BAB II PENDEKATAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
PENDEKATAN TEORETIS. Tinjauan Pustaka

MOTIVASI DAN KEPUASAN REMAJA TERHADAP TELEVISI LOKAL

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB VI MOTIVASI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

ABSTRAKSI. : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C005143

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. media atau khalayak menggunakan media sebagai pemuas kebutuhannya. Sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA. yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Dalam hal ini, peneliti

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MOTIF DAN KEPUASAN PESERTA KUIS KEBANGSAAN DALAM MENGIKUTI PROGRAM ACARA KUIS KEBANGSAAN RCTI. Ruth Alvoncia Hernawan / Mario Antonius Birowo

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISA DATA PENELITIAN

ANGKET. A. Identitas Responden 1.Nama :... 2.Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

Modul ke: Psikologi Komunikasi. Fakultas FIKOM. Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi MARKOM & PERIKLANAN.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

6/13/2012 KOMUNIKASI MASSA (DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI KOMUNIKASI) SEJARAH SINGKAT ANEKA ALIRAN DALAM PENELITIAN MEDIA MASSA

Nanda Agus Budiono/ Bonaventura Satya Bharata, SIP., M.Si

METRI NOVARINDA ASMAR

MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON SERTA KEPUASAN IBU-IBU TERHADAP PROGRAM ACARA REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV FIRZA TRIANA ZELAVIORI

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. informasi kepada masyarakat. Hal ini tergambarkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, keinginan, atau motif tertentu yang dirasakan oleh khalayak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1

HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI

BAB I PENDAHULUAN. online. Namun dari sekian banyak media masa, televisi merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada

BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat,

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dan televisi dapat menjadi candu (Morrisan, 2004:41) harus menyajikan acara yang bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. maupun media elektronik mengalami kemajuan yang sangan pesat.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Radar Lampung dan surat kabar Tribun Lampung, surat kabar Radar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin - Tempat tinggal -

BAB I PENDAHULUAN. Lebih kuat dari surat kabar, majalah maupun radio karena pesawat televisi. bagaikan melihat sendiri peristiwa yang disiarkan itu.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

PENGARUH MOTIF MENDENGARKAN PROGRAM SINDO HOT TOPIC TERHADAP KEPUASAN PENDENGAR DI SINDO TRIJAYA FM (Survei pada Pendengar Sindo Hot Topic)

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen.

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, audio dan masih banyak lagi. Contoh kongkrit jenis media elektronik

I PENDAHULUAN. barang, dan jasa. Pengusaha tidak hanya menerapkan strategi positioning sebuah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. lahir pula bintang film serta pusat perfilman yang kita kenal sebagai Holliwood.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Televisi berasal dari kata tele dan vision yang berarti tele yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan

BAB II DESKRIPSI TENTANG TANGGAPAN, TAYANGAN DAN TELEVISI Deskripsi Teoritik Tentang Tangapan. gambaran ingatan dari pengamatan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

DI KALANGAN MAHASISWA

Kata istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal. dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB III PENYAJIAN DATA. bagaimana hubungan intensitas menonton acara on the spot di tarns 7 terhadap

Modul Perkuliahan XI Komunikasi Massa

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran Tayangan Berita Liputan 6 Siang di SCTV

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Hampir semua orang memiliki televisi di rumahnya. Daya

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sarana promosi yang cukup efektif untuk meningkatkan brand awareness dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada dirinya sendiri, melainkan membutuhkan kehadiran orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui televisi akan selalu menjadi salah satu yang mudah diterima khalayak. Ini

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

MOTIF MASYARAKAT SURABAYA DALAM MENONTON PROGRAM GOOD MORNING HARD ROCKERS ON SBO

BAB I. seseorang dan begitupun sebaliknya serta dengan adanya interaksi tersebut kita

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas

Transkripsi:

3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah yang besar. Menurut McQuail (1987), ciri-ciri utama komunikasi massa yaitu: a. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan suatu organisasi formal. b. Pesan tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan. Pesannya diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak. Pesan merupakan sebuah produk yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai kegunaan. c. Hubungan antara pengirim dan penerima pesan bersifat satu arah dan jarang sekali yang bersifat interaktif. 2.1.2 Efek Komunikasi Massa DeFleur dan Ball-Rokeach dalam Kusumah (2010) mengemukakan kerangka teoritis yang berkaitan dengan penggunaan media dan efek terhadap khalayak, sebagai berikut: 1. Perspektif perbedaan individu, yaitu adanya perbedaan individu (karakteristik kepribadian) di antara khalayak akan menimbulkan efek yang bervariasi. 2. Perspektif kategori sosial, yaitu adanya kelompok-kelompok dengan kategori sosial tertentu seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, mempunyai kecenderungan untuk menggunakan media massa yang sesuai dengan tujuan suatu kelompok dengan kategori sosial tertentu dan umumnya kelompok dengan kategori sosial tertentu tersebut mempunyai perilaku yang sama terhadap media massa.

4 2.1.3 Televisi dan Perkembangan Televisi Lokal Menurut Kuswandi dalam Syarief (2007), televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran yang sangat luas, memiliki nilai aktualisasi terhadap suatu pemberitaan dan informasi yang sangat cepat, serta bersifat audiovisual sehingga meningkatkan daya rangsang dan pemahaman seseorang terhadap informasi yang disajikan. Menurut Hofman dalam Pinasthika (2010), fungsi televisi tidak lagi sebagai sarana pendidikan dan tidak seharusnya sebagai sarana promosi perdagangan. Peranan televisi digambarkannya dengan lima fungsi televisi antara lain: 1. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia. Televisi berfungsi untuk mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ada. 2. Menghubungkan satu dengan yang lain. Televisi dapat menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lain dan menampilkannya sehingga khalayak dapat mengambil kesimpulan sendiri tanpa didikte. 3. Menyalurkan kebudayaan. Peran televisi tidak hanya untuk memperkenalkan kebudayaan, tapi juga mengembangkan kebudayaan 4. Hiburan. Hiburan merupakan rekreasi. Khalayak dapat segar kembali dan siap memulai aktivitasnya setelah menonton televisi. 5. Pengerahan masyarakat unttuk bertindak dalam keadaan darurat. Televisi dapat membantu pemerintah untuk melancarkan gerakan rakyat, seperti program KB, flu burung, dan lain-lain. Suharto dalam Pinasthika (2010), menyatakan bahwa terdapat tiga bagian acara televisi yang sesuai dengan fungsi peranannya, yaitu: 1. Pendidikan. Program ini berisi tayangan yang dapat menambah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan penonton 2. Informasi. Program acara ini berisi tayangan yang dapat memberi informasi seperti berita, pesan, fakta, opini, kritik, dan saran kepada penonton. 3. Hiburan. Program acara ini berisi tayangan yang dapat menghibur, berupa film, sinetron, drama, kuis, dan lain-lain Menurut Zakbah dalam Asmar (2009) media massa lokal adalah media massa yang isi kandungan beritanya mengacu dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat dimana media tersebut dikelola. Keberadaan media

5 massa lokal sangat penting dalam kehidupan masyarakat setempat karena dapat mempengaruhi irama kehidupan sosial dan menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat terutama sebagai sumber pesan yang bermanfaat untuk menghadapi lingkungan luas. Keseriusan dalam mengelola televisi lokal ini terlihat dengan adanya Asosiasi Televisi Lokal (ATVLI). ATVLI didirikan sebagai wadah berkumpulnya stasiun-stasiun televisi lokal di Indonesia guna memperjuangkan kepentingan para anggotanya dan kepentingan masyarakat lokal untuk mendapatkan informasi, serta kepentingan seluruh elemen bangsa sebagai bagian yang utuh dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. ATVLI berdiri pada 26 Juli 2002. 2.1.4 Remaja Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam pembentukan kepribadian individu. Secara umum, periode remaja merupakan klimaks dari periode-periode perkembangan sebelumnya. Dalam periode ini apa yang diperoleh dalam masa-masa sebelumnya diuji dan dibuktikan sehingga dalam periode selanjutnya individu telah mempunyai suatu pola pribadi yang lebih mantap. (Latifah, 2008) Adapun batasan usia remaja menurut Kartono (1990), dibagi tiga yaitu : 1. Remaja Awal (12-15 Tahun). Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa. 2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun). Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.

6 3. Remaja Akhir (18-21 Tahun). Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya. 2.1.5 Motivasi Motif berbeda dengan motivasi. Chaplin dalam Pinasthika (2010) mendefinisikan motif (motive) sebagai suatu dorongan (drive) di dalam individu yang membangkitkan, memelihara, dan mengarahkan tingkah laku menuju pada tujuan atau sasaran tertentu. Chaplin dalam Pinasthika (2010) mengartikan motivasi sebagai suatu peubah penyelang (ikut campur) yang digunakan untuk menimbulkan faktor tertentu di dalam individu, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran. Meilani (2007) menyatakan bahwa motivasi sebagai proses psikologis diakibatkan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar individu McQuail (1987) merumuskan motif serta motivasi dalam menggunakan media massa, yaitu: 1. Motif informasi Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk: a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia. b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan. c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. d. Belajar, pendidikan diri sendiri. e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 2. Motif identitas pribadi Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk: a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi

7 b. Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media) c. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri 3. Motif integrasi dan interaksi sosial Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk: a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial. b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki. c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial. d. Memperoleh teman selain dari manusia. e. Membantu menjalankan peran sosial. f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, dan masyarakat. 4. Motif hiburan Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk: a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. b. Bersantai. c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis. d. Mengisi waktu. e. Penyaluran emosi. f. Membangkitkan gairah seks. 2.1.6 The Uses and Gratification Teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini adalah teori uses and gratification, yang menyebutkan bahwa khalayak dianggap aktif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi khalayak dalam mengkonsumsi media massa. Studi dalam bidang ini memusatkan pada penggunaan (uses) media untuk medapatkan kepuasan (gratification) atas kebutuhan seseorang. Model-model uses and gratification dirancang untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau kelompok-kelompok individu. Adapun asumsiasumsi dasar dari teori ini menurut Katz et al dalam Rakhmat (2008) adalah: 1. khalayak dianggap aktif, artinya khalayak menggunakan media massa karena memiliki tujuan tertentu,

8 2. dalam proses komunikasi inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media tergantung pada kebutuhan, 3. media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhan khalayak. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari kebutuhan manusia yang luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media sangat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan, 4. tujuan pemilihan media massa berdasarkan kepada kepentingan dan motif-motif tertentu dari khalayak, dan 5. penilaian mengenai media massa dilakukan oleh budaya organisasi media massa. McQuail dan Windahl dalam Asmar (2009) menjelaskan bahwa yang paling penting dari teori gratifikasi penggunaan media adalah ide bahwa media menawarkan imbalan yang bisa diharapkan (dapat diprediksi) oleh anggota khalayak, dengan dasar pengalaman di masa lalu dengan media. Mereka juga melihat bahwa ide ini menyediakan cara untuk menjelaskan perilaku penggunaan media massa. 2.2 Kerangka Pemikiran Motivasi khalayak dalam menonton televisi lokal dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Meilani dalam Asmar (2009) menyatakan bahwa motivasi sebagai proses psikologis diakibatkan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar individu. Variabel yang termasuk faktor intrinsik, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan etnis. Sedangkan variabel yang termasuk faktor ekstrinsik, yaitu adanya informasi acara dan pola pengambilan keputusan. Pola pengambilan keputusan dalam menonton televisi menurut Roger dalam Camelia (2003) terbagi menjadi pola pengambilan otoritas, pola pengambilan individual, dan pola pengambilan kontingensi.

9 Faktor Intrinsik Usia Jenis Kelamin Pendidikan Etnis Faktor ekstrinsik Informasi acara Pola pengambil keputusan Motivasi Menonton Informasi Identitas pribadi Integrasi dan interaksi sosial hiburan Tingkat Kepuasan Keterangan: : hubungan Gambar 1. Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. Faktor intrinsik dan ekstrinsik responden memiliki hubungan dengan motivasi menonton televisi lokal. 2. Ada hubungan Motivasi menonton televisi dengan kepuasan yang dirasakan oleh responden terhadap televisi lokal. 2.4 Definisi Operasional 1. Faktor Intrinsik adalah faktor-faktor yang melekat dalam diri responden yang diduga menimbulkan motivasi dalam menonton acara di televisi lokal. Kategorinya adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan etnis.

10 a. Usia adalah jumlah tahun sejak responden lahir sampai dengan saat dilaksanakan penelitian. Pengukuran usia dikategortikan menjadi: 1. Remaja awal (12-15 Tahun) 2. Remaja menengah (15-18 Tahun) 3. Remaja akhir (18-21 Tahun) b. Jenis kelamin adalah identitas biologis responden yang terbagi atas dua kategori, yaitu perempuan dan laki-laki. 1. Laki-laki 2. Perempuan c. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertingi yang telah diraih oleh responden. Tingkat pendidikan dikategorikan sebagai berikut: 1. SMP 2. SMA 3. PT d. Etnis adalah asal daerah responden yang juga berhubungan dengan latar belakang keluarganya. 2. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri responden yang diduga menimbulkan motivasi responden menonton televisi lokal. Variabel ini diukur dari dua indikator, yaitu: a. Informasi acara adalah pedoman responden untuk mengetahui tinjauan acara televisi yang disiarkan oleh televisi lokal. Dikategorikan menjadi 3, yaitu: 1. Iklan televisi 2. Keluarga atau teman 3. Majalah atau surat kabar b. Pola pengambilan keputusan adalah adanya pengambilan keputusan menonton yang dijalankan responden. Dibagi menjadi: 1. Pola pengambilan keputusan otoritas Acara televisi yang ditonton merupakan pilihan acara orang yang berkuasa. Responden tidak dapat berbuat apa-apa untuk memilih acara televisi lainnya 2. Pola pengambilan keputusan individual

11 Responden yang bersangkutan mengambil peranan dalam memilih acara televisi yang akan ditonton. Pola ini terbagi menjadi dua macam, yaitu: a. Pola pengambilan opsional Keputusan yang dibuat oleh responden untuk memilih acara yang akan ditonton terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh pihak lain. b. Pola pengambilan keputusan kolektif Acara televisi yang ditonton merupakan hasil keputusan bersama antara responden dan keluarga. 3. Pola pengambilan keputusan kontingensi Acara televisi yang ditonton merupakan pilihan acara berdasarkan keputusan lain yang ada sebelumnya. 3. Motivasi menonton adalah keinginan dalam diri responden yang merangsangnya untuk menonton acara televisi lokal. Motivasi-motivasi ini dihitung dengan menggunakan skala dari 1 sampai 4, yaitu: 1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju 3 = setuju 4 = sangat setuju Setelah diperoleh jawaban dari responden, kemudian skor-skor tersebut dijumlahkan dan dikelompokkan menjadi motivasi rendah dan tinggi. 4. Kepuasan adalah perbandingan anatara harapan responden sebelum menonton televisi lokal dengan yang sesungguhnya diperoleh responden setelah menonton televisi lokal. Kepuasan ini dihitung dengan menggunakan skala dari 1-4, yaitu: 1 = sangat tidak puas 2 = tidak puas 3 = puas 4 = sangat puas Setelah diperoleh jawaban dari responden, kemudian skor-skor tersebut dijumlahkan dan dikelompokan menjadi terpuaskan dan tidak terpuaskan untuk masing-masing kategori kepuasan : 1. Kepuasan informasi

12 2. Kepuasan identitas pribadi 3. Kepuasan integrasi dan interaksi sosial 4. Kepuasan hiburan