I PENDAHULUAN. Tanaman Pangan ,42. Hortikultura

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS DIPLADENIA CRIMSON DI PT ISTANA ALAM DEWI TARA SAWANGAN DEPOK

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki arti penting dalam bidang pertanian karena letaknya yang strategis.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan bisnis atau peluang usaha yang menjanjikan.tingginya minat

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

BAB I PENDAHULUAN. juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. Perkembangan

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

Tahun Bawang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Pertumbuhan (%)

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

PENGERTIAN TANAMAN HIAS

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

30% Pertanian 0% TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS WALISONGO PADA PT GODONGIJO ASRI DEPOK JAWA BARAT ROSIANA HERAWATI

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Hortikultura merupakan salah-satu subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits), tanaman berkhasiat obat (medical plants),tanaman hias (ornamental plants) termasuk didalamnya tanaman air, lumut dan jamur yang dapat berfungsi sebagai sayuran, tanaman obat atau tanaman hias. Secara umum, komoditas hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan pembudidayaannya memerlukan tenaga kerja intensif dengan keterampilan yang tinggi. Perkembangan agribisnis hortikultura diikuti pula dengan berkembangnya berbagai cabang usaha, baik di hulu, di tengah dan di hilir. Hortikultura juga berkembang menjadi berbagai kegiatan yang terkait dengan keragaman (hobby) dan seni. Pertumbuhan nilai ekspor komoditi pertanian Indonesia pada tahun 2005-2009 dapat diihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Pertanian Indonesia Tahun 2005-2009 SubSektor Nilai (ribu US$) Pertum buhan 2005 2006 2007 2008 2009* 05-08 (%) Tanaman Pangan 1.775.093 2.048.766 2.974.297 4.243.073 3.545.318 34,42 Hortikultura 145.331 365.747 519.992 433.826 626.118 59,09 Perkebunan 8.327.840 10.895.611 14.991.003 22.318.090 13.984.977 39,10 Peternakan 874.806 993.931 1.435.527 1.911.034 1.507.575 30,39 Keterangan : 2009* adalah data Jan-Nov 2009 Sumber : BPS, diolah Direktorat Pemasaran Internasional, Ditjen PPHP Tabel 1 menunjukkan pertumbuhan nilai ekspor komoditi pertanian pada tahun 2005 sampai pada tahun 2009. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki pertumbuhan nilai ekspor terbesar pada subsektor hortikultura yaitu sebesar 59,09 persen. Pertumbuhan nilai ekspor terbesar kedua terdapat pada komoditas tanaman perkebunan yaitu sebesar 39,10 persen. Persentase pertumbuhan nilai ekspor tanaman pangan adalah sebesar 34,42 persen dan ini 1

merupakan urutan nilai pertumbuhan ketiga tertinggi setelah komoditas tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan. Sedangkan pertumbuhan nilai ekspor terendah diantara komoditas pertanian lainnya adalah peternakan yaitu sebesar 30,39 persen. Berdasarkan data pada Tabel 1, subsektor hortikultura merupakan salah satu produk agribisnis yang sangat berpotensi untuk dikembangkan bagi pembangunan nasional, karena secara ekonomis memiliki nilai tambah dan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan apabila dapat dikelola dengan baik. Hortikultura memegang peranan penting dalam sumber pendapatan produsen, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Salah satu produk hortikultura yang memberikan kontribusi dalam PDB nasional adalah tanaman hias. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan agribisnis tanaman hias karena mempunyai wilayah yang luas, agroklimat tropis dan agroklimat subtropis di dataran tinggi, dan Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman sumberdaya florikultura yang cukup besar. Selain itu, Indonesia memiliki teknologi dan sumberdaya manusia untuk pengembangan tanaman hias. Produk tanaman hias dapat berupa bunga ataupun daun. Tanaman hias (florikultur) merupakan komoditas yang sangat khas, dimana para pengusahanya dituntut untuk lebih memberikan perhatian khusus dalam pengusahaannya yang didasarkan atas keterampilan seni, keterampilan dalam hal penguasaan teknologi, budidaya dan kemampuan dalam memperdagangkan hasil produksi atau pemasaran. 1 Tanaman hias adalah salah satu dari pengelompokan berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura. Bagian yang dimanfaatkan orang tidak semata bunga, tetapi kesan keindahan yang dimunculkan oleh tanaman hias. Para pengusaha tanaman hias juga dituntut untuk dapat memperdagangkan hasil produksinya 1 http://www.agrina-online.com/show_article. Pasar Agribisnis Tanaman Hias Indonesia (diakses tanggal 14 April 2011) 2

dalam keadaan baik dan segar, serta menampilkan bentuk dan warna produksinya yang secara artistik mampu menarik calon konsumen. Tabel 2 menunjukan bahwa perkembangan PDB komoditas hortikultura di Indonesia mengalami perkembangan yang positif dari setiap kelompok komoditinya. Data PDB nasional tahun 2008 sampai tahun 2009 menunjukan bahwa komoditi tanaman hias merupakan komoditas hortikultura yang memberikan kontribusi peningkatan persentase tertinggi kedua setelah komoditi sayuran yaitu 8,05 persen, hal ini dapat menunjukan bahwa tanaman hias memberikan persentase peningkatan sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan Negara. Kegiatan usahatani hortikultura, khususnya komoditas tanaman hias saat ini mulai banyak dikembangkan, selain dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi para hobiis, komoditas ini juga sangat potensial dan prospektif untuk dapat diusahakan. Seiring dengan pesatnya perkembangan trend tanaman hias membuat produsen terus mengembangkan usahanya. Penampilan bentuk tanaman hias yang beraneka ragam, corak warna bunga dan daun yang bervariasi merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen tanaman hias. Untuk penjelasan lengkap dalam bentuk data dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai PDB Hortikultura Menurut Kelompok Komoditi Tahun 2008-2009 No. Kelompok Komoditi Nilai PDB (Milyar Rp) Tahun 2008 Tahun 2009 Peningkatan (%) 1 Sayur 28.205,27 30.505,71 8,16 2 Buah 47.059,78 48.436,70 2,93 3 Tanaman Biofarmaka 3.852,67 3.896,90 1,15 4 Tanaman Hias 5.084,78 5.494,24 8,05 Total 84.202,50 88.333,56 4,91 Sumber. Direktorat Jendral Hortikultura, 2011 Produktivitas tanaman hias cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan walaupun luas panen tanaman hias mengalami penurunan, namun jumlah produksinya berada dalam kondisi stabil dan beberapa tanaman hias justru mengalami peningkatan produksi. Produksi tanaman hias bunga potong mengalami peningkatan produksi sebesar 28,20 persen, tanaman hias draceae 3

meningkat 21,39 persen, tanaman hias palem meningkat 9,66 persen, sedangkan yang mengalami peningkatan tertinggi untuk jumlah produksi pada tahun 2008 hingga 2009 adalah komoditas tanaman hias melati yaitu sebesar 38,84 persen. Peningkatan produksi melati yang tinggi tidak diiringi oleh penambahan luas panennya. Untuk tanaman hias melati luas panen yang tercatat dari tahun 2008 hingga 2009 mengalami penurunan sebesar 25,99 persen, sehingga untuk luas panen pada subsektor hortikultura komoditas tanaman hias melati mengalami persentase penurunan tertinggi. Peningkatan jumlah produksi tanaman hortikultura dan peningkatan luas panen dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komoditas Perbandingan Produksi, Luas Panen dan Persentase Peningkatan Subsektor Hortikultura Tahun2008-2009 Produksi 2008 Produksi 2009 Penigkatan (%) Luas Panen 2008 Luas Panen 2009 Penigkatan (%) Sayuran 10.035.094Ton 10.628.285Ton 5,91 1.026.991Ha 1.078.159Ha 4,98 Buah 18.027.889 Ton 18.653.900 Ton 3,47 781.333Ha 826.430 Ha 5,77 Tanaman Hias - Bunga Potong 205.564.659Tgk 263.531.374Tgk 28,20 10.877.307 m 2 13.867.791 m 2 27,49 - Draceae 1.863.764 Phn 2.262.505 Phn 21,39 176.470 m 2 194.801 m 2 10,39 - Melati 20.388.199 Kg 28.307.326 Kg 38,84 1.296.439 m 2 959.546 m 2-25,99 - Palem 1.149.420 Phn 1.260.408 Phn 9,66 523.460 Ha 460.398 Ha -12,05 Tanaman Biofar-maka 465.257.355Kg 472.863.015 Kg 8,89 - - - Sumber: Dirjen Hortikultura (Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2009, Angka Tetap) Salah satu penyebab terjadinya penurunan luas lahan yang digunakan untuk memproduksi tanaman hias adalah besarnya risiko yang dihadapi saat budidaya. Teknik budidaya tanaman hias harus lebih dikembangkan, bagi sebagian besar produsen tanaman hias telah mempunyai teknik-teknik tersendiri yang unggul dalam memaksimalkan produktivitas produk yang diusahakan. Adanya peningkatan jumlah produksi tanaman hias, membawa dampak yang cukup baik terhadap perkembangan agribisnis di Indonesia dengan berorientasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Daya beli terhadap pola konsumsi tanaman hias meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut sejalan dengan tingginya minat masyarakat terhadap kebutuhan keindahan dan kecantikan lingkungan. Bisnis tanaman hias semakin diminati masyarakat di berbagai 4

wilayah. Pada Tabel 3 menunjukan bahwa persentase peningkatan produksi tanaman hias lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman hortikultura lainnya seperti komoditas sayuran, buah dan tanaman biofarmaka. Hal ini dapat diindikasikan bahwa tanaman hias memiliki prospek yang besar. Dengan hal tersebut berpeluang untuk para produsen atau pengusaha agar lebih mengembangkan bisnis tanaman hias. Pada tahun 2008 di Indonesia tercatat tiga Provinsi sebagai penghasil tanaman hias tertinggi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Data produksi komoditi tanaman hias yang tercatat oleh Badan Pusat Statistik tahun 2008 adalah anggrek, krisan, mawar, dan sedap malam dalam satuan batang. Data produksi tanaman hias Indonesia tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 4. 2 Tabel 4. Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2008 (Satuan Batang) Provinsi Anggrek Krisan Mawar Sedap Malam Nangroe Aceh Darusalam 767 0 851 0 Sumatera Utara 373,179 1,618,184 135,779 184,622 DKI Jakarta 1,164,863 60 67,800 50 Jawa Barat 5,617,993 51,451,094 4,851,516 5,277,079 Jawa Tengah 954,404 13,519,765 12,262,228 4,774,533 DI Yogyakarta 169,528 48,951 20,562 1,702 Jawa Timur 1,660,307 29,962,606 20,361,500 14,282,349 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Tabel 4 menunjukan bahwa provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra penghasil tanaman hias di Indonesia terutama untuk komoditi anggrek dan krisan. Hal ini disebabkan Jawa Barat memiliki kondisi tanah dan iklim yang cocok untuk pengembangan bunga krisan dan anggrek. Untuk data lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Selain itu, permintaan pasar akan bunga rata-rata cenderung meningkat tiap tahunnya yang menyebabkan pengusaha tanaman hias di daerah Jawa Barat memperbesar skala usahanya. Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan agribisnis tanaman hias di Jawa Barat masih sangat berpotensi. Untuk daerah sentra tanaman hias di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 5. 2 http://www.bps.go.id Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2008. Diakses tanggal 17 Agustus 2011 5

Tabel 5. Sentra Tanaman Hias di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 No. Kota Jenis Tanaman 1 Kab. Bandung Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera 2 Cianjur Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Anggrek, Krisan, Gladiol, Gerbera, Draceaena, Zingiberaceae, Aspharagus 3 Sukabumi Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Gerbera, Draceaena, Heliconia, Cycas, Pakis 4 Bogor Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Zingiberaceae, Heliconia, Pakis, Adenium, Ficus, Aglaonema, Euphorbia 5 Karawang dan Kab. Bekasi Cemara, Palem, Melati, Zingiberaceae, Anggrek, Adenium, Aglonema, Dracaena 6 Garut Anggrek, Palem, Melati, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Dracaena, Cordeline 7 Kota Bandung Palem, Cemara, Bougenville, Ficus, Anthurium 8 Depok Anggrek, Bougenville, Cemara, Palem, Dracaena, Cordeline, Aglaonema, Adenium, Anthurium Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 3 Depok merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang menjadi sentra tanaman hias. Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa daerah Depok merupakan salah satu sentra tanaman hias khususnya untuk jenis anggrek, bougenville, cemara, palem, dracaena, cordeline, agloonema, adenium,dan anthurium. Hal ini didukung juga oleh potensi pasar yang sangat baik, masih tersedianya lahan, potensi sumberdaya manusia yang besar, serta kondisi iklim Kota Depok yang sesuai untuk menghasilkan atau memproduksi tanaman hias. PT. Istana Alam Dewi Tara merupakan salah satu perusahaan tanaman hias yang berlokasi di Sawangan Depok, Jawa Barat. Perusahaan ini merupakan perusahaan besar yang mampu bergerak dibidang usaha produksi tanaman, distribusi dan pemasaran. PT Istana Alam Dewi Tara juga menyediakan produkproduk yang berasal dari alam seperti tanaman hias, tanaman landscape, wooden craft, batu alam dan batu fosil. Setiap usaha khususnya dalam agribisnis memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda. Risiko-risiko yang terdapat dalam budidaya tanaman hias adalah 3 http://diperta.jabarprov.go.id Sentra Tanaman Hias di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009. Diakses tanggal 15 April 2011 6

risiko produksi yang disebabkan oleh berbagai faktor misalnya kondisi iklim, cuaca, dan serangan penyakit. Risiko lain dalam pertanian tanaman hias adalah risiko pemasaran dan harga. Kata risiko banyak dipergunakan dalam berbagai pengertian, dimana ada banyak pendapat mengenai pengertian risiko tersebut. Beberapa definisi risiko antara lain yaitu sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan (Kountur 2004). Salah satu jenis tanaman hias yang diproduksi oleh PT. Istana Alam Dewi Tara adalah Dipladenia crimson. Tanaman ini berpeluang untuk diusahakan karena tingginya permintaan serta minat masyarakat terhadap bentuk Dipladenia crimson yang sangat menarik. 4 Tanaman ini berasal dari Brasilia, sangat cocok di tanam di daerah tropis dengan ketinggian ± 150 m diatas permukaan laut, suhu berkisar 27 0 C 37 0 C, kelembaban sekitar 60 persen 70 persen, dan curah hujan yang cukup kecil, serta tanaman Dipladenia crimson ini sangat menyukai sinar matahari penuh. Tanaman landscape yang cantik ini merupakan tanaman merambat dan dapat dirambatkan di pagar rumah. Selain itu, tanaman Dipladenia crimson ini bisa dijadikan sebagai tanaman pot plant yang dapat menghasilkan bunga yang sangat indah dengan bunga merah menyala. Permintaan tanaman hias Dipladenia crimson yaitu dengan ukuran tinggi 20-30 cm atau ukuran pot 20 cm. Data permintaan dapat dilihat dari data penjualan yang ada di PT Istana Alam Dewi Tara, Data penjualan tanaman hias di PT Istana Alam Dewi Tara Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukan bahwa penjualan tanaman hias pada tahun 2009 tidak stabil setiap bulannya. Hal ini dikarenakan trend tanaman hias tidak menentu. Permintaan yang paling tinggi pada tahun 2009 yaitu untuk jenis tanaman hias Dipladenia crimson. Jika dilihat dari total permintaan dalam satu tahun Dipladenia crimson merupakan tanaman yang tertinggi pertama, sedangkan untuk permintaan tertinggi kedua yaitu jenis tanaman hias adenium, dan permintaan terbanyak berikutnya adalah jenis tanaman hias anthurium green. 4 Wawancara dengan manager PT Istana Alam Dewi Tara (Maret, 2011) 7

Tabel 6. Data Penjualan Tanaman Hias di PT Istana Alam Dewi Tara Tahun 2009 Komoditi Bulan/ Qty Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total Adenium Bangna 5 3 6 9 5 5 12 25 2 11 11 5 99 Adenium Original 68 67 75 39 87 33 26 83 52 76 16 60 682 Adenium Geisha 2 1 11 13 4 2 12 16 10 23 6 19 129 Aglaonema Legacy 11 7 7-24 17 34 6 10 14 19 25 174 Anthurium Green 7 27 26 5 32 13 70 102 21 70 96-469 Anthurium Wave 33 31 30 18 15 12 26 7 6 19 13-210 Bonsai - - 1-1 - - 1 1 1 1-6 Dipladenia crimson - - 380 - - 270 - - 320 - - 312 1,282 Euphorbia 3 6 3 14 27 7 47 32 19 43 43 38 282 Mandevilla 4 33 10-16 7 1 1 3 6 2-83 Sansevieria 22 10 4-1 - 13 8 3-2 6 69 Quisqualis Indica 36 45 72 37 35 37 85 121-1 1 82 552 Sumber: PT Istana Alam Dewi Tara, 2011 Tinginya angka penjualan tanaman hias Dipladenia crimson merupakan suatu peluang bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan produksi (Tabl 6). Namun dalam proses produksinya, tanaman hias Dipladenia crimson ini memiliki risiko yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tanaman hias lainnya, hal ini dibuktikan oleh rendahnya tingkat keberhasilan saat diproduksi. Risiko perlu untuk diperhitungkan karena umumnya risiko berdampak pada kerugian yang harus ditanggung oleh pemilik usaha. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dan pengkajian yang bertujuan untuk mengetahui risiko produksi tanaman hias Dipladenia crimson di PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Depok. 1.2 Perumusan Masalah PT. Istana Alam Dewi Tara atau disebut sebagai Istana Alam Nursery merupakan salah satu perusahaaan yang bergerak dibidang tanaman hias yang meliputi bidang usaha produksi tanaman, distribusi dan pemasaran. Namun tidak hanya tanaman hias, seiring dengan adanya permintaan konsumen serta untuk lebih memperlengkap usaha, maka perusahaan ini mencoba untuk memproduksi dan memasarkan tanaman buah (lengkeng, rambutan, mangga, durian, jeruk, jambu citra, jambu kancing, srikaya, dan magic fruit). Jenis tanaman hias yang disediakan di PT. Istana Alam Dewi Tara antara lain adalah bonsai, adenium, 8

anthurium, aglaonema, euphorbia, zamioculcaas, rhapis humilis dan lain sebagainya. Selain dapat menyalurkan hobby untuk keindahan dan kecantikan, usaha tanaman hias juga memiliki kendala yang sangat besar yaitu tingginya tingkat risiko produksi yang dihadapi. Untuk persentase keberhasilan produksi tanaman hias Dipladenia crimson yaitu 60 persen sampai 70 persen. Sedangkan untuk tanaman hias lainnya dan tanaman buah persentase keberhasilannya lebih tinggi yaitu 80 persen sampai 90 persen. 5 Selain risiko produksi juga terdapat risiko harga dalam usaha budidaya tanaman, sumber utama risiko harga adalah ketidakpastian harga produk ketika perusahaan membuat keputusan untuk melakukan perbanyakan atau menanam. Adanya risiko harga produk dapat menyebabkan harga yang diperoleh perusahaan mengalami fluktuasi. Risiko harga produk tanaman hias sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan tanaman hias di pasaran. Namun untuk risiko harga dan pemasaran tidak terdapat pada komoditi Dipladenia crimson, karena dapat diihat dari tingginya angka permintaan tanaman hias ini jika dibandingkan dengan angka penawaran yang diberikan perusahaan. Penawaran yang diberikan oleh PT Istana Alam Dewi Tara adalah merupakan jumlah hasil perbanyakan yang berhasil dilakukan. Seluruh tanaman yang berhasil dalam proses produksi akan ditawarkan kepada konsumen dan seluruh hasil produksi tersebut mampu diserap oleh pasar, hal ini dikarenakan tingginya minat konsumen terhadap tanaman hias Dipladenia crimson. Saat ini permintaan tanaman hias Dipladenia crimson masih belum bisa terpenuhi oleh PT Istana Alam Dewi Tara, salah satu faktornya adalah terjadinya tingkat kegagalan yang tinggi dalam memproduksi. Setiap periodenya perusahaan melakukan kegiatan perbanyakan dalam jumlah indukan yang digunakan dan anakan yang ditanam selalu sama yaitu sebanyak 600 batang, namun keberhasilan produksi setiap periodenya tidak stabil. Dalam upaya menghasilkan produsi tanaman hias bermutu dari indukan varietas unggul (bersertifikat), perusahaan memiliki indukan sebanyak 60 batang, setiap indukan mampu menghasilkan anakan 10 pucuk setiap periodenya. Indukan tersebut merupakan tanaman impor yang telah melewati 5 Wawancara dengan karyawan produksi PT Istana Alam Dewi Tara (Maret, 2011) 9

seleksi atau sertifikasi dan tahap karantina, oleh karena itu perusahaan mempunyai keterbatasan dalam meningkatkan kapasitas produksi yang disebabkan keterbatasan indukan. Untuk mengetahui data permintaan, penawaran dan selisih tanaman hias Dipladenia crimson pada tahun 2009 dan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Data Permintaan, Penawaran dan Selisih Dipladenia crimson Tahun 2009-2010 No Uraian Jumlah/Pot/Tahun 2009 2010 1 Permintaan 2.460 2.912 2 Penawaran 1.282 1.632 3 Selisih 1.178 1.280 Sumber : Istana Alam Dewi Tara, 2011 Berdasarkan informasi pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa PT Istana Alam Dewi Tara masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pasar, karena jumlah permintaan jauh lebih besar dari jumlah penawaran. Dalam menawarkan produknya PT Istana Alam Dewi Tara selalu memberikan penawaran dengan mutu dan kualitas yang sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen. Dapat dilihat pada Tabel 7 bahwa jumlah penawaran masih rendah jika dibandingkan dengan jumlah permintaan tanaman hias Dipladenia crimson. Biasanya untuk dapat memenuhi permintaan yang sesuai dengan kontrak maka PT Istana Alam Dewi Tara melalukan kerja sama dengan petani sekitar. Sedangkan perubahan harga produk pada PT Istana Alam Dewi Tara biasanya jarang terjadi. Hal ini dikarenakan harga yang ditawarkan sesuai harga pasar dan permintaan yang lebih tinggi dibandingkan jenis tanaman lainnya (adenium, anthurium dan aglaonema). Untuk itu harga yang ditawarkan produsen sesuai dengan harga yang beredar dipasaran (stabil) dan tidak membuat produsen mengalami risiko (melebihi harga pokok produksi). Permintaan yang cukup tinggi juga membuat produsen tidak mengalami risiko pasar dalam pemasarannya. Risiko pasar dan harga biasanya merupakan risiko yang terjadi di luar kendali manajemen PT Istana Alam Dewi Tara dan risiko tersebut juga merupakan risiko yang tidak bisa dihilangkan karena timbul dari mekanisme pasar. Untuk menghindari risiko pasar perusahaan melakukan kerja sama dengan petani sekitar disaat kekurangan 10

pasokan. Gambar 2 dapat menjelaskan bahwa harga tidak mempunyai risiko dalam setiap penawaran atau penjualannya. L = umur tan 4-6 bln s/m = umur tan 3-4 Gambar 1. Harga Jual Tanaman Hias Dipladenia crimson Tahun 2009-2010 Sumber : PT Istana Alam Dewi Tara Saat ini, PT Istana Alam Dewi Tara menghadapi risiko produksi yang cukup tinggi pada komoditas tanaman hias Dipladenia crimson. Dimana hasil produksi yang diperoleh bervariasi. Adanya risiko produksi diperjelas oleh fluktuasi keberhasilan produksi yang tidak stabil dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik Keberhasilan Produksi Dipladenia crimson Istana Alam Dewi Tara Tahun 2009-2010 Sumber : PT Istana Alam Dewi Tara 11

Pada Gambar 2 memperlihatkan bahwa tingkat keberhasilan produksi Dipladenia crimson yang dihasilkan mengalami kondisi yang tidak stabil setiap periodenya, hal ini dapat menunjukkan adanya risiko produksi pada Istana Alam Dewi Tara. Tanaman hias Dipladenia crimson sama seperti tanaman hias merambat lainnya yang memiliki produksi masih rendah dan belum mampu memenuhi seluruh permintaan. Sebagai tanaman pertanian erat kaitannya dengan faktor alam dalam perolehan hasil produksi. Seperti diketahui bahwa alam tidak dapat diprediksi, mudah berubah-ubah, sulit untuk diramalkan dan sulit untuk dikendalikan. Keadaan tersebut tentu dapat membawa dampak buruk pada pendapatan usaha karena mengalami kerugian. Kerugian tersebut merupakan risiko yang harus ditanggung PT Istana Alam Dewi Tara sebagai suatu kegiatan usaha. Usaha tanaman hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara yaitu dengan melakukan produksi setiap tiga bulan sekali. Setiap tahunnya untuk tanaman hias Dipladenia crimson, perusahaan ini memproduksi empat periode tanam. Dengan jangka waktu periode selama tiga bulan. Keberhasilan produksi tertinggi dialami pada periode ketiga tahun 2010 yaitu sebesar 78 persen, sedangkan produksi terendah dialami saat periode kedua tahun 2009 yaitu sebesar 45 persen. Pada umumnya yang menjadi sumber utama penyebab terjadinya resiko produksi dalam memproduksi tanaman hias antara lain ialah kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi, serta serangan hama, dan sulitnya mengendalikan penyakit yang terdapat di tanaman hias. Selain itu, tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja pada usaha tanaman hias masih belum memadai dalam melaksanakan kegiatan proses produksi, khususnya pada saat perbanyakan dengan stek batang. Adanya risiko produksi membawa dampak yang merugikan bagi PT Istana Alam Dewi Tara, yaitu dapat menyebabkan kegagalan dalam memproduksi atau melakukan perbanyakan. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami PT Istana Alam Dewi Tara adalah jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen yang juga menurun karena banyaknya gagal panen. Rendahnya produksi tersebut berdampak terhadap pendapatan yang diterima perusahaan. Berdasarkan perumusan diatas, disimpulkan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu: 12

1. Bagaimana risiko produksi yang dihadapi PT Istana Alam Dewi Tara pada usaha tanaman hias Dipladenia crimson? 2. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi di PT. Istana Alam Dewi Tara? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis sumber-sumber risiko yang terdapat pada tanaman hias Dipladenia crimson. 2. Menganalisis tingkat risiko produksi pada usaha tanaman hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara. 3. Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi di usaha tanaman hias Dipladenia crimson Istana Alam Dewi Tara. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perusahaan Istana Alam Dewi Tara, penulis maupun pembaca, serta masyarakat yang berminat untuk melakukan usaha tanaman hias Dipladenia crimson. Bagi perusahaan Istana Alam Dewi tara, sebagai pertimbangan untuk perencanaan pengambilan keputusan dalam mengelola usaha tanaman hias agar dapat lebih waspada dalam menghadapi risiko dan dapat mengurangi kerugian yang diterima. Bagi penulis, memberi pengalaman nyata dalam menganalisis dan memecahkan masalah berdasarkan pengalaman serta menambah wawasan dan pengetahuan baru dalam melakukan suatu kegiatan usaha. Bagi pembaca dan masyarakat yang berminat pada tanaman hias Dipladenia crimson, berguna sebagai tambahan informasi dan rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai Dipladenia crimson serta sebagai referensi dalam memulai usaha Dipladenia crimson. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Terdapat beberapa batasan ruang lingkup dalam melakukan penelitian ini, yaitu bahwa dalam penelitian ini mengkaji komoditas tanaman hias Dipladenia crimson. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara 13

dan diskusi langsung kepada pihak perusahaan dan data sekunder berupa data penjualan, harga jual dan data produksi (produktivitas dan persentase keberhasilan) tanaman hias Dipladenia crimson selama kurun waktu tahun 2009 sampai tahun 2010. Pemilihan komoditas ini didasarkan bahwa komoditas tersebut merupakan jenis tanaman hias yang memiliki tingkat kegagalan cukup tinggi dalam proses produksinya dan juga karena rekomendasi dari pihak perusahaan. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai analisis risiko produksi pada komoditas Dipladenia crimson. Penelitian ini menggunakan data periode 2009-2010. Selain itu penelitian ini hanya difokuskan pada analisis resiko produksi spesialisasi. 14