I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).tiga perempat dari luas wilayah

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

IKAN PINDANG AIR GARAM

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP MIKROBA PADA ISOLAT IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

PENGOLAHAN PANAS DAN PENGOLAHAN PEMBEKUAN KELOMPOK 1

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia memiliki beragam surnberdaya pangan dalam bentuk mak03nan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Karakteristik mutu daging

BAB I PENDAHULUAN. Protein adalah suatu zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Serba Pepes dan Botok

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Singkong (Manihot Esculenta) merupakan salah satu sumber bahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I. Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN IKAN ABON

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1.1. Latar Belakang Semua jenis ikan merupakan bahan pangan sumber protein hewani yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Sebagai bahan makanan, ikan telah diidentifikasi sebagai pangan yang memiliki keunggulan tertentu. Di samping menyediakan protein hewani yang relatif tinggi jumlahnya, ikan juga memberikan asam-asam lemak tak jenuh, berbagai macam vitamin dan mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh (Muchtadi dkk, 2013). Ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh karena itu pengawetan ikan perlu diketahui oleh semua lapisan masyarakat. Untuk pengawetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakuan yang baik selama proses, misalnya menjaga kebersihan bahan dan peralatan yang digunakan, menggunakan bahan dasar yang segar dan baik. Ada berbagai macam jenis pengawetan ikan yang dikenal antara lain penggaraman, pemindangan, pengasapan, peragian, pengolahan otak-otak. Produksi ikan bandeng hampir dapat dijumpai di seluruh Indonesia. Pembudidayaan ikan bandeng, utamanya banyak di budidayakan di Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Banten. Produksi ikan bandeng relatif meningkat setiap tahunnya. Total produksi ikan bandeng tahun 2010 mencapai 421.757 ton, tahun 2011 mencapai 467.449 ton, tahun 2012 mencapai 518.939, tahun 2013 mencapai 627.333 ton dan tahun 2014 mencapai 631.125 ton. Sasaran produksi ikan bandeng pada tahun 2015 sampai 2019 diharapkan akan terus mengalami peningkatan. Perkiraan produksi tahun 2015 mencapai 1.210.800 ton, tahun 2016

mencapai 1.356.900 ton, tahun 2017 mencapai 1.492.500 ton, tahun 2018 mencapai 1.641.900 ton, tahun 2019 mencapai 1.779.900 ton (Statistik BudidayaDJ P KKP, 2013). Otak-otak adalah sejenis makanan yang dibuat dari ikan yang dibungkus dengan daun pisang dan dibakar menggunakan api arang kayu ataupun sabut kelapa. Otak-otak pada umumnya terbuat dari ikan tenggiri, santan, sagu, bumbu, dan gula. Otak-otak ini merupakan makanan khas daerah Sumatera Selatan. Namun penyebarannya hampir diseluruh Indonesia. Otak-otak digunakan sebagai hidangan dan sajian pembuka. Sebagai hidangan, otak-otak sebaiknya dihidangkan dalam keadaan panas (segera setelah dibakar). Otak-otak ini dapat tahan lebih dari satu hari asalkan otak-otak dimasukan kedalam lemari pendingin (Putra dkk, 2015). Upaya mengangkat ikan bandeng menjadi komoditi favorit, dengan mengolah daging ikan bandeng menjadi olahan diversifikasi pangan salah satunya otak-otak ikan bandeng. Selain bisa dikonsumsi untuk keluarga, otak-otak ikan bandeng juga bisa di kemas dengan baik supaya harga jual dari ikan bandeng meningkat serta dapat dijadikan salah satu sumber penghasilan keluarga dan dapat bermanfaat juga untuk memenuhi kebutuhan protein pada masyarakat bagi yang tidak menyukai ikan segar. Ikan merupakan bahan pangan yang sangat mudah rusak, sehingga diperlukan penanganan khusus untuk mempertahankan mutunya. Salah satu caranya adalah pengolahan panas atau dikenal dengan pemasakan. Menurut Tarwotjo (1998) dalam Sumiati (2008) ada dua jenis masakan ikan yaitu masakan kering dan masakan basah. Masakan kering (dry heat) merupakan hidangan yang dimasak tanpa air, sebagai contoh adalah pempanggangan. Masakan basah (moist heat) merupakan dihidangkan yang dimasak menggunakan air, sebagai contohnya adalah pengukusan.

Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang banyak mengandung protein. Sebagai protein hewani, ikan sangat diperlukan oleh manusia karena selain mudah dicerna juga mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dan susunannya lebih mendekati pada susunan protein tubuh manusia. Protein daging ikan dibedakan menjadi 3 jenis yaitu protein sarkoplasma, protein miofibril, dan protein stroma. Sarkoplasma mengandung berbagai macam protein larut air yang disebut miogen. Protein miofibrilar merupakan protein yang membentuk miofibril (serabut otot) yang tersusu dari aktin, miosin dan protein-protein pengatur. Stroma merupakan protein yang membentuk jaringan ikat (Muchtadi dkk, 2013). Kandungan lemak atau minyak ikan sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh jenis ikan, umur, musim, ketersediaan makanan dan kebiasaan makan. Kandungan lemak pada ikan dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu pertama ikan berlemak rendah (kadar lemak kurang dari 2%), kedua ikan berlemak sedang (kadar lemak 2%-5%) dan ketiga ikan berlemak tinggi (kadar lemak 6%-22%). Sedikitnya informasi yang diterima masyarakat mengenai kadar protein dan kadar lemak pada ikan yang telah diolah dengan berbagai macam teknik pengolahan seperti dikukus dan dipanggang menjadi latar belakang dilaksanakannya penelitian ini. Ikan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ikan bandeng. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah bagaimana perubahan kadar protein dan kadar lemak terhadap berbagai metode pengolahan (pengukusan, pemanggangan dan kombinasi pengukusan-pemanggangan) pada otak-otak ikan bandeng.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian yang dilakukan adalah untuk mengatahui perubahan kadar protein dan kadar lemak terhadap berbagai metode pengolahan (pemanggangan, pengukusan dan kombinasi pengukusan-pemanggangan) pada otak-otak ikan bandeng. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mempelajari perubahan kadar protein dan kadar lemak terhadap berbagai metode pengolahan (pemanggangan, pengukusan dan kombinasi pengukusan-pemanggangan) pada otak-otak ikan bandeng. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui korelasi kadar protein dan kadar lemak terhadap berbagai metode pengolahan (pemanggangan, pengukusan dan kombinasi pengukusan-pemanggangan) pada otak-otak ikan bandeng. 2. Sebagai salah satu acuan untuk memberikan informasi yang baik kepada masyarakat mengenai kajian kadar protein dan kadar lemak terhadap berbagai metode pengolahan (pengukusan, pemanggangan dan kombinasi pengukusan-pemanggangan) pada otak-otak ikan bandeng. 1.5. Kerangka Pemikiran Saparinto (2007) dalam Larasati (2008) bandeng (Chanos chanos atau milkfish) merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae. Secara umum, gambaran fisik ikan bandeng mudah dikenali, yakni berbentuk seperti peluru terpedo dengan sirip ekor yang bercabang, bermata bundar warna hitam dengan bagian tengahnya berwarna putih jernih, serta memiliki sisik yang berwarna putih keperakan. Ikan bandeng termasuk ikan yang bertulang keras (teleosti), dan dagingnya berwarna putih susu dengan struktur daging padat. Diantara dagingnya, terdapat banyak duri-duri halus, terutama daging sekitar ekor.

Seperti halnya bahan makanan hewani lainnya, ikan bandeng merupakan sumber protein hewani yang gizinya tinggi. Kandungan proteinnya sekitar 20%, tidak kalah bila dibandingkan dengan jenis ikan lainnya, bahkan juga dengan beberapa jenis daging ternak. Tetapi mempunyai kandungan lemak yang cukup tinggi 4.80% apabila kita bandingkan dengan jenis ikan lain seperti layang (1.70%), bawal (1.70%) dan lemuru (3.00%) (Anjarsari, 2010). Sofyan dan Karim (2014) dalam penelitian Perbandingan Nutrisi Otak-Otak Berbahan Baku Ikan Tenggiri, Ikan Bandeng Dan Ikan Gabus kadar protein ikan gabus 8.34%, ikan tenggiri 8.87% dan ikan bandeng 10.36% setelah diolah menjadi otak-otak kadar protein dari ketiga ikan tersebut mengalami penurunan. Kadar protein otak-otak ikan gabus kukus 7.88%, otak-otak ikan tenggiri kukus 8.54% dan otak-otak ikan bandeng kukus 10.34%. Sedangkan untuk kadar lemak ikan gabus 0.01%, ikan tenggiri 0.04% dan ikan bandeng 0.03%, setalah diolah menjadi otak-otak kadar lemak dari ketiga ikan tersebut mengalami peningkatan. Kadar lemak otak-otak ikan gabus kukus 4.64%, otak-otak ikan tenggiri kukus 5.25% dan otak-otak ikan bandeng kukus 7.66%. Kandungan nutrisi dari suatu produk makanan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang dapat mempengaruhi mutu dari makanan tersebut. Sumiati (2008) dalam penelitian Pengaruh Pengolahan Terhadap Mutu Cerna Protein Ikan Mujair (Tilapia Mossambica) hasil analisis menunjukan bahwa kadar protein ikan mujair segar adalah 62.97%. Sedangkan ikan mujair yang telah mengalami proses pengukusan dan pemanggangan kadar proteinnya menurun. Kadar protein ikan mujair panggang dengan penambahan bumbu adalah 63.31%. Kadar protein ikan mujair kukus dengan penambahan bumbu adalah 68.40%. Untuk kadar lemak ikan mujair segar 11.27%. Kadar lemak ikan mujair panggang dengan penambahan bumbu 10.42%. Kadar lemak ikan mujair kukus dengan penambahan bumbu 4.81%.

Putra dkk (2015) dalam penelitian Pengaruh Penambahan Karagenan Sebagai Stabilizer Terhadap Karakteristik Otak-Otak Ikan Kurisi (Nemipterus Nematophorus) kadar protein pada otak-otak ikan kurusi tanpa penambahan karagenan (kontrol) adalah 10.26%, otak-otak ikan kurusi dengan pemanbahan karagenan 0.5% adalah 11.46%, otak-otak ikan kurusi dengan pemabahan karagenan 1% adalah 12.05% dan otak-otak ikan kurusi dengan penambahan karagenan 1.5% adalah 12.95%. Kadar protein akan terus meningkat seiring bertambahnya konsentrasi karagenan yang ditambahkan. Perbedaan nilai kadar protein otak-otak ikan karena kemampuan karagenan dalam mengikat air sehingga dapat menahan protein yang dapat larut dalam air saat perebusan. Semakin tinggi nilai kadar protein otak-otak ikan diduga karena semakin meningkatnya konsentrasi penambahan karagenan pada otak-otak ikan di mana konsentrasi penambahan karagenan mengurangi konsentrasi penggunaan tepung tapioka. Kadar lemak pada otak-otak ikan kurusi tanpa penambahan karagenan (kontrol) yaitu sebesar 2.4%, otak-otak ikan kurusi dengan pemanbahan karagenan 0.5% adalah 2.52%, otak-otak ikan kurusi dengan pemabahan karagenan 1% adalah 2.61% dan otak-otak ikan kurusi dengan penambahan karagenan 1.5% adalah 2.26%. Dalam hal ini menunjukan semakin tinggi konsentrasi karagenan tidak mempengaruhi nilai kadar lemak pada otak-otak ikan kurusi karena karagenan lebih bersifat hidrofilik yang dapat mengikat air dari pada mengikat lemak. Berdasarkan hasil trail and error yang telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan untuk waktu pengukusan otak-otak ikan bandeng selama 30 menit dengan suhu 90-100 0 C sedangkan untuk waktu pemanggangan otak-otak ikan bandeng dilakukan selama 10 menit dengan suhu 100-110 0 C dan untuk waktu kombinasi pengukusan-pemanggangan otak-otak ikan bandeng dilakukan selama 35 menit (30 menit untuk pengukusan dan 5 menit untuk pemanggangan) dengan suhu 90-110 0 C dikategorikan sudah

matang karena otak-otak ikan bandeng sudah empuk semuanya. Dengan demikian otak-otak ikan bandeng yang akan dijadikan sebagai bahan pada penelitian ini adalah otak-otak ikan bandeng yang dikukus selama 30 menit dengan suhu 90-100 0 C sedangkan dipanggang selama 10 menit dengan suhu 100-110 0 C dan dikukus-panggang selama 35 menit (30 menit kukus dan 5 menit panggang) dengan suhu 90-110 0 C. 1.6. Hipotesis Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan atas, diduga perubahan kadar protein dan perubahan kadar lemak akan berkorelasi terhadap berbagai metode pengolahan (pengukusan, pemanggangan dan kombinasi pengukusan-pemanggangan) pada otak-otak ikan bandeng yang dihasilkan. 1.7. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudhi No. 193 Bandung dan di Laboratorium Fisiologi Hasil, Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran, Jalan Tangkuban Perahu No. 517 Lembang, Bandung, mulai bulan Juni sampai selesai.