BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan anak kost tidak dapat terlepas dengan anak kos t yang lain.

I. PENDAHULUAN. Remaja adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya. Hubungan antara individu satu dengan individu lain akan menghasilkan proses interaksi sosial, karena sebagai makhluk sosial individu harus berinteraksi dengan individu lainnya. Kartono (2000) mengatakan bahwa makin pesatnya arus urbanisasi, modernisasi, globalisasi, pembangunan disegala bidang dan industrialisasi, menyebabkan masyarakat menjadi semakin kompleks dan banyak bermunculan problem-problem sosial yang menyebabkan sebagian manusia tidak dapat mengadakan penyesuaian dengan cepat terhadap perubahan sosial dalam masyarakat. Orang-orang yang tidak melakukan interaksi sosial dengan baik, mengalami ketegangan-ketegangan dan gangguan-gangguan batin yang disebabkan adanya sanksi batin dari hati nurani sendiri atau ditekan oleh sanksisanksi sosial dengan segala tuntutan tuntutan yang semakin bertambah. Menurut Sears (1992) interaksi sosial memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai alat ekspresi dan katarsis bagi individu, memberi klasifikasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan diri, pandangan-pandangan, sikap opini maupun perasaan, memberi kemungkinan bagi individu untuk mendapatkan dukungan atau persetujuan dari orang lain, memungkinkan individu memiliki

2 kontrol sosial terhadap orang lain dan situasi yang dihadapinya. Calhoun dan Acocella (1995) menambahkan bahwa interaksi sosial akan meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri, memungkinkan perkembangan hubungan antar individu menjadi lebih intim dan mendalam, sebagai penyaluran kebutuhan manusia karena pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi, maka remaja dituntut untuk mampu melakukan interaksi sosial sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku agar dapat diterima oleh lingkungan. Menurut Hurlock (1990) ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk berinteraksi sosial yang paling menonjol terjadi pada masa remaja. Pada masa remaja, individu berusaha untuk menarik perhatian orang lain, menghendaki adanya popularitas dan kasih sayang dari teman sebaya. Hal tersebut akan diperoleh apabila remaja berinteraksi sosial karena remaja secara psikologis dan sosial berada dalam situasi yang peka dan kritis. Peka terhadap perubahan, mudah terpengaruh oleh berbagai perkembangan di sekitarnya Remaja khususnya siswa SMA yang interaksi sosialnya tidak baik dapat menyebabkan hambatan dalam berbagai hal, baik dalam lingkungan sosial maupun dalam prestasi akademik. Misalnya, seorang murid ketika disuruh latihan berpidato di depan kelas, murid tersebut merasa tidak mampu melengkapi kalimat dalam pidatonya karena nervous (keadaan tergugup-gugup, diburu-buru, gelisah dan tidak tenang), individu juga merasa takut atau cemas untuk melakukan komunikasi dengan individu lain dalam berbagai situasi, baik formal maupun informal, individual maupun kelompok. (Devito, 1995).

3 Remaja diharapkan memiliki interaksi sosial yang tinggi atau positif, mendukung proses perkembangan fisik dan psikologis, karena interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial. Interaksi sosial menyebabkan manusia dapat merealisasikan kehidupannya secara individual, sebab tanpa timbalbalik dalam interaksi sosial maka tidak dapat merealisasikan kemungkinankemungkinan dan potensi-potensinya sebagai individu, yang baru memperoleh perangsang dan asuhannya didalam kehidupan berkelompok dengan manusia lainnya. Sesuai pendapat Gerungan (1996) bahwa interaksi sosial merupakan dorongan kebutuhan manusia. Kebutuhan yang dimaksud adalah untuk mengadakan hubungan sosial, sehingga individu yang mempunyai pergaulan yang luas akan menunjukkan sikap yang luwes, karena dalam bergaul individu mampu dipengaruhi, diubah dan bersedia memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung Kenyataannya pada masa remaja mereka banyak mengalami hambatan dalam berinteraksi sosial, karena masa remaja merupakan masa krisis identitas sehingga banyak perubahan yang dialami dalam hidupnya, tidak saja perubahan yang ada di dalam dirinya, tetapi juga perubahan yang ada di luar dirinya, sebagai akibat dari perkembangan yang meliputi perkembangan fisik, psikis dan social. Kegagalan dalam berinteraksi sosial dapat menyebabkan remaja bertingkah laku di luar kewajaran seperti minum-minuman keras atau terjerumus dalam perkara kriminal. Pada kehidupan sehari-hari remaja lebih dekat dengan teman sebaya daripada dengan orangtua, karena remaja menginginkan teman yang mempunyai

4 minat, sikap, yang sama, sehingga banyak melakukan kegiatan bersama, dalam mengisi waktu luangnya Memperkuat ulasan di atas Hurlock (1990) menyatakan bahwa perubahan sikap dalam diri remaja dapat dilihat dari sikap remaja yang ambivalen atau raguragu dalam menghadapi setiap perubahan. Perubahan fisik pada remaja akan mempengaruhi keadaan psikisnya dan keadaan ini dapat diamati dari kondisi emosi remaja yang berubah-ubah. Perubahan perilaku yang terjadi pada remaja yaitu perilaku atau nilai-nilai yang dulu ketika masih kanak-kanak dianggap sebagai hal yang penting, namun sekarang dianggap sudah tidak penting lagi. Biasanya para remaja cenderung mengikuti nilai-nilai yang berlaku di kelompoknya dan meninggalkan nilai-nilai yang ada di keluarganya. Pada masa remaja mereka menyadari bahwa nilai kualitas persahabatan lebih penting daripada sekedar mempunyai banyak teman. Namun penerimaan dan penolakan teman sepergaulan serta akibat-akibat yang ditimbulkannya dapat mempengaruhi perilaku dan bentuk-bentuk tingkah laku sosial yang menyimpang yang berciri khas cenderung merusak, melanggar peraturan-peraturan dan menyerang. Diantara sebab umum tingkah laku itu adalah karena remaja yang bersangkutan tidak memiliki sikap, perasaan dan ketrampilan tertentu sebagaimana dituntut dalam tugas-tugas perkembanganya sehingga remaja tersebut mengabaikan norma-norma masyarakat Kelangsungan interaksi sosial terlihat sangat sederhana namun sebenarnya interaksi merupakan suatu proses yang komplek karena dipengaruhi oleh beberapa

5 faktor yang mendasari, salah satunya yaitu penerimaan diri. Jersild (1999) mengartikan penerimaan diri sebagai tingkah laku individu yang menerima karakteristik personalnya dan menggunakannya untuk menjalani kelangsungan hidup. Pentingnya penerimaan diri berkaitan dengan penyesuaian dalam hidup individu. Oleh karena individu tidak akan dapat berinteraksi diri dengan baik jika individu tersebut menolak dan tidak menyukai atau menerima dirinya. Hal tersebut berarti individu yang menerima dirinya akan bertindak dengan cara yang disukai dan diterima oleh orang lain. Penelitian Marlina (2008) menyatakan bahwa siswa yang mampu menerima dirinya sendiri dan dapat diterima dalam lingkungan teman sebaya menunjukkan prestasi akademik yang tinggi, sebaliknya siswa yang ditolak ataupun tidak mampu menerima diri sendiri berisiko mengalami kegagalan akademik. Santrock (2002) mengungkapkan individu yang mampu menerima diri sendiri menunjukkan perilaku yang percaya diri, gembira, antusias, dapat berkomunikasi dengan baik, menyesuaikan diri dan mampu melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Ditambahkan oleh Coopersmith (Santrock, 2002) individu yang tidak mampu menerima diri sendiri akan sulit melakukan penyesuaian diri dan interaksi sosial bahkan ada yang bertindak agresif. Manusia harus menyadari kemampuan dan keterbatasan diri sendiri. Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki individu tidak dapat diterima dan justru menjadi beban yang pada akhirnya akan menghambat penyesuaian dirinya. Individu sering merasa kurang percaya diri (minder) dalam melakukan interaksi

6 dengan orang lain karena kekurangan dan kelemahan dalam dirinya. Bahkan pada sebagian individu malas untuk mengadakan sosialisasi karena individu tersebut merasa punya kelebihan yang membuatnya angkuh dan merasa tidak membutuhkan orang lain. Ketidakmampuan individu untuk menerima keadaan diri dalam melakukan penyesuaian diri karena dalam diri individu tersebut menolak dan tidak menyukai dirinya. Keadaan tersebut akan membuat individu enggan untuk bergabung dan bersosialisasi dengan orang lain. Individu tersebut akan berperilaku dan bertindak sesuka hati, sesuai dengan suasana hatinya pada saat itu tidak peduli dengan tuntutan dari lingkungannya, sehingga individu tersebut dapat dikatakan memiliki interaksi sosial yang rendah. Bertitik tolak dari dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara penerimaan diri dengan interaksi sosial? Sesuai rumusan masalah tersebut penulis melakukan penelitian dengan judul: Hubungan antara penerimaan diri dengan interaksi sosial pada remaja. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui: 1. Hubungan antara penerimaan diri dengan interaksi sosial pada remaja. 2. Sumbangan efektif penerimaan diri terhadap interaksi sosial. 3. Tingkat penerimaan diri subjek penelitian. 4. Tingkat interaksi sosial subjek penelitian.

7 C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi kepala sekolah SMA Muhammadiyah 3 Masaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan khususnya mengenai hubungan antara interaksi sosial dan penerimaan diri guru dengan prestasi belajar dan sebagai pertimbangan pimpinan untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik dari aspek pelayanan, proses belajar-mengajar, sumber daya manusia. 2. Bagi guru SMA Muhammadiyah 3 Masaran. Hasil penelitian memberikan informasi dan bahan pemikiran bagi kalangan pendidik khususnya guru juga lebih efektif memperhatikan semua segi perkembangan siswa baik dalam aspek kognitif, afektif dan konatif sebagai salah satu upaya mengembangkan interaksi sosial dan penerimaan diri yang positif dalam rangkat meningkatkan prestasi belajar pada anak didik. 3. Bagi orangtua siswa-siswi SMA Muhammadiyah 3 Masaran. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan antara penerimaan diri dengan interaksi sosial pada remaja, sehingga orang tua dapat menjelaskan dengan tepat bagi anak tentang penerimaan diri dan interaksi sosial dengan lingkungan. 4. Bagi subjek penelitian (siswa siswi SMA Muhammadiyah 3 Masaran) Diharapkan dapat memberikan informasi khususnya berkaitan dengan hubungan antara penerimaan diri dengan interaksi sosial pada remaja, sehingga

8 remaja dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk meningkatkan penerimaan diri dan interaksi sosial yang positif dengan lingkungan. 5. Bagi ilmuwan psikologi Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan dan kontribusi akademis serta memperkaya pengembangan ilmu psikologi pendidikan dan perkembangan, khususnya dalam bidang psikologi perkembangan dan sosial, mengenai hubungan antara penerimaan diri dengan interaksi sosial pada remaja. 6. Bagi peneliti selanjutnya Dapat memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi dalam penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara penerimaan diri dengan interaksi sosial pada remaja.