PERFORMANS REPRODUKSI TERNAK KERBAU DI NAGARI AIR DINGIN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN ASPEK TEKNIS PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU SEBAGAI PENGHASIL DAGING DI KECAMATAN RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN S K R I P S I

UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN

NILAI TAMBAH FINANSIAL PENERAPAN INSEMINASI BUATAN PADA USAHA PETERNAKAN SAPI RAKYAT DI KECAMATAN KOTO PARIK GADANG DIATEH KABUPATEN SOLOK SELATAN

ANALISA USAHA PETERNAKAN KAMBING DI KENAGARIAN SAOK LAWEH KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK SKRIPSI. Oleh : PRILLA AMEL

BAB I PENDAHULUAN. yang strategis karena selain hasil daging dan bantuan tenaganya, ternyata ada

PRODUKSI SUSU, REPRODUKSI DAN MANAJEMEN KERBAU PERAH DI SUMATERA BARAT MILK PRODUCTION, REPRODUCTION AND MANAGEMENT OF SWAMP BUFALLO IN WEST SUMATERA

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

PERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

PERFORMAN REPRODUKSI KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) DI KABUPATEN MALANG.

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

DAFTAR PUSTAKA. Blakely, J dan D. H. Bade Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

ADOPSI INOVASI INSEMINASI BUATAN PADA PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN KURANJI SKRIPSI. Oleh : NURNILA DEMITA

HUBUNGAN UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT HIDUP SAPI PESISIR DI KABUPATEN PESISIR SELATAN SKRIPSI OLEH ILMAI WENDRI

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

(Reproduction Performance of Female Mud Buffalo (Bubalus Bubalis) In West Simeulue District Simeulue Regency)

PENERAPAN ASPEK TEKNIS PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

PERFORMAN REPRODUKSI KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) DI KABUPATEN MALANG. Suhendro Dwi. W 1, Gatot Ciptadi 2 dan Suyadi 2

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KERBAU RAWA DALAM KONDISI LINGKUNGAN PETERNAKAN RAKYAT ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

KAJIAN PERFORMANS REPRODUKSI SAPI ACEH SEBAGAI INFORMASI DASAR DALAM PELESTARIAN PLASMA NUTFAH GENETIK TERNAK LOKAL

INFESTASI PARASIT CACING NEOASCARIS VITULORUM PADA TERNAK SAPI PESISIR DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG SKRIPSI. Oleh :

Kata Kunci : Kerbau Betina, Karakteristik Reproduksi, Tingkat Kesuburan. Keyword: Female Buffalo, Reproductive Characteristics, Fertility Rate

PENDAHULUAN. Hasil sensus ternak 1 Mei tahun 2013 menunjukkan bahwa populasi ternak

Salmiyati Paune, Jurusan Peternakan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Fahrul Ilham, Tri Ananda Erwin Nugroho

PERBANDINGAN EFISIENSI REPRODUKSI SAPI BRAHMAN CROSS YANG DIINSEMINASI TAHUN **** DAN TAHUN *** DI KECAMATAN (X) KABUPATEN (Y) PROPINSI (Z)

Kinerja Reproduksi Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo

TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONSEPSI DAN SERVICE PER CONCEPTION. Dewi Hastuti

JURNAL TERNAK Vol. 06 No.01 Juni

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

Kajian Produktivitas Sapi Madura Study On Madura Cattle Productivity

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN SIMMENTAL DI KABUPATEN TULUNGAGUNG JAWA TIMUR

PRODUKTIVITAS INDUK KERBAU RAWA (Bubalus bubalis) DITINJAU ASPEK KINERJA REPRODUKSI DAN UKURAN TUBUH DI KECAMATAN TEMPURSARI KABUPATEN LUMAJANG

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN BOJONEGORO. Moh. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

SKRIPSI. Oleh EDWIN JAYADI

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

Kajian Produktivitas Sapi Madura (Study on Productivity of Madura Cattle)

Perkembangan Populasi Ternak Besar Dan Unggas Pada Kawasan Agribisnis Peternakan Di Sumatera Barat

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI CONCEPTION RATE PADA SAPI BALI DI KABUPATEN PRINGSEWU

I. Sumeidiana, S. Wuwuh, dan E. Mawarti Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Received December 23, 2006; Accepted April 27, 2007

STUDI KUALITAS TELUR AYAM RAS DI PASAR TRADISIONAL KOTA MANADO. Hearty Salatnaya

BAB III MATERI DAN METODE. Ongole (PO) dan sapi Simmental-PO (SIMPO) dilaksanakan pada tanggal 25 Maret

EVALUASI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI PERAH PERANAKAN FRIES HOLLAND (PFH) PADA BERBAGAI PARITAS DI KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT

AGRINAK. Vol. 01 No.1 September 2011:43-47 ISSN:

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

I. PENDAHULUAN. hari. Dalam perkembangannya, produktivitas kerbau masih rendah dibandingkan dengan sapi.

IDENTIFIKASI MANAJEMEN REPRODUKSI TERNAK PADA TIGA KELOMPOK PETERNAK KERBAU MELALUI DINAMIKA KELOMPOK

ANALISIS USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (STUDI KASUS KELOMPOK TANI SETIA KAWAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

Veterinaria Vol 6, No. 1, Pebruari 2013

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik bagi anak mamalia yang baru dilahirkan (Prihadi dan adiarto, 2008).

JIMVET E-ISSN : Juni 2018, 2(3):

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

Kata-Kata Kunci : Waktu Kosong, anestrus, Peranakan Fries Holland. JURNAL TERNAK Vol. 01 No.01 Th

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

KETERANDALAN PITA DALTON UNTUK MENDUGA BOBOT HIDUP KERBAU LUMPUR, SAPI BALI DAN BABI PERSILANGAN LANDRACE

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

D.B.A. San, I.K.G.Yase Mas dan E. T. Setiatin* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

DAFTAR PUSTAKA Seleksi Sapi Potong. Handout. Ilmu Pemuliaan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),SUHU RECTAL DAN KETEBALAN VULVA TERHADAP NON RETURN RATE (NR) DAN CONCEPTION RATE (CR) PADA SAPI POTONG

DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO

Brawijaya ABSTRACT. Key words: Productivity, Female Swamp Buffaloes, Tempursari, Lumajang

PROGRAM IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS

ABSTRAK. Oleh: *Ramli Idris Mantongi, **Suparmin Fathan, ***Fahrul Ilham

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

EFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO. Oleh : Donny Wahyu, SPt*

PERFORMANS REPRODUKSI INDUK SAPI LOKAL PERANAKAN ONGOLE YANG DIKAWINKAN DENGAN TEKNIK INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA

Jurnal Ternak, Vol.03, No.02, Desember 2012

METODOLOGI PENELITIAN. selama 2 bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2013.

PENGENTASAN GANGGUAN REPRODUKSI MENGGUNAKAN HORMON PGF 2α UNTUK MENINGKATKAN KELAHIRAN ANAK PADA SAPI

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

PERFORMA REPRODUKSI SAPI DARA FRIESIAN-HOLSTEIN PADAPETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT SP CIKOLE DI LEMBANG

Transkripsi:

PERFORMANS REPRODUKSI TERNAK KERBAU DI NAGARI AIR DINGIN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI OLEH : KARTIKA CANDRA 04 161 030 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS 2011

PERFORMANS REPRODUKSI TERNAK KERBAU DI NAGARI AIR DINGIN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK Kartika Candra, di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Zaituni Udin, MSc dan Prof. Dr. Ir. Hj. Zesfin BP, MS Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas 2011 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performans reproduksi ternak kerbau di Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok yang meliputi umur kawin petama, lama bunting, umur beranak pertama, service period dan calving interval. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey, pengambilan data dilakukan dengan purposive sampling. Data primer didapat dari wawancara langsung, menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder didapatkan dari kantor Dinas Peternakan Kabupaten Solok. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah 30 ekor tenak kerbau. Analisis data dilakukan dengan menggunakan rata-rata hitung dan standar deviasi kemudian di uji dengan t hitung. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa ternak kerbau di Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok didapat rata-rata umur kawin pertama 34.5±3.61 bulan. Rataan lama bunting paritas pertama (P1) 10.5±0.73 bulan dan lama bunting paritas kedua (P2) 10.7±0.79 bulan dan uji statistik menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05). Rata-rata umur beranak pertama 45.0±3.69 bulan. Rata-rata service period pada paritas pertama (P1) 5.23±1.48 bulan dan rataan service period paritas kedua (P2) 4.9±1.58 bulan dan uji statistik menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05). Rata-rata calving interval paritas pertama (P1) 15.73±1.48 bulan dan calving interval paritas kedua (P2) 15.63±1.45 bulan dan uji statistik menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05). Kata Kunci : Reproduksi, umur kawin pertama, lama bunting, umur beranak service period dan calving interval. pertama,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam pembangunan nasional Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan peternak. Ternak kerbau merupakan ternak lokal yang hidup pada daerah lembab, khususnya didaerah belahan tropika. Ternak kerbau sangat menyukai air, ternak kerbau ini merupakan jenis ternak yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di pedesaan. Hal ini sehubungan dengan peran yang ditunjukkan ternak kerbau sebagai penghasil daging, susu dan tenaga kerja, sehingga ternak ini bisa juga disebut sebagai hewan triguna. Selain itu hasil ikutan ternak kerbau yang memiliki potensi adalah kulit. Kulit mempunyai potensi ekonomi yang cukup baik dan merupakan salah satu komoditi expor juga sebagai bahan baku industri perkulitan dalam negeri (Poro, 1995) Di Indonesia kerbau memiliki peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia, dari segi sosial maupun ekonomi, dengan sistem pemeliharaan yang bersifat tradisional dan merupakan peternakan rakyat. Kerbau mempunyai keistimewaan tersendiri dibanding sapi, melihat kemampuan ternak kerbau ini dalam memfaatkan serat kasar, daya adaptasinya terhadap daerah yang berkondisi jelek, serta berat badannya yang relatif besar, maka sangat besar kemungkinan untuk mengembangkannya sebagai ternak penghasil daging yang baik (Hellyward, Rahim, Arlinda, 2000). Salah satu daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan ternak kerbau di Sumatera Barat adalah Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti, pada umumnya peternak sudah memelihara kerbau secara turun temurun dan susu kerbau tersebut diolah untuk dijadikan dadih, kemudian dijual sebagai sumber pendapatan peternak selain bertani. Ternak kerbau selain sebagai ternak perah juga digunakan sebagai ternak kerja, secara umum

pemeliharaannya masih tradisional dan perkawinan ternaknya belum menggunakan IB dan masih memakai sistem kawin alam. Dalam pemeliharaan ternak, untuk mendapatkan produksi yang maksimal diperlukan performans yang baik. Sehingga performans merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dalam pemeliharaan ternak. Kerbau lumpur sebagai penghasil susu harus mempunyai performans yang baik, termasuk didalamnya performans reproduksi. Performans reproduksi nantinya akan mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan setelah mengalami proses reproduksi seperti kawin, bunting dan melahirkan. Berdasarkan data dari Dinas Perternakan Kabupaten Solok 2008 populasi ternak kerbau di Nagari Air Dingin adalah 785 ekor. Kerbau yang dipelihara di Nagari Air Dingin ini adalah jenis kerbau lumpur, pada umumnya peternak belum mampu mengelola ternaknya dengan baik, serta pengetahuan tentang kerbau masih terbatas khususnya mengenai reproduksi. Kerbau yang dipelihara diperah susunya dan dijadikan dadih yang merupakan makanan tradisional yang ada di Sumatera Barat. Alasan penulis tertarik melakukan penelitian mengenai kerbau adalah karena penulis ingin mengetahui lebih dalam lagi mengenai ternak kerbau terutama mengenai reproduksinya. Disamping itu sebagai ternak lokal dibandingkan dengan sapi informasi mengenai reproduksi belum banyak terutama kerbau lokal yang diperah seperti yang dipelihara di Nagari Air Dingin ini. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul Performans Reproduksi Ternak Kerbau Di Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. B. Rumusan Masalah Bagaimana performans reproduksi ternak kerbau pada peternakan tradisional di Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok yang meliputi umur kawin

pertama, lama bunting, umur melahirkan pertama, kawin kembali setelah melahirkan sampai menghasilkan kebuntingan (Service Period) dan Calving Interval. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai performans reproduksi dari ternak kerbau lokal di Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Manfaat penelitian ini diharapkan menjadi dasar sumbangan pikiran dalam upaya peningkatan populasi ternak kerbau perah di Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang diperoleh di Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok adalah: 1. Rata-rata umur kawin pertama ternak kerbau adalah 34.5 ± 3.61 bulan. 2. Rata-rata lama bunting paritas pertama (P1) adalah 10.5 ± 0.73 bulan dan lama bunting paritas kedua (P2) adalah 10.7 ± 0.79 bulan dan uji statistiknya menyatakan bahwa hasil tidak berbeda nyata (P>0.05). 3. Rata-rata umur beranak pertama adalah 45.0 ± 3.69 bulan. 4. Rata-rata service period P1 adalah 5.23 ± 1.48 bulan dan service period P2 adalah 4.9 ± 1.58 bulan dan uji statistiknya menyatakan bahwa hasil tidak berbeda nyata (P>0.05). 5. Rata-rata calving interval P1 adalah 15.73 ± 1.48 bulan dan calving interval P2 adalah 15.63 ± 1.45 bulan dan uji statistik menyatakan bahawa hasil tidak berbeda nyata P>0.05. B. Saran Perlu adanya penyuluhan oleh instansi yang terkait atau yang bersangkutan, dengan demikian diharapkan pengetahuan dan keterampilan dari peternak dapat lebih ditingkatkan terutama dalam hal pengelolaan reproduksi dalam upaya peningkatan populasi ternak kerbau lumpur yang diperah di Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Diharapkan dearah ini dapat dijadikan pusat produksi dadih di Sumatera Barat.

DAFTAR PUSTAKA Anggorodi. 1994. Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta. Arbi, N., M. Rivai., A. Syarif., S. Anwar., B. Anam. 1977. Produksi Ternak Sapi Potong. Fakultas Perternakan Universitas Andalas. Padang. Beardan, J. dan Fuguay. 1980. Aplied Animals Reproduction. Missisippi State University Reston Publishing Company. Inc, Reston, Virginia. Departemen Pertanian, 1985. Ternak Kerbau dan Pengembangannya. Departemen Pertanian Padang. Fahimuddin, M. 1975. Domestic Water Buffalo. Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi. Hafes, E. S. E. 1980. Reproduction In Farm Animal. 4th. Ed. Lea Febiger, Philadelphia. Harjosubroto, W. dan Astuti, J. M. 1994 Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Hellyward, J, F. Rahim dan Arlinda. 2000. Pemeliharaan Ternak Kerbau Lumpur, Ditinjau dari Aspek Teknis Pemeliharaan di Sumatera Barat. Jurnal Peternakan vol 6 no 01, Februari 2000, hal 77-85. Ibrahim, L. 2008. Produksi Susu, Reproduksi dan Manajemen Kerbau Perah di Sumatera Barat. Jurnal Peternakan vol 5 no 1, Februari 2008, hal 1-9. Lendhanie, UU. 2005. Karakteristik Reproduksi Kerbau Rawa Dalam Kondisi Lingkungan Peternakan Rakyat, volume 2, no 1, Januari 2005, hal 43-48. Manan, D. 2001. Ilmu kebidanan pada ternak. Edisi pertama. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Darusalam, Banda Aceh. Murti, T. W. dan G. Ciptadi. 1987. Kerbau Perah dan Kerbau Kerja. Edisi Pertama PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Murti, T. W. 2002. Ilmu Ternak Kerbau. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta. Murtidjo, B. A. 1989. Memelihara Kerbau. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta. Narbuko, C. dan A, Achmadi. 2004. Metodologi Penelitian cetakan ke-6. Bumi Aksara, Jakarta. Partodihardjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta Pusat. Payne, W. J.A. 1970. Cattle Production in The Tropic. Longman Group Limited London. Poro, A. 1995. Hubungan Ukuran-ukuran (Panjang Badan, Lingkar Dada, Lebar Panggul) Terhadap Berat Kulit Segar Kerbau Jantan di Rumah Potong Hewan Batu Sangkar Kabupaten Tanah Datar. Jurnal Peternakan vol 1 no 02, Februari 1995, hal 67-71. Saladin, R. A. Syarif dan M. Rivai. 1978. Ternak Kerbau. Diktat. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. Saladin, R. 1984. Pedoman Beternak Kerbau. Diktat Fakultas Peternakan Univesitas Andalas, Padang. Salisburry, G.W. dan N.L Van Denmark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Ternak Sapi. Alihbahasa R. Djanuar. Gajahmada Universty Press, Yogyakarta. Sitorus, P. dan M. Siregar. 1978. Masalah gangguan reproduksi dan cara penanggulangan pada sapi di Indonesia yang disebabkan oleholeh pengaruh lingkungan. LPP. Th 8 no. 4. IPB, Bogor. Sosroamidjojo, M.S. 1980. Ternak Potong dan Kerja. Penerbit CV. Yasa Guna, Jakarta. Sosroamidjojo, M.S. dan Soeradji. 1981. Peternakan Umum. Penerbit PT. Yasaguna, Jakarta Steel. R.G.D dan J.H. Torrie, 1991. Prinsip dan Prosedur Satistika Suatu Pendekatan Biometrik. Alihbahasa, B. Soemantri. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sudono, A. 1971. Beberapa Usaha Meningkatkan Sapi Perah. Direktorat Peternakan Rakyat. Dirjen Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta. Suharto, B. dan Nazaruddin. 1994. Ternak Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta. Suhari, B. 1996. Identifikasi ternak kerbau lumpur pola peternakan rakyat di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. Suwarno, R. 1980. Hubungan antara luas urat daging mata rusuk dengan robot karkas pada sapi Ongole, sapi Bali dan kerbau. Diktat. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Toelihere, M. R. 1981a. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa Bandung, Bandung.. 1981b. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Penerbit Angkasa Bandung, Bandung.

. 1985. Ilmu Kebidanan Pada Ternak Sapi dan Kerbau. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Williamson, G. dan Payne, W.J.A. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Alihbahasa Murgan, R. Edsi ketiga. Penerbit Gadjahmada University Press, Jakarta. Wirdahayati, R. B. 2005. Kerbau, ternak potensial yang dilupakan. http://sumber.litbang.deptan.go.id/sing050121006_wir.htm. Diakses 17 April 2010 jam 20.00 Wib. Zen, Z. 1984. Fisiologi reproduksi pada ternak sapi dan kerbau. Laporan Penelitian Proyek Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi Universitas Andalas, Padang.