UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Sipil Skripsi Sarjana Semester Ganjil Tahun 2011/2012

dokumen-dokumen yang mirip
EFISIENSI HARGA METODE PRACETAK PADA BANGUNAN BERTINGKAT RUSUNAWA PROTOTIPE DI WILAYAH JAKARTA DAN PAPUA

STUDI PERBANDINGAN HARGA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangunan gedung biasanya dibangun dengan metode konvensional dimana

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. proyek Rumah Susun Sewa Rempoa Jakarta. d. Membuat kesimpulan dan saran dari penelitian.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metode konvensional di wilayah Jakarta dan Papua. metode pracetak di wilayah Jakarta dan Papua.

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiansi waktu. Metode manejemen pada abad ke 21 ditandai dengan maraknya

BAB 1 PENDAHULUAN. mahal, dan hal ini tidak dibarengi dengan ketersediaan rumah landet house

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

PRIYANTO D

APLIKASI SNI PRACETAK

PERHITUNGAN RAB GEDUNG PERKANTORAN 5 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH SURAKARTA

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

BAB I PENDAHULUAN. kita berada dalam bangunan baik rumah tinggal, kantor, pabrik, hotel, rumah sakit dll.

JUDUL SKRIPSI PERBANDINGAN ESTIMASI ANGGARAN BIAYA ANTARA METODE SNI DAN BOW PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JOANG / LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai.

ANALISA PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG BERDASARKAN SNI DAN SOFTWARE MS PROJECT

PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH MPANEL DENGAN RUMAH PRACETAK PADA PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA DI SAWOJAJAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya tiang pancang, balok, kolom dan pelat. Berkembangnya metode seperti ini

STUDI PERBANDINGAN PELAT KONVENTIONAL, RIBSLAB DAN FLATSLAB BERDASARKAN BIAYA KONSTRUKSI

Analisa Biaya dan Waktu Bekisting Metode Konvensional dengan Sistem PERI pada Proyek Puncak Kertajaya Apartemen

VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K)

REVIEW OF COMPARISON OF BUILDING STRUCTURE CALCULATION USING THE RED BRICK WITH AUTOCLAVE AERATED CONCRETE

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ),

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA

PENERAPAN VALUE ENGINEERING PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DI KOTA SRAGEN)

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DENGAN METODE BOW, SNI, DAN LAPANGAN (Pekerjaan Beton Bertulang Pada Pembangunan Rumah Tinggal Perum Bugel, Jepara)

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

dengan bekal ilmu pengetahuan tersebut diharapkan mahasiswa apabila terjun didalam masyarakat dapat mengembangkan ilmu yang dimilikinya demi

Kata kunci : metode bekisting table form

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN METODE KONSTRUKSI PLAT LANTAI SISTEM DOUBLE WIRE MESH DENGAN SISTEM HALF SLAB ABSTRACT ABSTRAK

PRODUKTIVITAS PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA PADA DINDING RUMAH TINGGAL. Oleh : Iwan Rustendi

PROPORSI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT PADA ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN

ANALISIS PERBANDINGAN KOEFISIEN HARGA SATUAN UPAH PEKERJAAN BERDASARKAN HASIL PENGAMATAN DI LAPANGAN DAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pengumpulan Data

ANALISIS PERBANDINGAN METODE S.N.I. DAN SOFTWARE MS. PROJECT DALAM PERHITUNGAN BIAYA PEKERJAAN LANGIT-LANGIT UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN

PERBANDINGAN JUMLAH TENAGA KERJA, WAKTU, DAN BIAYA PELAT LANTAI DAN BALOK RUKO R8 DENGAN METODE PRECAST

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

ANALISIS PERBANDINGAN WAKTU DAN BIAYA DALAM PENGGUNAAN BATA MERAH DENGAN M-PANEL

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 950

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. struktur ini memiliki keunggulan dibanding dengan struktur dengan sistem

ESTIMASI ANGGARAN BIAYA STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL QUAD MAKASSAR MENGGUNAKAN METODE SNI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN ESTIMASI ANGGARAN BIAYA DENGAN METODE SNI DAN BOW

BAB 1 PENDAHULUAN. efisien, ekonomis, mudah didapat dan bahan dasar yang melimpah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERBANDINGAN PELAKSANAAN DINDING PRECAST DENGAN DINDING KONVENSIONALDITINJAU DARI SEGI WAKTU & BIAYA (STUDI KASUS GEDUNG APARTEMEN DI JAKARTA SELATAN)

PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH M-PANEL DENGAN RUMAH KONVENSIONAL PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TIPE 60/99 PONDOK PERMATA SUCI GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Proyek merupakan pelaksanaan sesuatu bangunan mulai dari perencanaan sampai

1.1. JUDUL TUGAS AKHIR

Dosen Pembimbing Ir. Sukobar, MT. NIP


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nestika Smita Srimaya Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia. Abstrak

TUGAS AKHIR RC

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia sebagai salah satu objek wisata. Perkembangan pariwisata di

B A B I P E N D A H U L U A N

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK...

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN DENGAN STRUKTUR BAJA 4 LANTAI PADA DAERAH GEMPA RESIKO TINGGI DENGAN METODE LRFD (LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN)

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING SCHEDULE PROYEK GEDUNG 8 LANTAI SISTEM PRACETAK DENGAN MENGGUNAKAN MS PROJECT

DOSEN PEMBIMBING. YURNALISDEL. Ir., MT :... SUHUDI, ST., MT :...

EVALUASI PRODUKTIVITAS KERJA STRUKTUR KOLOM, BALOK, DAN PLAT DI PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6

(Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung II Dan Bangunan Penghubung FISIP, Universitas Brawijaya Malang)

Dhani Mardhika, S.T., Ir. Endang Larasati Suryaningrum, M.T.

ANALISA PERBEDAAN HARGA RAB DENGAN RAP UNTUK PEKERJAAN BETON BERTULANG PADA PROYEK ITC POLONIA MEDAN

SMART SOLUTIONS FOR MULTISTOREY BUILDINGS OLEH : IR. H. SULISTYANA, MT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lizna Gustiana Rahmi, 2015

VALUE ENGINEERING BANGUNAN RUSUNAWA PROTOTYPE 5 LANTAI TYPE 36 DITINJAU DARI METODE PELAKSANAAN DAN BAHAN BANGUNAN

Kata kunci : bekisting Table Form System, zoning, siklus, biaya, waktu

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

ESTIMASI ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN STRUKTUR DAN PENJADWALAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KCU BCA DI JALAN ASIA MEDAN

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil No. 1, Vol. 1, Maret 2014

COST SAVING ANALYSIS OF THE USE OF CONVENTIONAL MODEL PANEL FORMWORK SLABS IN TYPICAL BUILDINGS (CASE STUDY ON AMARTHA RESIDENCE DEVELOPMENT PROJECT)

Kata kunci: balok struktur beton, metode konvensional, metode precast, biaya dan waktu.

Maria Ulfa Putri dkk., Efisiensi Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Balok Kolom Metode Konvensional Dan

STUDI KASUS HARGA SATUAN UPAH DAN BAHAN UNTUK PROYEK BANGUNAN SATU LANTAI

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA RINGAN DAN BATA MERAH PADA PROYEK PERUMAHAN DI SURABAYA

Kata kunci : perbandingan biaya, beton pracetak u ditch, drainase konvensional

STUDI PERBANDINGAN BIAYA BEKESTING SEMI MODERN DENGAN BEKESTING KONVENSIONAL PADA BANGUNAN GEDUNG

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SISTEM INTERLOCKING PONDASI TAPAK PADA RUMAH SEDERHANA SATU LANTAI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI. Oleh : Joaozinho Dos Santos Araujo Fernandes Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing I. Dosen Pembimbing II

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG MANAJEMEN TEMPAT PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. baik itu BUMN, BUMD, dan Swasta, untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SHERWALL PADA GEDUNG BANK BCA CABANG RUNGKUT SURABAYA

Transkripsi:

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Sipil Skripsi Sarjana Semester Ganjil Tahun 2011/2012 EFISIENSI HARGA BANGUNAN BERTINGKAT RUSUNAWA PROTOTIPE DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK PADA WILAYAH JAKARTA DAN PAPUA Dedy Wijaya 1100048525 Abstrak Pembangunan gedung bertingkat selalu menghabiskan dana yang tidak sedikit karena mahalnya biaya konstruksi sehingga dibutuhkan cara untuk menghemat biaya konstruksi tanpa menurunkan spesifikasi dari bangunan itu sendiri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi biaya pembangunan menggunakan metode pracetak terhadap metode konvensional. Hal ini dimaksudkan agar dengan dana yang tersedia dapat membangun lebih banyak rusun. Perhitungan satuan biaya pembangunan pracetak mengacu kepada (RSNI, "Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton Pracetak Untuk Konstruksi Bangunan Gedung"). Pada penelitian ini gedung yang ditinjau adalah gedung 3 lantai, 6 lantai, dan 10 lantai pada wilayah Jakarta dan Papua. Yang mana perhitungan besar efisiensinya ditinjau dari komponen struktur baik dengan pondasi maupun tanpa pondasi. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode pracetak yang kemudian dibandingkan dengan metode konvensional diperoleh hasil bahwa metode pracetak dapat mengurangi harga konstruksi sehingga metode pracetak menjadi lebih efisien baik untuk wilayah Jakarta maupun Papua. Pada wilayah Jakarta dengan struktur tanpa pondasi diperoleh besar efisiensi pada gedung 3 lantai sebesar 18,7%, pada gedung 6 lantai sebesar 19,8%, dan pada gedung 10 lantai sebesar 16,3%. Sedangkan pada wilayah Papua kabupaten Supiori diperoleh besar efisiensi pada gedung 3 lantai sebesar 11,1%, pada gedung 6 lantai sebesar 7,6%, dan pada gedung 10 lantai sebesar 13,1%. Kata Kunci pracetak, efisiensi, rusunawa, Jakarta,papua 1

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Sipil Skripsi Sarjana Semester Ganjil Tahun 2011/2012 BUILDING COST EFICIENCY OF RUSUNAWA PROTOTYPE USING PRECAST METHOD ON REGION JAKARTA AND PAPUA Dedy Wijaya 1100048525 Abstrak The construction of rise building always spend a lot of money. Because of the expensive price to construct a rise buildings, so is needed a way to save the construction price without lowering it s specification. This thesis is done to understand the efficiency of construction price using precast method toward conventional method, so more rusun can be built with the available fund. The calculation of precast building construction is base on (RSNI, "Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton Pracetak Untuk Konstruksi Bangunan Gedung"). In this thesis the construction cost will be reviewed on 3 storey buildings, 6 storey buildings, and 10 storey buildings on region Jakarta and Papua.the efficiency calculation is reviewed on structure component with or without foundation. Base on the calculation result using precast method and then be compared with conventional method, precast method can save the construction cost, so that precast method became more efficient for region Jakarta and Papua. On region Jakarta the construction efficiency of struktur without foundation is 18,7% on 3 storey buildings, 19,8% on 6 storey buildings, and 16,3% on 10 storey buildings. While on region Papua Supiori Regency is get 11,1% on 3 storey buildings, 7,6% on 6 storey buildings, and 13,1% on 10 storey buildings. Kata Kunci precast, efficiency, rusunawa, Jakarta,papua 2

1. PENDAHULUAN Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat, maka permintaan akan tempat tinggal seperti apartment, dan pusat kegiatan ekonomi atau perkantoran untuk menunjang berbagai kehidupan masyarakat pun semakin meningkat. Bangunan gedung biasanya dibangun dengan metode konvensional dimana semua bahan konstruksi yang diperlukan dicetak di tempat proyek konstruksi, contohnya seperti beton untuk kolom dan balok yang dicor langsung di tempat proyek. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian dalam metode konvensional ini, yaitu waktu pelaksanaan konstruksi yang lama dan kurang bersih, Quality control yang sulit untuk ditingkatkan, serta bahan dasar cetakkan yang semakin mahal dan langka yang menyebabkan harga konstruksi menjadi semakin mahal. Dewasa ini mulai banyak pembangunan gedung bertingkat yang menggunakan metode pracetak, metode pracetak artinya struktur bangunan tidak dicetak ditempat konstruksi/diatas seperti metode konvensional, melainkan dicetak ditempat pabrikasi/plan atau di lokasi site (dibawah) sehingga mutunya dapat terjaga dengan baik, dan dapat diproduksi secara massal. Pada metode pracetak ini setelah dilakukan fabrikasi kemudian komponen pracetak ini akan dibawa ke tempat konstruksi/dilangsir untuk kemudian disusun menjadi satu kesatuan konstruksi bangunan. Keunggulan dari sistem pracetak ini antara lain mutu terjaga dengan baik, waktu pelaksanaan konstruksi yang relatif lebih singkat, ramah lingkungan, dan lebih sedikit sisa bahan bangunan yang harus dibuang keluar dari tempat konstruksi. Dengan menggunakan metode pracetak, maka banyak biaya yang dapat dihemat seperti contohnya biaya formwork/bekisting lebih murah (±12 kali pakai), dan biaya overheat lebih kecil karena waktu pelaksanaan lebih cepat dibandingkan konvensional, sehingga metode pracetak menjadi lebih efisien jika dibandingkan dengan metode konvensional. Namun tingkat efisiensi dari setiap gedung berbeda, hal ini tergantung dari tingkat bangunan. Semakin tinggi tingkat bangunan maka semakin banyak komponen struktur yang digunakan sehingga komponen strukturnya dapat diproduksi secara massal sehingga biayanya menjadi semakin murah dan semakin meningkatkan efisiensi biaya. Di Indonesia metode pracetak ini pun sudah banyak dikenal, komponen komponen struktur yang sering menggunakan sistem pracetak, antara lain tiang pancang, kolom, balok, dan plat lantai. Selain ditentukan oleh metode, efisiensi dari sebuah bangunan juga ditentukan dari harga bahan dan upah. Harga bahan dan upah berbeda setiap wilayah, dapat mempengaruhi nilai besarnya nilai efisiensi bangunan pada wilayah tersebut. Pada penelitian ini akan dibahas tentang efisiensi konstruksi pracetak, dimana akan dibandingkan antara metode konvensional dan metode pracetak dalam hal efisiensi harga konstruksi pada bangunan bertingkat (3, 6, dan 10 lantai), kemudian akan dibuat perbandingan jika bangunan tersebut dibangun di wilayah Jakarta dan wilayah Papua. Dari hasil perbandingan ini dapat diketahui besar efisiensi setiap wilayah jika menggunakan metode pracetak untuk konstruksi bangunan gedung bertingkat. 3

1.1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk Menghitung seberapa besar efisiensi harga bangunan antara metode pracetak dan metode konvensional di wilayah Jakarta dan Papua, pada bangunan gedung bertingkat (3,6,10 lantai), kemudian akan ditentukan pola efisiensi harga bangunan dari metode konstruksi pracetak dan konvensional di wilayah Jakarta dan Papua, lalu dari pola efisiensi ini akan dianalisaa besar efisiensi pada wilayah Jakarta dan Papua. 1.2. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah 1. Menghitung anggaran biaya struktur dengan pondasi maupun tanpa pondasi untuk bangunan yang memiliki 3 lantai, 6 lantai, dan 10 lantai. Untuk konstruksi pracetak di wilayah Jakarta dan Papua. 2. Menghitung efisiensi konstruksi pracetak bangunan gedung yang memiliki 3 lantai, 6 lantai, dan 10 lantai. Untuk konstruksi pracetak di wilayah Jakarta dan Papua. 3. Membandingkan anggaran biaya antara konstruksi pracetak dan konvensional. 4. Melihat pola efisiensi pada konstruksi pracetak bangunan gedung bertingkat. Dalam penelitian ini, untuk membatasi lingkup penelitian yang dilakukan, maka diberikan batasan-batasan lingkup penelitian. Batasan-batasannya adalah 1. Harga bahan bangunan dan upah pekerja yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari jurnal harga bahan bangunan tahun 2012 di wilayah Jakarta dan Papua. 2. Lokasi penelitian yang ditinjau adalah Jakarta dan Papua bagian utara yang memiliki zona gempa yang sama dengan Jakarta. 3. Bangunan yang diteliti adalah bangunan rusunawa 3 lantai, 6 lantai, dan 10 lantai. 4. Standard yang digunakan adalah RSNI Tata Cara Perhitungan harga satuan pekerjaan beton pracetak untuk konstruksi bangunan gedung, dan SNI Tata Cara Perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi bangunan gedung dan perumahan. 5. Perhitungan hanya difokuskan pada harga konstruksi pracetak dan konvensional dari bangunan yang ditinjau. 6. Metode pracetak ini hanya ditinjau pada struktur beton (kolom, balok, dan plat). 2. PEMBAHASAN 2.1. Metode Pelaksanaan Konstruksi Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan lingkup kerja, waktu, biaya, dan mutu. Mengelola pelaksanaan dari suatu proyek konstruksi sehingga memperoleh hasil yang optimal. Dalam pengelolaan suatu proyek konstruksi, agar mendapat hasil yang optimal maka dibutuhkan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai dengan proyek konstruksi. Dalam pembangunan gedung bertingkat banyak metode yang dapat digunakan untuk mencapai hasil yang optimal, dalam penelitian ini akan dibahas tentang metode pracetak dan metode konvensional yang sering digunakan dalam pembangunan. 2.2. Metode Pracetak Definisi dari kata metode pracetak adalah sebuah metode yang mana komponen komponen dari sebuah gedung seperti kolom, balok, plat lantai, dan lain lain tidak dicetak langsung ditempat atau dicor pada tempat pemasangan komponen tersebut, melainkan dicetak di pabrik. Karena percetakan dari komponen komponen ini dilakukan di pabrik maka dapat mempermudah proses pengecorannya, dan komponen 4

komponen pracetak ini diberi waktu pengerasan sehingga mencapai kuat tekan rencana sebelum dilakukan pemasangan. Jadi komponen komponen pracetak dipasang sebagai komponen yang sudah jadi, sehingga untuk menjadi sebuah bangunan gedung, komponen ini akan dirangkai dengan komponen lainnya. Kelebihan metode pracetak adalah: a. Sistem ini memungkinkan terjadinya quality control yang baik. b. Pelaksanaan lebih singkat. c. Tidak terpengaruh cuaca. d. Ramah lingkungan. e. Lebih ekonomis terhadap biaya. Namun selain kelebihan, metode pracetak juga memiliki Kekurangan yaitu : a. Analisa yang lebih rumit. b. Membutuhkan investasi yang besar dan teknologi maju. c. Dibutuhkan kemahiran dan ketelitian. d. Diperlukan peralatan produksi (transportasi dan ereksi). 2.3. Metode Konvensional Dalam metode konvensional seluruh komponen bangunannya dicor di lapangan atau di tempat proyek. Metode ini merupakan metode yang paling sering dijumpai dalam proyek konstruksi. 2.4. Rencana Anggaran Biaya Konvensional Rencana anggaran biaya secara rinci adalah rencana anggaran biaya dimana perhitungannya didasarkan pada volume tiap jenis pekerjaan dikalikan dengan harga satuan tiap pekerjaan tersebut, dan dihitung untuk seluruh jenis pekerjaan yang dikerjakan pada proyek tersebut. Sehingga dapat diperoleh total dari rencana anggaran biaya untuk suatu konstruksi. Gambar 2.1 Bagan perhitungan anggaran biaya beton konvensional 2.5. Rencana Anggaran Biaya Pracetak Rencana anggaran biaya pada beton konvensional hampir sama dengan rencana anggaran biaya beton pracetak, hanya saja karena beton pracetak dikerjakan di pabrik maka terdapat perbedaan dalam kegiatan proyek yang dilakukan, dan koefisien yang digunakan. 5

Gambar 2.2 Bagan perhitungan anggaran biaya beton pracetak 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Adapun rencana tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah menentuan lokasi penelitian, dimana pada penelitian ini digunakan gedung bertingkat (3, 6, 10 lantai), kemudian menganalisis biaya konstruksi gedung bertingkat (3, 6, 10 lantai) dengan metode konvensional di wilayah Jakarta dan Papua lalu menganalisis biaya konstruksi gedung bertingkat (3, 6, 10 lantai) dengan metode pracetak di wilayah Jakarta dan Papua, dan menganalisis efisiensi biaya pembangunan gedung bertingkat. 3.2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan pengumpulan data primer, yaitu data-data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan cara pengambilan langsung ke lapangan. Data sekunder yang diperoleh dari Internet dan media lainnya. Serta studi kepustakaan, yaitu data-data yang berasal dari berbagai bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian. 4. Hasil Dan Pembahasan 4.1 Metode Konvensional di Wilayah Jakarta Rencana anggaran biaya pada metode konvensional mengacu pada Jurnal harga bahan bangunan tahun 2012 dan SNI Tata Cara Perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi bangunan gedung dan perumahan. Dengan menggunakan SNI diatas diperoleh rencana anggaran biaya dengan metode konvensional sebagai berikut: 6

Tabel 4.1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Gedung 3 Lantai dengan Metode Konvensional Wilayah Jakarta Tabel 4.2 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Gedung 6 Lantai dengan Metode Konvensional Wilayah Jakarta 7

Tabel 4.3 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Gedung 10 Lantai dengan Metode Konvensional Wilayah Jakarta 4.2 Metode Pracetak di Wilayah Jakarta Rencana anggaran biaya pada metode pracetak mengacu pada Jurnal harga bahan bangunan tahun 2012 dan RSNI Tata Cara Perhitungan harga satuan pekerjaan beton pracetak untuk konstruksi bangunan gedung dengan metode pracetak. Dengan menggunakan SNI diatas diperoleh rencana anggaran biaya dengan metode pracetak sebagai berikut: 8

Tabel 4.4 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Gedung 3 Lantai dengan Metode Pracetak Wilayah Jakarta Tabel 4.5 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Gedung 6 Lantai dengan Metode Pracetak Wilayah Jakarta 9

Tabel 4.6 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Struktur Gedung 10 Lantai dengan Metode Pracetak Wilayah Jakarta 4.3 Perhitungan Biaya Operasional dan Pemeliharaan Rutin Rumah Susun Sewa Rempoa Jakarta Berdasarkan hasil perhitungan pemakaian daya liatrik pada Rumah Susun Sewa Rempoa Jakarta didapatkan total pemakaian daya listrik berjumlah 60.853,20 kwh/bulan. Diketahui tarif dasar listrik (TDL) sebesar Rp. 839,- untuk 1 kwh. Sehingga biaya pemakain listrik per bulannya sebesar Rp. 51.055.834,08 dan pertahunnya sebesar Rp. 612.670.017,60. Perhitungan ini manggunakan safty factor sebesar 2. Berdasarkan hasil perhitungan pemakain air perbulan total pemakaian air per bulannya untuk Rumah Susun Sewa Rempoa Jakarta berjumlah 252 liter/bulan. Diketahui harga air per m 3 Rp. 12.250,-. Sehingga biaya pemakain air perbulannya adalah sebesar Rp. 308.700,- dan pertahunnya sebesar Rp. 3.704.400,-. Perhitungan ini manggunakan safty factor sebesar 2. Berdasarkan hasil perhitungan estimasi biaya operasional pengelolaan Rumah Susun Sewa Rempoa Jakarta didapatkan biaya operasional pengelolaan perbulannya sebesar Rp. 101.200.000,- dan pertahunnya Rp. 1.214.400.000,- Dari hasil perhitungan semua biaya operasional dan pemeliharaan secara rutin dapat dihitung rekapitulasi biaya oprasional dan pemeliharaan rutin Rumah Susun Sewa 10

Rempoa Jakarta. Dan hasil perhitungan rekapitulasi biaya oprasional dan pemeliharaan rutin yaitu sebesar Rp. 1.830.774.417,60. 4.4 Perhitungan Efisiensi Harga Konstruksi Terhadap Jumlah Lantai dan Jumlah Komponen Tabel 4.51 Analisa Efisiensi Harga Konstruksi Terhadap Jumlah Lantai dan Jumlah Komponen Wilayah Jakarta Gambar 4.47 Grafik Besar Persentasi Efisiensi pada Pekerjaan Struktur Gedung Terhadap Jumlah Lantai wilayah Jakarta Besar persentasi nilai efisiensi terhadap jumlah lantai dapat dilihat seperti grafik diatas, dimana efisiensi paling tinggi berada pada gedung 3 lantai sebesar 15,05%, dan paling rendah berada pada gedung 6 lantai sebesar 12,67%. 11

Gambar 4.48 Grafik Besar Persentasi Efisiensi pada Pekerjaan Struktur Gedung Terhadap Jumlah Komponen Wilayah Jakarta Besar persentasi nilai efisiensi terhadap jumlah komponen dapat dilihat seperti grafik diatas, dimana efisiensi paling tinggi berada pada gedung 3 lantai dengan komponen sebanyak 998 sebesar 15,05%, dan paling rendah berada pada gedung 6 lantai dengan komponen sebanyak 1709 sebesar 12,67%. 4.5 Efisiensi Harga Konstruksi Terhadap Luasan Lantai Tabel 4.52 Analisa Efisiensi Harga Konstruksi Terhadap Luasan Lantai Wilayah Jakarta Gambar 4.49 Grafik Besar Persentasi Efisiensi pada Pekerjaan Struktur Gedung Terhadap Luasan Lantai Wilayah Jakarta Besar persentasi nilai efisiensi terhadap Luasan Bangunan dapat dilihat seperti grafik diatas, dimana efisiensi paling tinggi berada pada gedung 3 lantai dengan luasan lantai 2537,32 m 2 sebesar 15,05%, dan paling rendah berada pada gedung 6 lantai dengan luasan lantai 5133,7 m 2 sebesar 12,67%. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisa dan perhitungan RAB dengan menggunakan metode pracetak, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada wilayah Jakarta, besar persentasi nilai efisiensi metode pracetak terhadap metode konvensional pada gedung 3 lantai sebesar 15,05%, gedung 6 lantai sebesar 12,67%, dan pada gedung 10 lantai sebesar 12,72%. Dari hasil yang diperoleh tampak bahwa besar persentasi nilai efisiensi harga konstruksi paling tinggi berada pada gedung 3 lantai, sedangkan besar persentasi nilai efisiensi harga konstruksi paling rendah berada pada gedung 6 lantai. 12

2. Pada wilayah Supiori, besar persentasi nilai efisiensi metode pracetak terhadap metode konvensional pada gedung 3 lantai sebesar 8,9%, gedung 6 lantai sebesar 4,7%, dan pada gedung 10 lantai sebesar 10,6%. Dari hasil yang diperoleh tampak bahwa besar persentasi nilai efisiensi harga konstruksi paling tinggi berada pada gedung 10 lantai, sedangkan besar persentasi nilai efisiensi harga konstruksi paling rendah berada pada gedung 6 lantai. 3. Pada wilayah Jakarta, nilai efisiensi terendah berada pada gedung 6 lantai, kemudian mengalami peningkatan yang besar pada gedung yang lebih rendah dari gedung 6 lantai namun mengalami peningkatan yang kecil pada gedung lebih tinggi dari gedung 6 lantai. 4. Pada wilayah Supiori, nilai efisiensi terendah berada pada gedung 6 lantai, kemudian mengalami peningkatan yang besar pada gedung yang lebih rendah dari gedung 6 lantai dan kembali mengalami peningkatan yang besar pada gedung lebih tinggi dari gedung 6 lantai. 5. Pada wilayah jakarta nilai efisiensi hanya mengalami sedikit peningkatan seiring dengan bertambahnya tingkat dari gedung hingga gedung 10 lantai, sedangkan pada wilayah Supiori nilai efisiensi mengalami peningkatan yang besar seiring dengan bertambahnya tingkat dari gedung hingga gedung 10 lantai. 6. Pada wilayah Jakarta, besar persentasi nilai efisiensi harga konstruksi tanpa pondasi paling tinggi berada pada gedung 6 lantai sebesar 19,8%, dan paling rendah berada pada gedung 10 lantai sebesar 16,3%. Pada wilayah Supiori, besar persentasi nilai efisiensi harga konstruksi tanpa pondasi paling tinggi berada pada gedung 10 lantai sebesar 13,1%, dan paling rendah berada pada gedung 6 lantai 7,6%. Dari hasil yang diperoleh tampak pola efisiensi harga konstruksi tanpa pondasi di Jakarta berkebalikan dengan pola efisiensi di wilayah Supiori. 5.2 Saran 1. Dari hasil perhitungan RAB diperoleh hasil bahwa pada komponen struktur yang menggunakan metode pracetak memiliki efisiensi yang lebih baik dibandingkan dengan metode pracetak, sehingga disarankan pembangunan rusunawa di Indonesia menggunakan metode pracetak. 2. Penelitian ini menggunakan Rencana Anggaran Biaya konvensional yang di buat dalam analisa pracetak, diharapkan untuk selanjutnya dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan desain pracetak. 3. Lantai yang digunakan adalah lantai 3, 6, dan 10. Diharapkan untuk selanjutnya dapat dibuat penelitian dengan penambahan jumlah gedung 13

DAFTAR PUSTAKA Harga Satuan Pekerjaan Provinsi Papua, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Harga Satuan Bahan dan Upah Provinsi Papua, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Jurnal Harga Bahan Bangunan Provinsi DKI Jakarta, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Juwana, J.S. (2005), Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga, Jakarta. Mukomoko, J.A. (1985), Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, Gaya Media Pratama, Jakarta. Pilcher, Roy. Principles Of Construction Management. Edisi Ketiga. RSNI Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton pracetak untuk konstruksi bangunan gedung, Badan Standarisasi Nasional. SNI Analisa Biaya Konstruksi (ABK) Bangunan Gedung Dan Perumahan, contoh analisa harga satuan pekerjaan konvensional, Badan Standarisasi Nasional. Schexnayder, Clifford J. and Richard E. Mayo. (2003), Construction Management Fundamental, Mc Graw Hill Inc, New York. Soeharto, Ir.Iman. (1997). Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional. Erlangga, Jakarta. 14