BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Pertamina (Persero)

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

DATA DAN INFORMASI MIGAS

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM

ANALISIS MASALAH BBM

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

DIREKTORAT PEMBINAAN USAHA HILIR MIGAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I MEDAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

BAB III METODE PENULISAN. organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi.

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

BAB II DESKRIPSI PT PERTAMINA PERSERO MARKETING OPERATIONREGION II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/KMK.06/2002 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAYARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP. 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO)

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

LAPORAN HARIAN PELAKSANAAN POSKO NASIONAL SEKTOR ESDM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo

Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

ANALISIS PENERAPAN PERBAIKAN JADWAL PERAWATAN POMPA PRODUK DI PT PERTAMINA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK SEMARANG GROUP

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

SISTEM INFORMASI JASA PENGANGKUTAN DAN PENGISIAN GAS ELPIJI PADA PT. GASINDO CITRA PERWIRA

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. Langkat, Sumatera Utara ketika Aeilko Janszoon Zijlker berhasil

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I fpendahuluan Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Adapun Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) :

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 07/P/BPH MIGAS/IX/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)

LAPORAN HARIAN PELAKSANAAN POSKO NASIONAL SEKTOR ESDM

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

PROFIL PERUSAHAAN. 2) Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

Oleh Kamis, 19 Oktober :36 - Update Terakhir Kamis, 02 November :21

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS

KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

REFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Copyright BPH Migas 2014, All Rights Reserved

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

BAB I PENDAHULLUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

Transkripsi:

21 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan Sejak didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan gas bumi di sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu Pertamina yang dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan luar negeri meliputi kegiatan di bidang-bidang eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak dan gas. Untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut, Pertamina juga menekuni bisnis jasa teknologi dan pengeboran, serta aktivitas lainnya yang terdiri atas pengembangan energi panas bumi dan Coal Bed Methane (CBM). Dalam pengusahaan migas baik di dalam dan luar negeri, Pertamina beroperasi baik secara independen maupun melalui beberapa pola kerja sama dengan mitra kerja yaitu Kerja Sama Operasi (KSO), Joint Operation Body (JOB), Technical Assistance Contract (TAC), Indonesia Participating/ Pertamina Participating Interest (IP/PPI), dan Badan Operasi Bersama (BOB). Aktivitas eksplorasi dan produksi panas bumi oleh Pertamina sepenuhnya dilakukan di dalam negeri dan ditujukan untuk mendukung program pemerintah menyediakan 10.000 Mega Watt (MW) listrik tahap kedua. Di samping itu Pertamina mengembangkan CBM atau juga dikenal dengan gas metana batubara (GMB) dalam rangka mendukung program diversifikasi sumber energi serta peningkatan pasokan gas nasional pemerintah.

22 Sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah, pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait untuk pendistribusian produk Perusahaan. Kegiatan pengolahan terdiri dari: RU II (Dumai), RU III (Plaju), RU IV (Cilacap), RU V (Balikpapan), RU VI (Balongan) dan RU VII (Sorong). Pertamina juga mengoperasikan Unit Kilang LNG Arun (Aceh) dan Unit Kilang LNG Bontang (Kalimantan Timur). Sedangkan produk yang dihasilkan meliputi bahan bakar minyak (BBM) seperti premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, minyak bakar dan Non BBM seperti pelumas, aspal, Liquefied Petroleum Gas (LPG), Musicool, serta Liquefied Natural Gas (LNG), Paraxylene, Propylene, Polytam, PTA dan produk lainnya. Terminal BBM Pulau Baai, PT Pertamina (Persero) berlokasi di jalan Ir. Rustandi Sugianto No. 11, Pulau Baai, Bengkulu. Luas tanah 59.850 M 2 dan luas perairan untuk dermaga 584.730.Berikut adalah tata letak fasilitas yang dimiliki Terminal BBM Pulau Baai : Gudang Serba Guna Gudang Pelumas Gate Keeper Kantor Filling Sheed 5 6 3 4 Bak P.A.K R. Pompa Parkir Mobil 1 2 Ruang Bengkel Drum Yard 7 8 Tangki Timbun Gambar 4.1Tata letak fasilitas Terminal BBM Pulau Baai

23 Fasilitas Dermaga Dermaga Beton Ukuran : 15 M x 15 M Kapasitas Sandar : 8.000 DWT Gambar 4.2 Dermaga Terminal BBM Pulau Baai 4.2 Struktur Organisasi Perusahaan Gambar 4.3 Struktur Organisasi Perusahaan

24 Gambar 4.4 Struktur Organisasi Perusahaan 4.3 Penanganan Bahan Terminal BBM Pulau Baai dalam proses pendistribusian produk BBM ke SPBU, SPDN dan AMT menggunakan berbagai jenis armada truk tangki, yaitu : Truk Tangki Premium : 11 Unit Kapasitas : 176 KL Truk Tangki Solar : 4 Unit Kapasitas : 64 KL Truk Tangki Kerosene : 20 Unit Kapasitas : 100 KL

25 Tangki Timbun Tangki Avtur (Jet A1) : 1 Buah Kapasitas : 500 KL Tangki Premium : 4 Buah Kapasitas : 7.000 KL Tangki Solar : 3 Buah Kapasitas : 9.000 KL Tangki Kerosene : 2 Buah Kapasitas : 3.000 KL Gambar 4.5 Tangki Timbun Terminal BBM Pulau Baai... Berikut ini adalah perincian ketahanan persediaan yang dimiliki oleh Terminal BBM Pulau Baai : Tangki Avtur (Jet A1) = 41 Hari Tangki Premium = 20 Hari Tangki Solar = 18 Hari Tangki Kerosene = 23 Hari

26 Pipa Penanganan bahan dengan menggunakan pipa menggunakan tekanan sebesar 2 Kilogram untuk menerima BBM dari pompa tangker ke tangki timbun di Terminal BBM Pulau Baai. Gambar 4.6 Pipa BBM Terminal BBM Pulau Baai 4.4 Kondisi Lingkungan Kerja Perancangan kondisi lingkungan kerja salah satu hal penting, disebabkan lingkungan kerja yang kondusif dapat meningkatkan produktivitas serta dapat menciptakan suasana yang nyaman,sehingga dapat mencegah terjadinya kelelahan dalam bekerja. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan kerja adalah sebagai berikut: 1. Temperatur (suhu) Suhu dapat mempengaruhi tingkatan kinerja seseorang terhadap suatu pekerjaaan. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan pekerja mudah kelelahan, tingginya tingkat dehidrasi dan mengurangi konsentrasi pekerja sehingga meningkatnya tingkat kesalahan. Upaya pencegahan terhadap suhu yang panas dengan menggunakan kipas angin dan blower, agar suhu ruang menjadi lebih kondusif untuk bekerja.

27 Pertamina, khususnya Terminal BBM Pulau Baai telah melakukan pengujian suhu lingkungan kerja, yaitu31,4 0 C 34,6 0 C. 2. Kebisingan Bising merupakan suara - suara yang tidak diharapkan yang dapat berpengaruh terhadap kinerja, hilangnya konsentrasi, terjadinya kesalahan, terganggunya komunikasi dan merusak sistem pendengaran. Pengujian kebisingan di Terminal BBM Pulau Baai pada area filling sheed dan tempat parkir, dapat diketahui tingkat kebisingan area tersebut : Ls 37,98 39,49 dba. Lm 33,36 33,51 dba. Lsm 38,17 39,15. 4.5 Peraturan Waktu Kerja Waktu kerja adalah jam kerja dimana para pekerja melakukan aktivitas pekerjaan, sesuai dengan job description masing-masing pekerja. Waktu kerja kantor pada Terminal BBM Pulau Baai PT. Pertamina (Persero) adalah : Pagi : 07.00 12.00 Istirahat : 12.00 13.00 Siang : 13.00 15.30 Waktu kerja operasional dilakukan di Terminal BBM Pulau Baai berdasarkan shift, dengan 8 jam waktu kerja, yaitu : Pagi : 07.00 15.00 Sore : 15.00 23.00 Malam : 23.00 07.00 4.6 Perencanaan Permintaan BBM Bersubsidi SPBU baru yang terdapat di provinsi Bengkulu dengan jumlah tiga buah SPBU baru dan meningkatnya permintaan produk Solar yang disebabkan peningkatan angkutan truk batubara yang melintas, mengakibatkan jumlah konsumsi BBM yang semakin meningkat. Semakin bertambahnya jumlah permintaan produk BBM setiap tahunnya, belum sesuai dengan jumlah BBM

28 yang dapat disediakan, khususnya BBM bersubsidi. Data tersebut dapat diketahui dengan perkiraan permintaan BBM produk Premium dan Solar pada setiap periode bulanan. Peningkatan permintaan BBM dapat diketahui dari data mengenai realisasi pengiriman jumlah BBM, khususnya produk Premium dan Solar, sehingga dari data tersebut bisa diperkirakan adanya peningkatan jumlah konsumsi BBM produk Premium dan Solar pada setiap periode bulanan. Premium Solar Tabel 4.1. Realisasi Premium dan Solar 2011 REALISASI TAHUN 2011 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES 12.906 11.800 13.023 13.314 14.598 14.082 14.340 14.128 14.618 14.064 13.522 14.308 4.696 4.336 4.957 4.416 5.001 4.806 4.991 4.972 4.264 5.047 4.685 4.886 Jumlah Permintaan Premium pada provinsi Bengkulu yang semakin meningkat dapat diketahui dengan metode perkiraan Trend Analysis pada tabel berikut : TABEL 4.2. Perkiraan permintaan Premium Periode Perkiraan Permintaan (KL) Januari 2012 14.716 Februari 2012 14.868 Maret 2012 15.020 April 2012 15.173 Mei 2012 15.325 Juni 2012 15.477 Juli 2012 15.630 Agustus 2012 15.782 September 2012 15.935 Oktober 2012 16.087 November 2012 16.239 Desember 2012 16.392 Jumlah Permintaan Solar pada provinsi Bengkulu yang semakin meningkat dapat diketahui dengan metode perkiraan Trend Analysis pada tabel berikut :

29 TABEL 4.3 Perkiraan permintaan Solar Periode Perkiraan Permintaan (KL) Januari 2012 4.925 Februari 2012 4.949 Maret 2012 4.972 April 2012 4.996 Mei 2012 5.020 Juni 2012 5.044 Juli 2012 5.068 Agustus 2012 5.092 September 2012 5.116 Oktober 2012 5.139 November 2012 5.163 Desember 2012 5.187 Data mengenai perkiraan jumlah permintaan Premium tersebut dilakukan penyesuaian dengan jumlah kuota subsidi Premium dan Solar yang diberikan oleh pemerintah. Hal tersebut dilakukan agar perencanaan jumlah penjualan Premium dan Solar di wilayah provinsi Bengkulu sesuai dengan jumlah kuota subsidi Premium dan Solar yang diberikan oleh pemerintah. Perencanaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Kuota dan rencana pengiriman Premium dan Solar 2012 RENCANA KIRIM TAHUN 2012 (KL) JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES Premium 12.533 13.832 14.141 15.505 14.957 15.231 15.006 15.526 14.938 14.362 15.197 12.533 Solar 4.809 5.498 4.898 5.547 5.330 5.535 5.514 4.729 5.598 5.196 5.419 4.809 Permintaan jumlah kebutuhan BBM yang meningkat, menyebabkan adanya masyarakat yang tidak terpenuhi kebutuhan untuk bahan bakar kendaraan bermotornya, khususnya Premium. Pertamina pada wilayah unit pemasaran Sumatera Bagian Selatan melakukan strategi penjualan produk Pertamax, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan bakar kendaraan bermotor. 4.7 Proses Pemesanan dan Pengiriman Produk BBM Pertamina bagian pemasaran BBM retail merencanakan jumlah pengiriman Premium, Solar dan Kerosene yang dilakukan setiap hari, serta selalu

30 menyesuaikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan pengusaha SPBU dan agen minyak tanah. Pembayaran pembelian produk BBM yang dilakukan oleh pengusaha SPBU dan agen minyak tanah disetorkan ke bank persepsi yang ditunjuk Pertamina, yaitu bank BRI, bank Mandiri, bank BNI, bank BCA dan bank Bukopin. Pengusaha harus melakukan penyetoran tersebut ke bank persepsi minimal satu hari (H-1) sebelum pengusaha SPBU dan agen minyak tanah melakukan pesanan kepada pihak Pertamina. Pengusaha SPBU dan agen minyak tanah yang telah mengirimkan pembayaran ke bank persepsi, selanjutnya mendapatkan Sales Order (SO) / bukti pembayaran yang telah disetorkan pengusaha SPBU dan agen minyak tanah kepada pihak Pertamina. Pertamina di instansi / Terminal BBM setiap hari Senin sampai Jumat mendapatkan Sales Order (SO) yang telah dikirimkan pengusaha SPBU dan agen minyak tanah. Kemudian, Pertamina di instansi / Terminal BBM tersebut menyesuaikan jumlah Sales Order (SO) yang telah diterima dengan jumlah persediaan yang ada di Terminal BBM Pertamina. Instansi / Terminal BBM Pertamina yang telah menyesuaikan antara jumlah Sales Order (SO) dengan persediaan yang ada di Terminal BBM Pertamina, selanjutnya membuat Loading Order (LO) untuk pengiriman pada hari berikutnya kepada pihak transportir. Terminal BBM Pertamina memastikan bahwa pihak Transportir yang berangkat membawa produk Premium, Solar dan Kerosene ke lokasi SPBU, sudah dalam keadaaan bebas air pada tangki yang berisi produk BBM tersebut. Transportir tersebut diperiksa jumlah BBM yang diterimanya, dan diberikan surat jalan (DO) serta dokumen BBM bebas air. Kemudian, pihak Pertamina memberitahukan kepada pengusaha SPBU dan agen minyak tanah mengenai Transportir yang telah berangkat menuju SPBU dan agen minyak tanah tersebut melalui SMS ke telepon genggam pengusaha SPBU dan agen minyak tanah. Hal ini dapat diketahui dari Gambar 4.7.

31 Gambar 4.7 Pola pemesanan dan pengiriman produk BBM 4.8 Manajemen Rantai Pasok Premium, Solar dan Kerosene Aspek yang berperan penting dalam operasional suatu perusahaan adalah manajemen rantai pasok, dengan mengetahui proses manajemen rantai pasok pada perusahaan, memberikan pemahaman mengenai proses bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Gambar 4.8 Aliran Material BBM

32 Gambar aliran material BBM bersubsidi memberikan informasi mengenai sumber minyak mentah yang diperoleh oleh Pertamina unit pengolahan untuk melakukan kegiatan pengolahan. Sumber minyak mentah untuk diolah berasal dari Pertamina eksplorasi atau impor luar negeri dengan menggunakan tangker dan tongkang. Minyak mentah diolah menjadi berbagai produk, seperti Premium, Solar dan Kerosene. Pertamina unit pengolahan mengirimkan berbagai produk tersebut ke konsumen internal (Pertamina unit pemasaran), khususnya produk Premium, Solar dan Kerosene. Pertamina unit pemasaran yang menerima produk Premium, Solar dan Kerosene, kemudian mengirimkan produk tersebut ke Terminal Transit untuk disimpan pada periode tertentu (biasanya perminggu). Terminal Transit adalah suatu lokasi untuk mengumpulkan BBM dari hasil produksi Pertamina unit pengolahan dan impor dari luar negeri dalam bentuk produk jadi Premium, Solar dan kerosene. Terminal Transit memiliki tugas untuk menyimpan produk BBM, dan mengirimkan produk BBM ke terminal BBM pada setiap wilayah pasokan Terminal Transit, sesuai dengan jumlah permintaan produk BBM dan kapasitas penyimpanan pada setiap Terminal BBM dengan menggunakan tangker dan tongkang. Terminal BBM sebagai penerima produk BBM memiliki tugas untuk menyalurkan produk BBM ke seluruh SPBU dan agen minyak tanah yang berada di wilayah penyaluran Terminal BBM. Contohnya, Terminal BBM Pulau Baai menyalurkan produk BBM ke : SPBU, SPDN dan Agen Minyak Tanah di kota Bengkulu, SPBU, SPDN dan Agen Minyak Tanah di wilayah Bengkulu Utara, SPBU, SPDN dan Agen Minyak Tanah di wilayah Bengkulu Selatan. Produk BBM yang sudah dikirimkan ke SPBU, kemudian dijual ke masyarakat dengan harga eceran tertinggi untuk BBM yang bersubsidi. Karakteristik produk tesebut adalah produk fungsional.

33 4.8.1 Keputusan Pasokan Aliran Material BBM Produk BBM yang ada pada setiap Terminal Transit dan Terminal BBM diperoleh dari pasokan unit pengolahan Pertamina serta impor luar negeri. Pasokan yang dikirimkan dari unit pengolahan Pertamina dan impor luar negeri ke Terminal Transit dan Terminal BBM, sampai dengan produk BBM sampai ke SPBU masih belum optimal dalam pelaksanaan di lapangan, seperti waktu pengiriman yang terlambat, jumlah BBM yang diterima belum sesuai dengan kebutuhan setiap harinya. Kendala ini terjadi disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya : Faktor alam (pendangkalan pantai, badai besar, tanah longsor, gempa bumi dan banjir). Faktor sosial masyarakat (pencurian BBM, penimbunan BBM secara illegal dan kekhawatiran masyarakat mengenai kelangkaan BBM). Faktor internal (produksi BBM unit pengolahan Pertamina yang tidak sesuai permintaan unit pemasaran Pertamina, kurang tersedianya kendaraan pengangkut BBM dan belum lengkapnya fasilitas penerimaan serta penyaluran BBM pada Terminal BBM). Faktor eksternal (infrastruktur jalan yang rusak dan pemberitaan media massa yang mengakibatkan kepanikan masyarakat mengenai ketersediaan BBM). Berbagai faktor yang menyebabkan terkendalanya pendistribusian produk BBM, membuat Pertamina menerapkan pola suplai reguler, alternatif dan emergency dalam pendistribusian produk BBM. Strategi supply chain yang diterapkan Pertamina, khususnya di unit pemasaran Sumbagsel PT. Pertamina (Persero) menggunakan beberapa titik pengiriman produk BBM dan pola suplai, yaitu :

34 No. 1. Terminal BBM Pulau Baai Tabel 4.5 Titik SuplaiPertamina Sumbagsel Sumber Pasokan BBM Reguler Alternatif Emergency - TT. Teluk - Kilang Plaju Kabung Panjang - TT. Tj. Gerem Lubuk Linggau Lubuklinggau Lahat Lahat Baturaja Baturaja 2. Kertapati - Kilang Plaju - Injeksi Kilang - Injeksi Kilang Palju dari Plaju dari Kilang Kilang Balongan Cilacap dan Kilang Dumai 3. Panjang - Kilang Plaju - Kilang Plaju - Batam Grup (Premium, Solar - Kilang Dumai dan Minyak - Kilang Bakar) Balongan - TTU.Balongan - Kilang Cilacap -Impor Singapura 4. Pangkalan - Kilang Plaju - TT. Tj. Gerem - Kilang Dumai Balam (Premium dan - Batam Grup - Kilang Balongan Kerosene) - Kilang Plaju - Batam Grup - TT. Tj. Gerem 5. Jobber Tj. - Kilang Plaju - Batam Grup - TT. Tj. Gerem Pandan - Kilang Plaju - Batam Grup

35 6. Jambi - Kilang Plaju - TT. Teluk - Kilang Dumai - Batam Grup Kabung - TT. Teluk Kabung Kertapati - Batam Grup Kertapati - Kilang Plaju Lubuk Linggau 7. Lubuklinggau - Terminal BBM Kertapati Pulau Baai Panjang Jambi Baturaja - Terminal Kertapati Lahat 8. Lahat - Terminal BBM Kertapati Pulau Baai Baturaja Lubuk Linggau 9. Baturaja - Terminal BBM Kertapati Panjang Pulau Baai Lahat Tabel tersebut memberikan informasi mengenai titik suplai yang dilakukan PT. Pertamina (Persero) regionii Sumbagsel, mulai dari pola suplai reguler, alternatif dan emergency. Pola suplai reguler

36 Gambar 4.9 Pola Suplai Reguler Pertamina Sumbagsel Gambar tersebut memberikan informasi mengenai pola suplai reguler yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) region II Sumbagsel. Pola suplai reguler dilakukan PT. Pertamina (Persero) region II Sumbagsel, pada saat kondisi permintaan BBM stabil dan persediaan BBM yang terdapat di Refinery Unit, Terminal Transit dan Terminal BBM tersedia dalam jangka waktu 5 hari untuk memenuhi kebutuhan BBM yang dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya di wilayah Sumbagsel. Pola suplai alternatif Gambar 4.10 Pola suplai alternatif Pertamina Sumbagsel

37 Gambar 4.10 memberikan informasi mengenai pola suplai alternatif yang dilakukan olehpt. Pertamina (Persero) regionii Sumbagsel. Pola suplai alternatif dilakukan pada saat kondisi permintaan BBM mengalami peningkatan permintaan, disebabkan konsumsi masyarakat terhadap BBM meningkat. Konsumsi BBM tersebut meningkat ketika hari raya keagamaan dan tahun baru. Pola suplai alternatif diberlakukan untuk memenuhi persediaan BBM dari setiap Terminal BBM yang kekurangan persediaan BBM. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi persediaan BBM yang kritis sampai dengan langka. Pola suplai emergency Gambar 4.11 Pola suplai emergency Pertamina Sumbagsel Dari gambar 4.11 dapat diketahui pola suplai emergency yang dilakukan oleh PT. Pertamina region II Sumbagsel. Pola suplai emergency dilakukan ketika persediaan BBM di setiap Terminal BBM mengalami persediaan yang kritis, sehingga diperlukan keputusan untuk melakukan suplai dari berbagai titik suplai yang dipastikan bisa memenuhi permintaan pada wilayah Sumbagsel. Pertamina dalam menetukan pola suplai yang dilakukan berdasarkan koordinasi bersama antara bagian suplai dan distribusi, bagian pemasaran BBM

38 retail dan bagian marine Pertamina, dengan koordinasi tersebut dapat diketahui tingkat kebutuhan untuk pola suplai di setiap wilayah. Strategi supply chain yang dilakukan Pertamina pada kondisi pola suplai reguler adalah strategi efisiensi. Dalam kondisi pola suplai alternatif dan emergency, strategi supply chain yang dilakukan Pertamina adalah strategi responsif. Strategi responsif ini dilakukan untuk mengatasi kondisi kelangkaan BBM yang terjadi pada Terminal BBM Pertamina sampai dengan SPBU. 4.8.2 Aliran Informasi Pengiriman Kuota BBM Bersubsidi Pengiriman produk Premium, Solar dan Kerosene bersubsidi pada setiap periode (pertahun) pada provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka, Jambi dan Lampung dilakukan oleh unit pemasaran Sumbagsel PT. Pertamina (Persero), khususnya oleh bagian pemasaran dan retail, dengan melihat jumlah kuota subsidi Premium, Solar dan Kerosene yang telah diberikan oleh DPR ke pihak Pertamina. Gambar 4.12 Aliran informasi BBM bersubsidi

39 Kouta tersebut diperinci dari pertahun pada wilayah Sumbagsel (Sumsel, Bengkulu, Bangka, Jambi dan Lampung) menjadi rencana pengiriman perbulan sampai dengan pembagian kuota tersebut di setiap wilayah oleh Pertamina bagian Sales Area Manager. Pembagian kuota ditentukan perbulan pada setiap wilayah, Sales Representative bertugas untuk melakukan perencanaan jumlah pengiriman produk Premium, Solar dan Kerosene bersubsidi perhari, pada setiap SPBU di wilayah Sales Representative tersebut bertanggung jawab. 4.8.3 Aliran Uang dalam Supply Chain Pertamina Pertamina mengelola aliran uang dalam hal pendapatan serta pembiayaan rutin, dilakukan menggunakan sistem informasi mysap dan kerjasama dengan bank persepsi (BRI, BNI, Mandiri, BCA dan Bukopin) untuk membantu dalam proses pengelolaan aliran uang Pertamina. Hal tersebut dapat diketahui pada gambar 12. Gambar 4.13Aliran uang Pertamina Sumbagsel

40 Gambar 4.13 memberikan informasi mengenai aliran awal uang yang disetorkan dari pelanggan (SPBU dan AMT) ke Pertamina melalui rekening polling kantor unit dari bank persepsi (BRI, BNI, BCA, Mandiri dan Bukopin). Uang setoran yang masuk ke rekening polling Pertamina kantor unit, secara otomatis ditransferkan ke rekening Pertamina pusat pada jam 15.00 sampai dengan 17.00 pada hari tersebut. Pertamina pusat mengelola aliran uang yang diperoleh dari rekening polling yang ditransferkan kantor unit, untuk membiayai anggaran belanja investasi, anggaran belanja operasional dan belanja produk yang dilakukan oleh Pertamina, baik di pusat sampai dengan Pertamina di unit. Rincian anggaran biaya tersebut adalah : a) Anggaran belanja investasi : pembangunan pabrik, pembangunan gudang dan pembangunan sarana fasilitas. b) Anggaran belanja operasional : upah, penghargaan, tagihan operasional dan kesejahteraan. c) Belanja produk : impor minyak. Anggaran belanja investasi dilakukan dengan pertimbangan jangka panjang. Yaitu belanja investasi dapat dipergunakan perusahaan dalam jangka waktu 5 tahun. Anggaran untuk belanja operasional dan belanja produk merupakan biaya yang rutin dilakukan dalam jangka waktu bulanan. 4.9 Total Productive Maintenance Perawatan yang dilakukan Terminal BBM Pulau Baai menggunakan jadwal preventivemaintenace, yaitu perawatan pencegahan sebelum terjadinya kerusakan pada mesin dan fasilitas pada Terminal BBM Pulau Baai. Total productivemaintenanceterkait dengan Prinsip 5S di Pertamina mengikuti istilah KAIZEN yaitu Seiri(sisih), Seiton(susun), Seiso(sapu), Seiketsu(standar), Shitsuke (sikap). Penerapan 5S tersebut yang dilakukan Pertamina adalah :

41 Sisih Memisahkan dan menyisihkan barang-barang yang tidak diperlukan. Kegiatan ini dilakukan saat memilah dokumen dan barang dengan melakukan pengecekan terlebih dahulu. Susun Menyusun barang-barang dengan rapi pada tempatnya agar mudah dijangkau dan ditemukan, saat diperlukan. Sapu Membersihkan setiap peralatan dan tempat kerja dari kotoran. Hal tersebut dilakukan agar tempat kerja bersih dan meningkatkan produktivitas. Standar Menjaga agar semua barang / peralatan / tempat kerja tetap dalam kondisi bersih dan tersusun rapi. Serta mencegah kesalahan agar tidak terulang, tolak ukur keberhasilan dan terus menerus melaukan penyempurnaan. Sikap Pembentukan kebiasaan agar tercipta tempat kerja yang baik dan menaati peraturan. Dengan tujuan supaya terciptanya partisipasi penuh seluruh pekerja dalam mengembangkan kebiasaan yang baik dan tempat kerja yang nyaman, serta senantiasa mematuhi peraturan yang berlaku dengan adanya komunikasi dan umpan balik sebagai rutinitas sehari-hari.