ANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

Strategi Double Skin Façade pada Apartemen di Surabaya

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak

Rekayasa Desain Fasad Untuk Penurunan Suhu Ruang pada Bangunan Rumah Susun Bambe Kabupaten Gresik

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

Pengaruh Shading Devices terhadap Penerimaan Radiasi Matahari Langsung pada Fasad Gedung Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK

PENGARUH ELEMEN PENEDUH TERHADAP PENERIMAAN KALOR PADA RUMAH SUSUN DI KOTA MALANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

Jendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya

Transfer Termal pada Selubung Bangunan SMPN 1 Plandaan Jombang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA BARAT

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV

BAB 2 LANDASAN TEORI. Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan

EVALUASI PENGHAWAAN ALAMI RUANG KELAS DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SIMULASI CFD

Analisis standar dan prosedur pengukuran intensitas cahaya pada gedung

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk

PENGARUH ORIENTASI BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL DALAM RUMAH TINGGAL DI MEDAN (STUDI KASUS KOMPLEK PERUMAHAN EVERGREEN)

HOTEL BINTANG LIMA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS DI KUNINGAN JAKARTA SELATAN

EVALUASI BUKAAN PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK MENDAPATKAN KENYAMANAN VISUAL PADA RUANG PERKULIAHAN

Perancangan Double Skin Facade pada Hotel Bisnis di Pusat Kota Surabaya

EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

Rekayasa Desain Bukaan Atap dan Dinding Untuk Meningkatkan Performa Termal Bangunan (Studi Kasus: Pendopo Agung Taman Krida Budaya Malang, Jawa Timur)

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR)

Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

BAB V KONSEP PERENCANAAN

DESAIN SHADING DEVICE PADA BANGUNAN KANTOR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENELITIAN MORFOLOGI TERITISAN DENGAN SISTEM KINETIK DAN EFEKTIFITASNYA PADA BANGUNAN KANTOR

BAB V KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir.

ASPEK TANGGAP IKLIM PADA PERANCANGAN SMK MULTIMEDIA DI KOTA YOGYAKARTA

Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

Pengembangan RS Harum

PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL PERUMAHAN LIMAS INDAH KOTA PEKALONGAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

BAB V HASIL RANCANGAN

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

PENGARUH IKLIM DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

HEAT INSULATION THERMAL COMFORT DESIGN CONSULTATION. Canisius College Sport Hall

HOTEL KAPSUL DI GAJAH MADA JAKARTA BARAT DENGAN PENGOPTIMALISASIAN RANCANGAN PASIF

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di Susun Oleh : AHMAD NIDLOM ( )

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH

KENYAMANAN TERMAL GEDUNG SETDA KUDUS

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE

of natural lighting as the main lighting source, homever it still needs the help of artificial lighting. Keywords: Natural lighting opening, sun shadi

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Pengembangan RS Harum

BAB III ELABORASI TEMA

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA. 3.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan

Perancangan Rumah Susun dengan Aspek Bioklimatik di Kota Malang

Pasar Seni Parangtritis Dengan Pendekatan Fungsi Ruang dan Hemat Energi untuk Mencapai Kenyamanan Termal Melalui Pendinginan Pasif

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

Transkripsi:

ANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL Fadhil Muhammad Kashira¹, Beta Suryokusumo Sudarmo², Herry Santosa 2 ¹ Mahasiswa Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya ² Dosen Jurusan Arsitektur/ Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Alamat E-mail penulis : fadhilmkashira@gmail.com ABSTRAK Sport Hall merupakan bangunan yang mewadahi aktifitas olahraga yang membutuhkan aktifitas metabolisme tubuh yang tinggi. Dalam aktifitas yang terjadi di dalam ruangan olahraga pada sport hall, kenyamanan termal merupakan syarat utama agar para pengguna bangunan tetap dapat berolahraga dengan maksimal. Salah satu cara untuk mengatur agar besar nilai kenyamanan termal sesuai dengan standar adalah dengan menggunakan double skin facade. Hal ini dikarenakan double skin facade memiliki beberapa kelebihan, antara lain : dapat mengurangi cahaya matahari yang masuk, menahan kecepatan angin, dan menurunkan suhu di dalam ruangan. Pada iklim tropis, jenis double skin facade yang paling baik adalah jenis louver. Untuk menentukan tipe terbaik dari louver, maka dilakukan simulasi yang menggunakan bantuan software Autodesk Ecotect dan Workbench Ansys yang diterapkan pada beberapa alternatif louver. Hasil dari simulasi yang telah dilakukan adalah penggunaan egg crate louver dengan kerapatan sirip horizontal dengan kerapatan sirip horizontal sebesar 2 dan sirip vertikal sebesar 3 pada ruang olahraga lantai 2 dan egg crate louver dengan kerapatan sirip horizontal sebesar 1,5 dan sirip vertikal sebesar 3 pada lantai 1 yang diterapkan pada dinding bangunan bagian barat dan timur. Kata kunci: Sport Hall, Double Skin Facade, Simulasi, Ecotect Analysis, Workbench Ansys ABSTRACT Sport Hall is a building that accommodate sports activities that require high body metabolism, In activities that occur in the sports room in a sports hall, thermal comfort is the main requirement so the user can do sport maximally. One great way to set the value of thermal comfort in accordance with the standards is to use a double skin facade. This is because the double skin facade has several advantages, including: can reduce incoming sunlight, reduce wind speeds, and lower the temperature in the room. In tropical area, the best type of double skin facade is louver. To decide the best type of louver, then performed simulation using Autodesk Ecotect and Workbench Ansys software that applied on some alternative louver model. The result is the building using egg crate louver with density of 2 in horizontal fins and 3 on vertical fins on second floor and egg crate louver with density of 3 in horizontal fins and 1,5 on first floor. This double skin façade model applied on both of west and east side of the building. Keywords: Sport Hall, Double Skin Façade, Simulation, Ecotect Analysis, Workbench Ansys

1. Pendahuluan Sport Hall merupakan bangunan publik yang mewadahi kebutuhan olahraga, khususnya olahraga yang bersifat indoor, seperti : badminton, bola basket, bola voli, dan futsal. Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh bangunan olahraga adalah mempunyai kenyamanan termal yang baik, terutama pada ruangan olahraga. Kenyamanan termal dibutuhkan pada ruangan olahraga karena olahraga merupakan aktifitas yang membutuhkan metabolisme yang tinggi, sehingga kenyamanan termal yang baik akan mendukung pengguna bangunan dalam melakukan aktivitas olahraga. Kenyamanan termal ini mencakup jumlah cahaya matahari yang masuk, kecepatan angin di dalam ruangan, suhu udara, dan pergerakan angin di dalam ruangan. Untuk olahraga yang akan diwadahi pada sport hall ini adalah badminton, futsal, dan bola voli. Cara untuk menentukan kenyamanan termal yang baik adalah dengan menggunakan standar jumlah cahaya matahari, kecepatan angin, dan temperatur udara yang berlaku di Indonesia. Standar jumlah cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan olahraga berkisar antara 200-800 lux (Sport England, 2012). Untuk kecepatan angin pada olahraga badminton, nilai maksimal yang diperbolehkan hanya 0,2 m/s (Sport England, 2012) sedangkan untuk cabang olahraga lain, kecepatan angin yang dibutuhkan adalah 0,25-0,5 m/s. Hal ini mengacu pada Lippseimer (1997:38) yang menyatakan bahwa kecepatan angin pada suasana yang nyaman adalah sebesar 0,25-0,5 m/s. Untuk suhu di dalam ruangan olahraga, maka standar yang digunakan adalah standar suhu nyaman di Indonesia, yaitu 22,8 C 25,8 C (Tata cara teknis konservasi energi pada bangunan gedung, 2000). Ada beberapa cara untuk menciptakan kenyamanan termal di dalam bangunan. Menurut Talarosha (2009), ada beberapa cara yang dapat membantu untuk mendukung terjadinya kenyamanan termal di dalam bangunan, seperti orientasi bangunan, memasang pelindung pada bangunan (shading device / double skin facade), dan menggunakan vegetasi sebagai pelindung dari matahari. Dari ketiga cara tersebut, cara yang paling efektif adalah dengan pemasangan double skin facade. Hal ini dikarenakan double skin facade memiliki beberapa kelebihan, antara lain : menurunkan temperatur udara yang diterima oleh dinding bangunan (Poirazis, 2004), membantu terjadinya sirkulasi udara alami (Lee et al, 2002), dapat berfungsi sebagai tempat terjadinya kebakaran, dan memiliki nilai g-value (penyerapan radiasi matahari dan u-value (nilai perpindahan panas) yang rendah, selain itu double skin facade juga dapat mengurangi tekanan angin ke dalam bangunan (Oesterle et al, 2001). Double Skin Facade memiliki beberapa kriteria desain, seperti desain dan tipe dari double skin facade itu sendiri, material yang digunakan, dan jarak pemasangan double skin facade dari dinding bangunan. Desain dan tipe double skin facade yang digunakan adalah tipe louver/sirip. Sistem louver ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain dapat membatasi cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan, dapat mencegah banda dan zat kecil dari luar bangunan (debu dan kotoran), dan dapat mengalirkan udara dengan baik (Brennan, 2012). Selain itu Pada dasarnya ada 3 macam jenis louver yang umum digunakan, yaitu : horizontal louver, vertical louver, dan egg crate louver. Horizontal Louver memiliki keunggulan untuk mengurangi cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan, tetap tidak dengan radiasi matahari. Sistem vertical louver memiliki keunggulan dapat menghalau cahaya matahari yang memiliki sudut yang tinggi dan rendah secara bersamaan saat dikombinasikan dengan horizontal louver. Sementara untuk egg crate louver yang merupakan gabungan antara vertical dan

horizontal louver, kelebihan yang dimiliki adalah dapat berfungsi sebagai penghalang angin (windbreaker) dan memiliki shading coefficient yang baik. Untuk material yang digunakan pada double skin facade, harus memiliki ketahann terhadap cahaya matahari dan kelembaban yang baik, karena Indonesia terletak di negara tropis dan memiliki tingkat penyinaran matahari dan curah hujan yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari konduktivitas thermal dan ketahanan difusi bangunan. 2. Metode Metode yang digunakan pada penulisan skripsi ini adalah deskriptif kualitatif dan programatik. Metode diawali dengan kebutuhan Kota Malang terhadap bangunan olahraga, lalu menentukan kebutuhan dan konsep besaran ruang. Setelah itu, simulasi dilakukan terhadap first skin yang belum dipasang double skin facade terhadap cahaya matahari dan kecepatan angin yang masuk dengan menggunakan software Autodesk Ectotect Analysis 2011 dan Workbench Ansys 16.0. Setelah itu, beberapa alternatif jenis louver yang telah ditentukan akan disimulasikan dengan menggunakan software yang sama untuk menentukan jenis louver yang paling efektif dalam mengurangi cahaya dan kecepatan angin yang masuk ke dalam ruangan olahraga. Untuk menentukan jarak pemasangan double skin facade dari dinding bangunan, maka digunakan juga software Ecotect Analysis 2011 untuk mensimulasikan jarak yang paling efektif dalam menurunkan suhu di dalam ruangan olahraga. Setelah menentukan jarak pemasangan yang baik, maka selanjtnya adalah menentukan besar kemiringan sudut horizontal dan vertikal untuk menentukan sudut yang paling baik dalam mempengaruhi pergerakan udara di dalam ruangan olahraga. 3. Hasil dan Pembahasan 3. 1 Simulasi awal pada first skin First skin pada ruangan olahraga merupakan bukaan yang terdiri dari kombinasi kaca dan ventilasi. Bukaan ini terletak di bagian atas dinding dan memanjang mulai dari sisi selatan hingga utara pada dinding bagian barat dan timur bangunan. Bukaan ini mempunyai dimensi yang sama pada lantai 1 dan lantai 2 sport hall. Gambar 1. Bukaan pada first skin Sumber : Desain pribadi, 2015 Simulasi pada first skin menunjukkan bahwa jumlah cahaya dan kecepatan angin yang masuk ke dalam ruangan olahraga masih melebihi standar, nilai cahaya matahari yang masuk antara 1200-2800 lux, sedangkan kecepatan angin yang masuk ke dalam ruangan olahraga masih berkisar antara 1,3-2,3 m/s. Kasimpulan yang dapat diambil dari kesimpulan terhadap first skin ini adalah bahwa ruang olahraga pada sport hall ini

membutuhkan pemasangan double skin facade. Simulasi ini dilakukan pada tanggal 21 Maret, 21 Juni, 23 September, dan 21 Desember yang merupakan tanggal revolusi bumi terhadap matahari, sedangkan waktu yang dipilih adalah pukul 09.00,, dan. Ada 6 macam jenis alternatif louver yang akan disimulasikan, yaitu horizontal louver A, horizontal louver B, vertical louver A, vertical louver B, egg crate louver A, dan egg crate louver B. Berikut adalah perbandingannya Tabel 1. Daftar alternatif louver yang akan disimulasikan No Jenis louver Ketebalan sirip Ketebalan frame Jarak antar sirip 1. Horizontal Louver A 0,1 4 3 2. Horizontal Louver B 0.05 2 1,5 3. Vertical Louver A 0.05 5 1,5 4. Vertical Louver B 0,1 4 3 5. Egg Crate Louver A 0.05 5 Horizontal : 3 Vertikal : 2 6. Egg Crate Louver B 0.05 2 Horizontal : 1,5 Vertikal : 3 (Sumber : Analisa pribadi, 2015) 3. 2 Simulasi jumlah cahaya matahari yang masuk dengan Autodesk Ecotect Analysis 2011 Untuk mengetahui jumlah cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan pada masing masing alternatif louver, maka dilakukan simulasi pada tanggal 21 Maret, 21 Juni, 23 September, dan 21 Desember pada pukul 09.00,, dan. Setelah dilakukan simulasi maka diketahui bahwa egg crate louver A dan B merupakan jenis yang paling efektif dalam mengurangi cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan olahraga sehngga nilainya sesuai dengan standar. Tabel 2. Hasil simulasi egg crate louver A dan B terhadap cahaya matahari No Jenis louver Tanggal Pukul Jumlah cahaya matahari yang masuk 1. Egg Crate Louver A 21 Maret 09.00 448 lux 458 lux 343 lux 21 Juni 09.00 23 September 09.00 21 Desember 09.00 2. Egg Crate Louver B 21 Maret 09.00 21 Juni 09.00 23 September 09.00 314 lux 581 lux 525 lux 463 lux 534 lux 654 lux 648 lux 556 lux 656 lux 520 lux 281 lux 620 lux 440 lux 320 lux 600 lux 520 lux 340 lux 620 lux (Sumber : Analisa pribadi, 2015) 21 Desember 09.00 520 lux 340 lux 650 lux

3. 3 Simulasi jumlah kecepatan angin yang masuk dengan Workbench Ansys 16.0 Untuk mengetahui kecepatan angin yang masuk ke dalam bangunan, maka tiap alternatif louver akan disimulasikan dengan Workbench Ansys pada Bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Simulasi pada Bulan Maret dan Juni dilakukan bersamaan karena arah datangnya angin sama sama dari arah Barat, sedangkan simulasi pada Bulan September dan Desember juga dilakukan bersamaan karena arah angn juga sama sama berasal dari timur. Pada simulasi ini, jenis louver yang terpilih juga egg crate louver A dan egg crate louver B. Gambar 2. Hasil simulasi kecepatan angin pada Bulan Maret dan Juni dengan egg crate louver A Sumber : Analisa pribadi, 2015 Gambar 3. Hasil simulasi kecepatan angin pada Bulan Maret dan Juni dengan egg crate louver B Sumber : Analisa pribadi, 2015 Pada simulasi yang telah dilakukan terhadap egg crate louver A, jumlah kecepatan angin yang masuk ke dalam ruangan olahraga saat pada Bulan Maret dan Juni adalah 0,5 m/s, sedangkan pada Bulan September dan Desember sebesar 0,25 m/s. Pada simulasi terhadap egg crate louver B, jumlah kecepatan angin yang masuk pada Bulan Maret dan Juni sebesar 0,18 m/s pada Bulan Maret dan Juni, dan 0,16 m/s pada Bulan September dan Desember. Nantinya untuk egg crate louver A akan digunakan pada lantai 1, sedangkan untuk egg crate louver B akan digunakan pada lantai 1 (lapangan badminton) karena memiliki jarak antar sirip yang lebih rapat sehingga jumlah kecepatan angin yang masuk ke dalam ruangan menjadi rendah.

Gambar 4. Egg Crate Louver A (kiri) dan Egg Crate Louver B (kanan) Sumber : Desain pribadi, 2015 3. 4 Simulasi jarak pemasangan double skin facade Ada 4 alternatif jarak yang akan disimulasikan, yaitu 0,5 m, 1 m, 1,5 m, dan 2,0 m. Masing masing jarak menimbulkan efek yang berbeda pula terhadap suhu di dalam ruangan olahraga. Simulasi ini juga dilakukan pada tanggal 21 Maret, 21 Juni, 23 September, dan 21 Desember. Menurut simulasi yang telah dilakukan, maka jarak pemasangan double skin facade yang optimal adalah pada jarak 1 m karena sudah memenuhi standar suhu nyaman di dalam ruangan (22,8 C 25,8 C). Tabel 3. Hasil simulasi jarak pemasangan double skin facade pada jarak 1m No Jarak pemasangan Tanggal simulasi Suhu di dalam ruangan olahraga 1. 1 m 21 Maret 24,6 C 21 Juni 28,7 C 23 September 24,7 C 21 Desember 23,2 C (Sumber : Analisa pribadi, 2015) Louver Bukaan pada first skin Gambar 5. Pemasangan louver dengan jarak 1m dari dinding bangunan (first skin) Sumber : Desain pribadi, 2015

3. 5 Simulasi pola pergerakan ruang pada bangunan olahraga Pola pergerakan udara di dalam ruangan olahraga juga penting, karena mempengaruhi pendinginan yang terjadi di dalamnya. Pola pergerakan ruang ini dipengaruhi oleh kemiringan sirip horizontal dan vertikal pada egg crate louver. Masing masing terdapat 3 buah alternatif besar kemiringan sudut pada louver yang akan disimulasikan, yaitu 15, 30, dan 45. Dari simulasi yang telah dilakukan dengan software Workbench Ansys, maka dapat disimpulkan bahwa pola pergerakan udara paling baik terjadi saat besar kemiringan sudut horizontal adalah 30 dan sudut vertikal sebesar 15. Gambar 6. Pola pergerakan udara yang terjadi dengan besar sudut sirip horizontal 30 dan sirip vertikal 15 Sumber : Desain pribadi, 2015 4. Kesimpulan Dari berbagai simulasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sport hall membutuhkan pemasangan double skin facade karena jumlah cahaya dan kecepatan angin yang masuk ke dalam ruangan olahraga masih melebihi standar. Untuk bangunan yang terdapat pada iklim tropis, jenis double skin facade yang paling baik adalah louver karena mempunyai banyak kelebihan yang dapat mendukung terjadinya kenyamanan termal pada ruangan olahraga. Setelah dilakukan simulasi terhadap cahaya matahari dan kecepatan angin, maka jenis double skin facade dengan jenis louver yang paling baik untuk memenuhi nilai standar kenyamanan termal di dalam ruangan olahraga adalah adalah egg crate louver A untuk lantai 2 (lapangan futsal) dan egg crate louver B untuk lantai 1(lapangan badminton dan basket). Egg Crate Louver B memiliki jarak antar sirip horizontal dan vertikal yang lebih rapat daripada Egg Crate Louver A sehingga mampu menahan kecepatan angin dengan lebih baik. Setelah itu, jarak pemasangan louver yang paling baik adalah sebesar 1m dari first skin, dan besar sudut horizontal dan vertikal yang paling baik untuk mendistribusikan pergerakan udara dengan merata di dalam ruangan olahraga masingmasing adalah 30 dan 15. Sementara material yang digunakan adalah PVC karena mempunyai kemampuan konduktivitas termal dan ketahanan difusi yang paling baik jika dibandingkan dengan material yang lain. Daftar Pustaka Departemen Pekerjaan Umum. 1993. Standar : Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada Bangunan Gedung, Bandung : Yayasan LPMB Poirazis, Harris. 2004. Double Skin Facade for Office Building. Report EBDR 04/3 : 61-66

Brennan, Cory Joseph. 2012. Analysis of Passive Louver Shading System and Impact on Interior Environment, Master Thesis, Paper 6941: 56-59 Lee, Selkowitz, Bazjanac, Inkarojrit and Kohler. 2002. A Critical Review of Double Skin Facade Lippsmeier, George. 1997. Bangunan Tropis. Erlangga. Jakarta. Oesterle, Lieb, Lutz, Heusler. 2001. Double Skin Facades Integrated Planning. A 0837 Pestel : 106-107 Sport England. 2012. Sport Halls Design and Layouts. February Revision -005: 5-6 Talarosha, Basaria. 2005. Menciptakan Kenyamanan Thermal dalam Bangunan. Jurnal Sistem Teknik Industri Vol. 6 No. 3 Juli 2005