BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang telah direncanakan dan dilakukan secara berulang-ulang dengan

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

HYDRATION & EXERCISE. 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

BAB I PENDAHULUAN. Jeanny Ivones (G2B ) Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro Page 1

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan

IV-138 DAFTAR ISTILAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

II. TINJAUAN PUSTAKA. jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

I PENDAHULUAN. Indonesia selama ini banyak dilakukan dengan sistem semi intensif.

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Apakah yang dimaksud dengan iklim 2. Apa sajakah pengruh iklim terhadap ternak 3. Bagaimana upaya pengelolanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

Gambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu objek untuk menghadapi objek tersebut. 1. mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk mengontrol atensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et

METABOLISME ENERGI DAN TERMOREGULASI ABSTRAK

PENDAHULUAN. dagingnya untuk dikonsumsi oleh manusia, yang selanjutnya meningkat untuk

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan broiler merupakan suatu alternatif dalam menjawab tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

KOMPOSISI CAIRAN REHIDRASI PADA OLAHRAGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

BAB V PEMBAHASAN. penggerindaan dan pengelasan di area malting, dan finishing produk. Lokasi

Suhu tubuh: Keseimbangan antara panas yg diproduksi tubuh dgn panas yg hilang dr tubuh. Jenis2 suhu tubuh: 1. Suhu inti: suhu jar.

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

KEBUTUHAN CAIRAN PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep.An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos

BAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TEKANAN PANAS DAN TINGKAT KELUHAN SUBJEKTIF PADA PEKERJA DI AREA PRODUKSI PELUMAS JAKARTA PT PERTAMINA (PERSERO) TAHUN 2012 SKRIPSI

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM TEKNIK SANITASI

BAB II LANDASAN TEORI

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecukupan air dan homeostasis elektrolit dalam tubuh sangat penting untuk kesehatan fungsi fisiologis. Hal ini juga tergantung dari keseimbangan air dan elektrolit. Oleh karena itu suplai air ke dalam tubuh khususnya melalui air minum sangat penting untuk kesehatan fungsi fisiologis. Kecukupan air dan mineral (elektrolit) dalam tubuh harus selalu dijaga agar tetap seimbang untuk menjaga tubuh agar berfungsi dengan baik. Total air dalam tubuh secara normal akan terjaga relatif konstan (Sawka dan Coyle, 1999), namun latihan dan aktivitas fisik dan paparan panas akan menambah pergerakan aliran air dalam tubuh melalui darah dalam tubuh untuk mendukung termoregulasi (Sawka et al., 1996). Semakin berat intensitas latihan yang dilakukan dan semakin panas paparan iklim, semakin besar ketergantungan pada pendinginan badan melalui evaporasi dan sejumlah air tubuh mungkin akan hilang melalui keringat. Untuk individu yang melakukan aktivitas ringan sampai sedang air hilang dari tubuh melalui urin, feses, pernafasan dan evaporasi. Pada saat aktivitas fisik bertambah, berkeringat berkontribusi terhadap hilangnya air dalam tubuh. Air keluar melewati kulit dan mengalami evaporasi. Temperatur dan kelembaban, ketinggian, tekanan udara, kecepatan angin, pakaian, sirkulasi darah dalam kulit, dan jumlah air dalam tubuh semua dapat mempengaruhi hilangnya air dalam tubuh tanpa disadari. Keseimbangan cairan harus selalu dijaga dengan tetap mempertahankan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh sesuai dengan cairan yang keluar dari tubuh, khususnya melalui keringat saat melakukan aktivitas. Apabila cairan yang keluar ini tidak segera diganti maka seseorang akan mengalami dehidrasi. Dehidrasi saat melakukan aktivitas dapat terjadi karena ketidaktersediaan cairan atau 1

2 ketidakcocokan antara rasa haus dan kebutuhan air tubuh. Ada beberapa permasalahan karena tidak seimbangnya cairan dan elektrolit yang terdapat di dalam tubuh yaitu dehidrasi isotonic, hypertonic, atau hypotonic yang dapat menggangu sistem termoregulasi dalam tubuh. Penelitian mengenai jumlah volume air minum yang sesuai untuk dikonsumsi harian sudah banyak dilakukan. Standar rekomendasi terkait manajemen hidrasi dan volume asupan air yang harus diberikan juga sudah banyak. Selain itu penelitian mengenai pola pemberian air minum yang paling minum yang paling optimal serta waktu pemberian yang direkomendasikan juga sudah banyak yang dipublikasikan. Ferguson et al. (2005) mengetahui bahwa terdapat pengaruh pola minum terhadap termoregulasi individu pada saat melakukan aktivitas di lingkungan yang panas. Penelitian ini menyarankan menggunakan single bolus sebagai pola minum karena memberikan hasil yang lebih optimal pada termoregulasi dan penundaan rasa haus daripada menggunakan pola minum secara intermiten. Penelitian yang telah dilakukan ini juga menyangkut mengenai pengaruh pemberian air minum terhadap respon sistem termoregulasi juga sudah banyak dilakukan. Menurut Sawka et al. (1985) kekurangan cairan dalam tubuh akan berakibat pada naiknya reaksi temperatur inti pada saat beraktivitas di daerah iklim sedang dan panas yang memungkinkan terjadinya termoregulasi. Termoregulasi adalah keseimbangan antara produksi dan hilangnya panas tubuh, yang merupakan aspek penting homeostasis untuk mempertahankan kondisi internal tubuh agar tetap stabil bahkan saat kondisi luar ruangan sangat berbeda. Dalam mempertahankan temperatur internal ini dibutuhkan air tubuh untuk mengatur penguapan dan penyaluran panas tubuh ke lingkungan melalui keringat. Ketika air dalam tubuh keluar melalui keringat dan berubah menjadi uap, air membawa panas tubuh bersama dengan uap tersebut sehingga temperatur dalam tubuh tetap stabil. Namun penelitian ini hampir semua dilakukan di daerah dingin (subtropis, sedang dan dingin). Menurut hasil penelitian Coyle dan Mountain (1993) kenaikan temperatur inti karena kekurangan cairan tubuh mungkin saja berbeda saat beraktivitas di lingkungan beriklim panas daripada daerah beriklim sedang.

3 Menurut mereka pola hidrasi individu berbeda tergantung kondisi iklim dimana individu tersebut melakukan aktivitas. Wakabayashi et al. (2014) juga menjelaskan dalam penelitiannya bahwa terdapat perbedaan dalam efek hidrasi pada regulasi temperatur dan cairan tubuh antara penduduk iklim tropis dan penduduk iklim sedang saat beraktivitas di lingkungan panas. Dalam penelitian tersebut beliau juga memberikan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan dengan adanya keuntungan regulasi cairan tubuh pada penduduk iklim tropis yang memungkinkan penduduk iklim tropis menggunakan lebih banyak darah untuk sirkulasi dan disipasi panas dan oleh karena itu dapat menjaga temperatur rektal agar lebih rendah dalam kondisi terhidrasi. Oleh karena latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu untuk mengetahui pengaruh pemberian air minum terhadap respon termoregulasi pada aktivitas fisik individu yang berada di iklim tropis Indonesia di sekitar garis khatulistiwa yaitu antara 23,5 LU-23,5 LS untuk menganalisis perbedaan termoregulasi berdasarkan pola pemberian air minum di Indonesia yang relatif panas dibandingkan dengan iklim subtropis atau sedang. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: Menganalisis pengaruh pemberian air minum terhadap respon termoregulasi pada aktivitas fisik manusia. 1.3. Batasan Masalah Agar permasalahan yang dikaji yang dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan bias, maka batasan masalah yang penulis berikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

4 1. Ruang lingkup dari masalah ini adalah tentang pengaruh pola minum terhadap sistem pengatur temperatur tubuh manusia pada saat melakukan aktivitas fisik. 2. Responden penelitian ini adalah mahasiswa yang tinggal di iklim tropis Indonesia. 3. Aktivitas fisik dilakukan dengan berlari pada treadmill. 4. Variabel fisiologis yang diukur dari objek penelitian adalah denyut jantung, temperatur kulit, temperatur membran timpani, berkurangnya berat badan, dan variabel subjektif. 5. Kondisi lingkungan tempat penelitian mempunyai temperatur 28 C, kelembaban 50% dan temperatur air minum 20-25 C Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Subjek penelitian diukur dalam keadaan fit sehingga tidak terdapat gangguan internal dalam tubuh subjek saat penelitian berlangsung. 2. Ruang laboratorium dianggap ruang steril dan tidak terdapat gangguan lingkungan yang akan mempengaruhi data hasil penelitian yang dilakukan. 3. Tidak terdapat pengaruh aklimatisasi pada responden. 4. Beban fisik yang dilakukan setiap subjek sama saat melakukan aktivitas treadmill. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh Peneliti adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh asupan air minum terhadap thermoregulatory responses pada aktivitas fisik. 2. Untuk menganalisis pola minum dan volume air minum yang sesuai terhadap keseimbangan panas tubuh individu.

5 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui pengaruh pemberian air minum terhadap thermoregulatory responses pada saat aktivitas fisik. 2. Dapat menjadi pedoman untuk rekomendasi volume dan pola pemberian air minum yang sesuai bagi pekerja dengan aktivitas fisik yang dilakukan.