ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR Cemas adalah perasaan tidak pasti atau tidak menentu terhadap ancaman atau ketakutan yang akan terjadi yang muncul tanpa alasan yang jelas. Cemas adalah salah satu gangguan kejiwaan yang paling sering terjadi pada remaja dan merupakan satu dari beberapa gangguan yang paling sering terjadi pada pertengahan masa kanak-kanak hingga pertengahan masa remaja. Tujuan studi ini untuk mengetahui prevalensi gangguan cemas pada remaja putri. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif cross-sectional analisis menggunakan kuisioner. Sebanyak 100 orang remaja putri di SMP Negeri 1 Denpasar dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dari kuisioner antara lain karakteristik sosiodemografi meliputi usia dan tingkatan kelas. Rerata usia 12,9 tahun (SD=0,87), sampel terbanyak terdapat pada kelompok usia 12 tahun dengan jumlah 39 orang (39%). Pada variabel kelas, sampel terbanyak terdapat pada kelas XI yaitu dengan jumlah 35 orang (35%). Sebanyak 22% remaja putri di SMP Negeri 1 Denpasar mengalami gangguan cemas. Kata kunci: cemas, remaja putri, prevalensi vi
ABSTRAK PREVALENCE OF ANXIETY DISORDER AMONG FEMALE ADOLESCENTS IN SMP NEGERI 1 DENPASAR Anxiety is a uncertain feeling toward threat of fear that will happen which happen without certain reason. Anxiety disorder is one of psychiatric disorders which often occur in adolescent and one of several disorders that most frequently occur in the middle of childhood and adolescence. The purpose of this study is to find out the prevalence of anxiety disorder among female adolescent. Study design that has been used is descriptive cross-sectional analysis with questionnaire as the instrument. A hundred female adolescents were used as the sample of this study. Data that has been gained from the questionnaire are the sociodemographic characteristics such as ages and grade levels. Age average is 12,9 years old (SD=0,87), the biggest sample was found in 12 years old group with the number of 39 people (39%). In grade levels variable, the biggest sample was found in grade IX with the number of 35 people (35%). As much as 22% of female adolescent in SMP Negeri 1 Denpasar were experiencing anxiety disorder. Keyword: anxiety, female adolescent, prevalence vii
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI....iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv KATA PENGANTAR....v ABSTRAK... vi ABSTRACT....vii RINGKASAN... viii SUMMARY... ix DAFTAR ISI....x DAFTAR TABEL....xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN....xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian... 5 1.4. Manfaat Penelitian... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Cemas... 6 2.1.1. Definisi dan Epidemiologi... 6 2.1.2. Faktor Resiko... 7 2.1.3. Gejala pada Gangguan Cemas... 7 2.2. Remaja Putri... 8 2.2.1. Definisi dan Epidemiologi... 8 2.2.2. Perubahan-perubahan pada Fase Pubertas...10 2.3. Gangguan Cemas pada Remaja Putri...14 BAB III KERANGKA DAN KONSEP BERFIKIR 3.1. Kerangka Berpikir...20 3.2. Kerangka konsep...21 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian...22 4.1.1. Desain Penelitian...22 4.1.2. Waktu dan Tempat Penelitian...22 4.2. Subjek dan Sampel Penelitian...22 4.2.1. Subjek Penelitian...22 4.2.2. Kriteria Subjek...23 4.2.2.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi...23 x
4.2.3. Besaran Sampel...23 4.2.4. Teknik Penentuan Sampel...24 4.3. Variabel...24 4.3.1. Identifikasi Variabel...24 4.3.2. Definisi Operasional Variabel...25 4.4. Bahan dan Instrumen Penelitian...26 4.5. Protokol Penelitian...26 4.6. Analisis Data...27 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian... 28 5.1.1. Karakteristik Dasar Sosiodemografi... 28 5.1.2. Prevalensi Gangguan Cemas Pada Remaja Putri... 30 5.1.3. Gambaran Kejadian Cemas Berdasarkan Usia... 31 5.1.4. Gambaran Kejadian Cemas Berdasarkan Kelas... 32 5.2. Pembahasan...32 5.2.1. Prevalensi Gangguan Cemas pada Remaja Putri Berdasarkan Skor GAD 7...32 5.2.2. Gambaran Kejadian Cemas Berdasarkan Karakteristik Demografi...34 5.3. Keterbatasan Penelitian...37 BAB VI PENUTUP... 38 6.1. Simpulan...38 6.2. Saran...38 DAFTAR PUSTAKA...39 xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cemas adalah perasaan tidak pasti atau tidak menentu terhadap ancaman atau ketakutan yang akan terjadi yang muncul tanpa alasan yang jelas. Cemas juga dapat didefinisikan sebagai suatu emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung. Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (Tandirerung, 2014). Kecemasan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain transmisi keluarga, genetik, faktor tempremen, faktor keluarga dan orang tua, kejadian dalam hidup, dan ketidaktertarikan kognitif atau fobia sosial (Rapee, 2012). Beberapa pengaruh lainnya adalah jenis kelamin (dimana kecenderungan dialami oleh perempuan), usia, jurusan, dan gambaran demografis lainnya. Secara keseluruhan, sekitar 5% dari anak dan remaja di Negara timur memiliki kriteria untuk gangguan cemas selama periode waktu yang ditentukan dimana penderita gangguan cemas ini didominasi oleh remaja putri (Rapee, 2012). Di Indonesia angka kecemasan mencapai 6,7%. Menurut National Comorbidity Survey prevalensi kecemasan pada laki-laki 2% dan perempuan 4,3% (Suryani & Syahniar, 2013). Cemas merupakan salah satu gangguan kejiwaan yang paling sering terjadi pada remaja, dan dari berbagai hasil studi yang ada menunjukkan prevalensi dari gangguan cemas meningkat dengan signifikan (Lee & Hankin, 2009). Gangguan 1
2 cemas merupakan satu dari beberapa gangguan yang paling sering terjadi pada pertengahan masa kanak-kanak hingga pertengahan masa remaja (dimana masa ini biasa disebut masa peralihan atau masa pubertas) (Rapee, 2012). Remaja biasa didefinisikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional. Seluruh tubuh akan mengalami perubahan pada masa pubertas. Baik dibagian luar maupun dibagian dalam tubuh, baik dalam struktur tubuh maupun fungsinya. Pada umumnya, remaja akan mengalami berbagai kesulitan dan masalah dalam melakukan penyesuaian diri terhadap dirinya dan lingkungan pada masa pubertas (Suryani & Syahniar, 2013). Remaja akan mengalami berbagai kondisi selama masa puber. Perubahanperubahan pesat yang terjadi selama masa puber menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman dan mengakibatkan perilaku yang kurang baik. Perubahan-perubahan fisik menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. (Suryani & Syahniar, 2013). Pada saat anak-anak beranjak menjadi remaja, banyak terjadi perubahan biologis, psikologis maupun sosial. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial). Pada masa remaja beberapa jenis gangguan jiwa yang banyak terjadi dengan berbagai stresor yang ada, dapat timbul berbagai kondisi negatif seperti cemas, depresi, bahkan memicu munculnya gangguan psikotik (Indarjo, 2009). Perkembangan pada masa remaja yang diiringi dengan berkembangnya kapasitas intelektual, stress dan harapan-harapan baru yang dialami remaja
3 membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Bentuk gangguan perasaan, salah satunya adalah kecemasan yang merupakan respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara objektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Adapun tanda dan gejala kecemasan mulai tingkat ringan sampai berat yaitu takut, gelisah, kurangnya kontak mata, fokus terhadap diri, kesulitan konsentrasi, peningkatan pernafasan dan jantung, nafsu makan berkurang (Juariah, 2009). Hasil dari salah satu studi yang dilakukan dengan cara wawancara dan observasi menunjukkan pada 10 remaja yang sudah mengalami pubertas didapatkan 8 remaja mengatakan cemas saat mengalami pubertas. Dari studi tersebut ditemukan remaja yang mengalami penurunan minat belajar karena kurangnya konsentrasi pada suatu masalah, persepsi negatif tentang timbulnya pubertas, takut terjadi perubahan fisik dan ada pula yang beranggapan pubertas adalah masa-masa yang menakutkan dimana hawa nafsu tidak terkontrol dan 2 orang remaja mengatakan tidak mengalami cemas saat pubertas, mereka menganggap pubertas merupakan hal yang biasa terjadi (Juariah, 2009). Masa remaja merupakan usia di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun. Peristiwa penting yang terjadi pada gadis remaja ialah datang haid yang pertama kali (menarche), biasanya sekitar umur 10 sampai 16 tahun. Data demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk dunia dari remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar sembilan ratus juta berada dinegara sedang berkembang (Junita, 2013).
4 Data demografi di Amerika Serikat menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik jumlah penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik kelompok umur 10-19 tahun adalah 22 %, yang terdiri dari 50,9 % remaja laki - laki dan 49,1 % remaja perempuan (Junita, 2013). Remaja putri yang mempunyai kecenderungan nerotis dalam usia pubertas, banyak mengalami konflik batin dari datangnya menstruasi pertama yang dapat menimbulkan beberapa tingkah laku patologis, meliputi kecemasan kecemasan berupa fobia, wujud minat yang sangat berlebih, rasa berdosa atau bersalah yang sangat ekstrim yang kemudian menjelma menjadi reaksi paranoid (Junita, 2013). Dari arsip Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2014 kota Denpasar, peneliti mendapatkan data mengenai Nilai Ujian Nasional (NUN) dari seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Denpasar. Dari arsip tersebut, SMP Negeri 1 Denpasar dinyatakan meraih hasil NUN tertinggi di kota Denpasar, dengan rata-rata NUN 47,013. Peneliti ingin menjadikan siswi di SMP Negeri 1 Denpasar yang notabene merupakan SMP dengan peraih NUN tertinggi di kota Denpasar sebagai objek penelitian mengenai gangguan kecemasan dikalangan remaja putri. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka penulis berminat untuk melakukan penelitian dengan tema prevalensi gangguan cemas pada remaja putri di SMP Negeri 1 Denpasar.
5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimana prevalensi gangguan cemas pada remaja putri di SMP Negeri 1 Denpasar. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gangguan cemas pada remaja putri di Denpasar. 1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gangguan cemas pada remaja putri di SMP Negeri 1 Denpasar. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan peneliti tentang prevalensi gangguan cemas pada remaja putri di SMP Negeri 1 Denpasar pada, dan sebagai sarana informasi untuk melakukan penelitian di masa mendatang. 1.4.2. Bagi Praktisi Kesehatan Memberikan gambaran kepada petugas pelayanan kesehatan tentang prevalensi gangguan cemas pada remaja putri di SMP Negeri 1 Denpasar dan sebagai referensi untuk memahami gangguan cemas dikalangan remaja putri.