I. PENDAHULUAN. dalam pelaksanaannya didasarkan pada latar belakang, tujuan, dan kebijakan yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Persepsi dan Loyalitas Nasabah Pelaku Agribisnis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hingga upah yang tinggi. Proses migrasi juga turut mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional yang turut. maupun tidak langsung. Tujuan pembangunan nasional khususnya pada

I. PENDAHULUAN. kedudukannya di Indonesia. Potensi sumber daya alam di Indonesia yang

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang dapat memperlambat lajunya pembangunan, walaupun

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Orde Baru terjadi kegoncangan ekonomi dan politik. Perusahaan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

sebagai sumber pendapatan masyarakat. Indonesia mempunyai potensi sumber memberikan kontribusi yang besar bagi rakyatnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam realisasi pembangunan khususnya yang berbentuk fisik.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

*9740 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 15 TAHUN 1997 (15/1997) TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. empat dunia setelah China, India dan Amerika Serikat, jumlah penduduk

MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA YANG BERKELANJUTAN MELALAUI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN (P2KPB)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

URBANISASI DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pemerintah serta ditetapkan melalui undang-undang. Berdasarkan undang-undang

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional menurut TAP. MPR No.IV/MPR/1999 adalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dinas Koperasi dan memiliki badan hukum dengan nomor 34/BH/XV.3/2009

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

BAB I PENDAHULUAN. dan luas daratan sebesar km 2, memiliki potensi sumberdaya alam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari suatu masyarakat yang beraneka ragam, mulai dari keorganisasian

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Inklusi Keuangan dan (TPAKD) Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah. UIN Syarif Hidayatullah, Juli 2017

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembahasan mengenai transmigrasi merupakan pembahasan yang dirasa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN KOTA TERPADU MANDIRI LABANGKA

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu komponen dalam upaya

I. PENDAHULUAN. senantiasa mengalami perubahan melalui pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Untuk peningkatan taraf hidup masyarakat wilayah pesisir, maka harus dilakukan pembangunan. Namun, pembangunan tersebut harus juga

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

I. PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE LATAR BELAKANG

PEDESAAN DAN KEPENDUDUKAN. Oleh Agustina Bidarti, S.P, M.Si. dan M. Arby, S.P., M.Sc

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. (2009) saat ini Indonesia memiliki luas kawasan hutan seluas juta

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melimpah. Sumber daya ini harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah transmigrasi di Indonesia yang sudah mencapai satu abad lebih, sejak mulai dilaksanakan pada jaman pemerintahan kolonial Belanda tahun 1905 hingga saat ini telah melalui berbagai masa pemerintahan dan kekuasaan yang berbeda. Walaupun secara demografis pengertian umum dari transmigrasi ini tetap sama dari masa ke masa, yaitu memindahkan penduduk dari wilayah yang padat ke wilayah yang kurang atau jarang penduduknya, tetapi dalam pelaksanaannya didasarkan pada latar belakang, tujuan, dan kebijakan yang berbeda-beda, baik yang tertulis secara resmi maupun terselubung. Suwartapradja (2002) mengemukakan bahwa transmigrasi merupakan salah satu bentuk mobilitas spasial atau migrasi penduduk horizontal atas inisiatif Pemerintah yang khas Indonesia, dan telah menjadi progam yang sudah diimplementasikan sejak lama. Tidak ada satu pun negara lain yang menerapkan progam transmigrasi. Pengertian yang lebih spesifik, transmigrasi adalah kebijakan pemerintah Indonesia untuk memindahkan penduduk dari pulau Jawa yang berpenduduk padat ke wilayah lain yang berpenduduk jarang di luar pulau Jawa. Namun, demikian pengertian transmigrasi telah berkembang menjadi beberapa varian, saat ini misalnya, ada istilah transmigrasi lokal yaitu pemindahan penduduk di dalam satu pulau baik di pulau Jawa sendiri maupun di luar pulau Jawa. Penyelenggaraan transmigrasi merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari tujuan, 1

2 arah dan ruang lingkup dari pembanunan nasional. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesi Nomor 29 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang ketransmigrasian pada dasarnya bertujuan (1) meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, (2) meningkatkan dan memeratakan pembangunan daerah, (3) menjadi sarana memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Transmigrasi merupakan sektor pembangunan yang secaara langsung berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui perpindahan atau penempatan penduduk di daerah-daerah bukaan baru untuk berusaha di bidang pertanian, perkebunan, atau bidang-bidang lain sesuai peluang dan potensi ekonomiyang tersedia. Oleh karena itu, sejak tahun 2004 pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah melakukan progam transmigarsi lokal yang dilakukan masih dalam satu wilayah Kabupaten, dengan perpindahan dari satu Kecamatan ke Kecamatan yang lain, yaitu warga Kecamatan Samigaluh ke Kecamatan Galur. Latar belakang diadakannya Transmigrasi Lokal adalah daerah Kecamatan Samigaluh yang rawan bencana alam longsor. Permasalahan lainnya yang dialami oleh Pemerintah adalah terbatasnya lahan untuk dikembangkan menjadi lahan pemukiman. Upaya terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo adalah dengan memanfaatkan lahan pesisir pantai sebagai lahan pertanian. Di satu sisi lain upaya transmigrasi lokal ini adalah memberikan tempat tinggal yang aman, tentunya tujuan utamanya adalah mengentaskan kemiskinan.

3 Pemerintah dalam progam penataan kawasan transmigrasi di Karangsewu Kabupaten Kulon Progo yang dimulai sejak tahun 2004 dengan tujuan : 1) Eksploitasi, pengolahan dan perdagangan hasil laut, 2) Peningkatan budidaya pertanian, 3) Penataan wilayah secara terpadu, 4) Akselerasi pembangunan daerah baru, penumbuhan ekonomi wilayah dan pemberdayaan masyarakat dan 5) Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu persoalan pembangunan ekonomi masyarakat transmigrasi adalah masalah kesulitan mengakses permodalan. Meskipun permodalan bukan satusatunya persoalan terpenting, namun permodalan merupakan unsur penting dalam meningkatkan produktivitas, pendapatan, tarif hidup masyarakat transmigrasi. Untuk membantu masyarakat transmigrasi dalam mengakses permodalan, maka perlu dibangun suatu fasilitas kelembagaan yang sesuai dengan kearifan lokal yang memiliki peran sebagai pengganti lembaga keuangan (bank), karena bank yang ada selama ini operasionalnya tidak sampai di kawasan transmigrasi. Kelembagaan yang sesuai dengan kawasan tersebut antara lain adalah Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Dalam rangka pemberdayaan masyarakat trasnmigrasi di pemukiman trasnmigrasi/kawasan trasnmigrasi. Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi melakukan upaya percepatan pertumbuhan ekonomi secara terus menerus (sustainable). Percepatan pertumbuhan ekonomi tersebut yang telah dan dikembangkan Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi, adalah menumbuhkan LKM BMT-Trans.

4 Menurut Wijono (2005), LKM sudah banyak terbentuk dan tersebar mulai dari perkotaan dan perdesaan, atas prakarsa pemerintah, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat dalam bentuknya yang formal, non formal, sampai in formal dengan karakterisiknya masing-masing. Meskipun karakterisiknya beragam, namun fungsinya sama sebagai penyedia jasa keuangan dalam modal kegiatan usaha perekonomian masyarakat. LKM BMT-Trans merupakan lembaga keuangan yang didirikan, dimiliki dan dikelola oleh masyarakat transmigrasi. Sejak tahun 2008 di Lokasi Transmigrasi Karangsewu atas inisiatif masyarakat telah berdiri LKM BMT Trans Ngudi Makmur dalam upaya mengentaskan kemiskinan dengan melakukan pembiayaan dan pendanaan bagi aktivitas ekonomi masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah. Sebagai lembaga keuangan mikro, LKM BMT Trans Ngudi Makmur mampu menghasilkan nilai sosial dan nilai ekonomi. Dengan pandangan tersebut, selayaknya operasional BMT bergerak dalam motif sosial dan motif keuntungan. Motif sosial bermakna upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan menggerakkan sektor riil. Motif keuntungan bermakna pengembangan dan peningkatan daya saing BMT. Konsep yang paling utama dari BMT adalah jaminan sosial melalui pengelolaan dana baitul maal. Jaminan sosial ini dapat berupa insentif ekonomi ataupun berupa insentif sosial lainnya Permasalahannya adalah walaupun sudah banyak muncul dan berkembang LKM di lingkungan masyarakat namun kesenjangan antara permintaan dan penawaran layanan LKM masih ada, yaitu pada sektor pertanian pemenuhan

5 permodalan masih selalu menjadi persoalan. Satu sisi lain selain masalah permodalan yag cukup sulit untuk sektor pertanian yaitu banyak LKM yang hanya berperan dalam permodalan saja. Inilah yang menjadi perbedaan antara LKM BMT TRANS NGUDI MAKMUR dengan LKM yang lainnya dikarenakan LKM BMT TRANS NGUDI MAKMUR memberikan portofolio pembiayaan 70% ke pertanian dan 30% untuk perdagangan dalam industri kecil dan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat yang juga dilakukan dalam upaya untuk membina kegiatan ushatani pada petani. LKM BMT TRANS NGUDI MAKMUR memberikan permodalan bagi masyarakat Transmigrasi Ring-1 Karangsewu yang memang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Permodalan memang menjadi suatu komponen yang penting dalam jalannya kegiatan usaha termasuk usahatani. Peran LKM BMT TRANS NGUDI MAKMUR tidak hanya sebatas sebagai memberikan fasilitas jasa keuangan saja tetapi melakukan pemberdayaan pada semua kegiatan usaha yang ada disana dengan tujuan kesejahteraan. Berdasarkan hasil survey lapangan, di peroleh informasi bahwa dari tahun 2008 sejak LKM BMT TRANS NGUDI MAKMUR berdiri telah adanya strategi pendampingan dan peningkatan SDM. Pada tahun 2011 dilakukan pengembangan usaha ekonomi msayarakat, yang terdiri dari dua kegiatan yaitu budidaya pepaya California organik dan pengembangan Ayam Lokal Pedaging Unggulan (ALPU). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai bagaimana implementasi strategi pemberdayaan masyarakat dan bagaimana pencapaian keberdayaan

6 masyarakat dengan adanya strategi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan LKM BMT TRANS NGUDI MAKMUR untuk masyarakat transmigrasi lokal. B. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan profil LKM BMT TRANS NGUDI MAKMUR 2. Mendeskripsikan implementasi strategi LKM BMT TRANS NGUDI MAKMUR dalam pemberdayaan masyarakat transmigrasi lokal 3. Mendeskripsikan pencapaian keberdayaan masyarakat transmigrasi lokal dengan adanya strategi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan LKM BMT TRANS NGUDI MAKMUR C. Kegunaan Penelitian Adapun keguanaan dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan tentang strategi pemberdayaan masyarakat transmigrasi lokal dalam kemandirian ekonomi melalui Lembaga Keuangan Mikro. 2. Bagi LKM BMT TRANS NGUDI MAKMUR, dapat memberikan evaluasi dan saran terkait penyusunan langkah strategi pemberdayaan masyarakat transmigrasi lokal. 3. Bagi Pemerintah, dapat menjadi sebagai referensi tolak ukur untuk meningkatkan kesejahteraan melalui kelembagaan ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan di kawasan transmigrasi.