BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas peserta didik dalam proses dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

Pendekatan Keterampilan Proses Sains

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (2006), penelitian deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

Asam-Basa. Kimia. Kelas XI. B usiness Name. Indikator: A. Teori Asam-Basa

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

b. Mengubah Warna Indikator Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat alami ataupun buatan.

C. Prosedur Penelitian Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Weak experiment yang digunakan untuk

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM. PENGUJIAN SIFAT LARUTAN ASAM DAN BASA Disusun Oleh: Feby Grace B. kombo ( ) UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Lampiran Sumber Belajar : Purba, Michael Kimia SMA. Erlangga. Jakarta

DAFTAR ISI... JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1. Dari pengujian larutan dengan kertas lakmus diperoleh data berikut:

kimia ASAM-BASA I Tujuan Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

KETERAMPILAN PROSES DALAM IPA SD. Ridwan Efendi, M.Pd

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan

BAB III METODEI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Evaluasi itu

LOGO TEORI ASAM BASA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab I

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pra-eksperimen

DERAJAT KEASAMAN (ph)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 NAMA : NIP : INSTANSI : TANGGAL :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu

BAB III METODE PENELITIAN

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Keterampilan Proses Sains a. Pengertian Keterampilan Proses Sains Keterampilan merupakan kemampuan

ANALISIS STANDAR KOMPETENSI LULUSAN-KOMPETENSI INTI-KOMPETENSI DASAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan subyek didasarkan pada pertimbangan tertentu, yaitu kelas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA YP Unila Bandar Lampung dengan kelas XI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran kimia berbasis inkuiri pada guru-guru kimia SMA, dengan harapan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen ini belu memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. potensi dalam diri siswa itu sendiri. Menurut Sardiman (1994), aktivitas adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. evaluasi merupakan suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi. eksperimen dengan one group pre-test and post-test design.

BAB I PENDAHULUAN. mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri.

Tentukan ph dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 10 4 M dengan tanpa bantuan alat hitung kalkulator!

III. METODOLOGI PENELITIAN. memiliki kemampuan kognitif heterogen, sehingga dipilih teknik purposive sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. QUAL results. quan results

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam

BAB IV ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN. data validitas tes yang dikembangkan dan data hasil uji coba tes. Data hasil uji

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data, dan teknik analisis data. Penjelasan dari masing-masing

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Disusun Oleh: Anastasia Latif ( XI IPA 1 ) Christine ( XI IPA 1 ) Josephine Putri ( XI IPA 2 ) Kelvin Ricky (XI IPA 2 ) Patty Regina (XI IPA 1 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

Bab IV Hasil dan Diskusi

MAKALAH LARUTAN ASAM DAN BASA

BAB II. A. Keterampilan Proses Sains Melalui Pendekatan POGIL (Process Oriented Guided Inqury Learning) pada Materi Asam Basa dan Larutan Penyangga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN. secara pasti disebut sebagai larutan standar (standar solution). Penambahan

(Luhut Panggabean, 1996: 31)

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... v. DAFTAR GAMBAR... vi. DAFTAR LAMPIRAN... ix. A. Latar Belakang...

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Tes Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan suatu (pikiran, pengetahuan, dan sebagainya) agar menjadi bertambah sempurna. Dalam penelitian ini pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan tes. Menurut Depdiknas (2008), Langkah-langkah pengembangan tes meliputi: (a) menentukan tujuan penilaian, (b) menentukan kompetensi yang diujikan (c) menentukan materi penting pendukung kompetensi (urgensi, kontinuitas, relevansi, keterpakaian), (d) menentukan jenis tes yang tepat (tertulis, lisan, perbuatan), (e) menyusun kisi-kisi, butir soal, dan pedoman penskoran, (f) melakukan telaah butir soal. Langkah-langkah pengembangan tes dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. b. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi merupakan acuan atau target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada. c. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik). 7

8 d. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis atau lisan. e. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal, f. Melakukan telaah butir soal. Telaah butir soal dilihat dari validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Pada penelitian ini ditelaah penguasaan sub-sub keterampilan proses sains. Pada penelitian ini, tes yang dikembangkan merupakan tes tertulis tipe uraian terbatas. Secara umum Firman (2000) menyatakan keunggulan tes uraian terbatas adalah : a. Tepat untuk mengukur kemampuan jenjang tinggi yang sukar diukur melalui tes obyektif, b. Melatih siswa merumuskan jawaban dengan kata-kata sendiri, c. Tidak memungkinkan terjadinya penebakan, d. Lebih mudah disusun, e. Mendorong siswa mengerti lebih dalam tentang suatu gagasan. Adapun kelemahan bentuk tes uraian terbatas menurut Firman (2000) sebagai berikut : a. Lingkup materi pelajaran yang dicakup sangat terbatas, b. Menyukarkan pada penentuan skor terhadap jawaban siswa, c. Unsur subyektivitas masuk dalam penentuan skor, d. Faktor-faktor yang tidak relevan mempengaruhi penentuan skor.

9 B. Keterampilan Proses Sains 1. Pengertian Keterampilan proses sains Harlen (2000) mendefinisikan keterampilan proses sains adalah keterampilan berpikir (thinking skills) yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Firman (2000) menggolongkan keterampilan proses sains dasar ke dalam enam sub-sub keterampilan, yaitu : a. Mengamati Keterampilan mengumpulkan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan indera. b. Menafsirkan Keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep, atau informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, atau eksperimen. Menemukan pola atau keteraturan dari satu seri data yang tersedia dalam charta, tabel, atau grafik juga termasuk keterampilan proses sains menafsirkan. c. Meramalkan Keterampilan mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau informasi. Keterampilan meramalkan atau prediksi juga mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada.

10 d. Menerapkan konsep Keterampilan menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, dan teori. e. Merencanakan Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk ke dalam keterampilan proses sains yaitu merencanakan percobaan. Keterampilan ini mencakup : menentukan alat dan bahan untuk percobaan, menentukan variabel yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel kontrol dan varabel bebas; menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis; serta menentukan cara dan langkah kerja juga termasuk merencanakan percobaan. f. Mengkomunikasikan Keterampilan menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel atau diagram juga termasuk keterampilan berkomunikasi. Pada penelitian ini, sub-sub keterampilan proses sains yang di gunakan pada penelitian ini adalah sub keterampilan menafsirkan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan dan mengkomunikasikan. 2. Karakteristik butir soal keterampilan proses sains Sub-sub keterampilan proses sains menurut Firman (2000) tidak begitu jauh dengan Rustaman (2003). Rustaman (2003) mengemukakan untuk. mengukur ketermpilan proses sains perlu dibahas karakteristik butir soal KPS, penyusunan butir soal keterampilan proses sains, dan pemberian skor butir soal keterampilan proses sains. Karakteristik pokok uji keterampilan proses sains akan

11 dibahas secara umum dan secara khusus. Secara umum pembahasan pokok uji biasa yang mengukur penguasaan konsep. Secara khusus karakterisik jenis keterampilan proses sains tertentu akan dibahas akan dibandingkan satu sama lain, sehingga jelas perbedaannya. Karakteristik pokok tes keterampilan proses sains sebagai berikut : a. Karakteristik umum Secara umum butir soal keterampilan proses sains dapat dibedakan dari pokok uji penguasaan konsep. Pokok uji keterampilan proses sains memiliki beberapa karakteristik, yaitu : 1) Pokok uji keterampilan proses sains tidak boleh dibebani konsep (non concept burdan). Hal ini diupayakan agar pokok uji tersebut tidak rancu dengan pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep dijadikan konteks. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusunan pokok uji sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa (dekat dengan keadaan sehari-hari siswa), 2) Pokok uji keterampilan proses sains mengandung sejumlah informasi yang harus diolah oleh responden atau siswa. Informasi dalam pokok uji keterampilan proses sains dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian obyek aslinya, 3) Seperti pokok uji pada umumnya, aspek yang akan diukur oleh pokok uji keterampilan proses sains harus jelas. (Rustaman, 2003)

12 b. Karakteristik khusus Menurut Rustaman (2003) ada beberapa kaidah yang khas dalam penyusunan pokok uji keterampilan proses sains untuk tiap sub keterampilan proses sains, yaitu : 1) Mengamati: harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya, 2) Menafsirkan: harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola, 3) Menerapkan konsep: harus memuat konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya, 4) Meramalkan: harus jelas pola/kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan/ramalan, 5) Merencanakan percobaan: harus memberi kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah (variabel), mengendalikan peubah, 6) Mengkomunikasikan:harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik. C. Kualitas Tes Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana adanya sangat bergantung pada kualitas alat penilaiannya disamping pada cara pelaksanaannya. Menurut Sudijono (2009) terdapat empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang baik, yaitu:

13 1. Valid Ciri yang pertama dari tes yang baik adalah tes tersebut bersifat valid atau memiliki validitas. Validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut. Dengan kata lain, validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur memenuhi fungsinya (Sudijono, 2009). 2. Reliabel Ciri kedua adalah tes yang telah memiliki reliabilitas atau bersifat reliabel. Reliabilitas adalah ukuran sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang (bukan palsu). Reliabilitas seringkali disebut derajat konsistensi (Sudijono, 2009). Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur yang digunakan. Arikunto (2002) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (tes). Suatu tes dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas menunjukkan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui keajegan, maka teknik yang digunakan ialah dengan melihat koefisien korelasi dari tes tersebut. 3. Obyektif Ciri ketiga dari tes yang baik merupakan tes yang bersifat obyektif. Tes dikatakan sebagai tes hasil belajar yang obyektif adalah tes yang menurut apa adanya. Dilihat dari materi tesnya, materi tersebut bersumber dari bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan dengan indikator yang telah

14 ditentukan. Selain itu, dilihat dari segi pemberian skor dan penentuan nilai istilah apa adanya itu terkandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor, dan penentuan nilainya terhindar dari unsur obyektivitas yang melekat pada diri penyusun tes sehingga tes tersebut menghasilkan nilai-nilai yang obyektif (Sudijono, 2009). 4. Praktis Ciri keempat dari tes yang baik adalah tes bersifat praktis dan ekonomis. Bersifat praktis mengandung pengertian bahwa tes bersifat sederhana (dalam arti tidak memerlukan peralatan yang sulit pengadaannya), lengkap (dilengkapi dengan petunjuk cara pengerjakannya, kunci jawaban, dan pedoman penskoran serta penentuan nilainya). Bersifat ekonomis berarti tidak mengandung pengertian bahwa tes tersebut tidak memakan waktu panjang dan tidak memerlukan tenaga serta biaya yang banyak (Sudijono, 2009). Pada penelitian ini, penulis juga melakukan pengukuran taraf kesukaran dan daya pembeda butir tes untuk mengetahui baik dan tidaknya butir soal digunakan, dijabarkan sebagai berikut: 1. Taraf kesukaran Taraf kesukaran suatu pokok uji ialah proporsi (bagian) dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada pokok uji tersebut (Firman, 2000). Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha pemecahannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa

15 dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Arikunto, 2002). 2. Daya Pembeda Arikunto (2002) menyatakan bahwa, Daya pembeda suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok atas dengan siswa yang termasuk kelompok bawah. Daya pembeda yang tinggi artinya pokok uji tersebut mampu membedakan siswa yang menguasai materi pelajaran dari siswa yang tidak menguasai materi pelajaran (Firman, 2000). D. Tinjauan Materi Larutan Asam Basa Tinjauan pustaka larutan asam basa adalah materi larutan asam basa yang dipelajari oleh siswa SMA kelas XI, sesuai dengan silabus kimia yang dikembangkan mengacu pada kurikulum 2006 (KTSP). Berdasarkan silabus, diperoleh standar kompetensi dan kompetensi dasar larutan asam basa yaitu: 1. Standar kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya. 2. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung ph larutan. Materi larutan asam basa yang akan dipelajari siswa SMA kelas XI, meliputi : identifikasi sifat larutan dan menghitung ph larutan.

16 1. Pengertian Asam Basa Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dapat melepaskan ion H + di dalam air sehingga konsentrasi ion H + dalam air meningkat. Basa adalah zat yang dapat melepaskan ion OH di dalam air sehingga konsentrasi ion OH dalam air meningkat (Sunarya, 2009). 2. Identifikasi Sifat Larutan Asam Basa Sifat larutan asam basa dapat diidentifikasi dengan menggunakan indikator. Indikator adalah zat yang memiliki warna berbeda dalam kondisi asam dan basa. Indikator dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Indikator Alam Indikator alam adalah indikator yang berasal dari bahan alam. Indikator tersebut dapat dibuat dari bumbu dapur, bunga dan buah-buahan. Misalnya : bunga kertas, kol ungu, kunyit. b. Indikator Buatan Indikator buatan adalah indikator buatan manusia yang sudah dibuat di laboratorium atau di pabrik alat-alat kimia. Indikator buatan dapat berupa kertas seperti lakmus dan indikator universal atau dalam bentuk larutan seperti fenoftalein, metil merah dan lain-lain. Kertas Lakmus Para ahli kimia sudah sejak lama menggunakan zat warna bernama lakmus yang diperoleh dari lumut kerak. Jenis kertas lakmus biasanya digunakan lakmus merah dan lakmus biru. Kertas lakmus digunakan untuk menguji keasaman dan kebasaan tetapi tidak dapat menentukan ph dan kekuatan asam atau basanya.

17 Larutan Indikator Larutan Indikator merupakan zat-zat warna yang berbentuk cair yang mempunyai warna yang berbeda dalam larutan asam dan basa. Larutan indikator ini bisa digunakan untuk memperkirakan ph dari suatu zat. Trayek perubahan warna larutan indikator ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1. Indikator Asam Basa dan Perubahan Warna Indikator Indikator Rentang Perubahan Warna ph Asam Basa Timol-biru 1,2 2,8 Merah Kuning Bromofenol-biru 3,0 4,6 Kuning Biru Metil-jingga 3,2 4,4 Jingga Kuning Metil-merah 4,2 6,3 Merah Kuning Klorofenol biru 4,8-64 Kuning Merah Bromotilmol-biru 6,0 7,6 Kuning Biru Kresol Merah 7,2 8,8 Kuning Merah Fenoftalein 8,2 10,0 Tidak Berwarna Merah muda (Chang,2000) Indikator Universal Indikator universal adalah indikator buatan dalam bentuk kertas yang dapat mengetahui nilai ph dari larutan yang diuji. Dengan kertas indikator universal, kita dapat mengetahui ph larutan dengan cara mencelupkan sepotong indikator universal ke dalam larutan. Perubahan warna kertas indikator tersebut dicocokkan dengan tabel warna yang mempunyai trayek ph dari 0 14. 3. Perhitungan ph Larutan Asam Basa Teori asam-basa Arrhenius mendasari perhitungan kekuatan asam-basa. Teori ini dikemukakan oleh ilmuwan Swedia, Svante Arrhenius pada 1807. Menurut Arrhenius, senyawa asam adalah yang jika dilarutkan dalam air

18 menghasilkan ion H +, sedangkan basa adalah zat yang di dalam air melepaskan ion hidroksida OH - (Muchtaridi,2009). Air murni merupakan elektrolit yang sangat lemah. Rekasi ionisasinya adalah sebagai berikut : H 2 O (l) H + (aq) + OH - (aq). tetapan kesetimbangannya dapat ditulis : K = K C [H 2 O] = [H + ] [OH - ] konsentrasi air tidak berubah dan dapat dipersatukan dengan tetapan kesetimbangan sehingga persamaan tetapannya menjadi: K w = [H + ] [OH - ] K w = K C [H 2 O], K w disebut tetapan ionisasi air. Berdasarkan eksperimen ditemukan bahwa harga Kw pada suhu 25 0 C tekanan 1 atm adalah 1,0 x 10-14. Dari persamaan reaksi ionisasi di atas, harga [H + ] = [OH ], maka: K w = [H + ] [OH - ] Pada 25 o C konsentrasi ion H + dan OH dapat ditentukan : 10 14 = [H + ] [OH - ] [H + ] = 10 7 mol/l dan [OH ] = 10 7 mol/l Jika kedua ruas persamaan K w = [H + ] [OH - ] diambil harga negatif logaritmanya diperoleh: -log K w = -log ([H + ] [OH - ])

19 -log K w = (-log [H + ]) + (-log [OH - ]) Dengan: p = -log pk w = ph + poh Untuk suhu 25 o C, persamaan di atas dapat ditulis: ph + poh = 14 atau ph = 14 - poh Untuk menentukan ph suatu larutan, terlebih dahulu harus menentukan [H + ] untuk asam dan menentukan [OH - ] untuk basa. (Chang, 2000) a. Asam kuat Asam kuat terionisasi sempurna membentuk [H + ], ph larutan dapat ditentukan jika konsentrasi asam diketahui. [H + ] = M x valensi asam Setelah [H + ] diketahui, dapat ditentuka ph dengan rumus: ph = -log [H + ] b. Asam lemah Asam lemah tidak mengion sempurna. Asam lemah mengalami reaksi dapat balik membentuk reaksi kesetimbangan, sehingga harus melibatkan tetapan kesetimbangan asam (K a ) dalam perhitungannya, yaitu: [ H + ] = Ka M Dengan: Ka= tetapan ionisasi asam M= konsentrasi asam Setelah [H + ] diketahui, dapat ditentuka ph dengan rumus: ph = -log [H + ]

20 c. Basa kuat Seperti halnya asam kuat, ph larutan basa kuat dapat ditentukan hanya dengan mengetahui konsentrasi basa. [OH - ] = M x valensi basa Setelah [OH - ] diketahui, dapat ditentuka ph dengan rumus: poh = -log [OH - ] ph = 14 - poh d. Basa lemah ph larutan basa lemah dapat ditentukan dengan dasar pemikiran yang sama seperti penentuan ph asam lemah, yaitu Asam lemah mengalami reaksi dapat balik membentuk reaksi kesetimbangan, sehingga harus melibatkan tetapan kesetimbangan basa (K b ) dalam perhitungannya, yaitu: [ OH ] = K b M Setelah [OH - ] diketahui, dapat ditentuka ph dengan rumus: poh = -log [OH - ] ph = 14 - poh (Muchtaridi,2009)