya berkeinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tanpa adanya usaha untuk melibatkan diri. Jadi, seseorang mengakses facebook lalu pasif menunggu orang lain mengajaknya berinteraksi dengan orang lain. Individu ini menginginkan orang lain bertingkah laku untuk melibatkan dirinya, menganggap adanya pertisipasi yang bisa diberikan sehingga adanya undangan dari orang lain untuk menjadi interaksi yang dapat memuaskan kebutuhan individu tersebut. Individu ini pun mempunyai kekhasan pada pengendalian tingkah laku orang lain. Adanya orientasi akan kebutuhan untuk mempertahankan relasi dalam kelompok, memicu timbulnya tingkah laku untuk berkuasa, misalnya seseorang membuka facebooknya setiap hari kemudian ketika dia sedang online dia memberitahukan kepada temannya agar segera ikut online. Hal ini dilakukan agar orang tersebut dapat mempertahankan komunikasinya dengan temannya. Individu ini pun mempunyai keinginan untuk mendapatkan cinta dan sayang dari orang lain. Adanya kebutuhan akan keinginan orang lain untuk bertingkah laku mengeluarkan afeksinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi seseorang, misalnya selama mengakses facebook, ia berperilaku pasif saat temannya bercerita tentang betapa rindunya temannya tersebut, ia juga ingin mendapat perhatian dari temannya. Individu ini

98 menyerap kehangatan yang diberikan sebagai bentuk dukungan dari orang lain pada suatu relasi. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness ini memiliki kebutuhan akan interaksi interpersonal untuk mengalami keterlibatan dalam suatu kelompok, memiliki kebutuhan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain dan memiliki kebutuhan untuk disukai dan dicintai oleh orang lain.