BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan masyarakat modern yang serba kompleks, semakin. dinamika itu dapat dilihat dan dirasakan antara lain dalam bidang ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP)

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Landasan hukum terhadap eksistensi atau keberadaan Pejabat Pembuat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbuatan-perbuatan yang berpotensi sebagai tindak pidana Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. bagi seluruh makhluk dimuka bumi. Oleh karena itu, tanah memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Di Indonesia, tindak pidana ko. masyarakat dan dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditingkatkan usahausaha. yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. buruk bagi perkembangan suatu bangsa, sebab tindak pidana korupsi bukan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal ini sesuai dengan konstitusi negara

STUDI KASUS TINDAK PIDANA TERKAIT JABATAN NOTARIS ROMLI ATMASASMITA 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai ranah kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah berdirinya Negara Indonesia, para Foundingfathers (para pendiri

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai extra ordinary crime karena merupakan tindak pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

I. PENDAHULUAN. pada kerugian keuangan dan perekonomian negara. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UUPTPK) disebutkan:

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

umum, ini dikuatkan lagi dengan akta yang dikeluarkan adalah alat bukti pemerintah dalam menjalankan jabatannya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pengakkan hukum yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dikarenakan berkembangnya globalisasi kehidupan. Segala

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

I. PENDAHULUAN. tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, ketentuan ini tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Negara Indonesia adalah negara hukum,

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

I. PENDAHULUAN. Menurut ketentuan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sistem kontrol sosial yang belum memadai dan penegakan hukum yang

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat modern yang serba kompleks, semakin berkembang dan dinamis seiring bergeraknya waktu. Perkembangan dan dinamika itu dapat dilihat dan dirasakan antara lain dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, pariwisata, urbanisasi dan bidang-bidang lainnya. Perkembangan itulah yang melahirkan dan menimbulkan perubahanperubahan sosial di masyarakat. Perubahan-perubahan sosial yang timbul tersebut berdampak ganda, pada satu sisi memperlihatkan sebagai sesuatu yang bermanfaat, sedangkan di sisi lain memperlihatkan atau melahirkan penyakit-penyakit seperti kejahatan, krisis kepercayaan, kerusuhan dan keresahan di masyarakat. Bertolak dari berbagai penyakitpenyakit sosial tersebut, kejahatan merupakan penyakit sosial yang ditemukan di tengah-tengah masyarakat. 1 Segala bentuk tingkah laku yang menyimpangi aturan hukum yang menggangu dan merugikan dalam kehidupan bermasyarakat tersebut diartikan oleh masyarakat sebagai sikap dan perilaku jahat, serta 1 Muladi dan Dwidja Priyatno, 2009, Pertanggungjawaban Pidana Korupsi, Prenada Media Group, Jakarta, hlm 3

2 menimbulkan kerugian baik bersifat materiil maupun bersifat imateriil yang menyangkut keamanan dan ketentraman dalam masyarakat. Sikap dan perilaku jahat yang dilakukan bermacam-macam, salah satu bentuknya dengan menyalahgunakan kewenangan atau jabatan yang diamanahkan kepadanya untuk meraih keuntungan-keuntungan tertentu yang dari hasil kejahatan penyalahgunaan kewenangan tersebut maka setiap yang menjadi kebutuhan pelaku terpenuhi dan tanpa memikirkan kepentingan orang lain. Salah satu permasalahan yang besar dan bukan menjadi hal yang langka terjadi di Indonesia adalah masalah korupsi. Korupsi bukan masalah baru dalam persoalan hukum dan ekonomi bagi suatu negara, karena sebenarnya korupsi telah ada sejak lama baik di negara maju maupun negara berkembang seperti halnya Indonesia. Korupsi menjadi masalah yang sangat luar biasa karena sudah meningkat dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat termasuk di Indonesia. 2 Tindak pidana korupsi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Tindak pidana korupsi sudah meluas dalam masyarakat, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian negara, maupun dari kualitas tindak pidana yang dilakukan 2 Youngky Putra, 2012, Pertanggung Jawaban Korporasi dalam tindak pidana korupsi, http://karyatulisa.com/2012/06/12_23.html, diakses tanggal 28 April 2016

3 semakin sistematis dan lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat. 3 Teori yang menyatakan bahwa hanya masyarakat miskin mudah terjadi kejahatan, sudah tidak berlaku lagi. Hal tersebut karena pada era globalisasi justru muncul kejahatan baru, khususnya di lingkungan birokrasi dan perusahaan-perusahaan termasuk bank-bank. 4 Tindak pidana korupsi dilakukan dengan berbagai modus operandi. Bahkan ada istilah korupsi berjamaah, karena terorganisir dengan baik serta melibatkan berbagai pihak. Korupsi selalu mendapat perhatian yang lebih dibanding tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindak pidana ini. Tindak pidana korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah budaya. Tindak pidana korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur 5. Salah satu bentuk penanggulangan terhadap tindak pidana korupsi dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang 3 Ibid., 4 Baharudin Lopa, 2012, Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum, Buku Kompas, Jakarta, hlm 35 5 Evi Hartanti, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 1

4 Pemberantasan Tidak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Keluarnya Undang-Undang ini terkait dengan didasari pemikiran bahwa tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUDNRI Tahun 1945, serta bahwa akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, juga menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi 6. Potensi tindak pidana korupsi dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk jabatan Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Dalam kamus besar bahasa Indonesia potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya, 7 sehingga dalam hal ini Notaris dan PPAT dalam menjalankan tugas dan jabatannya mempunyai kemungkinan untuk melakukan tindak pidana korupsi. Sebagaimana diketahui Notaris dan PPAT memiliki peran yang sangat penting dalam menjamin kepastian, 6 Bagian Menimbang Huruf a dan b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 7 Tim Penyusun, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi ke 4, Balai Pustaka, Jakarta, hlm 562

5 ketertiban dan perlindungan hukum melalui produk-produk akta yang dibuatnya. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Notaris berwenang membuat akta otentik dan memiliki posisi yang strategis dalam memberikan kepastian hukum kepada masyarakat khususnya bidang perikatan yang terjadi karena perjanjian. Ruang lingkup pertanggungjawaban Notaris meliputi kebenaran formil atas akta yang dibuatnya. Melalui akta yang dibuatnya, Notaris harus dapat memberikan kepastian hukum kepada masyarakat pengguna jasa Notaris. Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah landasan hukum terhadap keberadaan PPAT. Dalam Peraturan Pemerintah ini dijelaskan bahwa PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun. Suatu tindakan yang keliru dari Notaris dan PPAT dalam menjalankan tugas dan jabatannya tidak hanya akan merugikan Notaris dan PPAT itu sendiri, namun juga akan merugikan organisasi, masyarakat

6 dan negara. Pelanggaran pada jabatan Notaris dan PPAT terjadi apabila Notaris dan PPAT melanggar peraturan perundang-undangan, serta etika profesi atau Kode etik Notaris dan PPAT, kesusilaan, dan ketertiban umum. Nilai lebih dari suatu profesi adalah sejauh mana seorang profesional mampu menahan godaan atas kepercayaan yang diemban kepadanya padahal godaan untuk menyelewengkan kepercayaan begitu besar 8. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tindak pidana korupsi dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk jabatan Notaris dan PPAT. Hal ini dapat dilihat dengan berbagai kasus-kasus korupsi yang menjerat Notaris dan PPAT di Indonesia, seperti kasus yang terjadi di Semarang, Jawa Tengah, seorang Notaris dan PPAT berinisial DS ditahan karena memalsukan dan tidak menyetorkan uang pajak dalam sebuah transaksi jual beli rumah. Tindak pidana itu sendiri, bermula ketika Tersangka DS bersama dua tersangka lain yang disidik dalam berkas terpisah, masing-masing SM dan KE melakukan peralihan hak atas tanah di kantor Badan Pertanahan Kota Semarang. Tersangka diketahui menggunakan bukti pembayaran bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak pertambahan 8 Abdul Ghofur Anshori,2009,Lembaga Kenotariatan Indonesia Prespektif Hukum dan Etika, UII Press, Yogyakarta, hlm 1.

7 nilai (PPN) palsu dalam proses tersebut. Atas perbuatannya itu, negara dirugikan sekitar Rp 823.000.000,- Perbuatan para Tersangka selanjutnya dijerat dengan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat 1 ke- 1 KUHP 9. Berkas perkara kasus ini dilimpahkan ke pengadilan Tipikor Semarang, dan telah sampai pada putusan akhir yakni Terdakwa DS dijatuhi pidana penjara selama 1 Tahun dikarenakan terbukti menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana Korupsi, serta didenda sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), subsider 2 (dua) bulan penjara 10 Kasus selanjutnya terjadi di Pamekasan, seorang Notaris dan PPAT berinisal R ditahan Kejaksaan Negeri (Kejari) Pamekasan karena diduga tersangkut kasus mark up pengadaan tempat pembuangan akhir (TPA) di Desa Bidang Timur Kecamatan Pasean, Pamekasan. Tersangka berperan membantu mempermudah percepatan peralihan atas lahan sehingga terjadi tindak pidana korupsi yang melibatkan sejumlah pihak. Berdasarkan hasil audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jatim, dalam pengadaan lahan tanah untuk TPA ini, kerugian negara mencapai Rp. 437.000.000,- dan Tersangka telah dijatuhi 9 Seorang Notaris ditahan karena gelapkan pajak http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/10/28/nwxfj6219-seorang-notaris-ditahankarena-gelapkan-pajak diaskes tanggal 21 Maret 2016 10 Notaris Damar Susilowati Divonis Satu Tahun http://nyerah.com/berita/notaris-damar-susilowatidivonis-satu-tahun-33734/ diakses tanggal 25 Juli 2016

8 hukuman selama 4 tahun penjara oleh majelis hakim Tipikor Surabaya, karena terbukti melanggar Pasal 2 ayat 1 Undang-undang tindak pidana korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke -1 KUHP 11. Kasus berikutnya terjadi di Riau, seorang Notaris dan PPAT berinisian DF ditetapkan sebagai Tersangka dalam kasus penyaluran kredit fiktif Bank Negara Indonesia (BNI) 46 cabang Pekanbaru senilai Rp 40.000.000.000,-. Notaris dan PPAT ini berperan mengeluarkan "cover note" untuk agunan PT Barito Riau Jaya (BRJ) dalam pengajuan kredit pada 2007 dan 2008, penyidik menjerat dengan Pasal 2 dan atau Pasal 3 juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Kasus tindak pidana korupsi kredit fiktif BNI sebesar Rp 40.000.000.000,- bermula kredit yang diajukan PT BRJ ke bank yang menjadi salah satu milik Badan Usaha Milik Negara. Tanpa tinjauan di lapangan, pegawai BNI bernama Atok, Dedi Syahputra dan ABC Manurung menyetujui kredit. Selanjutnya, hanya dengan agunan kebun sawit fiktif seluas 1.004 hektar dengan mudah sukses membobol uang Negara dan nasabah atau masyarakat sebagai penabung di BNI Cabang Pekanbaru dan berpotensi 11 Terlibat Korupsi, Pejabat Pembuat Akta Tanah di Pamekasan di Tahan http://www.tribunnews.com/regional/2015/01/29/terlibat-korupsi-pejabat-pembuat-akta-tanah-dipamekasan-di-tahan diakses tanggal 28 April 2016

9 merugikan keuangan Negara. Dalam perkara ini, enam tersangka telah divonis majelis hakim Pengadilan Tipikor Peka Mulyawarman dan Ahmad Fauzi. Kredit fiktif ini diajukan secara bertahap, yaitu tahun 2007 Rp 17.000.000.000,- dan tahun 2008 Rp.23.000.000.000,-. Penetapan Notaris menjadi Tersangka berinisial DF ini baru ditetapkan pada tanggal 21 April 2016 lalu, dan masih dalam proses pengadilan. 12 Bertolak dari uraian latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ANALISIS POTENSI TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN JABATAN NOTARIS DAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan tersebut di atas penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 12 Polda Riau Tetapakan Oknum Notaris dan Eks Pegawai BPN sebagai Tersangka Baru Kasus Kredit Fiktif BNI Rp 40 Miliyar http://www.potretnews.com/berita/baca/2016/04/21/polda-riautetapkan-oknum-notaris-dan-eks-pegawai-bpn-sebagai-tersangka-baru-kasus-kredit-fiktif diakses tanggal 1 Juni 2016

10 1. Perbuatan-perbuatan apa saja yang berpotensi sebagai tindak pidana korupsi dalam pelaksanaan tugas dan jabatan Notaris dan PPAT? 2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan oleh Notaris dan PPAT dalam mencegah perbuatannya agar tidak berpotensi sebagai tindak pidana korupsi? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengkaji dan menganalisis perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh Notaris dan PPAT yang berpotensi sebagai tindak pidana Korupsi. 2. Mengetahui dan mendeskripsikan upaya yang dapat dilakukan oleh Notaris dan PPAT dalam mencegah perbuatannya agar tidak berpotensi sebagai Tindak Pidana Korupsi. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Kegunaan akademis

11 Manfaat akademis yang diharapkan adalah bahwa hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi upaya pengembangan ilmu hukum, dan berguna juga untuk menjadi referensi bagi mahasiswa yang melakukan kajian terhadap potensi tindak pidana korupsi khususnya di bidang kenotariatan. Disamping itu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Notaris dan PPAT Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi Notaris dan PPAT untuk lebih berhati-hati dalam bertindak, cermat, dan teliti, serta jujur, dan bertanggungjawab. b. Ikatan Notaris Indonesia (INI) dan Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta bahan pertimbangan bagi para anggota INI dan IPPAT agar dapat mengontrol

12 anggotanya dalam menjalankan tugas dan jabatannya sehingga tidak berpotensi sebagai tindak pidana korupsi. c. Majelis Pengawas Notaris Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bagi Majelis Pengawas Notaris untuk mengawasi Notaris dalam menjalankan jabatan dan tugasnya sehingga sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. d. Mahasiswa Kenotariatan Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa kenotariatan yang nantinya akan memangku jabatan sebagai seorang Notaris dan PPAT agar dalam mejalankan tugas dan jabatannya lebih jujur dan bertanggungjwab, serta memegang teguh pada peraturan yang berlaku. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran pustaka yang penulis lakukan, sebenarnya penelitian tentang perbuatan pidana yang dilakukan oleh Notaris dan PPAT telah diajukan oleh mahasiswa Fakultas Hukum

13 khususnya yang menempuh program studi Magister Kenotariatan. Penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang hampir menyerupai dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu: 1. Tesis karya Dwi Apriliyani Wiyana pada tahun 2010 yang berjudul TANGGUNG JAWAB PPAT TERHADAP TITIPAN PAJAK BPHTB DARI KLIEN (Studi Kasus Putusan Perkara Pidana No. 181/Pid.B/2009/PN.Btl), yang merupakan penelitian Tesis S-2 Magister Kenotariatan Pascasarjana, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Adapun masalah yang diteliti adalah tanggung jawab PPAT terhadap titipan pajak BPHTB dari klien. Permasalahan dalam penulisan ini adalah: a. Bagaimana tanggung jawab PPAT terhadap titipan pajak BPHTB dari klien (studi kasus Putusan Perkara Perdata Reg. No. 181/Pid.B/2009)? b. Bagaimana pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional terhadap PPAT yang melakukan penggelapan pajak BPHTB? 13 13 Dwi Apriliyani Wiyana, 2010, Tanggung Jawab PPAT Terhadap Titipan Pajak BPHTB dari Klien (Studi Kasus Putusan Perkara Pidana No. 181/Pid.B/2009/PN.Btl, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

14 Perbedaan yang terlihat yaitu dalam penelitian ini menitikberatkan pada tanggung jawab PPAT terhadap titipan pajak BPHTB dari klien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggung jawab PPAT terhadap titipan pajak BPHTB dari Klien (Studi Kasus Putusan Perkara Pidana Reg.No.181/Pid.B/2009/PN.Btl) dan untuk mengetahui pembinaan yang dilakukan oleh Badan pertanahan Nasional terhadap PPAT yang melakukan penggelapan pajak BPHTB, sedangkan dalam penelitian penulis lebih mengangkat masalah tentang potensi tindak pidana korupsi dalam pelaksanaan tugas dan jabatan Notaris dan PPAT. 2. Tesis karya Dyah Restu Nurlita Dewantari yang berjudul PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN SANKSI PIDANA TERHADAP PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK. Dari Program Studi Magister Kenotariatan Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Adapun masalah yang diteliti adalah mengenai pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi terhadap PPAT yang melakukan tindak pidana, dengan rumusan masalah sebagai berikut :

15 a. Bagaimana pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana kaitannya dengan pembuktian, pertanggungjawaban pidana dan pemidanaan terhadap PPAT yang didakwa melakukan perbuatan pidana dalam perkara penggelapan pajak? b. Bagaimana tindakan Majelis Kehormatan Wilayah dengan adanya putusan pidana dari Pengadilan Negeri Yogyakarta terhadap PPAT yang bersalah melakukan tindakan penggelapan pajak? 14 Perbedaan yang terlihat yaitu dalam penelitian ini adalah menitikberatkan pada dasar pertimbangan yang dipergunakan oleh hakim Pengadilan Negeri Bantul dalam menjatuhkan sanksi pidana kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam melaksanakan tugasnya sebagai pejabat publik di Kabupaten Bantul, serta tindakan Majelis Kehormatan Daerah dengan adanya putusan pidana dari Pengadilan Negeri Bantul terhadap PPAT yang bersangkutan. Penelitian ini hanya membahas sanksi pidana pada PPAT. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui potensi tindak pidana korupsi yang 14 Diah Restu Nurlita, 2015, Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah Dalam Melaksanakan Tugasnya Sebagai Pejabat Publik, Tesis,Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

16 dilakukan oleh Notaris dan PPAT dalam menjalankan tugas dan jabatannya. 3. Tesis karya Heri Kiswanto yang berjudul ANALISIS YURIDIS HAK INGKAR NOTARIS DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI dari Program Studi Magister Kenotariatan Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Adapun masalah yang diteliti adalah mengenai penerapan hak ingkar Notaris terhadap proses penegakan hukum tindak pidana korupsi berdasarkan putusan pengadilan. Dengan rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana penerapan hak ingkar terhadap Undangundang Nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004? b. Bagaimana penerapan Hak ingkar Notaris pada proses penegakan hukum tindak pidana korupsi berdasarkan putusan Nomor : 20/PID.SUS/TPK/2013/PN.JKT.PST.? 15 Perbedaan yang terlihat adalah dalam penelitian ini menitikberatkan pada penerapan hak ingkar Notaris dalam proses penegakan hukum tindak pidana Korupsi, serta meneliti kebenaran hukum menyangkut pengaturan hak ingkar Notaris 15 Heri Kiswanto, 2015, Analisis Yuridis Hak Ingkar Notaris Dalam Tindak Pidana Korupsi, Tesis, Program Studi, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

17 dalam praktek dunia Notaris di Indonesia dan bagaimana seharusnya penerapan hak ingkar Notaris pada proses penegakan hukum tindak pidana korupsi. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah menganalisis potensi tindak pidana korupsi dalam pelaksanaan tugas dan jabatan Notaris dan PPAT. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh Penulis ini asli karena belum pernah dilakukan penelitian terhadap rumusan masalah tersebut.