BAB I PENDAHULUAN. diupayakan pemerintah yaitu otonomi daerah. Sebagaimana diketahui

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA TANAH KAS DESA DI DESA KENAIBAN KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut. Metode dalam suatu penelitian mempunyai peran penting

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN/ATAU PENGGABUNGAN DESA

PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 2000

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 9 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

UTHI CHAFIDZAH NAFSIKA C

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah atau wilayah provinsi dan setiap daerah atau wilayah provinsi terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam dengan segala kompleksitasnya dengan. menggunakan al-qur an sebagai landasannya telah terbukti mampu memecahkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2000 SERI D NOMOR SERI 6

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BAB I PENDAHULUAN. walaupun dalam kenyataannya pada saat ini sedang dilanda krisis yang

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG. PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. selalu menjadi perdebatan terutama ditingkat elit politik. Desa merupakan insitusi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA PAWEDEN KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 15/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. besar pada ekonomi para petani. Salah satu daerah pemasok beras terbesar

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan penghasilan. Setiap usaha tidak dapat dilakukan sendiri tanpa

RANCANAGN PERATURAN DESA CILANGKAP KECAMATAN WANASALAM KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG

KEPALA DESA GEMBLEB KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DESA GEMBLEB NOMOR: 4 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA SEWA TANAH KAS DESA

BAB I PENDAHULUAN. tentang pemanfaatan tanah sangat penting. sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. Berdasarkan pasal tersebut, seluruh

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 13 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 14 TAHUN 2000

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengakuan Keberadaan Masyarakat Hukum Adat Menurut UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 13/E 2006 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

Undang (Lembaran Negara Republik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR HAK TANAH ULAYAT

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Indonesia berdasarkan UUD 1945 Pasal 18 ayat (1) terdiri dari

KECAMATAN TEGALDLIMO DESA KEDUNGASRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 13 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA NOMOR : 44 TAHUN 2001 SERI: D NOMOR : Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 Tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 7

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 27 TAHUN 2004 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 27 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. antara Permendagri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tanah desa. Menurut Pasal 1 angka 26 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA PENGURUSAN DAN PENGAWASANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PEMERINTAH DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 06 TAHUN 2016

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG SUMBER KEUANGAN GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA

LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 06 TAHUN 2017 TENTANG PUNGUTAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATANG HARI MITRA HUTAN LESTARI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 14/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN EKS TANAH BENGKOK KELURAHAN KABUPATEN MADIUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan sistem pemerintahan telah berjalan dinamis dari waktu ke waktu. Ini ditandai dengan berbagai pola yang dipakai dalam mendukung sistem pemerintahan tersebut. Sistem pemerintahan yang diterapkan dapat mempengaruhi pola kegiatan dalam bernegara. Pola kegiatan bernegara tersebut harus perlu diupayakan guna menjadikan sistem pemerintahannya dengan tepat dan terarah. Salah satu pola atau sistem yang diupayakan pemerintah yaitu otonomi daerah. Sebagaimana diketahui otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 1 Di satu sisi, otonomi daerah mempunyai relevansi dengan kebijakan daerah termasuk juga dengan kebijakan desa. Berkaitan dengan hal tersebut 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Pasal 1 Ayat 5 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 1

2 telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Pasal 1.a Tahun 1979, tentang Pemerintahan Desa. Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh jumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan RI. 2 Lebih lanjut, hal tersebut juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Pasal 101 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa mempunyai wewenang, dan bertanggung jawab kepada badan perwakilan desa untuk menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada bupati. Tanah desa adalah suatu lahan yang dimiliki oleh desa yang terdiri dari tanah ganjaran atau bengkok dan tanah kas desa yang dikelola untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan desa 3. Secara tradisi, tanah bengkok dibagi dan dikelola untuk kesejahteraan perangkat desa dengan luas tanah sesuai dengan jabatannya sebagai contoh di desa Jatirejo untuk kepala desa mendapatkan tanah bengkok seluas 5,060 Ha, untuk seketaris desa mendapat 2,451 Ha. Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2007 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan Sekretaris Desa 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Pasal 1.a Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. 3 Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 2 Pasal 1 Tahun 2003 tentang Penglolaan Tanah Desa.

3 Menjadi Pegawai Negeri Sipil. Hak pengolaan lahan yang selama ini untuk seketaris desa dialihkan untuk kesejahteraan masyarakat melalui sistem penyewaan. Selain itu, sesuai dengan Perda Kabupaten Jombang Nomor 2 Pasal 4 Ayat 1 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Tanah Desa. Dapat dilakukan dengan cara disewakan. Melihat penduduk desa Jatirejo mayoritas bermata pencaharian petani dan buruh tani, sebagian ada yang berdagang, wirausaha atau bekerja sebagai karyawan pabrik, ada juga yang bekerja di instansi-instansi pemerintah dan militer. kepala desa mempunyai inisiatif untuk menuangkan penyewaan tanah kas desa dalam bentuk sistem undian. Mekanisme penyewaan tanah desa itu dilakukan di kantor desa yang boleh diikuti oleh semua warga desa, dengan persyaratan, warga Desa Jatirejo, warga yang sudah pernah dapat giliran menyewa tanah desa tidak boleh mengikuti lagi, dan harga penawaran dasar yang ditentukan oleh rapat keputusan bersama antara perangkat desa, warga, dan BPD serta tokoh masyarakat dan untuk memberi kesempatan pada semua lapisan masyarakat desa agar bisa mengikuti undian dan menghindari monopoli warga kaya. Oleh karena itu dalam penelitian ini ingin mengetahui kemaslahatan serta kemadharatan dari sistem undian tersebut, karena dalam aktifitas masyarakat khususnya dalam bidang muamalah juga perlu pedoman-pedoman dasar syari ah. Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengkaji tentang: PENYEWAAN TANAH KAS DESA PERSPEKTIF FIQH

4 MUAMALAH. (Studi Kasus di Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kewenangan kepala desa dalam penyewaan tanah kas desa di Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang? 2. Bagaimana sistem penyewaan tanah kas desa di Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang? 3. Bagaimana praktek penyewaan tanah kas desa di Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang perspektif fiqh muamalah? C. Batasan Masalah Penelitian ini hanya fokus kepada permasalahan tanah kas desa dengan menggunakan sistem undian yang ditinjau dari perspektif fiqh muamalah kontemporer. D. Tujuan Penelitian Dalam setiap aktifitas selalu ada tujuan sebagai penentu arah untuk mencapai apa yang telah direncanakan dan ditetapkan. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kewenangan kepala desa dalam penyewaan tanah kas desa di Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. 2. Untuk mengetahui sistem penerapan yang terjadi pada penyewaan tanah kas desa di Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. 3. Untuk mengetahui praktek penyewaan tanah kas desa di Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang perspektif fiqh muamalah.

5 E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Dapat menambah khazanah pengetahuan dalam fiqh muamalah khususnya dalam praktek penyewaan tanah kas desa. b. Dapat menambah khazanah pengetahuan bermuamalah khususnya dalam hablum minan nâs. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan rujukan bagi peneliti selanjutnya khususnya dalam bidang fiqh muamalah dan hukum Islam. b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan sumbangan pemahaman dan gambaran tentang fiqh muamalah, kepada pemerintahan desa serta pada masyarakat umum dan semua pihak yang berkepentingan pada khususnya. F. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian terdahulu mengenai sewa-menyewa N o Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Uthi Chafidzah Nafsika (2010). 4 Tinjauan Hukum Agraria Nasional Terhadap Pelaksanaan Sewa-Menyewa Tanah kas di Desa Sribit Penelitian yang dilakukan oleh, Uthi Chafidzah Nafsika yakni mengetahui tinjauan hukum agraria nasional terhadap Meneliti tentang Sewa- Menyewa tanah desa. Dalam penelitan ini lebih menekankan pada perspektif fiqh muamalahnya. Dan juga mengintegrasikan antara 4 Uthi Chafidzah Nafsika, Tinjauan Hukum Agraria Nasional Terhadap Pelaksanaan Sewa- Menyewa Tanah kas di Desa Sribit Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten, Skripsi (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2010).

6 Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. perjanjian dalam sewa-menyewa tanah kas. kewenangan kepala desa dalam penyewaan tanah desa. 2. Idam Adit Nuraga (2009).5 Pelaksanaan perjanjian sewa tanah kas desa di Desa Kenaiban Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Bahwa masalah pelaksanaan perjanjian sewamenyewa tanah kas desa ini sangat penting karena dengan adanya pelaksanaan perjanjian sewamenyewa tanah kas desa diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup petani. Meneliti tentang sewamenyewa tanah kas desa. Dalam penelitian ini membahas sistem yang terjadi didalam penyewaan tanah desa. 5 Idam Adit Nuraga. Pelaksanaan perjanjian sewa tanah kas desa di Desa Kenaiban Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Skripsi (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009).

7 3. Zumrotunnisayak (2010). 6 Tinjauan Hukum Islam terhadap praktek sewa-menyewa tanah bengkok di Desa Tumbrep Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Penelitian yang telah dilakukan oleh Zumrotunnisyak bertentangan dengan prinsip keadilan dalam Islam karena penyewa telah membayar uang lunas tapi tidak bisa memanfaatkan tanah itu dan tidak mendapat ganti rugi, ini termasuk kategori memakan harta orang lain secara bathil. Adat tersebut termasuk adat ( urf ) yang fasid karena bertentangan dengan prinsip Islam dan terdapat kemadharatan. Meneliti tentang sewamenyewa tanah kas desa. Dalam penelitian ini mendeskripsikan bagaimana kewenangankewenangan kepala desa dalam penyewaan tanah kas desa serta ingin mengetahui sistem-sistem penyewaan tanah desa yang terjadi menurut fiqh muamalah. Dari tabel di atas maka dapat dilihat persamaan dan perbedaan penelitian sekarang dan penelitian yang terdahulu. Adapun persamaan adalah terletak pada obyek yang diteliti yaitu sama-sama mengkaji masalah sewamenyewa. Sedangkan yang membedakan antara penelitian sekarang dengan 6 Zumrotunnisayak. Tinjauan Hukum Islam terhadap praktek sewa-menyewa tanah bengkok di Desa Tumbrep Kecamatan Bandar Kabupaten Batang, Skripsi (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010).

8 penelitian terdahulu adalah dari segi judul penelitian, perspektif hukum, lokasi penelitian atau studi kasusnya. Dalam penelitianya Uthi Chafidzah Nafsika membahas tentang tinjauan Hukum Agraria Nasional terhadap perjanjian dalam sewa-menyewa tanah kas. Idam Adit Nuraga dalam penelitiannya ingin mengetahui masalah pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa tanah kas desa, ini sangat penting karena dengan adanya pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa tanah kas desa diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup petani. Zumrotunnisayak dalam penelitianya hanya ingin mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktek sewa-menyewa tanah bengkok di Desa Tumbrep Kecamatan Bandar Kabupaten Batang, penelitian yang telah dilakukan oleh Zumrotunnisyak bertentangan dengan prinsip keadilan dalam Islam karena penyewa telah membayar uang lunas tapi tidak bisa memanfaatkan tanah itu dan tidak mendapat ganti rugi, ini termasuk kategori memakan harta orang lain secara bathil. Adat tersebut termasuk adat ( urf) yang fasid karena bertentangan dengan prinsip Islam dan terdapat kemadharatan. Sedangkan penelitian ini PENYEWAAN TANAH KAS DESA PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH. (Studi Kasus di Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang). Ingin mengetahui kewenangan kepala desa dalam penyewaan tanah desa serta mengetahui sistem penerapan dan manfaat yang terjadi pada sewa-menyewa tanah desa.

9 G. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam penelotian ini terdiri dari V BAB yang terdiri dari beberapa pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang berkaitan dengan permasalahan yang peneliti ambil. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini sebagai berikut : Pembukaan pada BAB I ini berisi tentang masalah-masalah yang merupakan dasar dari pola penelitian skripsi ini yakni antara lain latar belakang masalah, diperlukan untuk menjelaskan asal mula timbulnya judul penelitian atau judul skripsi. Setelah itu disusul dengan rumusan masalah. Dengan adanya rumusan masalah inilah skripsi menjadi lebih jelas untuk dibaca. Tujuan dan kegunaan penelitian dimaksudkan supaya jelas apa saja yang dituju dalam penelitian ini dan apa saja kegunaan penelitian tersebut. Dalam BAB II membahas landasan teori yang berhubungan dengan judul penelitian yaitu tentang : PENYEWAAN TANAH KAS DESA PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH. (Studi Kasus di Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang). Membahas kewenangan kepala desa menurut Undang-Undang, membahas kewenangan kepala desa dalam penyewaan tanah desa, serta membahas mekanisme yang terjadi dalam penyewaan sesuai dengan fiqh muamalah yang membahas tata cara sewa-menyewakannya. Pada BAB III membahas metode penelitian yang merupakan bagaian inti dari sebuah skripsi ini. Penelitian diawali dari pencarian permasalahan yang nantinya akan diangkat sebagai judul penelitian. Sebagai peneliti harus objektif terhadap suatu permasalahan yang akan diangkat sebagai penelitian.

10 Berhasil atau tidaknya sebuah penelitian tergantung pada peneliti dalam menentukan sebuah metode penelitiannya. Dalam BAB IV ini akan dibahas paparan dan analisis data untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan yaitu: 1. Bagaimana kewenangan kepala desa dalam penyewaan tanah kas desa di Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang? 2. Bagaimana sistem penyewaan tanah kas desa di Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang? 3. Bagaimana praktek penyewaan tanah kas desa di Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Perspektif Fiqh Muamalah? Pada BAB V merupakan bab terakhir dalam penelitian ini, yang berisi tentang kesimpulan hasil penelitian ini secara keseluruhan. Sehingga dari kesimpulan ini dapat menjelaskan secara rinci dalam memahami hasil dari sebuah penelitian. Sehingga orang lain yang membacanya dapat memahami terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan.