Analisis usaha produksi kerajinan gerabah di kabupaten Bantul tahun Tinuk Watiningsih F BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis memerlukan data-data yang lengkap serta cara menganalisis yang

BAB VI ANALISIS DATA Deskriptif Industri Gerabah di Desa Bangunjiwo. dilakukan berdasarkan hasil jawaban yang diperoleh dari responden yang

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

Analisis pengaruh biaya promotional mix terhadap volume penjualan pada PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta. Indah Wulansari F BAB I

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Milik

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari

B A B. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Subyek pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitattif. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode Hal-hal

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM)

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kualiitatif yang merujuk pada data deskriptif ( deskriptif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah

III. METODE PENELITIAN A.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa

BAB III METODE PENELITIAN. umum dari obyek penelitian. Pada penelitian ini peneliti mengambil data waktu tiga

II. BAHAN DAN METODE

Muhammad Syukri Hamdi

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB III. Metode Penelitian. bagaimana hasilnya apakah signifikan atau tidak. terhadap variabel-variabel dependen.

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan keragaman data untuk penelitian yang akurat. Pemilihan sampel

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODA PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. diperolehnya data dari penelitian yang dilakukan. Adapun objek penelitian ini

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Berikut sebuah penelitian:

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang semakin tajam membuat perusahaan-perusahaan yang ada

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari suatu penelitian. Penelitian ini mengungkapkan tentang efisiensi penggunaan

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. variabel-variabel yang diduga mampu mempengaruhi Loan to Deposit Ratio

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,2006:118). Dalam penelitian

Pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Nilai Perusahaan Pada Bank Go Public yang Terdaftar di BEI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang

III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah explanatory reseach. Menurut Singarimbun (1995)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

Adalah keseluruhan jumlah industri yang ada di Tasikmalaya baik industri besar maupun sedang. Data operasional

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki

BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah pengaruh faktor-faktor internal bank tahun

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena berikut hubunganhubungannya

Davidson (MWD) yang bertujuan untuk menentukan apakah model yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

BAB III METODE PENELITIAN. produk dapat menentukan permintaan produk tersebut di pasaran. Semakin baik

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam penelitian dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penjualan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada sebuah

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

III. METODE PENELITIAN. Indonesia periode Penelitian ini menggunakan PBV, ROE, dan PER

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

BAB III METODEPENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

Transkripsi:

Analisis usaha produksi kerajinan gerabah di kabupaten Bantul tahun 2002 Tinuk Watiningsih F 0198016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam struktur perekonomian nasional terdapat berbagai macam sektor yang perlu mendapat perhatian besar untuk dikembangkan. Salah satu di antaranya adalah sektor industri yang pengembangannya ditujukan untuk memperkokoh dan meningkatkan daya tahan perekonomian sehingga dapat menjadi penggerak utama perekonomian yang efisien, berdaya saing tinggi, berstruktur kokoh, penggunaan tenaga kerja yang produktif, dan pemanfaatan sumber daya alam yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi serta dapat meningkatkan ekspor nasional. Dalam GBHN tahun 1999, industri merupakan perwujudan dari pelaksanaan demokrasi untuk mencapai kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata yang mempunyai misi-misi : 1. Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha meningkatkan pendapatan masyarakat serta menunjang pengembangan wilayah.

2. Memperluas struktur usaha industri dan menumbuhkembangkan budaya industri di kalangan masyarakat luas. 3. Membina keberadaan dan kelangsungan hidup usaha industri yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya bangsa. Pemerintah telah berupaya mencapai misi tersebut dengan mengembangkan usaha industri yang tercantum dalam GBHN tahun 1999 yaitu tentang misi dan arah kebijakan pembangunan. Misi dalam GBHN butir ke tujuh adalah pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah, dan koperasi dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan, berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan ( GBHN 1999:14 ). Sedangkan arah kebijakan dalam bidang ekonomi butir ke sebelas adalah memberdayakan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan menciptakan iklim berusaha yang kondusif dan peluang usaha yang seluas-luasnya (GBHN 1999:18). Dalam misi dan arah kebijakan pembangunan di atas, pemerintah lebih menitikberatkan pada pengembangan industri kecil dan menengah. Hal ini disebabkan adanya kenyataan bahwa industri kecil dan menengah memiliki jumlah unit usaha yang sangat banyak. Data dari Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah, menunjukkan bahwa pada tahun 2000, ada sekitar 38,99 juta unit usaha kecil dan menengah (DR. Tulus T. H. Tambunan,

2000:19). Industri kecil menengah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap penciptaan kesempatan kerja dan sumber pendapatan, khususnya di daerah pedesaan dan bagi rumah tangga berpendapatan rendah serta berperan dalam peningkatan mobilitas tabungan domestik. Industri kecil dan menengah memiliki daya tahan yang tangguh dalam usahanya, hal ini dibuktikan saat perekonomian sedang mengalami krisis, mereka tetap lancar berproduksi. Di era otonomi daerah seperti sekarang ini, pemerintah melimpahkan sepenuhnya wewenang untuk pengembangan industri kepada pemerintah Dati II atau Kabupaten, karena pemerintah Dati II atau Kabupaten lebih mengetahui kekuatan dan kelemahan serta masalah-masalah yang dihadapi oleh pengusaha industri di daerah masing-masing. Secara garis besar masalah-masalah yang dihadapi pengusaha industri terutama industri kecil dan menengah adalah sebagai berikut : 1. Kesulitan di dalam mendapatkan modal terutama modal yang berupa modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain. 2. Kelemahan dalam bidang keahlian baik teknis maupun manajerial. 3. Kesulitan dalam bidang pemasaran. Masalah sulitnya mendapatkan modal. pinjaman disebabkan karena persyaratan untuk memperoleh kredit dari bank atau lembaga keuangan lain masih terasa sulit bagi para pengusaha tersebut serta adanya ketakutan tidak dapat mengembalikan pinjaman di kemudian hari. Sedangkan di pihak lembaga keuangan memiliki alasan yang melatarbelakangi timbulnya keengganan untuk memberikan pinjaman kepada para pengusaha kecil dan menengah, pertama,

kurang menguntungkan karena disamping biaya pemberian pinjaman yang relatif tinggi juga dibayangi resiko yang relatif besar. Kedua, karena lembaga keuangan sulit memperoleh informasi yang cukup memadai dari industri kecil dan menengah sebagai pemohon kredit (Irsan Azhary Saleh, 1986:7). Kelemahan dalam bidang keahlian teknis, manajerial maupun pemasaran disebabkan masih rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerjanya serta kurangnya penguasaan teknologi dan informasi. Mengingat besarnya peranan industri kecil dan menengah, maka selalu diupayakan adanya pembinaan dan pengembangan yang bertujuan agar industri mampu mengatasi masalah yang dihadapi dan berkembang ke arah yang lebih maju dan mandiri sehingga peranannya dalam perekonomian daerah semakin besar. Di Kabupaten Bantul, perkembangan industri bila dilihat dari unit usaha, tenaga kerja, nilai investasi, nilai produksi dan nilai tambah terus mengalami peningkatan yang cukup berarti pada tahun 2000 dan tahun 2001, seperti terlihat dalam tabel 1.1 berikut ini : Tabel 1.1. Perkembangan Industri Tahun 2000-2001 Kabupaten Bantul No Uraian 2000 2001 1 Unit usaha 17.412 17.599 2 Tenaga kerja (orang) 54.714 66.127 3 Nilai investasi (Rp juta) 237.401 249.782 4 Nilai produksi (Rp juta) 414.750 440.480 5 Nilai tambah (Rp juta) 204.818 219.465 Sumber : Dinas Perindagkop Kabupaten Bantul, 2001 Di Kabupaten Bantul, terdapat beberapa potensi industri kecil dan menengah tersebar di berbagai kecamatan yang memberikan kontribusi besar

dalam pengembangan industri dalam beberapa tahun terakhir ini. Seperti terlihat dalam tabel berikut ini: Tabel 1.2. Potensi Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Bantul Komoditi Unit Usaha Tenaga Kerja Daerah Persebaran Gerabah 611 2379 3 kecamatan Kerajinan bambu 410 1435 3 kecamatan Genteng 322 1266 6 kecamatan Tatah sumbing 120 604 3 kecamatan Mebel 112 754 6 kecamatan Barang perhiasan 76 385 1 kecamatan Barang dari kulit 43 242 4 kecamatan Kerajinan kayu 40 450 2 kecamatan Batik 12 32 3 kecamatan Sumber : Dinas Perindagkop Kabupaten Bantul, 2001 Dari tabel 1.2, terlihat bahwa produksi kerajinan gerabah di kabupaten Bantul menduduki peringkat pertama dalam jumlah unit usaha dan dalam jumlah penggunaan tenaga kerja. Pada tahun 2001, dengan jumlah unit usahanya sekitar 611 unit dan menggunakan tenaga kerja sekitar 2379 orang, usaha produksi gerabah telah mampu menjadi produk unggulan utama Kabupaten Bantul. Walaupun hanya tersebar di tiga kecamatan saja, usaha produksi gerabah ini telah mampu melakukan ekspor ke negara-negara lain seperti Amerika, Belanda, Belgia, Denmark, Inggris, Jepang, Jerman, Korea, Malaysia, Perancis, Selandia Baru, Spanyol, dan Swedia, sedangkan kawasan yang digunakan untuk usaha produksi gerabah telah menjadi salah satu tujuan wisata domestik dan manca negara. Dari tahun ke tahun, jumlah pengrajin gerabah ini mengalami peningkatan, sehingga kegiatan produksi ini diharapkan akan terus berlangsung dan meningkat. Keberhasilan yang dicapai oleh produksi kerajinan gerabah ini

diharapkan pula untuk memacu industri kecil lainnya untuk maju dan berkembang. Satu hal yang terpenting dalam pengembangan serta untuk menjaga kelangsungan usaha produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul adalah menciptakan dan menjaga para pengrajin untuk menggunakan faktor-faktor produksi yang antara lain modal, tenaga kerja, bahan baku, dan bahan penolong seefisien mungkin. Kondisi yang efisien ini dapat dicapai apabila pengrajin mampu mengkombinasikan faktor-faktor produksinya sebaik mungkin sehingga menghasilkan produksi dan tingkat keuntungan yang optimum. Dalam penelitian terdahulu, penulis mendapati sebagian dari pengrajin masih membutuhkan adanya tambahan modal, peningkatan pendidikan dan ketrampilan tenaga kerja, proses usaha produksi kerajinan gerabah masih tergantung pada musim serta hasil produksinya yang kurang bervariasi. Oleh karena itu, penulis melihat bahwa kondisi pada produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul ini belum memenuhi syarat-syarat efisiensi ekonomis. Mengingat usaha produksi kerajinan gerabah di kabupaten Bantul sangat menunjang perekonomian daerah, maka diperlukan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi para pengrajin gerabah oleh berbagai pihak yang terkait. Dalam hal ini yaitu untuk mengkombinasikan faktor-faktor produksi agar proses produksinya mencapai efisiensi ekonomis dan untuk terus meningkatkan skala hasil produksi (return to scale) serta intensitas penggunaan masukan yang produktif. Fenomena yang ada tersebut, menggugah ketertarikan penulis untuk meneliti keberadaan dan untuk memberi masukan ke arah pengembangan usaha produksi kerajinan gerabah

di Kabupaten Bantul, maka penulis mengambil judul penelitian Analisis Usaha Produksi Kerajinan Gerabah di Kabupaten Bantul Tahun 2002. B. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana pengaruh variabel modal, tenaga kerja, bahan baku, dan bahan penolong terhadap nilai produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul. 2. Apakah kombinasi masukan modal, tenaga kerja, bahan baku, dan bahan penolong dalam produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul tersebut sudah memenuhi kriteria efisiensi ekonomis. 3. Bagaimana skala hasil usaha produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul tersebut, termasuk dalam increasing return to scale(irts), constant return to scale(crts), atau decreasing return to scale(drts). 4. Bagaimana intensitas penggunaan masukan modal dan tenaga kerja dalam usaha produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul tersebut, termasuk dalam padat modal atau padat tenaga kerja (padat karya). C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel modal, tenaga kerja, bahan baku, dan bahan penolong terhadap nilai produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul. 2. Untuk mengetahui kriteria efisiensi ekonomis dari kombinasi masukan modal, tenaga kerja, bahan baku utama, dan bahan penolong dalam usaha produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul.

3. Untuk mengetahui skala hasil usaha produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul tersebut, termasuk dalam increasing return to scale(irts), constant return to scale(crts), atau decreasing return to scale(drts). 4. Untuk mengetahui intensitas penggunaan masukan modal dan tenaga kerja dalam produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul tersebut, termasuk dalam padat modal atau padat karya. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi penulis sendiri untuk memperluas wawasan keilmuan dan menambah pengetahuan penulis tentang gambaran secara umum usaha produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul. 2. Bagi peneliti lain, hasil ini dapat digunakan sebagai bahan pembanding dan bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi para pengrajin gerabah di Kabupaten Bantul, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan usaha produksi kerajinan gerabah.

E. KERANGKA PEMIKIRAN Unit usaha kerajinan gerabah Modal Tenaga kerja Bahan baku Bahan penolong Padat modal Padat karya Keluaran Gerabah Tingkat efisiensi ekonomis Tingkat skala hasil efisien belum efisien IRTS CRTS DRTS Gambar 1.1. Skema Kerangka Pemikiran Produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul berarti jumlah gerabah yang dapat dihasilkan pada periode tertentu dengan kombinasi masukan yang terdiri dari modal, tenaga kerja, bahan baku, dan bahan penolong.

Dalam mengalokasikan masukan atau faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah keluaran gerabah akan diperoleh tingkat efisiensi. Adakalanya kombinasi tersebut sudah memenuhi syarat efisiensi, namun adakalanya belum atau tidak memenuhi syarat efisiensi. Apabila penggunaan masukan memenuhi syarat efisiensi ekonomis maka akan menghasilkan hasil produksi dan keuntungan yang optimal. Penggunaan masukan yang belum memenuhi syarat efisiensi ekonomis, diperlukan langkah-langkah perbaikan untuk menjadi efisien, yaitu dengan menambah atau mengurangi masukan. Tingkat skala hasil ( return to scale ) adalah pengaruh peningkatan skala masukan terhadap kuantitas yang diproduksi. Tingkat skala hasil dibagi menjadi tiga yaitu (1) Increasing return to scale, bilamana peningkatan semua masukan menyebabkan peningkatan keluaran yang lebih besar. (2) Constant return to scale, bilamana peningkatan semua masukan menyebabkan peningkatan keluaran dengan jumlah yang sama. (3) Decreasing return to scale, bilamana peningkatan semua masukan menyebabkan perubahan keluaran yang lebih kecil. Intensitas penggunaan masukan modal dan tenaga kerja dibedakan menjadi dua yaitu (1) Padat modal, bilamana penggunaan modal lebih besar daripada penggunaan tenaga kerja. (2) Padat karya, bilamana penggunaan tenaga kerja lebih besar daripada modal. F. HIPOTESIS

1. Diduga variabel modal, tenaga kerja, bahan baku, dan bahan penolong berpengaruh secara positif terhadap nilai produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul. 2. Diduga produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul dalam kondisi yang belum memenuhi kriteria efisiensi ekonomis. 3. Diduga pengrajin gerabah di Kabupaten Bantul tersebut berproduksi pada skala hasil yang semakin bertambah (increasing return to scale). 4. Diduga produksi kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul dapat dikategorikan sebagai usaha yang padat karya / padat tenaga kerja. G. METODE PENELITIAN 1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei dan wawancara langsung dengan para pengrajin gerabah di Kabupaten Bantul sebagai unit analisisnya. Penelitian ini menggunakan pembatasan, yaitu kegiatan usaha produksi pada tahun 2002. 2. Teknik pengambilan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin gerabah di Kabupaten Bantul. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten bantul, jumlah pengrajin gerabah di Kabupaten Bantul berjumlah sekitar 611 orang. Menurut Winarno Surakhmad (1980 : 100), apabila populasi di bawah 100 pengamatan, maka sampel yang baik minimal 50%-nya,

sedangkan bila populasi pengamatan antara 100 sampai kurang dari 1000 maka sampel yang baik minimal 15%. Mengacu pada keterangan di atas, penelitian ini mengambil sampel sebanyak 100 pengrajin atau sebanyak 16,37% dari populasi dengan metode stratified proporsional random sampling dengan perumusan sebagai berikut : ni = Ni x n N Di mana : ni = jumlah sampel yang diambil Ni = jumlah pengrajin per kecamatan N = jumlah populasi n = jumlah sampel yang telah ditentukan Tabel 1.5. Proporsi pengambilan sampel No Nama Kecamatan Jumlah Pengrajin Sampel yang diambil 1 Kasihan 369 60 2 Pundong 192 32 3 Sedayu 50 8 Jumlah 611 100 3. Jenis macam data a. Data primer diperoleh dengan cara : Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melalui wawancara langsung dan berhadapan langsung dengan obyek penelitian. Cara ini dimaksudkan untuk membantu metode kuesioner. Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis dari obyek penelitian. Cara ini dimaksudkan untuk melengkapi data yang diperlukan.

Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya. Cara ini dimaksudkan untuk memperoleh data primer. b. Data sekunder diperoleh dengan mencatat dari buku-buku, literatur, dan instansi yang ada hubungannya dengan penelitian ini yang pengumpulannya dilakukan oleh orang lain atau pihak lain. 4. Definisi operasional a. Keluaran gerabah Adalah keseluruhan produksi yang dihasilkan pengrajin gerabah dalam periode tertentu dalam hal ini rata-rata per bulan produksi, nilainya dihitung berdasarkan nilai penjualan dari produk yang dihasilkan yang dinyatakan dalam rupiah. b. Masukan modal Modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah modal tetap. Modal tetap adalah sejumlah dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap. Modal tetap diukur dari peralatan-peralatan yang dipakai dalam proses produksi untuk menghasilkan kerajinan gerabah antara lain mesin perbot, alat cetak padat, dan tungku pembakaran yang dinyatakan dalam satuan uang dalam hal ini jutaan rupiah. c. Masukan tenaga kerja

Adalah banyaknya karyawan yang terlibat langsung dalam proses produksi kerajinan gerabah yang nilainya dihitung dari banyaknya karyawan dikalikan upah rata-rata per bulan produksi, dinyatakan dalam jumlah rupiah. d. Masukan bahan baku Adalah jumlah tanah liat rata-rata per bulan produksi yang digunakan pengrajin untuk membuat kerajinan gerabah, nilainya dihitung dari jumlah tanah liat dikalikan harga bahan baku per m 3, dinyatakan dalam rupiah. e. Masukan bahan penolong Adalah jumlah unit bahan yang dipakai pengrajin gerabah untuk meningkatkan nilai lebih produksi kerajinan gerabah yang nilainya dihitung dari nilai rupiah yang dikeluarkan rata-rata per bulan produksi oleh pengrajin untuk membeli bahan penolong, antara lain: bahan bakar, cat, kaolin, pasir, pernis, pisau, amplas. f. Efisiensi ekonomis Adalah suatu besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum di mana penggunaan input telah menghasilkan keluaran yang optimal. g. Return to scale Adalah pengaruh peningkatan skala input terhadap kuantitas yang diproduksi. h. Intensitas penggunaan modal dan tenaga kerja

Adalah rasio antara koefisien masukan modal dengan masukan tenaga kerja yang digunakan untuk mengetahui kondisi usaha suatu industri termasuk dalam padat modal atau padat karya. 5. Teknik analisis data Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, maka dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda double log dengan pendekatan fungsi produksi Cobb - Douglas sebagai berikut : Y = ax b1 1 X b2 2 X bi i X bn n e u Berdasarkan persamaan fungsi produksi di atas, maka dalam penelitian ini dibuat persamaan sebagai berikut : b1 b2 b3 b4 Yi = ax 1i X 2i X 3i X 4i e u Untuk memperoleh hasil yang diinginkan, model tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma, maka persamaan regresi linearnya adalah sebagai berikut : Di mana : Ln Y = Ln b 0 + b 1 LnX 1i + b 2 LnX 2i + b 3 LnX 3i + b 4 LnX 4i + e i Y = nilai produksi X 1 = masukan modal X 2 = masukan tenaga kerja X 3 = masukan bahan baku (dalam rupiah) (dalam rupiah) (dalam rupiah) (dalam rupiah)

X 4 = masukan bahan penolong (dalam rupiah) b 0 = intersep b 1-4 = koefisien regresi dari setiap variabel bebas e i i = variabel gangguan = 1, 2, 3,., n; n = jumlah sampel a. Hipotesis pertama Untuk menguji hipotesis pertama dilakukan regresi terhadap persamaan tersebut setelah diperoleh koefisien regresi, dilakukan pengujian untuk menentukan tingkat signifikansinya, sebagai berikut : 1. Uji t Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi secara individu sebagai berikut : Ho = b 1 = 0 Ha ¹ b 1 ¹ 0 Dengan derajat keyakinan (a) 5% dan dengan melihat nilai probabilitas t-statistikanya maka : - Jika prob < a, maka Ho ditolak - Jika prob > a, maka Ho diterima 2. Uji F Untuk menguji tingkat signifikansi secara bersama-sama, sebagai berikut : Ho = b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = 0 Ha ¹ b 1 ¹ b 2 ¹ b 3 ¹ b 4 ¹ 0

Dengan derajat keyakinan (a) dan dengan melihat nilai probabilitas F-statistikanya maka : - Jika prob F-stat < a, maka Ho ditolak - Jika prob F-stat > a, maka Ho diterima 3. Uji asumsi klasik a. Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan suatu keadaan di mana satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel independen lainnya. Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas ini dilakukan dengan cara : Melakukan regresi terhadap model yang telah disusun, kemudian dilihat nilai adjusted R-squared (R 2 ). Melakukan regresi antar variabel independen kemudian dilihat nilai adjusted R-squared (r 2 ). Melakukan perbandingan nilai antara R 2 dengan r 2 - Jika R 2 > r 2 maka tidak ada masalah multikolinearitas - Jika R 2 < r 2 maka ada masalah multikolinearitas b. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu kondisi di mana kesalahan pengganggu mempunyai varian yang tidak sama. Untuk mengujinya dengan cara :

Melakukan regresi terhadap model yang disusun, kemudian dilihat nilai residualnya. Melakukan regresi terhadap nilai residual yang telah dibuat harga mutlak sebagai variabel dependen terhadap masing-masing variabel bebas, kemudian dilihat nilai prob t-statistiknya. Dengan derajat keyakinan (a) tertentu maka : - Jika prob t-stat < a, maka ada masalah heteroskedastisitas - Jika prob t-stat > a, maka tidak ada masalah heteroskedastisitas 3. Autokorelasi Autokorelasi yaitu suatu keadaan di mana kesalahan pengganggu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu periode lain. Pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan menggunakan angka Durbin- Watson (DW), kemudian dilakukan dengan membandingkan angka DW dalam tabel dengan derajat kebebasan (N-K-1) dan dengan derajat keyakinan tertentu. Angka dalam tabel menunjukkan nilai distribusi antara batas bawah (dl) dan batas atas(du). Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut : d < dl = menunjukkan autokorelasi positif dl < d < du = tidak dapat disimpulkan 4 - du < d < 4 - dl = tidak dapat disimpulkan 4 - dl < d < 4 - du = menunjukkan autokorelasi negatif du < d <4 - du = tidak terdapat autokorelasi 4. Koefisien determinasi (R 2 )

Untuk menyatakan berapa persen variabel tidak bebas atau dependen dijelaskan oleh variabel bebas atau independen yang dimasukkan dalam model. Caranya adalah dengan melihat nilai adjusted r-squared. Hasil dianggap baik jika hasilnya mendekati satu. b. Hipotesis kedua Analisis terhadap tingkat efisiensi ekonomis dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: Efisiensi ekonomis tercapai apabila (Boediono,1991:73): MVPx 1 MVPx 2 MVPxi = =.. = = 1 Px1 Px2 Pxi Berdasarkan rumus 1. MVPxi = Pq. MPPxi 2. MPPxi = bi. APPxi Maka : Pq.MPPxi Pxi = 1 Pxi Sehingga MPPxi = Pq Adapun kriteria efisiensi ekonomis adalah sebagai berikut: Pxi - Jika MPP >, maka penggunaan masukan belum efisien. Py Pxi - Jika MPP =, maka penggunaan masukan efisien. Py Pxi - Jika MPP <, maka penggunaan masukan tidak efisien. Py c. Hipotesis ketiga (Algifari, Ari Sudarman,1990:60)

Analisis skala hasil usaha dapat diketahui dengan menjumlahkan koefisien regresi. Apabila b 1 + b 2 >1, perusahaan dikatakan berproduksi pada skala bertambah (increasing return to scale ). Apabila b 1 + b 2 = 1, perusahaan dikatakan berproduksi pada skala tetap ( constant return to scale) Apabila b 1 + b 2 <1, perusahaan dikatakan berproduksi pada skala berkurang(decreasing return to scale ). d. Hipotesis keempat ( Ari Sudarman,1990:144) Analisis kategori usaha termasuk dalam perusahaan yang padat modal atau padat karya, dapat diketahui dengan membandingkan nilai koefisien regresi b 1 dengan b 2. Jika nilai b 1 lebih besar dari b 2 maka termasuk dalam padat modal,sebaliknya jika nilai b2 lebih besar maka termasuk dalam padat karya.