MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON SERTA KEPUASAN IBU-IBU TERHADAP PROGRAM ACARA REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV FIRZA TRIANA ZELAVIORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON SERTA KEPUASAN IBU-IBU TERHADAP PROGRAM ACARA REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV FIRZA TRIANA ZELAVIORI"

Transkripsi

1 MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON SERTA KEPUASAN IBU-IBU TERHADAP PROGRAM ACARA REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV FIRZA TRIANA ZELAVIORI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Motivasi dan Perilaku Menonton serta Kepuasan Ibu-ibu terhadap Program Acara Reportase Investigasi Trans TV adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari peneliti lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2013 Firza Triana Zelaviori NIM I

4 ABSTRAK FIRZA TRIANA ZELAVIORI. Motivasi dan Perilaku Menonton serta Kepuasan Ibu-ibu terhadap Program Acara Reportase Investigasi Trans TV. Dibimbing oleh HADIYANTO. Penelitian ini dilakukan karena diduga setiap ibu memiliki karakteristik dan motivasi yang berbeda dalam menonton program acara Reportase Investigasi yang mempengaruhi perilaku menonton. Perilaku menonton diduga dapat menghasilkan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan khalayak melalui media. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan karakteristik ibu-ibu dengan motivasi menonton dan perilaku menonton, menganalisis hubungan motivasi menonton dengan perilaku menonton, dan menganalisis hubungan perilaku menonton dengan kepuasan menonton. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa usia, status pekerjaan, dan kepemilikan media komunikasi berhubungan dengan motivasi menonton dan status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, dan kepemilikan media komunikasi berhubungan dengan perilaku menonton. Selain itu, motivasi identitas pribadi berhubungan dengan durasi menonton dan perilaku menonton tidak berhubungan dengan kepuasan ibu-ibu dalam menonton program acara Reportase Investigasi. Kata kunci: karakteristik individu, kepuasan menonton, motivasi menonton, perilaku menonton, reportase investigasi ABSTRACT FIRZA TRIANA ZELAVIORI. Motivation, Viewing Behavior and Women Satisfaction of Watching Reportase Investigasi Trans TV Program. Supervised by HADIYANTO. The study was conducted because suspected every women has different characteristics and motivation in watching Reportase Investigasi program that affect viewing behavior. Viewing behavior suspected can resulting satisfaction in fulfilling the audience needs of through the media. This study aims to analyze the relationship between the characteristics of mothers with viewing motivation and viewing behavior, analyze the relationship between viewing motivation with viewing behavior, and analyze the relationship between viewing behavior with viewing satisfaction. The method was used in this study is a survey method with the quantitative approaches supported by qualitative data. The results of the study describes are age, employment status, and communications media ownership associated with viewing motivation dan employment status, level of family income, number of children, and communication media ownership associated with viewing behavior. In addition, personal identity motivation associated with the duration of watching and viewing behavior was not associated with women satisfaction in watching Reportase Investigasi program. Keywords: individual characteristics, viewing satisfaction, viewing motivation, viewing behavior, reportase investigasi

5 MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON SERTA KEPUASAN IBU-IBU TERHADAP PROGRAM ACARA REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV FIRZA TRIANA ZELAVIORI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Motivasi dan Perilaku Menonton serta Kepuasan Ibu-ibu terhadap Program Acara Reportase Investigasi Trans TV Nama : Firza Triana Zelaviori NIM : I Disetujui oleh Ir Hadiyanto, MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah Motivasi dan Perilaku Menonton serta Kepuasan Ibu-ibu terhadap Program Acara Reportase Investigasi Trans TV. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Hadiyanto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu, ucapan terima kasih kepada ayahanda Trimo Effendi, ibunda Kristiana Purdiningsih, Feriza Triana Zahwaputri, dan Isro Febrianto yang selalu memberi semangat, dukungan, dan doa kepada penulis dengan penuh keikhlasan. Terima kasih kepada Femy, Rizka Amalia, Ayu A, Zona, Ela, Fina, Ninis, Anggi, Ayu J, Asti, dan teman-teman KPM 46 yang telah memberikan dukungan, semangat dan kebersamaan kepada penulis selama di KPM. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Bogor, Januari 2013 Firza Triana Zelaviori

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Kegunaan Penelitian 3 PENDEKATAN TEORETIS 5 Tinjauan Pustaka 5 Televisi 5 Program Acara Televisi 6 Teori Uses and Gratifications 7 Karakteristik Khalayak 8 Motivasi Khalayak Menonton Televisi 9 Hubungan Karakteristik Khalayak dengan Motivasi Khalayak Menonton Televisi 10 Perilaku Khalayak Menonton Televisi 11 Kepuasan Khalayak dalam Menonton Televisi 12 Kerangka Pemikiran 13 Hipotesis 14 Definisi Operasioal 14 METODE 19 Lokasi dan Waktu Penelitian 19 Teknik Pengumpulan Data 19 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 21 Validitas dan Reliabilitas 22 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 23 Gambaran Umum Desa Cihideung Udik 23 Karakteristik Penduduk Desa Cihideung Udik 24 x xii xiii

10 Gambaran Umum Trans TV 26 Sejarah Berdirinya Trans TV 26 Visi dan Misi Trans TV 26 Logo Trans TV 26 Program Acara Trans TV 27 Program Acara Reportase Investigasi 28 HUBUNGAN MOTIVASI MENONTON REPORTASE INVESTIGASI DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU 29 Karakteristik Individu Responden 29 Motivasi Menonton Program Acara Reportase Investigasi Trans TV 31 Hubungan Karakteristik Individu dengan Motivasi Informasi 32 Hubungan Karakteristik Individu dengan Motivasi Identitas Pribadi 37 Hubungan Karakteristik Individu dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial 42 Hubungan Karakteristik Individu dengan Motivasi Hiburan 47 HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERILAKU MENONTON REPORTASE INVESTIGASI 53 Perilaku Menonton 53 Hubungan Karakteristik Individu dengan Durasi Menonton 54 Hubungan Karakteristik Individu dengan Frekuensi Menonton 59 HUBUNGAN MOTIVASI MENONTON DAN PERILAKU MENONTON REPORTASE INVESTIGASI 65 Hubungan Motivasi Menonton dengan Durasi Menonton 65 Hubungan Motivasi Menonton dengan Frekuensi Menonton 66 HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI 69 Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Menonton 69 Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Informasi 69 Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Identitas Pribadi 70 Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial 70 Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Hiburan 71 Hubungan Frekuensi Menonton dengan Kepuasan Menonton 72

11 Hubungan Frekuensi Menonton dengan Kepuasan Informasi 72 Hubungan Frekuensi Menonton dengan Kepuasan Identitas Pribadi 73 Hubungan Frekuensi Menonton dengan Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial 73 Hubungan Frekuensi Menonton dengan Kepuasan Hiburan 74 SIMPULAN DAN SARAN 77 Simpulan 77 Saran 78 DAFTAR PUSTAKA 79 LAMPIRAN 83 RIWAYAT HIDUP 110

12 DAFTAR TABEL 1 Jumlah sarana pendidikan di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase penduduk di Desa Cihideung Udik menurut kelompok umur tahun Nama program acara kategori berita di Trans TV 27 4 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik individu di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden berdasarkan motivasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut usia dan kategori motivasi informasi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan kategori motivasi informasi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut status pekerjaan dan kategori motivasi informasi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan keluarga dan kategori motivasi informasi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak dan kategori motivasi informasi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan media komunikasi dan kategori motivasi informasi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut usia dan kategori motivasi identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan kategori motivasi identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut status pekerjaan dan kategori motivasi identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan keluarga dan kategori motivasi identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak dan kategori motivasi identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan media komunikasi dan kategori motivasi identitas pribadi di Desa Cihideung Udik Tahun Jumlah dan persentase responden menurut usia dan kategori motivasi integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan kategori motivasi integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut status pekerjaan dan kategori motivasi integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun

13 21 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan keluarga dan kategori motivasi integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak dan kategori motivasi integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan media komunikasi dan kategori motivasi integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut usia dan kategori motivasi hiburan di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan kategori motivasi hiburan di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut status pekerjaan dan kategori motivasi hiburan di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan keluarga dan kategori motivasi hiburan di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak dan kategori motivasi hiburan di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan media komunikasi dan kategori motivasi hiburan di Desa Cihideung Udik tahun Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik individu dengan motivasi menonton Reportase Investigasi Trans TV di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut usia dan kategori durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan kategori durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut status pekerjaan dan kategori durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan keluarga dan kategori durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak dan kategori durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan media komunikasi dan kategori durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut usia dan kategori frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan kategori frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut status pekerjaan dan kategori frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan keluarga dan kategori frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak dan kategori frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun

14 42 Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan media massa dan kategori frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku menonton Reportase Investigasi Trans TV di Desa Cihideung Udik tahun Hasil uji statistik hubungan antara motivasi menonton dengan durasi menonton Reportase Investigasi Trans TV di Desa Cihideung Udik tahun Hasil uji statistik hubungan antara motivasi menonton dengan frekuensi menonton Reportase Investigasi Trans TV di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut durasi menonton dan kategori kepuasan informasi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut durasi menonton dan kategori kepuasan identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut durasi menonton dan kategori kepuasan integrasi dan interaski sosial di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut durasi menonton dan kategori kepuasan hiburan di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi menonton dan kategori kepuasan informasi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi menonton dan kategori kepuasan identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi menonton dan kategori kepuasan integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi menonton dan kategori kepuasan hiburan di Desa Cihideung Udik tahun Nilai signifikansi hubungan antara perilaku menonton dengan kepuasan menonton Reportase Investigasi Trans TV di Desa Cihideung Udik tahun DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 14 2 Penggunaan lahan di Desa Cihideung Udik tahun Tingkat pendidikan penduduk di Desa Cihideung Udik tahun Mata pencaharian penduduk di Desa Cihideung Udik tahun Logo Trans TV 26 6 Persentase responden berdasarkan durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun Persentase responden berdasarkan frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun

15 DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta lokasi penelitian 84 2 Hasil uji reliabilitas 85 3 Hasil uji statistik Chi Square 86

16

17 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian ini. Subbab latar belakang menjelaskan alasan penelitian ini dilakukan. Subbab perumusan masalah menjelaskan hal-hal apa saja yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Sementara itu, subbab tujuan penelitian mengarahkan untuk menjawab perumusan masalah yang telah dibuat dan mengarahkan pencari data yang dibutuhkan. Subbab yang terakhir dalam bab ini adalah kegunaan penelitian yang menjelaskan manfaat dari penelitian ini. Latar Belakang Televisi merupakan salah satu media massa elektronik yang saat ini banyak diminati oleh masyarakat. Televisi banyak menyita perhatian masyarakat tanpa mengenal usia, pekerjaan, dan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh kelebihan yang dimiliki televisi terutama kemampuannya dalam menyatukan fungsi audio dan visual, ditambah kemampuannya dalam memainkan warna serta mampu mengatasi jarak dan waktu (Cangara 2008). Kelebihan yang dimiliki televisi membuat khalayak lebih tertarik menggunakan televisi sebagai sumber informasi dibandingkan dengan media massa lainnya. Menurut Cangara (2008), televisi di Indonesia diperkenalkan pada tahun 1962, ketika Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan pesta olahraga Asian Games di Jakarta. Hal tersebut menandai munculnya stasiun televisi pertama, yaitu TVRI (Televisi Republik Indonesia). Televisi juga mengalami perkembangan yang sangat cepat. Hal ini terbukti dengan munculnya stasiun televisi baru di Indonesia antara lain RCTI, SCTV, Indosiar, ANTV, MNCTV, Metro TV, Trans TV, Trans7, TVOne, Global TV, dan stasiun televisi di beberapa daerah. Kemunculan berbagai macam stasiun televisi menambah pilihan bagi khalayak dalam menggunakan media televisi untuk mengakses informasi sesuai dengan kebutuhan. Makin banyak stasiun televisi maka semakin besar persaingan stasiun televisi dalam merebut perhatian khalayak. Stasiun televisi harus dapat bersaing dalam menyajikan program acara yang dapat menambah daya tarik khalayak serta sesuai dengan minat dan kebutuhan khalayak. Beragam program acara yang disajikan televisi, seperti berita, musik, reality show, sinetron, dan hiburan memungkinkan khalayak untuk memilih program acara sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Salah satu program acara televisi adalah program acara berita. Berbagai stasiun televisi memiliki format penayangan program acara berita yang berbedabeda. Saat ini telah tayang program acara berita investigasi. Program acara berita investigasi menayangkan berbagai macam berita secara lebih tajam dan mendalam. Salah satu program acara berita investigasi adalah Reportase Investigasi milik Trans TV. Program acara ini dikemas sedemikian menarik dan berbeda dengan program acara berita lainnya. Reportase Investigasi Trans TV menguak berbagai kecurangan yang ada di tengah masyarakat yang berhubungan dengan penunjang kehidupan manusia sehari-hari. Program acara ini diliput secara nyata agar dapat menambah kewaspadaan khalayak sehingga khalayak tidak

18 2 menjadi pihak yang dirugikan. Reportase Investigasi Trans TV mampu menghadirkan fakta secara lengkap kepada khalayak. Hadirnya program acara berita Reportase Investigasi Trans TV menambah pilihan program acara bagi khalayak. Khalayak memiliki banyak pilihan program acara yang dapat ditonton sesuai dengan minat dan kebutuhan yang dirasakannya. Khalayak dianggap aktif dalam menentukan program acara yang akan ditontonnya. Motivasi khalayak diduga mempengaruhi perilaku khalayak dalam menonton program acara yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Program acara televisi yang ditonton oleh khalayak diduga menghasilkan kepuasan tersendiri bagi khalayak. Program acara berita khususnya Reportase Investigasi diharapkan mampu memberikan tambahan informasi dan pengetahuan bagi khalayak sehingga khalayak lebih berdaya. Pada akhir acara, Reportase Investigasi memberikan informasi berupa sanksi hukum yang mungkin diterima pelaku jika melakukan tindak kecurangan seperti kasus yang ditayangkan. Selain itu, khalayak juga memperoleh informasi berupa solusi atau tips agar khalayak terhindar dari tindak kecurangan seperti kasus yang ditayangkan. Khalayak memperoleh tambahan informasi dan pengetahuan dari topik yang ditayangkan oleh program acara Reportase Investigasi sehingga khalayak memperoleh manfaat pemberdayaan dalam hal tambahan pengetahuan. Seiring maraknya tindak kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu membuat masyarakat harus lebih waspada. Hadirnya program acara berita Reportase Investigasi Trans TV dapat menjadi salah satu tayangan yang dapat menambah kewaspadaan masyarakat. Topik berita yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi lebih banyak menayangkan kasus-kasus yang berhubungan dengan lingkungan keluarga, seperti makanan, minuman dan kosmetik yang menggunakan campuran bahan yang tidak lazim digunakan atau bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Menanggapi hal tersebut, ibu-ibu merupakan salah satu khalayak yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan keluarga. Menurut Handayani dan Sugiarti (2008), peran perempuan secara tradisional harus melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, menjaga rumah, mengasuh anak, dan mempersiapkan keperluan keluarga sehari-hari. Oleh sebab itu, survei ini dilakukan pada ibu-ibu yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan keluarga. Berdasarkan permasalahan tersebut, survei ini dilakukan di Desa Cihideung Udik karena di daerah tersebut banyak ibu-ibu yang menyatakan lebih sering menonton program acara yang ditayangkan oleh Trans TV dibandingkan dengan stasiun televisi lainnya. Melalui pemilihan program acara Reportase Investigasi Trans TV yang ditonton oleh ibu-ibu dapat dilihat perilaku menonton ibu-ibu yang dipengaruhi oleh karakteristik dan motivasi menonton, serta dapat diketahui pula kepuasan ibu-ibu dalam memilih program acara di televisi sesuai dengan kebutuhannya. Perumusan Masalah Berbagai program acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi menambah pilihan bagi khalayak dalam menonton. Program acara Reportase Investigasi

19 Trans TV merupakan salah satu program acara berita yang dapat menjadi salah satu pilihan acara bagi khalayak. Banyaknya permasalah sosial yang terjadi di lingkungan sekitar membuat khalayak membutuhkan sebuah tayangan yang dapat memberikan informasi. Pemilihan program acara di televisi tergantung pada kebutuhan khalayak terhadap suatu tayangan, begitupun dalam memilih program acara Reportase Investigasi Trans TV. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu dikaji, yaitu: 1. Sejauh mana hubungan karakteristik ibu-ibu dengan motivasi menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV? 2. Sejauh mana hubungan karakteristik ibu-ibu dengan perilaku menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV? 3. Sejauh mana hubungan motivasi menonton dengan perilaku menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV? 4. Sejauh mana hubungan perilaku menonton dengan kepuasan menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV? 3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Menganalisis hubungan karakteristik ibu-ibu dengan motivasi menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV. 2. Menganalisis hubungan karakteristik ibu-ibu dengan perilaku menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV. 3. Menganalisis hubungan motivasi menonton dengan perilaku menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV. 4. Menganalisis hubungan perilaku menonton dengan kepuasan menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV. Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat atau kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi sarana untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman mengenai penggunaan media oleh khalayak dan kepuasan khalayak terhadap suatu program acara. 2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sumber rujukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media oleh khalayak dan kepuasan khalayak terhadap suatu program acara. 3. Bagi pihak media, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukkan untuk membuat format suatu program acara yang sesuai dengan minat dan kebutuhan khalayak.

20 4

21 5 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Bahan pustaka yang dirujuk berasal dari beberapa sumber berupa buku dan hasil penelitian sebelumnya. Beberapa bahan pustaka yang dijelaskan dalam bab ini adalah televisi, program acara televisi, teori uses and gratifications, karakteristik khalayak, motivasi khalayak menonton televisi, hubungan karakteristik khalayak dengan motivasi khalayak menonton televisi, perilaku khalayak menonton televisi, dan kepuasan khalayak dalam menonton televisi. Subbab kerangka pemikiran menjelaskan variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini. Subbab hipotesis penelitian menjelaskan proposisi yang diuji dalam penelitian ini dan subbab definisi operasional menjelaskan kriteria dan standar pengkategorian masing-masing variabel yang diuji. Tinjauan Pustaka Televisi Saat ini televisi merupakan salah satu media dalam komunikasi massa yang banyak diminati oleh khalayak. Menurut Bungin (2006), televisi adalah media paling populer dan media paling massal saat ini. Televisi mampu menghadirkan informasi secara audio dan visual secara bersamaan. Hal tersebut membuat banyak khalayak lebih memilih televisi dalam mengakses informasi dan sebagai sarana hiburan. Televisi memiliki berbagai macam fungsi. Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yaitu memberikan informasi, mendidik, menghibur dan membujuk tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada televisi (Ardianto 2009). Menurut Hofmann (1999), saat ini televisi tidak dilihat lagi sebagai sarana pendidikan (dalam arti pendidikan formal) dan juga tidak seharusnya (meskipun de facto demikian) sebagai alat promosi perdagangan. Lima fungsi yang diungkapkan oleh Hofmann yang pada umumnya diakui adalah: 1. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia. Fungsi ini sering disebut informasi namun, istilah informasi sengaja tidak dipakai supaya tidak timbul salah paham seakan-akan fungsi televisi adalah saluran penerangan bagi penguasa untuk memberi informasi kepada rakyat sesuai dengan kepentingan pemerintah. Fungsi televisi yang sebenarnya adalah mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. 2. Menghubungkan satu dengan yang lain. Menurut Neil Postman, televisi tidak berkesinambungan. Akan tetapi, televisi yang menyerupai sebuah mosaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan satu dengan hasil pengawasan lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis. 3. Menyalurkan budaya. Televisi tidak hanya mencari, tetapi juga ikut memperkembangkan kebudayaan. Kebudayaan yang dikembangkan oleh televisi merupakan tujuan tanpa pesan khusus didalammya. Fungsi ini dilihat sebagai pendidikan.

22 6 4. Hiburan. Saat ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Tanpa hiburan manusia tidak dapat hidup wajar. Hiburan itu merupakan rekreasi, artinya berkat hiburan manusia menjadi segar untuk kegiatan-kegiatan lainnya. 5. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat. Dalam keadaan darurat, televisi harus proaktif memberi motivasi dan menganjurkan supaya orang mau dibantu secara preventif. Program Acara Televisi Saat ini televisi sudah banyak mengalami perkembangan yang ditandai dengan munculnya berbagai stasiun televisi. Kemunculan berbagai stasiun televisi ini dapat menambah pilihan bagi khalayak dalam menonton program acara yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program (Vane-Gross 1994) dalam (Morissan 2005). Adapun yang dimaksud dengan daya tarik di sini adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiennya. Menurut Morissan (2005), program berasal dari Bahasa Inggris programme atau dalam penulisan gaya Amerika program yang berarti acara atau rencana. Undang-Undang Penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah siaran yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang sering disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata program lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia dari pada kata siaran untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. Program siaran dapat didefinisikan sebagai satu bagian atau segmen dari isi siaran radio ataupun televisi secara keseluruhan (Djamal dan Fachruddin 2011). Setiap harinya stasiun televisi menayangkan jenis program acara yang berbeda-beda. Menurut Morissan (2005), jenis program berdasarkan jenisnya, yaitu: 1. Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak. Program informasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Berita keras (hard news), yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak. Istilah lain dari berita keras adalah straight news. Televisi biasanya menayangkan berita keras secara reguler yang ditayangkan dalam suatu program berita. Infotainment juga merupakan salah satu bentuk program berita. Program infotainment merupakan salah satu program berita keras karena memuat informasi yang harus segera ditayangkan. b. Berita lunak (soft news), yaitu segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat segera ditayangkan. Istilah lain yang digunakan oleh stasiun televisi untuk jenis berita lunak adalah news magazine, current affair dan lain-lain. Berita lunak atau soft news dapat berbentuk perbincangan (talk show) ataupun laporanlaporan khusus, seperti perkembangan tren dan gaya hidup. 2. Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur khalayak dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang

23 termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, sinetron, film, musik, dan permainan (game). Adapun program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat faktual atau fiktif (fictional). Program faktual antara lain program berita, dokumenter, atau reality show. Sementara program yang bersifat fiktif antara lain program drama dan komedi. Berdasarkan uraian di atas, salah satu program acara yang ditayangkan oleh televisi secara reguler adalah program acara berita. Program acara yang ditayangkan oleh televisi selalu mempertimbangkan hal-hal yang diminati oleh khalayak agar menarik khalayak untuk menonton program acara tersebut (Morissan 2005). Menurut Morissan (2005), terdapat empat hal yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan program acara televisi, yaitu: 1. Product, yaitu materi program yang dipilih haruslah bagus dan diharapkan akan disukai oleh khalayak. 2. Price, yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli atau memproduksi program dan dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal. 3. Place, yaitu kapan waktu siaran yang tepat bagi progran tersebut. Pemilihan waktu tayang yang tepat akan membantu keberhasilan suatu program acara. 4. Promotion, yaitu bagaimana memperkenalkan dan kemudian menjual acara itu sehingga mendatangkan iklan. Teori Uses and Gratifications Teori uses and gratifications merupakan salah satu model pendekatan dalam teori komunikasi massa. Pendekatan uses and gratification mulai berkembang pada awal dasawarsa 1940 (Gonzalez 1988) dalam (Jahi 1988). Rakhmat (2002) menyatakan bahwa model uses and gratifications ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan oleh media pada diri orang, tetapi tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak akan secara aktif menggunakan media ketika akan membuat pilihan-pilihan mengenai apa yang dilakukan dalam kehidupannya. Menurut West dan Turner (2008), teori kegunaan dan gratifikasi (uses and gratifications theory) menyatakan bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan (atau hasil) tertentu. Uses and gratifications theory menganggap orang aktif karena mereka mampu untuk mempelajari dan mengevaluasi berbagai jenis media untuk mencapai tujuan komunikasi. Khalayak akan berusaha untuk mencari media yang paling baik dalam usahanya memenuhi kebutuhan. Uses and gratifications menjelaskan asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumbersumber lain yang membawa pada terpaan media dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan (Rakhmat 2005). Blumler dan Katz (1974) dalam Rakhmat (2005), menyatakan bahwa terdapat lima asumsi dasar uses and gratifications theory, yaitu : 1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. 2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. 3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari 7

24 8 rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu. 5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. Menurut Rakhmat (2005), teori uses and gratifications memiliki kelebihan, yaitu (1) memberikan deskripsi dinamis tentang khalayak; (2) anggota khalayak tidak sepenuhnya pasif; dan (3) menjelaskan penggunaan media. Sementara itu, kekurangan dari teori ini adalah (1) stimuli tidak diperhitungkan, hanya model proses penerimaannya saja; (2) terlalu melebih-lebihkan rasionalitas dan keaktifan anggota khalayak; dan (3) menggunakan faktor-faktor mental, seperti motif mencari keterangan. Teori ini menyatakan bahwa penggunaan media massa yang dilakukan oleh khalayak didorong oleh motif-motif tertentu untuk mencapai kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya. Karl Erik Rosengren menggambarkan logika dalam pendekatan uses and gratification sebagai berikut (1) kebutuhan mendasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai pencampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasilkan (7) perbedaan pola konsumsi media, dan (8) perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat mempengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan mempengaruhi pula (11) stuktur media dan berbagai stuktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat (Effendy 2000) dalam (Bungin 2006). Karakteristik Khalayak Menurut Cangara (2008), khalayak bisa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Oleh sebab itu, unsur khalayak tidak boleh diabaikan karena keberhasilan suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat. Ada tiga aspek yang perlu diketahui oleh komunikator menyangkut tentang khalayaknya, yaitu: 1. Aspek sosiodemografik terdiri atas: a. Jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) b. Usia c. Populasi (jumlah khalayak) d. Lokasi (desa atau kota) e. Tingkat pendidikan f. Bahasa g. Agama h. Pekerjaan i. Ideologi

25 j. Pemilikan media massa 2. Aspek profil psikologis (memahami khalayak dari segi kejiwaan) terdiri atas: a. Emosi b. Bagaimana pendapat-pendapat mereka c. Adakah keinginan mereka yang perlu dipenuhi d. Adakah selama ini menyimpan rasa kecewa, frustasi atau dendam 3. Aspek karakteristik perilaku khalayak terdiri atas: a. Hobi b. Nilai dan norma (hal-hal apa yang menjadi tabu bagi mereka) c. Mobilitas sosial d. Perilaku komunitas (apakah kebiasaan mereka suka berterus terang atau tidak) Motivasi Khalayak Menonton Televisi Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu. Menurut MacBride dalam Effendy (1999), motivasi merupakan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar. Effendy (2002), menyatakan bahwa motif adalah dorongan, hasrat, keinginan atau tenaga penggerak lainnya yang berasal dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah penggerakan atau keinginan untuk menggerakkan dorongan yang terdapat pada diri seseorang itu untuk melakukan sesuatu. Khalayak memiliki kebutuhan akan media massa. Kebutuhan tersebut mendorong untuk menggunakan media. Menurut Kimble et al. (1984) dalam Daryanto (2010), motivasi dapat didefinisikan sebagai proses yang terjadi di dalam diri, yang menciptakan tujuan dan memberikan energi bagi perilaku seseorang. Sementara motif merupakan dorongan bertindak untuk memenuhi suatu kebutuhan, dirasakan sebagai kemauan, keinginan, yang kemudian terwujud dalam bentuk perilaku nyata. Handoko (1992) dalam Saraswati (2008) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah laku. Pemenuhan kebutuhan melalui media dipengaruhi oleh motivasi khalayak. Menurut McQuail (1987), motivasi dalam menggunakan media terdiri atas: 1. Informasi, motivasi ini berkaitan dengan dorongan untuk: a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan. c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. d. Belajar, pendidikan diri sendiri. e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 2. Identitas pribadi, motivasi ini berkaitan dengan dorongan untuk: a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi. b. Menemukan model perilaku. c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media). d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. 9

26 10 3. Integrasi dan interaksi sosial, motivasi ini berkaitan dengan dorongan untuk: a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial. b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki. c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial. d. Memperoleh teman selain dari manusia. e. Membantu menjalankan peran sosial. f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, masyarakat. 4. Hiburan, motivasi ini berkaitan dengan dorongan untuk: a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. b. Bersantai. c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis. d. Mengisi waktu. e. Menyalurkan emosi. f. Membangkitkan gairah seks. Menurut Badriah (2003) terdapat empat motivasi yang dimiliki oleh khalayak dalam menonton acara televisi, yaitu motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial dan motivasi hiburan. Miranda (2010) menambahkan bahwa selain empat motivasi, yaitu motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial serta motivasi hiburan terdapat motivasi lain yang mempengaruhi seseorang dalam menonton, yaitu motivasi identitas kolektif. Saraswati (2008) menyatakan bahwa terdapat motivasi pendidikan, motivasi sosial, motivasi pribadi, motivasi hiburan, dan motivasi menarik diri dalam menonton film. Hubungan Karakteristik Khalayak dengan Motivasi Khalayak Menonton Televisi Motivasi khalayak dalam menonton televisi berbeda-beda karena dipengaruhi oleh berberapa faktor antara lain adalah karakteristik individu, faktor lingkungan sosialnya, dan program acara yang ditonton. Menurut Meilani (2007), motivasi seseorang dilatarbelakangi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri atas umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan etnis, sedangkan faktor ekstrinsik terdiri atas keluarga dan teman. Menurut Badriah (2003), karakteristik individu yang mempengaruhi motivasi khalayak dalam menonton acara hiburan adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, waktu luang, dan pengetahuan. Sementara itu, Purwatiningsih (2004) menyatakan bahwa karakteristik individu yang mempengaruhi khalayak dalam menonton berita kriminal adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status ekonomi, aktivitas khalayak, pengalaman khalayak, dan tempat tinggal. Bancin (2009) menyatakan bahwa karakteristik individu yang mempengaruhi motivasi khalayak dalam menonton reality show adalah usia, penghasilan, dan pekerjaan. Menurut Kusumah (2010), motivasi informasi khalayak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, makin tinggi tingkat pendidikan maka semakin lemah motivasi informasinya karena khalayak akan memperoleh informasi dari berbagai media lain. Sementara untuk tingkat pendapatan, makin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi motivasi yang dimiliki.

27 Menurut Asmar (2009), karakteristik khalayak yang mempengaruhi motivasi dalam menonton, yaitu usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan. Makin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi motivasi informasi yang dimiliki dan makin rendah usia maka semakin tinggi motivasi hiburan yang dimiliki. Makin rendah usia maka semakin tinggi motivasi identitas pribadi dan motivasi integrasi dan interaksi sosial yang dimiliki. Jenis kelamin khalayak juga mempengaruhi motivasi dalam menonton. Khalayak perempuan memiliki motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial serta motivasi hiburan yang lebih tinggi dibandingkan dengan khalayak laki-laki. Hal ini disebabkan oleh khalayak perempuan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar, empati sosial, dan peran sosial lainnya dibandingkan dengan khalayak laki-laki. Selain itu, khalayak yang bekerja memiliki motivasi informasi dan motivasi identitas pribadi yang lebih tinggi dibandingkan ibu rumah tangga/pensiunan/belum atau tidak bekerja, dan pelajar atau mahasiswa. Perilaku Khalayak Menonton Televisi Perilaku khalayak menonton merupakan tindakan yang dilakukan oleh khalayak dalam menyaksikan program acara televisi karena adanya dorongan dari dalam dirinya untuk menggunakan televisi. Perilaku individu dalam melakukan sesuatu dipengaruhi oleh berbagai aspek, begitu juga dengan perilaku individu dalam menonton program acara televisi. Perilaku khalayak menonton juga dipengaruhi oleh motivasi dan karakteristik individu. Menurut DeFleur dan Lowery (1994), perilaku menonton televisi mencakup tiga aspek, yaitu (1) pilihan acara yang ditonton; (2) frekuensi menonton; dan (3) durasi menonton. Menurut Badriah (2003), perilaku menonton khalayak di desa adalah menit per hari, sedangkan di kota menit per hari. Asmar (2009) juga mengungkapkan bahwa makin tinggi motivasi seseorang menonton televisi maka semakin lama waktu yang digunakan untuk menonton acara tersebut. Aspek dalam perilaku menonton antara lain: 1. Jumlah program yang ditonton adalah banyaknya acara televisi yang disaksikan oleh khalayak dalam satu hari. Jumlah acara yang ditonton juga dipengaruhi oleh motivasi dan karakteristik khalayak. Asmar (2009) menyatakan bahwa makin tinggi motivasi seseorang menonton televisi, maka semakin banyak pula jenis pilihan acara yang ditonton. 2. Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan khalayak dalam menyaksikan program acara televisi. Frekuensi menonton juga dipengaruhi oleh motivasi dan karakteristik khalayak dalam menonton program acara televisi. Kusumah (2010), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara faktor intrinsik usia khalayak dengan frekuensi menonton. Sementara itu, Novilena (2004) menyatakan bahwa karakteristik individu antara lain usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan yang nyata dengan perilaku menonton tayangan berita kriminal di televisi yang dilihat dari frekuensi menonton tayangan berita kriminal di televisi. 3. Durasi menonton adalah lamanya waktu yang digunakan oleh khalayak dalam menyaksikan program acara di televisi. Durasi menonton dipengaruhi oleh motivasi menonton dan karakteristik khalayak. Menurut Asmar (2009), makin tinggi motivasi seseorang menonton televisi cenderung memiliki durasi 11

28 12 menonton lebih lama. Novelina (2004) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik khalayak dengan durasi menonton, yaitu tingkat pendidikan. Kepuasan Khalayak dalam Menonton Televisi Menurut McQuail (1991) dalam Kusumah (2010) menyatakan bahwa kebutuhan, motif, penggunaan media, dan fungsi media saling berhubungan sedemikian rupa sehingga kebutuhan manusia tersebut menciptakan upaya pemenuhan kebutuhan. Program acara televisi yang ditonton oleh khalayak diharapkan dapat memenuhi kebutuhan khalayak. Terpenuhinya kebutuhan khalayak akan menghasilkan kepuasan sehingga khalayak akan selalu menonton program acara tersebut pada waktu yang berbeda. Khalayak menonton program acara televisi karena televisi memiliki aspek-aspek yang dapat memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan kepada khalayak. Menurut Asmar (2009), terdapat kepuasan khalayak dalam menonton yang dilihat dari kebutuhan khalayak yang menimbulkan motivasi dalam menonton, antara lain adalah: 1. Kepuasan akan kebutuhan informasi. Makin tinggi motivasi informasi khalayak semakin terpuaskan kebutuhan informasi khalayak dalam menonton televisi lokal. Televisi merupakan salah satu media yang mampu menyampaikan informasi dengan segera kepada khalayak. Program acara informasi yang ditayangkan oleh televisi dapat menghasilkan kepuasan bagi khalayak karena kebutuhan akan informasinya dapat terpenuhi dengan menonton televisi. 2. Kepuasan akan kebutuhan identitas pribadi. Makin tinggi motivasi identitas pribadi khalayak semakin terpuaskan kebutuhan identitas pribadi khalayak dalam menonton televisi lokal. Program acara yang ditayangkan oleh televisi juga dapat memenuhi kebutuhan identitas pribadi khalayak sehingga dengan menonton televisi kepuasan khalayak akan kebutuhan identitas pribadi dapat terpenuhi. 3. Kepuasan akan kebutuhan integrasi dan interaksi sosial. Khalayak perempuan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar dibandingkan dengan laki-laki sehingga dengan menonton televisi khalayak akan memperoleh kepuasan dalam hal integrasi dan interaksi sosial. Makin tinggi motivasi integrasi dan interaksi sosial khalayak maka semakin terpuaskan kebutuhan integrasi dan interaksi sosial khalayak dalam menonton televisi lokal. Program acara yang ditayangkan oleh televisi juga dapat memenuhi kebutuhan integrasi dan interaksi sosial khalayak. 4. Kepuasan akan kebutuhan hiburan. Adanya televisi yang menayangkan program hiburan dapat memberikan kepuasan pada khalayak. Makin tinggi motivasi hiburan khalayak semakin terpuaskan kebutuhan hiburan khalayak dalam menonton televisi. Kebutuhan khalayak akan hiburan dapat terpenuhi dengan menonton televisi. Hadiyanto (2004) juga menyatakan bahwa khalayak yang ada di desa urban lebih menyukai acara-acara hiburan untuk membuat perasaan senang dan gembira. Kepuasan khalayak dalam menonton dipengaruhi oleh motivasi khalayak dalam menonton. Khalayak yang memiliki motivasi tinggi untuk setiap jenis motivasi merasa terpuaskan dengan acara yang mereka tonton, artinya makin tinggi motivasi semakin tinggi pula kepuasan yang dirasakan oleh khalayak dalam menonton televisi lokal (Asmar 2009). Kepuasan menonton juga dipengaruhi oleh

29 perilaku menonton. Rakhmat (2005) menyatakan bahwa perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi, artinya seseorang tidak akan menggunakan media massa bila media massa tidak memberikan pemuasan pada kebutuhan orang tersebut. 13 Kerangka Pemikiran Televisi merupakan salah satu media massa yang banyak diminati oleh masyarakat. Saat ini stasiun televisi sudah sangat beragam. Program acara yang ditayangkan oleh televisi juga semakin bervariasi, antara lain berita, musik, reality show, kuis, sinetron dan acara hiburan lainnya. Khalayak memiliki berbagai macam pilihan untuk menonton. Salah satu program acara yang ditayangkan di televisi adalah program acara berita Reportase Investigasi milik Trans TV. Ibu-ibu dapat memilih program acara yang sesuai dengan kebutuhannya. Motivasi yang berasal dari dalam diri mendorong ibu-ibu untuk menonton suatu porgram acara di televisi sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Menurut McQuail (1987), motivasi khalayak dalam menggunakan media terdiri atas motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial serta motivasi hiburan. Berdasarkan teori dari McQuail tersebut, dapat diduga bahwa motivasi ibu-ibu dalam menonton Reportase Investigasi adalah motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi social, serta motivasi hiburan. Karakteristik individu diduga mempengaruhi motivasi dalam memilih program acara Reportase Investigasi. Karakteristik individu yang diduga mempengaruhi motivasi ibu-ibu dalam menonton adalah usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, dan kepemilikan media komunikasi. Motivasi dalam menonton diduga dapat mempengaruhi perilaku ibu-ibu dalam menonton program acara Reportase Investigasi. Karakteristik individu yang meliputi usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak dan kepemilikan media komunikasi juga diduga mempengaruhi perilaku menonton. Perilaku ibu-ibu dalam menonton Reportase Investigasi terdiri atas durasi menonton dan frekuensi menonton. Perilaku menonton diduga dapat mempengaruhi kepuasan ibu-ibu dalam memenuhi kebutuhannya. Motivasi secara tidak langsung juga diduga mempengaruhi kepuasan ibu-ibu dalam menonton. Kepuasan ibu-ibu dalam menonton Reportase Investigasi merupakan terpenuhinya kebutuhan ibu-ibu dalam hal informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, serta hiburan. Berdasarkan uraian sebelumnya maka dijelaskan keterkaitan antara beberapa variabel sehingga dapat menggambarkan kajian mengenai motivasi dan perilaku serta kepuasan menonton ibu-ibu yang digambarkan sebagai berikut:

30 14 Karakteristik Individu: 1. Usia Keterangan 2. Tingkat pendidikan 3. Status pekerjaan 4. Tingkat pendapatan keluarga 5. Jumlah anak 6. Kepemilikan media komunikasi Motivasi Menonton: 1. Motivasi informasi 2. Motivasi identitas pribadi 3. Motivasi integrasi dan interaksi sosial 4. Motivasi hiburan Perilaku Menonton: 1. Durasi menonton 2. Frekuensi menonton Kepuasan menonton: 1. Kepuasan informasi 2. Kepuasan identitas pribadi 3. Kepuasan integrasi dan interaksi sosial 4. Kepuasan hiburan Keterangan: : Berhubungan Gambar 1 Kerangka pemikiran Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan motivasi menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV. 2. Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV. 3. Terdapat hubungan antara motivasi menonton dengan perilaku menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV. 4. Terdapat hubungan antara perilaku menonton dengan kepuasan menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV. Definisi Operasioal 1. Usia adalah jumlah tahun sejak responden lahir hingga penelitian dilakukan. Usia dikategorikan menjadi tiga, yaitu: a. Usia awal dewasa (18-29 tahun) b. Usia pertengahan (30-49 tahun) c. Usia tua ( 50 tahun) 2. Status pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh responden sehari-hari yang dapat menghasilkan uang. Status pekerjaan dikategorikan menjadi dua, yaitu: a. Tidak bekerja (tidak menghasilkan uang) b. Bekerja (menghasilkan uang)

31 3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah diikuti responden dan lamanya responden menempuh pendidikan formal. Tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi tiga yaitu: a. Rendah : tidak tamat dan tamat SD/sederajat b. Sedang : tidak tamat dan tamat SMP/sederajat c. Tinggi : tidak tamat dan tamat SMA/sederajat 4. Tingkat pendapatan keluarga adalah jumlah uang (rupiah) yang diterima oleh keluarga, baik yang diterina oleh responden maupun suami selama satu bulan. Tingkat pendapatan keluarga dikategorikan berdasarakan rata-rata tingkat pendapatan keluarga responden yang dihitung dengan rumus kurva sebaran normal. a. Rendah : pendapatan rata-rata (1/2 standar deviasi) : pendapatan Rp b. Sedang : rata-rata (1/2 standar deviasi) < pendapatan < x + (1/2 standar deviasi) : Rp < pendapatan < Rp c. Tinggi : pendapatan rata-rata + (1/2 standar deviasi) : pendapatan Rp Jumlah anak adalah banyaknya anak yang menjadi tanggungan responden. Jumlah anak dikategorikan menjadi dua, yaitu: a. Anak < 3 b. Anak 3 6. Kepemilikan media komunikasi adalah media komunikasi lain yang dimiliki oleh responden selain televisi, yaitu handphone. Kepemilikan media komunikasi responden dikategorikan menjadi dua, yaitu: a. Tidak memiliki handphone b. Memiliki handphone 7. Motivasi menonton adalah dorongan dari dalam diri responden untuk menyaksikan program acara Reportase Investigasi Trans TV. Motivasi dibagi menjadi empat, yaitu motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial dan motivasi hiburan. Setiap motivasi dinyatakan dalam beberapa pernyataan dan diberi skor sebagai berikut: Sangat tidak setuju, skor 1 Tidak setuju, skor 2 Setuju, skor 3 Sangat setuju, skor 4 Setelah memperoleh jawaban dari responden, kemudian dari skor-skor tersebut dirata-ratakan dan dikategorikan menjadi motivasi tinggi dan sangat tinggi. a. Motivasi informasi adalah dorongan dari dalam diri responden yang menghasilkan usaha dalam memperoleh berita tentang peristiwa dan kondisi lingkungan sekitar, mencari bimbingan, memuaskan rasa ingin tahu dan minat, memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. Motivasi informasi tinggi : skor rata-rata < 3.5 Motivasi informasi sangat tinggi : skor rata-rata 3.5 b. Motivasi identitas pribadi adalah dorongan dari dalam diri responden yang menghasilkan usaha dalam menemukan penunjang nilai-nilai pribadi, menemukan model perilaku, mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media), dan meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. 15

32 16 Motivasi identitas pribadi tinggi : skor rata-rata < 3.5 Motivasi identitas pribadi sangat tinggi : skor rata-rata 3.5 c. Motivasi integrasi dan interaksi sosial adalah dorongan dari dalam diri responden untuk mengetahui kondisi lingkungan dan keadaan orang lain, mengidentifikasi diri dengan orang lain, menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial, menjalankan peran sosial, berhubungan dengan orang lain. Motivasi integrasi dan interaksi sosial tinggi : skor rata-rata < 3.5 Motivasi integrasi dan interkasi sosial sangat tinggi : skor rata-rata 3.5 d. Motivasi hiburan adalah dorongan dari dalam diri responden untuk melepaskan diri dari permasalahan, bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis serta mengisi waktu. Motivasi hiburan tinggi : skor rata-rata < 3.5 Motivasi hiburan sangat tinggi : skor rata-rata Perilaku menonton adalah tindakan yang dilakukan oleh khalayak dalam menyaksikan program acara Reportase Investigasi Trans TV. Perilaku menonton Reportase Investigasi Trans TV terdiri atas durasi menonton dan frekuensi menonton. a. Durasi menonton adalah lamanya waktu yang digunakan oleh responden dalam menyaksikan program acara Reportase Investigasi Trans TV dalam satu kali tayang pada episode terakhir yang disaksikan oleh responden. Rendah : 1-15 menit Tinggi : menit b. Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan responden dalam menyaksikan program acara Reportase Investigasi Trans TV selama satu bulan terakhir. Rendah : 1-4 kali menonton Tinggi : 5-8 kali menonton 9. Kepuasan menonton adalah terpenuhinya kebutuhan responden dengan menyaksikan program acara Reportase Investigasi Trans TV yang dibagi menjadi beberapa kebutuhan, yaitu kebutuhan informasi, kebutuhan identitas pribadi, kebutuhan integrasi dan interaksi sosial, dan kebutuhan hiburan. Setiap kepuasan menonton dinyatakan dalam beberapa pernyataan dan diberi skor sebagai berikut: Sangat tidak puas, skor 1 Tidak puas, skor 2 Puas, skor 3 Sangat puas, skor 4 Setelah memperoleh jawaban dari responden, kemudian skor-skor tersebut dirata-ratakan dan dikategorikan menjadi kepuasan tinggi dan sangat tinggi. a. Kepuasan informasi adalah terpenuhinya kebutuhan responden mengenai berita tentang peristiwa dan kondisi lingkungan sekitar, pencarian bimbingan, memuaskan rasa ingin tahu dan minat, rasa damai melalui penambahan pengetahuan. Kepuasan informasi tinggi : skor rata-rata < 3.5 Kepuasan informasi sangat tinggi : skor rata-rata 3.5 b. Kepuasan identitas pribadi adalah terpenuhinya kebutuhan responden dalam menunjang nilai-nilai pribadi, menemukan model perilaku, identifikasi diri

33 dengan nilai-nilai lain (dalam media), dan peningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. Kepuasan identitas pribadi tinggi : skor rata-rata < 3.5 Kepuasan identitas pribadi sangat tinggi : skor rata-rata 3.5 c. Kepuasan integrasi dan interaksi sosial adalah terpenuhinya kebutuhan responden akan kondisi lingkungan dan keadaan orang lain, identifikasi diri dengan orang lain, menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial, menjalankan peran sosial, berhubungan dengan orang lain. Kepuasan integrasi dan interaksi sosial tinggi : skor rata-rata < 3.5 Kepuasan integrasi dan interkasi sosial sangat tinggi : skor rata-rata 3.5 d. Kepuasan hiburan adalah terpenuhi kebutuhan responden dalam melepaskan diri dari permasalahan, bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis serta mengisi waktu. Kepuasan hiburan tinggi : skor rata-rata < 3.5 Kepuasan hiburan sangat tinggi : skor rata-rata

34 18

35 19 METODE Bab ini menjelaskan lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, serta validitas dan reliabilitas. Subbab lokasi dan waktu penelitian menjelaskan tempat penelitian dan waktu penelitian ini dilakukan. Subbab teknik pengambilan data menjelaskan data yang digunakan dalam penelitian ini dan cara pengambilan sampel. Selanjutnya subbab teknik pengolahan dan analisis data menjelaskan cara yang digunakan dalam pengolahan data yang telah diperoleh untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian. Subbab terakhir dalam bab ini adalah validitas dan reliabilitas menjelaskan keakuratan dan kepercayan alat ukur dalam penelitian ini. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive). Lokasi penelitian di Desa Cihideung Udik dipilih dengan pertimbangan keterangan penduduk pada observasi awal. Penduduk menyatakan bahwa program acara yang ditayangkan oleh Trans TV dapat dilihat dengan jernih dan jelas tanpa ada gangguan sinyal. Selain itu, ibu-ibu di Desa Cihideung Udik menyatakan lebih sering menonton program acara yang ditayangkan oleh Trans TV dan Trans7 karena program acara yang ditayangkan oleh kedua stasiun televisi tersebut lebih menarik dan berbeda dengan program acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi lainnya. Lokasi ini diharapkan mampu menjelaskan motivasi dan perilaku menonton serta kepuasan ibu-ibu terhadap program acara Reportase Investigasi Trans TV di Desa Cihideung Udik. Studi lapangan dilaksanakan pada bulan September-November Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, pembuatan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data kualitatif diperoleh melalui wawancara dengan responden sebagai pelengkap data pada kuesioner. Data yang diperoleh selanjutnya dijelaskan dalam bentuk penelitian deskriptif dan korelasi karena akan menjelaskan hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesis. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner dan wawancara, sedangkan data sekunder merupakan data didapatkan dari Kantor Desa Cihideung Udik mengenai gambaran umum desa dan website Trans TV untuk mengetahui profil Trans TV dan profil program acara Reportase Investigasi.

36 20 Responden adalah pihak yang memberi keterangan tentang dirinya sendiri dan kegiatan yang dilakukannya. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang tinggal di lingkungan RT 4/2, RT 1/7, dan RT 2/12. Pemilihan lokasi pengambilan sampel berdasarkan ada atau tidak adanya posyandu dan ibu-ibu di RW tersebut telah menonton program acara yang ditayangkan oleh Trans TV. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan multistage cluster sampling dan proportional random sampling. Teknik pengambilan sampel secara multistage cluster sampling dipilih dengan alasan bahwa jumlah populasi penduduk yang tergolong ibu-ibu di Desa Cihideung Udik banyak sehingga diasumsikan bahwa dari ibu-ibu pada setiap RT yang menjadi sampel dapat mewakili atau menggambarkan keadaan desa. Pengambilan sampel secara multistage cluster sampling adalah sebagai berikut: 1. Wilayah Desa Cihideung Udik dibedakan menjadi dua gugus RW, yaitu RW yang memiliki posyandu (gugus 1) dan RW yang tidak memiliki posyandu (gugus 2). RW yang memiliki posyandu adalah RW 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 12, 13, 14 dan RW yang tidak memiliki posyandu adalah RW 7, 10, 11, dan 15. Sampel RW pada setiap gugus dipilih secara acak. Sampel RW yang terpilih adalah RW 2 dan RW 12 mewakili RW yang memiliki posyandu (gugus 1) dan RW 7 mewakili RW yang tidak memiliki posyandu (gugus 2). 2. Setiap gugus RW diambil 3 sampel RT secara acak. Sampel RT yang terpilih adalah RT 4/2 dan RT 2/12 mewakili RW yang memiliki posyandu dan RT 1/7 mewakili RW yang tidak memiliki posyandu. 3. Jumlah populasi sasaran pada RT4/2, RT 1/7, dan RT 2/12 adalah 261 orang ibu-ibu. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 72 responden. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut (Yamane 1967) dalam (Rakhmat 2002): n = N/(Nd 2 + 1) Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah seluruh anggota populasi d = presisi Kemudian sampel diambil secara acak proporsional (proportional random sampling) untuk setiap RT dengan asumsi bahwa responden yang ada di wilayah tersebut homogen, yaitu ibu-ibu. Kerangka sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar ibu-ibu yang tinggal di RT 4/2, RT 1/7, dan RT 2/12 Desa Cihideung Udik. Jumlah responden untuk setiap RT adalah 28 orang di RT 4/2, 24 orang di RT 1/7 dan 20 orang di RT 2/12. Alasan pengambilan sampel ibu-ibu karena ibu-ibu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan keluarga dan Reportase Investigasi Trans TV lebih banyak menayangkan berita yang lebih tertuju pada peningkatan kewaspadaan ibu-ibu, seperti tayangan mengenai bahanbahan berbahaya yang dicampurkan ke dalam makanan, minuman dan kosmetik. Ibu-ibu juga dianggap lebih peduli terhadap kualitas makanan, minuman dan kosmetik yang dikonsumsi oleh dirinya dan keluarga terutama anak-anak.

37 21 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan tiga langkah, yaitu pertama, melakukan pengkodean kemudian memasukkan data ke dalam kartu atau berkas data. Kedua, membuat tabel frekuensi atau tabel silang. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi kesalahankesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabel silang (Singarimbun dan Effendi 2008). Data yang diperoleh akan dianalisis dengan beberapa teknik, antara lain: 1. Tabel frekuensi, untuk menganalisis data primer, yaitu karakteristik individu dan motivasi menonton. 2. Tabel silang, untuk menerangkan hubungan antarvariabel dengan metode analisa sederhana, yaitu hubungan antara karakteristik individu dengan motivasi menonton, karakteristik individu dengan perilaku menonton, dan perilaku menonton dengan kepuasan menonton. 3. Uji Chi Square untuk menganalisis hubungan antarvariabel dengan data nominal, yaitu hubungan antara karakteristik individu dengan motivasi menonton, karakteristik individu dengan perilaku menonton, motivasi menonton dengan perilaku menonton, serta perilaku menonton dengan kepuasan menonton. Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), rumus Kai Kuadrat atau Chi Square (χ²) adalah (fo ft )2 χ² = [ ft Keterangan: χ² = nilai Chi Square fo = frekuensi yang diperoleh atau diamati ft = frekuensi yang diharapkan Untuk mengetahui signifikansi hasil yang diperoleh, harus diketahui derajat kebebasan (degrees of freedom) dengan rumus sebagai berikut: dk = (k-1)(b-1) Keterangan: dk = derajat kebebasan k = kolom b = baris Keeratan hubungan antara dua variabel dapat diketahui dengan menggunakan keofisien kontingensi (Singarimbun dan Effendi 2008). Menurut Hasan (2009), koefisien korelasi adalah bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai korelasi berada di antara -1 dan +1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-). Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel-variabel berkorelasi positif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y juga naik/turun. Jika koefisien korelasi bernilai negatif maka variabel-variabel berkorelasi negatif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y akan turun/naik. Menurut Hasan (2009), koefisien korelasi diartikan sebagai berikut: KK = 0.00 : tidak ada hubungan 0.00 < KK 0.20 : hubungan rendah sekali atau lemas sekali 0.20 < KK 0.40 : hubungan rendah atau lemas tetapi pasti ]

38 < KK 0.70 : hubungan cukup berarti atau sedang 0.70 < KK 0.90 : hubungan tinggi atau kuat 0.90 < KK 1.00 : hubungan sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan KK = 1.00 : hubungan sempurna Pengolahan data statistik dilakukan dengan program Statistic Program for Social Sciences (SPSS version 16.0) untuk mengolah data hasil kuesioner. Penentuan kriteria pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai kritis (nilai alpha tabel dari distribusinya) dengan nilai uji statistiknya. Hipotesis nol (Ho) diterima jika nilai uji statistiknya berada di luar nilai kritisnya. Hipotesis nol (Ho) ditolak jika nilai uji statistiknya berada dalam nilai-nilai kritis (Hasan 2009). Validitas dan Reliabilitas Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang akan diukur, sedangkan reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menentukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan pada instrumen yang digunakan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang mencakup beberapa pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan variabel yang akan diuji. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan kepada sepuluh orang responden yang berada diluar lokasi pengambilan sampel tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan calon responden sesungguhnya. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Nilai r hitung akan dibandingkan dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka instrumen dapat dinyatakan valid. Hasil dari uji validitas ini menyatakan bahwa terdapat beberapa pernyataan dalam instrumen yang tidak valid sehingga kuesioner diperbaiki agar hasil dari kuesioner dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan rumus Cronbach Alpha. Nilai r hitung akan dibandingkan dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka instrumen dapat dinyatakan reliabel. Hasil dari uji reliabilitas untuk instrumen motivasi menonton diperoleh r hitung = < r tabel = artinya instrumen ini tidak reliabel dan perlu dilakukan perbaikan agar hasilnya dapat dipercaya. Selain itu, untuk instrumen kepuasan menonton diperoleh r hitung = < r tabel = artinya instrumen ini tidak reliabel dan perlu dilakukan perbaikan agar hasilnya dapat dipercaya.

39 23 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Desa Cihideung Udik Desa Cihideung Udik merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Cihideung Udik memiliki batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara : Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea Sebelah selatan : Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya Sebelah timur : Desa Sinar Sari, Kecamatan Dramaga Sebelah barat : Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea Desa Cihideung Udik secara geografis terletak pada dataran rendah dengan ketinggian 600 m dpl dan memiliki suhu rata-rata derajat Celcius. Desa Cihideung Udik memiliki luas wilayah keseluruhan, yaitu 284 ha. Lahan yang terdapat di Desa Cihideung Udik digunakan sebagai pemukiman, persawahan, perkebunan, pemakaman, pekarangan, taman, dan perkantoran, jalan, sarana pendidikan dan peribadatan. Sebagian besar lahan diguanakan sebagai lahan persawahan 183 ha (64.44%). Selain itu, lahan di desa ini juga digunakan sebagai pemukiman penduduk 57 ha (20.07%), perkebunan ha (8.52%), pemakaman 2.50 ha (0.89%), pekarangan 2 ha (0.70%), perkantoran 0.50 ha (0.18%), dan prasarana umum lainnya ha (5.21%). Data mengenai penggunaan lahan di Desa Cihideung Udik dapat di lihat pada Gambar 2. Penggunaan lahan 0.70% (pekarangan) 0.18% 0.89% (pemakaman) 8.52% (perkebunan) (perkantoran) 5.21% (prasarana umum) 20.07% (pemukiman penduduk) 64.44% (persawahan) Gambar 2 Penggunaan lahan di Desa Cihideung Udik tahun 2009 Desa Cihideung Udik memiliki sarana pendidikan untuk menunjang pendidikan penduduknya. Tabel 1 memperlihatkan bahwa sarana pendidikan yang terdapat di Desa Cihideung Udik terdiri atas empat unit TK (Taman Kanakkanak)/PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), enam unit SD (Sekolah Dasar)/MI (Madrasah Ibtidayah), dua unit SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)/MTs (Madrasah Tsanawiyah), satu unit SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir)/MA (Madrasah Aliyah), dan tiga unit Pondok Pesantren.

40 24 Tabel 1 Jumlah sarana pendidikan di Desa Cihideung Udik tahun 2012 No Sarana Pendidikan Jumlah (unit) 1. TK/PAUD 4 2. SD/MI 6 3. SLTP/MTs 2 4. SLTA/MA 1 5. Pondok Pesantren 3 Jumlah 16 Sumber: Data Desa Mei 2012 Desa Cihideung Udik juga memiliki sarana kesehatan untuk menunjang kesehatan penduduk, antara lain satu unit puskesmas, satu unit balai pengobatan/klinik, empat belas posyandu, dan empat belas pos KB (Keluarga Berencana) desa. Selain itu, Desa Cihideung Udik juga memiliki sarana peribadatan, yaitu dua belas unit masjid dan dua puluh satu unit musholah. Sarana olahraga dan hiburan juga terdapat di desa ini, seperti satu tempat wisata, satu kolam renang, dua lapangan sepakbola, dan sepuluh lapangan bulutangkis. Karakteristik Penduduk Desa Cihideung Udik Desa Cihideung Udik memiliki 15 RW dan 48 RT. Berdasarkan data penduduk Desa Cihideung Udik tahun 2012, jumlah penduduk yang tinggal di desa ini adalah jiwa dengan kepala keluarga (KK). Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk di Desa Cihideung Udik menurut kelompok umur tahun 2012 No Kelompok umur Jumlah jiwa Jumlah Persentase (tahun) Laki-laki Perempuan (jiwa) (%) , ke atas Jumlah Sumber: Data Desa Cihideung Udik April 2012 Tabel 2 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan, yaitu laki-laki (52%)

41 dan perempuan (48%). Jumlah penduduk yang tergolong sebagai ibu-ibu adalah penduduk yang memiliki kisaran umur tahun keatas, yaitu jiwa (63.79%) % (tamat S1/S2/S3) 5.49% (tamat DI/DII/DIII) Tingkat pendidikan penduduk 27.67% (tamat SD) 29.16% (tamat SMA) 31.32% (tamat SMP) Gambar 3 Tingkat pendidikan penduduk di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Gambar 3 memperlihatkan bahwa penduduk Desa Cihideung Udik menamatkan sekolahnya pada jenjang Sekolah Dasar (SD) sebanyak jiwa (27.67%), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak jiwa (31.32%), Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak jiwa (29.16%), DI/DII/DIII sebanyak 239 jiwa (5.49%), dan S1/S2/S3 sebanyak 277 jiwa (6.36%). Mata pencaharian penduduk 29.80% (wirausaha) 9.78% (petani) 12.34% (karyawan swasta) 33.62% (buruh tani) 0.09% TNI/POLRI 1.93% (PNS) 12.44% (pedagang) Gambar 4 Mata pencaharian penduduk di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Gambar 4 memperlihatkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa Cihideung Udik bermacam-macam. Mayoritas penduduk di Desa Cihideung Udik bekerja di sektor pertanian, yaitu sebagai buruh tani sebanyak jiwa (33.62%). Selain itu, sebanyak jiwa (29.80%) penduduk bekerja sebagai wirausaha, pedagang 691 jiwa (12.44%), karyawan swasta 685 jiwa (12.34%), petani 543 jiwa (9.78%), PNS 107 jiwa (1.93%), dan TNI/POLRI 5 jiwa (0.09%).

42 26 Gambaran Umum Trans TV Sejarah Berdirinya Trans TV Dunia telekomunikasi dan informasi di Indonesia semakin maju dan terus berkembang. Salah satu bukti dari perkembangan dunia telekomunikasi dan informasi adalah munculnya berbagai sarana informasi, seperti munculnya berbagai stasiun televisi baik stasiun televisi swasta maupun stasiun televisi lokal. Seiring perkembangan stasiun televisi di Indonesia, Trans TV berdiri untuk menayangkan beragam program acara di televisi. Trans TV berdiri untuk memenuhi kebutuhan khalayak dalam mengakses informasi yang dibutuhkan oleh khalayak itu sendiri. PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) merupakan perusahaan yang dimiliki oleh TRANS CORPORATION, yang juga merupakan pemilik dari Trans 7. Stasiun televisi swasta Trans TV mulai memperoleh izin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antardepartemen pemerintah. Pada tanggal 15 Desember 2001, Trans TV memulai siaran secara resmi. Kehadiran stasiun televisi Trans TV dapat menambah pilihan bagi masyarakat dalam mengakses informasi dan hiburan. Visi dan Misi Trans TV Setiap perusahaan pertelevisian memiliki visi dan misi tersendiri, demikian juga dengan Trans TV. Visi dari PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) adalah menjadi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. Misi yang dimiliki oleh Trans TV adalah wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi. Logo Trans TV Logo Trans TV berbentuk berlian, yang menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya merefleksikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif, yang mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali. Gambar 5 Logo Trans TV

43 Program Acara Trans TV Menginjak usia yang ke-11 tahun, Trans TV mampu menghadirkan berbagai program yang menarik. Bedasarkan data dari website Trans TV 1, program acara yang ditayangkan oleh Trans TV terbagi menjadi beberapa kategori program, antara lain series, movie, entertainment, news, information, religious, dan reality show. Pada kategori program series, terdapat lima program acara, yaitu Fringe 2, Master of Illusions, Ripley s Believe It Or Not, Charlie s Angels, Copa Del Rey 2013, dan The House of Bunny. Pada ketegori program movie, terdapat delapan program acara, yaitu Bioskop TransTV, Bioskop Indonesia, Sinema Dini Hari, Mr. Bean, Bioskop TRANSTV Spesial, The Best of Mr. Bean, Sinema Indonesia Pagi, dan Bioskop Indonesia Premiere. Pada kategori program entertainment, terdapat 39 program acara, antara lain Sketsa, 86, Peppy The Explorer, The Best of Ethnic Runaway, Ranking 1, Gaul Bareng Bule, Nilai Kehidupan, Super Trap, Comedy Project, Show Imah, Magic Comedy, Digital Clip, Tahan Tawa, Dia-Loe-Gue, Teater Komedi, New Rival, Sexophone, Sang Juara, Canda Bule, Oh Ternyata, Makin Jail, New Ranking 1, Best of Super Trap, Huru Harada, ID3NTIK, Gila Liga, Indonesia Mencari Bakat 3, Soccer Fever, Moccachino, Cinta Cenat Cenut 3, La Liga 2012/ Table Klasemen, Lollylove, Yuni Rafi, Gengges, Cari Cinta, Parkir Pak Le, Ethnic Runaway, Panic Kitchen, FA CUP. Pada kategori program information, terdapat sebelas program acara antara lain Ceriwis, Insert Pagi, Insert, Insert Investigasi, Gula Gula, Koper Dan Ransel, Ngulik, Ala Chef, Celebrity On Vacation, Griya Unik, WIsata Kuliner. Pada kategori program religious, terdapat tiga program, yaitu Halal?, Islam Itu Indah, Mozaik Islam dan pada ketegori program reality show hanya terdapat satu program acara, yaitu Buah Hati. Program acara yang termasuk dalam kategori program news dipaparkan pada Tabel3. Tabel 3 Nama program acara kategori berita di Trans TV Ketegori program Nama program Hari tayang Jam tayang (WIB) News Reportase Pagi Senin-Minggu Reportase Siang Senin-Jumat Reportase Sore Senin-Jumat Reportase Malam Senin-Jumat Benu Buloe Minggu Jika Aku Menjadi Senin-Jumat Bingkai Berita Sabtu-Minggu Reportase Investigasi Sabtu dan Minggu Sumber : Trans TV 2012 Pada kategori program news, Trans TV memiliki empat belas program acara dan delapan program acara yang masih tayang hingga saat ini. Program acara berita di Trans TV tidak hanya menayangkan berita keras yang harus segera disampaikan tetapi juga menayangkan berita lunak berupa laporan-laporan khusus dan feature Diunduh 2013 Januari 15. Tersedia pada:

44 28 Program Acara Reportase Investigasi Trans TV memiliki program acara berita yang diberi nama Reportase, yaitu Reportase Pagi, Reportase Siang, Reportase Sore, Reportase Malam, dan Reportase Investigasi. Reportase Investigasi menghadirkan format acara berita yang berbeda dari program berita lainnya yang ditayangkan oleh Trans TV. Reportase Investigasi mengungkapkan suatu kejadian atau peristiwa secara mendalam. Berdasarkan data dari website Trans TV, Reportase Investigasi tayang perdana pada tanggal 4 November Saat ini Reportase Investigasi tayang setiap hari Sabtu dan Minggu pukul WIB dengan durasi tayang 30 menit termasuk iklan. Pada umumnya Reportase Investigasi mengungkapkan berbagai tindak kecurangan yang ada di masyarakat yang berhubungan dengan penunjang kehidupan sehari-hari manusia. Program acara ini meliput suatu peristiwa secara nyata dan lebih jelas serta menghadirkan narasumber atau pelaku secara langsung dengan identitas yang disamarkan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2012), peliputan yang dilakukan oleh wartawan tidak luput dari kendala, di antaranya adalah sulitnya meyakinkan narasumber dalam salah satu kasus tindak kecurangan yang akan digali. Terkadang wartawan memulai peliputan berita dengan cara melobi narasumber hingga melakukan peliputan secara sembunyi-sembunyi. Topik yang diangkat oleh Reportase Investigasi Trans TV merupakan masalah sosial yang terjadi di masyarakat, seperti makanan, minuman dan kosmetik yang dicampur dengan bahan-bahan yang tidak lazim digunakan, dan kasus sosial lainnya. Sebagai contoh kasus yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi Trans TV adalah tahu berformalin, bakso berbahan dasar daging tikus dan masih banyak lagi berita berupa tindak kecurangan yang dilakukan oleh para pelaku yang ingin mendapatkan keuntungan besar dengan menghalalkan segala cara. Tayangan Reportase Investigasi Trans TV tidak hanya menayangkan berita secara lengkap dan mendalam tetapi juga memberikan solusi atau tips-tips menarik bagi khalayak. Solusi atau tips tersebut diberikan agar khalayak tidak tertipu oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sesuai dengan kasus yang ditayangkan oleh program acara tersebut. Beberapa berita yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi pada bulan Oktober hingga November antara lain Tipu Muslihat Pembantu Jahat, Roti Pemicu Kanker, Kenyalnya Siomay Berbahaya, Keripik Buah Bertabur Gypsum, Bakso Tahu Berbahaya, Awas Kerupuk Berbahan Pewarna Tekstil, Pemerasan Terencana, Jajanan Pasar Pengundang Kanker dan sebagainya. 2 Diunduh 2012 Oktober 16. Tersedia pada: index.php?option=com_content&view=article&id=126&itemid=407

45 29 HUBUNGAN MOTIVASI MENONTON REPORTASE INVESTIGASI DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU Karakteristik Individu Responden Karakteristik individu responden merupakan salah satu faktor yang dapat menjelaskan perbedaan setiap ibu dan dapat mempengaruhi motivasi serta perilaku menonton. Karakteristik individu dalam penelitian ini terdiri atas usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, dan kepemilikan media komunikasi. Tabel 4 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik individu di Desa Cihideung Udik tahun 2012 No 1. Usia Karakteristik individu 2 Tingkat pendidikan 3. Status pekerjaan 4. Tingkat pendapatan keluarga Kategori Jumlah Persentase (orang) (%) Usia awal dewasa (18-29 tahun) Usia pertengahan (30-49 tahun) Usia tua ( 50 tahun) Rendah (SD/sederajat) Sedang (SMP/sederajat) Tinggi (SMA/sederajat) Tidak bekerja Bekerja Ekonomi rendah (pendapatan Rp /bulan) Ekonomi sedang (Rp /bulan < pendapatan < Rp /bulan) Ekonomi tinggi (pendapatan Rp /bulan) Jumlah anak Anak < Anak Kepemilikan media komunikasi Tidak memiliki handphone Memiliki handphone Usia Responden dibagi ke dalam tiga kategori usia, yaitu usia muda (18-29 tahun), usia pertengahan (30-49 tahun), dan usia tua ( 50 tahun). Tabel 4 memperlihatkan bahwa sebanyak 36.11% ibu-ibu termasuk ketegori usia awal dewasa dan sebanyak 59.72% ibu-ibu termasuk kategori usia pertengahan (30-49 tahun), serta hanya 4.17% ibu-ibu usia tua ( 50 tahun). Ibu-ibu pada kategori usia awal dewasa lebih sering melakukan kegiatan bersama dengan penduduk lain, seperti saling bertukar informasi. Sementara itu, ibu-ibu pada kategori usia

46 30 pertengahan dan ibu-ibu pada kategori usia tua mengisi waktu luang dengan mengikuti acara pengajian yang ada di sekitar lingkungan rumah. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi pendidikan rendah, sedang, dan tinggi. Pengkategorian tingkat pendidikan ini berdasarkan rata-rata pendidikan responden. Responden yang dikategorikan berpendidikan rendah adalah ibu-ibu yang telah menempuh pendidikan formal terakhir hingga tingkat SD/sederajat, baik tamat atau tidak tamat. Responden pada kategori pendidikan sedang adalah ibu-ibu yang telah menempuh pendidikan formal terakhir hingga tingkat SMP/sederajat, baik tamat atau tidak tamat. Responden yang telah menempuh pendidikan formal terakhir hingga tingkat SMA/sederajat, baik tamat atau tidak tamat termasuk pada kategori pendidikan tinggi. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, 55.60% ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan rendah (SD/sederajat), 25.00% ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan sedang (SMP/sederajat) dan 19.40% ibu-ibu pada kategori pendidikan tinggi (SMA/sederajat). Kondisi ekonomi keluarga menyebabkan tingkat pendidikan ibu-ibu temasuk pada kategori tingkat pendidikan rendah. Selain itu, sarana pendidikan di desa belum terlalu banyak seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden yang menyatakan dulu mah orang tua ibu ga mampu biayain ibu sekolah, sekolah juga jauh dari rumah neng jadi ibu cuma sekolah SD aja (Ur, 43 tahun). Status Pekerjaan Status pekerjaan responden dibedakan menjadi dua, yaitu tidak bekerja dan bekerja. Tabel 4 memperlihatkan bahwa 65.30% ibu-ibu termasuk pada kategori tidak bekerja dan 34.70% ibu-ibu termasuk pada kategori bekerja. Pekerjaan yang menghasilkan uang bukan merupakan peran utama ibu-ibu di desa ini. Pekerjaan rumah tangga sudah menjadi kodrat dari ibu-ibu sehingga lebih banyak ibu-ibu di Desa Cihideung Udik yang tidak bekerja. Hal ini dungkapkan oleh salah satu responden yang menyatakan saya mah ga kerja teh ngurus anak aja dirumah, suami aja yang kerja (Rhn, 30 tahun). Tingkat Pendapatan Keluarga Tingkat pendapatan responden dikategorikan pada ekonomi rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan tingkat pendapatan keluarga dilakukan menggunakan rumus kurva sebaran normal. Responden pada kategori ekonomi rendah adalah ibu-ibu dengan tingkat pendapatan keluarga Rp /bulan. Responden yang termasuk dalam kategori ekonomi sedang adalah ibu-ibu dengan tingkat pendapatan keluarga Rp /bulan < pendapatan < Rp /bulan, sedangkan ibu-ibu dengan tingkat pendapatan keluarga Rp /bulan termasuk dalam kategori ekonomi tinggi. Sebanyak 38.90% termasuk pada kategori ekonomi rendah, 36.10% pada kategori ekonomi sedang dan 25.00% pada kategori ekonomi tinggi. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, tingkat pendapatan keluarga masih termasuk pada kategori ekonomi rendah. Pencari nafkah utama keluarga lebih didominasi oleh suami dan pekerjaan mayoritas penduduk laki-laki di desa ini adalah buruh dengan pendapatan tidak menentu setiap harinya. Hal ini diungkapkan oleh

47 seorang responden suami ibu kan cuma kerja jadi buruh neng jadi pendapatnya ga tentu (Nn, 35 tahun). Jumlah Anak Responden pada penelitian ini juga dibedakan berdasarkan jumlah anak yang masih menjadi tanggungan responden. Reponden dibagi menjadi dua kategori, yaitu ibu-ibu yang memiliki anak < 3 orang dan ibu-ibu yang memiliki anak 3. Pengkategorian ini berdasarkan slogan Keluarga Berencana, yaitu Dua Anak Lebih Baik. Tabel 4 memperlihatkan persentase ibu-ibu yang memiliki anak < 3 sebanyak 83.30% dan hanya 16.70% ibu-ibu yang memiliki anak 3. Ibu-ibu yang memiliki anak < 3 termasuk pada kategori keluarga kecil yang dilihat dari jumlah anggota keluarga terutama anak. Kepemilikan Media Komunikasi Kepemilikan media komunikasi juga menjadi karakteristik yang dapat membedakan responden dalam mengakses media televisi. Kepemilikan media komunikasi adalah media komunikasi lain yang dimiliki oleh responden selain televisi, yaitu handphone. Kepemilikan media komunikasi dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu tidak memiliki handphone dan memiliki handphone. Tabel 4 memperlihatkan bahwa sebanyak 58.30% ibu-ibu yang memiliki handphone dan hanya 41.70% ibu-ibu yang tidak memiliki handphone. Mayoritas ibu-ibu di Desa Cihideung Udik sudah memiliki handphone. Handphone yang dimiliki oleh ibu-ibu hanya digunakan untuk berkomunikasi dengan suami, keluarga dan rekan kerja. 31 Motivasi Menonton Program Acara Reportase Investigasi Trans TV Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu. Motivasi tersebut akan mempengaruhi individu dalam menonton program acara yang ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi. Penelitian ini membahas mengenai motivasi menonton Reportase Investigasi Trans TV. Penelitian ini merujuk pada motivasi dalam menggunakan media menurut McQuail (1987), yaitu motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial serta motivasi hiburan. Keempat motivasi tersebut dijabarkan melalui 30 pernyataan yang dihubungkan dengan beberapa aspek dari masing-masing motivasi dan disesuaikan dengan program acara Reportase Investigasi. Setiap pernyataan diukur dengan memberikan skala, yaitu (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) setuju, dan (4) sangat setuju. Berdasarkan skor yang telah diperoleh, motivasi responden dalam menonton dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan sangat tinggi. Tabel 5 memperlihatkan jumlah responden berdasarkan motivasi menonton dan kategori motivasi menonton. Ibu-ibu memiliki motivasi tinggi untuk semua motivasi, baik motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, serta motivasi hiburan. Tabel 5 memperlihatkan bahwa motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, serta motivasi hiburan memiliki rataan skor < 3.5. Selain itu, persentase pada kategori tinggi untuk

48 32 semua motivasi lebih tinggi dibandingkan dengan kategori sangat tinggi. Hal tersebut menjelaskan bahwa ibu-ibu yang menonton program acara Reportase Investigasi memiliki kebutuhan akan informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, serta hiburan. Kebutuhan yang dimiliki oleh ibu-ibu mendorongnya untuk menonton program acara Reportase Investigasi sehingga menghasilkan motivasi tinggi dalam menonton. Tabel 5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan motivasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi menonton Motivasi informasi Motivasi identitas pribadi Motivasi integrasi dan interaksi sosial Motivasi hiburan Kategori Total responden n % Tinggi Sangat tinggi Tinggi Sangat tinggi Tinggi Sangat tinggi Tinggi Sangat tinggi Rataan skor motivasi menonton Motivasi menonton yang terdiri atas motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, serta motivasi hiburan ibu-ibu berbeda-beda tergantung pada karakteristik individu ibu-ibu. Hubungan antara karakteristik individu yang meliputi usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, dan kepemilikan media komunikasi dengan motivasi menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square. Hubungan Karakteristik Individu dengan Motivasi Informasi Hubungan Usia dengan Motivasi Informasi Tabel 6 memperlihatkan bahwa ibu-ibu usia awal dewasa (69.23%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi informasi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori usia lainnya, sedangkan ibu-ibu usia tua (0.00%) memiliki persentase lebih kecil untuk motivasi informasi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori usia lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi informasi pada semua kategori usia, makin tinggi usia ibu-ibu semakin berkurang motivasi informasi dalam menonton Reportase Investigasi. Data tersebut diperkuat oleh hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi < 0.10 (taraf nyata), artinya terdapat hubungan nyata (positif) antara usia dengan motivasi informasi tetapi hubungannya rendah sekali atau lemas sekali. Terdapat perbedaan motivasi menonton pada semua kategori usia ibu-ibu, semaki tinggi usia ibu-ibu semakin berkurang motivasi

49 informasi. Ibu-ibu usia awal dewasa lebih sering menonton program acara berita termasuk Reportase Investigasi untuk mencari informasi, sedangkan ibu-ibu usia pertengahan dan usia tua tidak hanya menonton acara berita untuk memperoleh informasi. Ibu-ibu pada kategori usia pertengahan dan usia tua juga menonton acara kuis dan siraman rohani untuk memperoleh berbagai informasi. Tabel 6 Jumlah dan persentase responden menurut usia dan kategori motivasi informasi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi informasi Total Tinggi Sangat tinggi Usia responden < n % n % n % Usia awal dewasa Usia pertengahan Usia tua Total Catatan: χ² = * C = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas C: koefisien kontingensi *: berhubungan nyata pada p < 0.10 Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Asmar (2009) yang menyatakan bahwa usia dengan motivasi informasi memiliki hubungan yang positif (nyata) dalam menonton televisi lokal, semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi motivasi informasi yang dimilikinya. Hendra (2011) juga mengatakan bahwa usia berhubungan dengan motivasi informasi yang dimiliki oleh remaja. Perbedaan motivasi informasi ini dipengaruhi oleh acara yang ditonton oleh remaja pada golongan usia yang berbeda. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Informasi Tabel 7 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan tingkat pendidikan sedang (55.56%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi informasi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan lainnya, sedangkan ibu-ibu dengan tingkat pendidikan tinggi (28.57%) memiliki persentase lebih kecil untuk motivasi informasi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi informasi pada semua tingkat pendidikan ibu-ibu, makin tinggi tingkat pendidikan semakin berkurang motivasi informasi yang dimiliki ibu-ibu. Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan motivasi informasi. Hal ini menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan motivasi informasi pada semua kategori tingkat pendidikan, makin tinggi tingkat pendidikan tidak membuat motivasi informasi berbeda. Ibu-ibu pada semua kategori tingkat pendidikan membutuhkan informasi mengenai tindak kecurangan yang ditayangkan oleh 33

50 34 Reportase Investigasi. Ibu-ibu di Desa Cihideung Udik ingin meningkatkan rasa ingin tahu mengenai lingkungan sekitar dengan cara menonton televisi. Tabel 7 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan kategori motivasi informasi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi informasi Tingkat pendidikan Tinggi Sangat tinggi Total responden < N % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Catatan: χ² = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Hendra (2011) dan Asmar (2009) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan motivasi informasi dalam menonton televisi lokal, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pula motivasi informasi yang dimilikinya. Hubungan Status Pekerjaan dengan Motivasi Informasi Tabel 8 memperlihatkan bahwa ibu-ibu yang tidak bekerja (46.81%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi informasi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu yang bekerja (44.00%). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi informasi antara ibu-ibu pada kategori tidak bekerja dan bekerja. Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut status pekerjaan dan kategori motivasi informasi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi informasi Status pekerjaan Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Tidak bekerja Bekerja Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.01 (taraf nyata), artinya tidak terdapat

51 hubungan nyata antara status pekerjaan dengan motivasi informasi. Hal ini menunjukkan bahwa status pekerjaan tidak menghasilkan perbedaan pada motivasi informasi. Ibu-ibu yang tidak bekerja dan bekerja tetap menonton televisi dan menonton acara berita Reportase Investigasi untuk memperoleh informasi. Selain program acara Reportase Investigasi ibu-ibu juga menonton berita yang berhubungan dengan kasus politik, kriminal, dan sosial. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Kusumah (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan motivasi informasi. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Motivasi Informasi Tabel 9 memperlihatkan bahwa ibu-ibu kategori ekonomi rendah dan sedang (50.00%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi informasi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu kategori ekonomi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi informasi pada semua kategori tingkat pendapatan keluarga, makin tinggi tingkat pendapatan keluarga semakin berkurang motivasi informasi ibu-ibu dalam menonton Reportase Investigasi. Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan keluarga dan kategori motivasi informasi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi informasi Total Tinggi Sangat tinggi Tingkat pendapatan keluarga responden < n % n % n % Ekonomi rendah Ekonomi sedang Ekonomi tinggi Total Catatan: χ² = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendapatan keluarga dengan motivasi informasi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan motivasi informasi pada semua kategori tingkat pendapatan keluarga, makin tinggi pendapatan keluarga tidak membuat motivasi informasi berbeda. Ibu-ibu ingin menggunakan pendapatan keluarganya untuk membeli kebutuhan keluarga sehari-hari yang lebih terjamin dari segi kesehatan. Oleh karena itu, ibu-ibu pada semua kategori tingkat pendapatan keluarga menonton program acara Reportase Investigasi untuk memperoleh informasi mengenai bahan-bahan makanan yang tidak berbahaya. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Asmar (2009) yang menyatakan bahwa makin tinggi tingkat pendapatan semakin tinggi pula kebutuhan seseorang akan informasi. Responden pada golongan ekonomi rendah lebih banyak menonton acara hiburan dibandingkan dengan acara informasi. 35

52 36 Hubungan Jumlah Anak dengan Motivasi Informasi Tabel 10 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan jumlah anak < 3 (48.33%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi informasi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan jumlah anak 3. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi informasi antara ibu-ibu pada semua kategori jumlah anak, makin banyak jumlah anak membuat motivasi informasi ibu-ibu semakin berkurang. Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak dan kategori motivasi informasi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi informasi Total Tinggi Sangat tinggi Jumlah anak responden < n % n % n % Anak < Anak Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara jumlah anak dengan motivasi informasi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan motivasi informasi pada semua kategori jumlah anak, makin banyak jumlah anak yang dimiliki seseorang tidak membuat motivasi informasi dalam menonton Reportase Investigasi berbeda. Kekhawatiran ibu-ibu pada semua kategori jumlah anak terhadap makanan dan minuman yang dibeli oleh anak meningkatkan kebutuhan ibu-ibu untuk memperoleh informasi mengenai tindak kecurangan yang mungkin terjadi di lingkungan sekitar. Hal tersebut membuat ibu-ibu menonton program acara Reportase Investigasi untuk memperoleh informasi. Hubungan Kepemilikan Media Komunikasi dengan Motivasi Informasi Tabel 11 memperlihatkan bahwa ibu-ibu yang memiliki handphone (57.14%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi informasi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak memiliki handphone. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi informasi pada kedua kategori kepemilikan media komunikasi. Kepemilikan media komunikasi membuat motivasi informasi ibu-ibu meningkat menjadi sangat tinggi. Data tersebut diperkuat oleh hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi < 0.10 (taraf nyata), artinya terdapat hubungan nyata antara kepemilikan media komunikasi dengan motivasi informasi tetapi hubungannya rendah atau lemah. Hubungannya positif, artinya makin banyak media komunikasi yang dimiliki membuat motivasi informasi menjadi sangat tinggi. Kepemilikan media komunikasi akan menyebabkan motivasi informasi seseorang berbeda tergantung pada berapa banyak media komunikasi yang

53 dimiliki orang tersebut. Handphone yang dimiliki oleh ibu-ibu hanya digunakan sebagai media komunikasi dengan anggota keluarga dan rekan kerja. Ibu-ibu yang memiliki handphone tetap menggunakan televisi untuk memperoleh informasi mengenai tindak kecurangan, seperti berita yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi. Selain itu, ada beberapa ibu-ibu yang menggunakan radio untuk mengakses informasi. Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan media komunikasi dan kategori motivasi informasi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi informasi Kepemilikan media komunikasi Tinggi < 3.5 Sangat tinggi 3.5 Total responden n % n % n % Tidak memiliki handphone Memiliki handphone Total Catatan: χ² = * C = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas C: koefisien kontingensi *: berhubungan nyata pada p < Hubungan Karakteristik Individu dengan Motivasi Identitas Pribadi Hubungan Usia dengan Motivasi Identitas Pribadi Tabel 12 memperlihatkan bahwa ibu-ibu usia awal dewasa (38.46%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi identitas pribadi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori usia lainnya, sedangkan ibu-ibu usia tua (33.33%) memiliki persentase lebih kecil untuk motivasi identitas pribadi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori usia lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi identitas pribadi pada semua kategori usia, makin tinggi usia ibu-ibu maka motivasi identitas pribadi semakin berkurang. Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara usia dengan motivasi identitas pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan motivasi identitas pribadi, makin tinggi usia seseorang tidak meningkatkan motivasi identitas pribadi seseorang. Semua ibu-ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini berusaha menjaga keluarga terutama anak dari bahaya makanan dan minuman berbahaya yang banyak beredar di lingkungan sekitar. Hal ini menyebabkan ibu-ibu pada semua ketegori usia menonton Reportase Investigasi.

54 38 Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut usia dan kategori motivasi identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi identitas pribadi Usia Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Usia awal dewasa Usia pertengahan Usia tua Total Catatan: χ² = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Kusumah (2010) yang menyatakan bahwa usia tidak berhubungan dengan motivasi identitas pribadi tetapi Hendra (2011) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan motivasi identitas pribadi dalam menonton televisi lokal. Setiap golongan usia pada remaja memiliki motivasi yang sama tetapi perbedaannya dilihat dari jumlah acara identitas pribadi yang ditonton oleh seseorang. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Identitas Pribadi Tabel 13 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan tingkat pendidikan rendah (42.50%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi identitas pribadi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan lainnya, sedangkan ibu-ibu dengan tingkat pendidikan tinggi (28.57%) memiliki persentase lebih kecil untuk motivasi identitas pribadi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi identitas pribadi yang dimiliki oleh ibu-ibu pada setiap kategori tingkat pendidikan, makin tinggi tingkat pendidikan ibu-ibu maka motivasi identitas pribadi semakin berkurang. Tabel 13 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan kategori motivasi identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi identitas pribadi Tingkat pendidikan Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Catatan: χ² = Keterangan: χ²: nilai Chi Square db = 2 db: derajat bebas

55 Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan motivasi identitas pribadi. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang tidak meningkatkan motivasi identitas pribadi. Tingkat pendidikan ibu-ibu menyebabkan kebutuhan identitas pribadi semakin meningkat. Ibu-ibu pada semua kategori tingkat pendidikan ingin selalu menjaga keluarga agar tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang berbahaya. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian Kusumah (2010) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan motivasi identitas pribadi. Hubungan Status Pekerjaan dengan Motivasi Identitas Pribadi Tabel 14 memperlihatkan bahwa ibu-ibu yang tidak bekerja (46.81%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi identitas pribadi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu yang bekerja (20.00%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi identitas pribadi antara ibu-ibu yang tidak bekerja dan ibu-ibu yang bekerja. Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut status pekerjaan dan kategori motivasi identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi identitas pribadi Status pekerjaan Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Tidak bekerja Bekerja Total Catatan: χ² = * C = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas C: koefisien kontingensi *: berhubungan nyata pada p < 0.10 Data tersebut diperkuat oleh hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi < 0.10 (taraf nyata), artinya terdapat hubungan nyata antara status pekerjaan dengan motivasi identitas pribadi tetapi hubungannya rendah atau lemah. Setiap status pekerjaan, baik bekerja ataupun tidak bekerja memiliki motivasi identitas pribadi yang berbeda. Ibu-ibu yang tidak bekerja lebih sering menghabiskan waktu untuk mengurus rumah tangga dan menonton televisi dibandingkan dengan ibu-ibu yang bekerja sehingga motivasi identitas pribadi yang dimiliki lebih tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu yang bekerja. Kegiatan yang dilakukan oleh ibu-ibu di lingkungan keluarga dianggap dapat menunjang identitas pribadinya. Asmar (2009) mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan motivasi identitas pribadi. Responden yang termasuk pada golongan mahasiswa/pelajar memiliki motivasi identitas pribadi tinggi. Responden pada golongan ini ingin membandingkan gaya hidup dan perilaku 39

56 40 yang ditayangkan di televisi dengan gaya hidup dan perilakunya dalam hubungan sosial. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Motivasi Identitas Pribadi Tabel 15 memperlihatkan bahwa ibu-ibu ekonomi rendah (50.00%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi identitas pribadi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendapatan keluarga lainnya, sedangkan ibu-ibu ekonomi tinggi (27.78%) memiliki persentase lebih kecil untuk motivasi identitas pribadi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendapatan keluarga lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi identitas pribadi, makin tinggi tingkat pendapatan keluarga semakin berkurang motivasi identitas ibu-ibu. Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan keluarga dan kategori motivasi identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi identitas pribadi Total Tingkat pendapatan Tinggi Sangat tinggi responden keluarga < n % n % n % Ekonomi rendah Ekonomi sedang Ekonomi tinggi Total Catatan: χ² = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendapatan keluarga dengan motivasi identitas pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa makin tingkat pendapatan keluarga tidak menyebabkan motivasi identitas pribadi semakin meningkat menjadi sangat tinggi. Ibu-ibu pada semua kategori tingkat pendapatan keluarga ingin menggunakan pendapatan keluarganya untuk membeli makanan, minuman dan kosmetik yang tidak berbahaya sehingga ibu-ibu menonton Reportase Investigasi. Asmar (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin rendah motivasi identitas pribadi yang dimiliki seseorang. Hubungan Jumlah Anak dengan Motivasi Identitas Pribadi Tabel 16 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan jumlah anak 3 (41.67%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi identitas pribadi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan jumlah anak < 3 (36.67%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi identitas pribadi pada kedua kategori jumlah anak, makin banyak jumlah anak membuat motivasi identitas pribadi ibu-ibu meningkat menjadi sangat tinggi.

57 Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara jumlah anak dengan motivasi identitas pribadi. Makin banyak jumlah anak yang dimiliki seseorang tidak membuat motivasi identitas pribadi dalam menonton Reportase Investigasi meningkat menjadi sangat tinggi. Ibu-ibu pada semua kategori jumlah anak ingin selalu berusaha untuk menjaga anak mereka dari bahaya makanan dan minuman yang mengandung zat berbahaya. Berita yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi mampu membantu ibu-ibu untuk memberikan arahan pada anak dan anggota keluarga lainnya agar tidak jajan sembarangan. Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak dan kategori motivasi identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Jumlah anak Motivasi identitas pribadi Tinggi Sangat tinggi < Total responden n % n % n % Anak < Anak Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Hubungan Kepemilikan Media Komunikasi dengan Motivasi Identitas Pribadi Tabel 17 memperlihatkan bahwa ibu-ibu yang memiliki handphone (38.10%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi identitas pribadi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak memiliki handphone (36.67%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi identitas pribadi yang dimiliki oleh ibu-ibu pada kedua kategori. Kepemilikan media komunikasi menyebabkan motivasi identitas pribadi ibu-ibu meningkat menjadi sangat tinggi. Tabel 17 Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan media komunikasi dan kategori motivasi identitas pribadi di Desa Cihideung Udik Tahun 2012 Motivasi identitas pribadi Kepemilikan media komunikasi Tinggi < 3.5 Sangat tinggi 3.5 Total responden n % n % n % Tidak memiliki handphone Memiliki handphone Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas

58 42 Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara kepemilikan media komunikasi dengan motivasi identitas pribadi. Makin banyak media komunikasi yang dimiliki tidak membuat motivasi identitas pribadi seseorang berbeda. Ibu-ibu yang menjadi reponden dalam penelitian ini tetap menggunakan televisi sebagai sarana peningkatan identitas diri sebagai seorang ibu, seperti menonton acara yang dapat memenuhi kebutuhan identitas pribadi. Hubungan Karakteristik Individu dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Hubungan Usia dengan Motivasi Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Tabel 18 memperlihatkan bahwa ibu-ibu usia tua (33.33%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi integrasi dan interaksi sosial sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori usia lainnya, sedangkan ibu-ibu usia pertengahan (13.95%) memiliki persentase lebih kecil untuk motivasi integrasi dan interaksi sosial sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori usia lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi integrasi dan interaksi sosial pada setiap kategori usia. Tabel 18 Jumlah dan persentase responden menurut usia dan kategori motivasi integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi integrasi dan interaksi sosial Usia Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Usia awal dewasa Usia pertengahan Usia tua Total Catatan: χ² = * C = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas C: koefisien kontingensi * : berhubungan nyata pada p < 0.10 Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara usia seseorang dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial. Motivasi integrasi dan interaksi yang dimiliki ibu-ibu tidak berbeda. Ibuibu pada semua kategori usia menggunakan informasi yang diperoleh dari program acara Reportase Investigasi sebagai bahan perbincangan dengan keluarga maupun tetangga.

59 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Hendra (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial, semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi pula motivasi integrasi dan interaksi sosial dalam menonton televisi lokal. Terdapat perbedaan acara yang ditonton oleh remaja pada setiap golongan usia. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Tabel 19 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan tingkat pendidikan rendah (27.50%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi integrasi dan interaksi sosial sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan lainnya, sedangkan ibu-ibu dengan tingkat pendidikan tinggi (7.14%) memiliki persentase lebih kecil untuk motivasi integrasi dan interaksi sosial sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi integrasi dan interaksi sosial, makin tinggi tingkat pendidikan ibu-ibu semakin berkurang motivasi integrasi dan interaksi sosial ibu-ibu. Tabel 19 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan kategori motivasi integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi integrasi dan interaksi sosial Total Tingkat pendidikan Tinggi < 3.5 Sangat tinggi 3.5 responden n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Catatan: χ² = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial. Makin tinggi tingkat pendidikan tidak membuat motivasi integrasi dan interaksi sosial meningkat menjadi sangat tinggi. Ibu-ibu pada semua kategori tingkat pendidikan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap tindak kecurangan yang banyak terjadi di lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, ibu-ibu menonton Reportase Investigasi sebagai sarana untuk meningkatkan kepedulian ibu-ibu terhadap tindak kecurangan yang mungkin terjadi di lingkungan ibu-ibu. Program acara Reportase Investigasi dapat membantu ibu-ibu untuk beradaptasi dan lebih waspada terhadap tindak kecurangan yang mungkin terjadi di lingkungan sekitar. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Kusumah (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan 43

60 44 motivasi integrasi dan interaksi sosial, sedangkan Asmar (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin rendah motivasi integrasi dan interaksi sosial yang dimilikinya. Responden yang berpendidikan perguruan tinggi lebih banyak menonton acara yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan integrasi dan interaksi sosial dibandingkan dengan responden pada golongan tingkat pendidikan lainnya Hubungan Status Pekerjaan dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Tabel 20 memperlihatkan bahwa ibu-ibu yang bekerja (20.00%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi integrasi dan interaksi sosial sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak bekerja (19.15%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi integrasi dan interaksi sosial antara ibu-ibu yang tidak bekerja dengan ibu-ibu yang bekerja. Tabel 20 Jumlah dan persentase responden menurut status pekerjaan dan kategori motivasi integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi integrasi dan interaksi sosial Status pekerjaan Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Tidak bekerja Bekerja Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara status pekerjaan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial. Status pekerjaan seseorang tidak membedakan motivasi integrasi dan interaksi yang seseorang miliki. Baik ibu-ibu yang bekerja maupun tidak bekerja ingin meningkatkan pengetahuan ibu-ibu mengenai lingkungan sekitar. Selain itu informasi yang diperoleh dari program acara Reportase Investigasi dapat dijadikan bahan perbincangan dengan anggota keluarga dan tetangga sehingga ibu-ibu pada semua kategori status pekerjaan menonton Reportase Investigasi. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Kusumah (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Tabel 21 memperlihatkan bahwa ibu-ibu ekonomi rendah (25.00%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi integrasi dan interaksi sosial sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendapatan

61 keluarga lainnya, sedangkan ibu-ibu ekonomi tinggi (5.56%) memiliki persentase lebih kecil untuk motivasi integrasi dan interaksi sosial sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendapatan keluarga lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi integrasi dan interaksi sosial, makin tinggi tingkat pendapatan keluarga semakin berkurang motivasi integrasi dan interaksi sosial ibu-ibu. Tabel 21 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan keluarga dan kategori motivasi integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi integrasi dan interaksi sosial Tingkat pendapatan keluarga Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Ekonomi rendah Ekonomi sedang Ekonomi tinggi Total Catatan: χ² = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersbut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendapatan keluarga dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial. Makin tinggi tingkat pendapatan keluarga tidak membuat motivasi integrasi dan interaksi sosial meningkat menjadi sangat tinggi. Tingkat pendapatan keluarga tidak membedakan kepedulian dan interaksi ibu-ibu terhadap lingkungan sekitar. Asmar (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka semakin rendah motivasi integrasi dan interaksi sosial yang dimilikinya. Responden pada semua golongan membutuhkan interaksi dengan lingkungan sosialnya. Hubungan Jumlah Anak dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Tabel 22 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan jumlah anak < 3 (21.67%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi integrasi dan interaksi sosial sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan jumlah anak 3 (8.33%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi integrasi dan interaksi sosial, makin banyak jumlah anak semakin berkurang motivasi integrasi dan interaksi sosial ibu-ibu. Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara jumlah anak dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial. Makin banyak jumlah anak tidak membuat motivasi integrasi dan interaksi sosial ibu-ibu meningkat menjadi sangat tinggi. Ibu-ibu pada semua kategori jumlah anak selalu saling bertukar informasi mengenai hal-hal penting yang berhubungan dengan anak dan keluarga. 45

62 46 Tabel 22 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak dan kategori motivasi integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi integrasi dan interaksi sosial Jumlah anak Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Anak < Anak Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Hubungan Kepemilikan Media Komunikasi dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Tabel 23 memperlihatkan bahwa ibu-ibu yang memiliki handphone (23.81%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi integrasi dan interaksi sosial sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak memiliki handphone (13.33%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi integrasi dan interaksi sosial. Kepemilikan media komunikasi meningkatkan motivasi integrasi dan interaksi sosial ibu-ibu menjadi sangat tinggi. Tabel 23 Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan media komunikasi dan kategori motivasi integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi integrasi dan interaksi sosial Total Kepemilikan media Tinggi Sangat tinggi responden komunikasi < n % n % n % Tidak memiliki handphone Memiliki handphone Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara kepemilikan media komunikasi dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial. Makin banyak media komunikasi yang dimiliki oleh seseorang tidak membuat motivasi integrasi dan interaksi seseorang meningkat.

63 Kepemilikan media komunikasi juga dapat membantu ibu-ibu berinteraksi dan memberikan informasi yang diperoleh dari menonton televisi kepada anggota keluarga lainnya. 47 Hubungan Karakteristik Individu dengan Motivasi Hiburan Hubungan Usia dengan Motivasi Hiburan Tabel 24 memperlihatkan bahwa ibu-ibu usia pertengahan (11.63%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi hiburan sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori usia lainnya, sedangkan ibu-ibu usia tua (0.00%) memiliki persentase lebih kecil untuk motivasi hiburan sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori usia lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi hiburan pada setiap kategori usia. Tabel 24 Jumlah dan persentase responden menurut usia dan kategori motivasi hiburan di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi hiburan Total Tinggi Sangat tinggi Usia responden < n % n % n % Usia awal dewasa Usia pertengahan Usia tua Total Catatan: χ² = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yangmenunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara usia dengan motivasi hiburan. Semakin tinggi usia seseorang tidak meningkatkan motivasi hiburan yang dirasakan ibu-ibu. Program acara Reportase Investigasi bukan merupakan program acara hiburan yang dapat menghibur khalayaknya. Menurut ibu-ibu pada semua kategori usia, program acara Reportase Investigasi dapat mengisi waktu luang, dapat menemani saat berkumpul bersama keluarga dan dapat menemani ibu-ibu saat bersantai. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kusumah (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara usia dengan motivasi hiburan. Asmar (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi usia seseorang maka motivasi hiburan yang dimilikinya semakin rendah. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Hiburan Tabel 25 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan tingkat pendidikan rendah (15.00%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi hiburan sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan lainnya, sedangkan ibu-ibu dengan tingkat pendidikan sedang (0.00%) memiliki persentase lebih kecil

64 48 untuk motivasi hiburan sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi hiburan yang dimiliki ibu-ibu pada setiap kategori tingkat pendidikan. Tabel 25 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan kategori motivasi hiburan di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi hiburan Total Tinggi Sangat tinggi Tingkat pendidikan responden < n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Catatan: χ² = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan motivasi hiburan. Makin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang tidak membuat motivasi hiburan yang dirasakan meningkat. Reportase Investigasi mampu mengisi waktu luang ibu-ibu pada semua kategori tingkat pendidikan. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Kusumah (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan motivasi hiburan. Sementara itu, Hendra (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang memiliki perbedaan motivasi hiburan dengan pendidikan dibawahnya. Hubungan Status Pekerjaan dengan Motivasi Hiburan Tabel 26 memperlihatkan bahwa ibu-ibu yang tidak bekerja (12.77%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi hiburan sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu yang bekerja (4.00%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi hiburan antara ibu-ibu yang tidak bekerja dengan ibuibu yang bekerja. Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara status pekerjaan dengan motivasi hiburan. Perbedaan status pekerjaan tidak membuat motivasi hiburan yang dimiliki seseorang berbeda. Baik ibu-ibu pada kategori tidak bekerja dan bekerja menjadikan berita yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi sebagai acara yang dapat menemani ibuibu ketika sedang berkumpul bersama keluarga dan dapat mengisi waktu luang. Jam tayang Reportase Investigasi sesuai dengan jam berkumpul bersama keluarga. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Kusumah (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan motivasi hiburan.

65 Tabel 26 Jumlah dan persentase responden menurut status pekerjaan dan kategori motivasi hiburan di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi hiburan Status pekerjaan Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Tidak bekerja Bekerja Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Motivasi Hiburan Tabel 27 memperlihatkan bahwa ibu-ibu ekonomi sedang (11.54%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi hiburan sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendapatan keluarga lainnya, sedangkan ibu-ibu ekonomi tinggi (5.56%) memiliki persentase lebih kecil untuk motivasi hiburan sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendapatan keluarga lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi hiburan yang dimiliki oleh ibu-ibu pada setiap kategori tingkat pendapatan keluarga. Tabel 27 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan keluarga dan kategori motivasi hiburan di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi hiburan Total responden Tingkat pendapatan keluarga Tinggi Sangat tinggi < n % n % n % Ekonomi rendah Ekonomi sedang Ekonomi tinggi Total Catatan: χ² = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendapatan keluarga dengan motivasi hiburan. Makin tinggi tingkat pendapatan tidak membuat motivasi hiburan seseorang meningkat. Asmar (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka semakin rendah motivasi hiburan yang dimilikinya. 49

66 50 Hubungan Jumlah Anak dengan Motivasi Hiburan Tabel 28 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan jumlah anak < 3 (10.00%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi hiburan sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan jumlah anak 3 (8.33%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi hiburan, makin banyak jumlah anak yang dimiliki ibu-ibu semakin berkurang motivasi hiburan ibu-ibu. Tabel 28 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak dan kategori motivasi hiburan di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi hiburan Jumlah anak Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Anak < Anak Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara jumlah anak dengan motivasi hiburan. Makin banyak jumlah anak yang dimiliki tidak membuat motivasi hiburan seseorang meningkat. Reportase Investigasi bukan merupakan program acara yang dapat menghibur ibuibu, tetapi ibu-ibu dengan jumlah anak yang berbeda menjadikan tayangan Reportase Investigasi sebagai tayangan yang dapat menemaninya saat berkumpul besama anak-anak dan keluarga lainnya. Hubungan Kepemilikan Media Komunikasi dengan Motivasi Hiburan Tabel 29 memperlihatkan bahwa ibu-ibu yang tidak memiliki handphone (10.00%) memiliki persentase lebih besar untuk motivasi hiburan sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu yang memiliki handphone (9.52%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi hiburan pada kedua kategori kepemilikikan media komunikasi. Kepemilikan media komunikasi membuat motivasi hiburan ibu-ibu menurun. Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara kepemilikan media komunikasi dengan motivasi hiburan. Jumlah media komunikasi yang dimiliki seseorang tidak menjadikan motivasi hiburan meningkat. Media lain yang dimiliki oleh ibu-ibu tidak membuat ibu-ibu meninggalkan televisi dalam memenuhi kebutuhan hiburannya. Program acara televisi mampu menjadi hiburan bagi ibu-ibu. Walaupun program acara Reportase Investigasi merupakan program acara berita, tetapi program tersebut mampu menjadi salah satu acara yang dapat menemani ibu-ibu dalam mengisi waktu luang.

67 Tabel 29 Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan media komunikasi dan kategori motivasi hiburan di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Motivasi hiburan Total Kepemilikan media Tinggi Sangat tinggi responden komunikasi < n % n % n % Tidak memiliki handphone Memiliki handphone Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas 51 Ringkasan Pembahasan di atas menunjukkan bahwa beberapa karakteristik individu berhubungan dengan motivasi menonton. Ibu-ibu dengan karakteristik yang berbeda memiliki motivasi menonton yang berbeda pula terhadap program acara Reportase Investigasi. Tabel 30 memperlihatkan nilai signifikansi hubungan antara karakteristik individu dengan motivasi menonton program acara Reportase Investigasi. Tabel 30 Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik individu dengan motivasi menonton Reportase Investigasi Trans TV di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Karakteristik individu Motivasi informasi Motivasi identitas pribadi Motivasi integrasi dan interaksi sosial Motivasi hiburan Usia * Tingkat pendidikan Status pekerjaan * Tingkat pendapatan keluarga Jumlah anak Kepemilikan media * komunikasi *: berhubungan pada p < 0,10 Karakteristik individu yang berhubungan nyata dengan motivasi informasi adalah usia dan kepemilikan media komunikasi. Usia dengan motivasi informasi berhubungan nyata (positif), makin tinggi usia seseorang semakin tinggi motivasi informasi menonton Reportase Investigasi. Kepemilikan media komunikasi juga berhubungan nyata dengan motivasi informasi menonton Reportase Investigasi.

68 52 Kepemilikan media komunikasi akan menyebabkan motivasi informasi seseorang berbeda tergantung pada berapa banyak media komunikasi yang dimiliki orang tersebut. Sementara itu, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, dan jumlah anak tidak berhubungan nyata dengan motivasi informasi. Karakteristik individu yang berhubungan nyata dengan motivasi identitas pribadi adalah status pekerjaan. Setiap status pekerjaan, baik bekerja ataupun tidak bekerja memiliki motivasi identitas pribadi yang berbeda. Sementara itu, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, dan kepemilikan media komunikasi tidak berhubungan nyata dengan motivasi identitas pribadi. Karakteristik individu yang meliputi usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, dan kepemilikan media komunikasi tidak berhubungan nyata dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial serta motivasi hiburan. Oleh sebab itu, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan motivasi menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV tidak sepenuhnya diterima. Hal ini disebabkan tidak semua subvariabel karakteristik individu berhubungan dengan subvariabel motivasi menonton.

69 HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERILAKU MENONTON REPORTASE INVESTIGASI 53 Perilaku Menonton Setiap khalayak memiliki perilaku yang berbeda dalam menonton televisi. Perilaku menonton adalah tindakan yang dilakukan oleh khalayak dalam menyaksikan program acara televisi yang dipengaruhi oleh dorongan dari dalam dirinya. Dorongan dari dalam diri responden dapat dikatakan sebagai motivasi. Menurut DeFleur dan Lowery (1994) menyatakan bahwa perilaku menonton televisi mencakup tiga aspek, yaitu pilihan acara yang ditonton, frekuensi menonton, dan durasi menonton. Perilaku menonton dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan oleh khalayak dalam menyaksikan program acara Reportase Investigasi Trans TV yang ditayangkan pada hari Sabtu dan Minggu pukul WIB selama 30 menit termasuk iklan. Perilaku menonton Reportase Investigasi Trans TV terdiri atas durasi menonton dan frekuensi menonton. Durasi Menonton Durasi menonton dalam penelitian ini adalah lamanya waktu yang digunakan oleh responden dalam menyaksikan program acara Reportase Investigasi Trans TV dalam satu kali tayang pada episode terakhir yang disaksikan oleh responden, yaitu dari pukul sampai WIB. Jadi, durasi tayang Reportase Investigasi adalah tiga puluh menit. Durasi menonton dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu durasi menonton rendah (1-15 menit dalam satu kali tayang) dan durasi menonton tinggi (16-30 menit dalam satu kali tayang). Durasi menonton 22.20% (rendah) 77.80% (tinggi) Gambar 6 Persentase responden berdasarkan durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Gambar 6 memperlihatkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki durasi menonton tinggi untuk program acara Reportase Investigasi. Sebanyak 22.20% responden memiliki durasi menonton rendah dan 77.80% memiliki durasi menonton tinggi. Responden ingin menambah pengetahuan dan memenuhi rasa ingin tahu mengenai tindak kecurangan yang mungkin terjadi di lingkungan sekitar sehingga responden menonton Reportase Investigasi hingga tayangan tersebut selesai.

70 54 Frekuensi Menonton Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan responden dalam menyaksikan program acara Reportase Investigasi Trans TV selama satu bulan terakhir. Program acara Reportase Investigasi ditayangkan setiap hari Sabtu dan Minggu pada pukul sampai WIB. Jadi, dalam satu bulan program acara ini tayang sebanyak delapan kali. Frekuensi menonton dalam penelitian ini dibagi menjadi dua ketegori, yaitu frekuensi menonton rendah (1-4 kali menonton dalam satu bulan terakhir) dan frekuensi menonton tinggi (5-8 kali menonton dalam satu bulan terakhir) % (tinggi) Frekuensi menonton 81.90% (rendah) Gambar 7 Persentase responden berdasarkan frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Gambar 7 memperlihatkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki frekuensi menonton rendah untuk program acara Reportase Investigasi. Sebanyak 81.90% responden memiliki frekuensi menonton rendah dan 18.10% memiliki frekuensi menonton tinggi. Reportase Investigasi bukan merupakan satu-satunya program acara yang ditonton oleh responden untuk memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan. Responden juga menonton program acara berita lainnya untuk memperoleh informasi. Hubungan Karakteristik Individu dengan Durasi Menonton Perilaku menonton seseorang dipengaruhi oleh karakteristik individu, di antaranya usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, dan kepemilikan media komunikasi. Pada subbab ini akan dibahas hubungan antara karakteristik individu tersebut dengan durasi menonton. Hubungan antara karakteristik individu yang meliputi usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, dan kepemilikan media komunikasi dengan durasi menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square. Hubungan Usia dengan Durasi Menonton Tabel 31 memperlihatkan ibu-ibu usia tua (100.00%) memiliki persentase lebih besar untuk durasi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori usia lainnya, sedangkan ibu-ibu usia pertengahan (76.74%) memiliki persentase lebih kecil untuk durasi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu

71 pada kategori usia lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan durasi menonton pada setiap kategori usia. Tabel 31 Jumlah dan persentase responden menurut usia dan kategori durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Durasi menonton Usia Rendah Tinggi Total responden 1-15 menit menit n % n % n % Usia awal dewasa Usia pertengahan Usia tua Total Catatan: χ² = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara usia dengan durasi menonton. Semakin tinggi usia tidak membuat durasi menonton meningkat. Usia ibu-ibu tidak membatasi dirinya untuk menonton program acara Reportase Investigasi. Ibu-ibu ingin meningkatkan rasa ingin tahu mengenai tindak kecurangan yang mungkin terjadi di lingkungan sekitar sehingga ibu-ibu pada semua ketegori usia menonton program acara Reportase Investigasi dengan durasi menonton yang cenderung tidak berbeda. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Novilena (2004) yang menyatakan bahwa umur tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan durasi menonton tayangan berita kriminal di televisi. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Durasi Menonton Tabel 32 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan tingkat pendidikan sedang (83.33%) memiliki persentase lebih besar untuk durasi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan lainnya, sedangkan ibu-ibu dengan tingkat pendidikan rendah (75.00%) memiliki persentase lebih kecil untuk durasi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan durasi menonton pada setiap kategori tingkat pendidikan. Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan durasi menonton. Tingkat pendidikan ibu-ibu cenderung tidak membedakan durasi menonton Reportase Investigasi. Program acara yang ditayangkan di televisi dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu. Topik-topik yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi juga dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu. Solusi atau tips-tips yang disampaikan oleh Reportase Investigasi pada akhir acara membuat ibu-ibu menonton program acara tersebut hingga selesai. 55

72 56 Tabel 32 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan kategori durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Durasi menonton Tingkat pendidikan Rendah Tinggi Total responden 1-15 menit menit n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Catatan: χ² = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Hubungan Status Pekerjaan dengan Durasi Menonton Tabel 33 memperlihatkan bahwa ibu-ibu yang bekerja (92.00%) memiliki persentase lebih besar untuk durasi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak bekerja (70.21%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan durasi menonton antara ibu-ibu yang tidak bekerja dengan ibu-ibu yang bekerja. Tabel 33 Jumlah dan persentase responden menurut status pekerjaan dan kategori durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Durasi menonton Status pekerjaan Rendah Tinggi Total responden 1-15 menit menit n % n % n % Tidak bekerja Bekerja Total Catatan: χ² = 4.482* C = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas C: koefisien kontingensi *: berhubungan nyata pada p < 0.10 Data tersebut diperkuat oleh hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi < 0.10 (taraf nyata), artinya terdapat hubungan nyata antara status pekerjaan dengan durasi menonton tetapi hubungannya rendah atau lemah. Perbedaan status pekerjaan diikuti dengan perbedaan durasi menonton. Ibu-ibu yang bekerja cenderung lebih lama menonton Reportase Investigasi jika ada kesempatan untuk menonton tetapi tidak selalu menyempatkan diri untuk menonton Reportase Investigasi setiap kali tayang. Ketika secara kebetulan ibuibu yang bekerja menonton maka ibu-ibu cenderung menonton hingga program

73 acara tersebut selesai. Sementara ibu-ibu yang tidak bekerja menonton tidak sampai program acara Reportase Investigasi selesai karena lebih banyak memiliki kesempatan untuk menonton. Waktu luang ibu-ibu yang tidak bekerja lebih banyak dibandingkan dengan ibu-ibu yang bekerja. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Durasi Menonton Tabel 34 memperlihatkan bahwa ibu-ibu ekonomi tinggi (88.89%) memiliki persentase lebih besar untuk durasi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendapatan keluarga lainnya, sedangkan ibu-ibu ekonomi sedang (73.08%) memiliki persentase lebih kecil untuk durasi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendapatan keluarga lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan durasi menonton pada setiap tingkat pendapatan keluarga. Tabel 34 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan keluarga dan kategori durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Durasi menonton Total Tingkat pendapatan Rendah Tinggi responden keluarga 1-15 menit menit n % n % n % Ekonomi rendah Ekonomi sedang Ekonomi tinggi Total Catatan: χ² = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendapatan keluarga dengan durasi menonton. Makin tinggi tingkat pendapatan keluarga maka tidak meningkatkan durasi menonton. Keinginan ibu-ibu dalam menonton Reportase Investigasi adalah ingin mengetahui infomasi mengenai tindak kecurangan yang banyak berhubungan dengan lingkungan keluarga. Pada semua kategori tingkat pendapatan keluarga, ibu-ibu akan selalu memperhatikan makanan, minuman ataupun kosmetik yang dibelinya. Tayangan Reportase Investigasi memberikan tips-tips pada akhir acara agar ibu-ibu dapat lebih aman dalam berbelanja sehingga ibu-ibu menonton hingga program acara tersebut selesai. Harahap (2004) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan belum tentu meningkatkan intensitas ibu-ibu dalam menonton acara Buah Hati. Hubungan Jumlah Anak dengan Durasi Menonton Tabel 35 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan jumlah anak 3 (100.00%) memiliki persentase lebih besar untuk durasi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan jumlah anak < 3 (73.33%). Hal ini menunjukkan bahwa 57

74 58 terdapat perbedaan durasi menonton, makin banyak jumlah anak yang dimiliki ibu-ibu semakin tinggi durasi menonton Reportase Investigasi. Tabel 35 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak dan kategori durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Durasi menonton Jumlah anak Rendah Tinggi Total responden 1-15 menit menit n % n % n % Anak < Anak Total Catatan: χ² = 4.114* C = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas C: koefisien kontingensi *: berhubungan nyata pada p < 0.10 Data tersebut diperkuat oleh hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi < 0.10 (taraf nyata), artinya terdapat hubungan nyata antara jumlah anak dengan durasi menonton tetapi hubungannya rendah. Hubungan positif, artinya makin banyak anak yang dimiliki oleh ibu-ibu maka semakin tinggi durasi menonton program acara Reportase Investigasi. Ibu-ibu selalu ingin menjaga keluarga terutama anaknya dari bahaya makanan dan minuman yang dijual di lingkungan sekitar. Makin lama durasi ibu-ibu menonton Reportase Investigasi maka semakin banyak dan mendalam informasi yang didapatkan ibu-ibu mengenai tindak kecurangan yang mungkin ada di lingkungan sekitar tempat tinggal. Harahap (2004) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anak yang dimiliki maka semakin bertambah pula minat ibu-ibu untuk mengetahui bagaimana pola asuh anak yang baik sehingga intensitas menonton acara Buah Hati juga meningkat. Hubungan Kepemilikan Media Komunikasi dengan Durasi Menonton Tabel 36 memperlihatkan bahwa ibu-ibu yang memiliki handphone (80.95%) memiliki persentase lebih besar untuk durasi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak memiliki handphone (73.33%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan durasi menonton. Kepemilikan media komunikasi membuat durasi menonton Reportase Investigasi semakin tinggi. Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara kepemilikan media komunikasi dengan durasi menonton. Makin banyak media komunikasi yang dimiliki tidak diikuti dengan peningkatan durasi menonton. Ibu-ibu akan tetap menggunakan media televisi untuk menonton program acara sesuai dengan minat dan kebutuhan.

75 Tabel 36 Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan media komunikasi dan kategori durasi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Durasi menonton Kepemilikan media komunikasi Rendah 1-15 menit Tinggi menit Total responden n % n % n % Tidak memiliki handphone Memiliki handphone Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas 59 Hubungan Karakteristik Individu dengan Frekuensi Menonton Pada subbab ini akan dibahas hubungan antara karakteristik individu tersebut dengan frekuensi menonton. Hubungan antara karakteristik individu yang meliputi usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, dan kepemilikan media komunikasi dengan frekuensi menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square. Hubungan Usia dengan Frekuensi Menonton Tabel 37 memperlihatkan bahwa ibu-ibu usia awal dewasa (23.08%) memiliki persentase lebih besar untuk frekuensi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori usia lainnya, sedangkan ibu-ibu usia tua (0.00%) memiliki persentase lebih kecil untuk frekuensi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori usia lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi menonton, makin tinggi usia ibu-ibu semakin rendah frekuensi menonton Reportase Investigasi. Tabel 37 Jumlah dan persentase responden menurut usia dan kategori frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Frekuensi menonton Usia Rendah Tinggi Total responden 0-4 kali/bulan 5-8 kali/bulan n % n % n % Usia awal dewasa Usia pertengahan Usia tua Total Catatan: χ² = Keterangan: χ²: nilai Chi Square db = 2 db: derajat bebas

76 60 Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara usia dengan frekuensi menonton. Semakin tinggi usia ibuibu tidak membuat frekuensi menonton ibu-ibu meningkat. Ibu-ibu pada semua kategori usia memiliki frekuensi menonton yang cenderung tidak berbeda. Ibu-ibu selalu ingin menambah informasi mengenai tindak kecurangan yang terjadi di lingkungan sekitar dengan menonton Reportase Investigasi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sandy (2012) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia seseorang dengan frekuensi menonton tayangan Talas Bogor. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Frekuensi Menonton Tabel 38 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan tingkat pendidikan sedang (27.78%) memiliki persentase lebih besar untuk frekuensi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan lainnya, sedangkan ibu-ibu dengan tingkat pendidikan rendah (12.50%) memiliki persentase lebih kecil untuk frekuensi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendidikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi menonton pada setiap tingkat pendidikan ibu-ibu. Tabel 38 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan kategori frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Tingkat pendidikan Frekuensi menonton Rendah 0-4 kali/bulan Tinggi 5-8 kali/bulan Total responden n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Catatan: χ² = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan frekuensi menonton. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang tidak membuat frekuensi menonton meningkat. Ibu-ibu pada semua kategori tingkat pendidikan memiliki frekuensi menonton yang cenderung tidak berbeda. Ibu-ibu ingin menambah pengetahuan mengenai zat-zat berbahaya dalam makanan, minuman, dan kosmetik sehingga ibu-ibu sering menonton Reportase Investigasi.

77 Hubungan Status Pekerjaan dengan Frekuensi Menonton Tabel 39 memperlihatkan bahwa ibu-ibu yang bekerja (28.00%) memiliki persentase lebih besar untuk frekuensi menonton tinggi dibandingkan dengan ibuibu yang tidak bekerja (12.77%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi menonton antara ibu-ibu yang tidak bekerja dengan ibu-ibu yang bekerja. Tabel 39 Jumlah dan persentase responden menurut status pekerjaan dan kategori frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Frekuensi menonton Status pekerjaan Rendah Tinggi Total responden 0-4 kali/bulan 5-8 kali/bulan n % n % n % Tidak bekerja Bekerja Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara status pekerjaan dengan frekuensi menonton. Perbedaan status pekerjaan cenderung tidak membedakan frekuensi ibu-ibu dalam menonton program acara Reportase Investigasi. Semua ibu-ibu, baik yang bekerja dan tidak bekerja akan mencari informasi melalui program acara berita yang ditayangkan oleh Trans TV dan berbagai stasiun televisi lainnya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sandy (2012) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan frekuensi menonton. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Frekuensi Menonton Tabel 40 memperlihatkan bahwa ibu-ibu ekonomi tinggi (38.89%) memiliki persentase lebih besar untuk frekuensi menonton tinggi dibandingkan dengan ibuibu pada kategori tingkat pendapatan keluarga lainnya, sedangkan ibu-ibu ekonomi rendah (10.71%) memiliki persentase lebih kecil untuk frekuensi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori tingkat pendapatan keluarga lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi menonton pada setiap kategori tingkat pendapatan keluarga, makin tinggi tingkat pendapatan keluarga semakin tinggi frekuensi menonton Reportase Investigasi. Data tersebut diperkuat oleh hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi < 0.10 (taraf nyata), artinya terdapat hubungan nyata (positif) antara tingkat pendapatan keluarga dengan frekuensi menonton tetapi hubungannya rendah atau lemah. Hubungan positif, artinya makin tinggi tingkat pendapatan keluarga maka semakin tinggi frekuensi menonton. Ibu-ibu pada kategori ekonomi yang lebih tinggi memiliki uang yang tergolong cukup untuk membeli makanan, minuman, dan kosmetik dengan kualitas produk lebih terjamin dibandingkan dengan ibu-ibu pada kategori ekonomi dibawahnya. Hal ini 61

78 62 menyebabkan ibu-ibu pada kategori ekonomi tinggi lebih sering menonton Reportase Investigasi untuk mengetahui bagaimana cara menghindari agar tidak terkena dampak dari tindak kecurangan sehingga dapat lebih waspada dalam berbelanja. Sementara itu, selain menonton Reportase Investigasi, ibu-ibu pada kategori ekonomi rendah dan ekonomi sedang lebih sering menonton acara berita lainnya untuk membantu ibu-ibu dalam memilih bahan makanan, minuman, dan kosmetik dengan kualitas baik dan harga yang lebih terjangkau. Penelitian Harahap (2004) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan belum tentu meningkatkan frekuensi ibu-ibu dalam menonton acara Buah Hati. Tabel 40 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendapatan keluarga dan kategori frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Frekuensi menonton Total Rendah Tinggi Tingkat pendapatan keluarga responden 0-4 kali/bulan 5-8 kali/bulan n % n % n % Ekonomi rendah Ekonomi sedang Ekonomi tinggi Total Catatan: χ² = * C = db = 2 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas C: koefisien kontingensi *: berhubungan nyata pada p < 0.10 Hubungan Jumlah Anak dengan Frekuensi Menonton Tabel 41 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan jumlah anak 3 (25.00%) memiliki persentase lebih besar untuk frekuensi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan jumlah anak < 3 (16.67%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi menonton, makin banyak jumlah anak yang dimiliki ibu-ibu semakin tinggi frekuensi menonton Reportase Investigasi. Tabel 41 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak dan kategori frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Frekuensi menonton Jumlah anak Rendah Tinggi Total responden 0-4 kali/bulan 5-8 kali/bulan n % n % n % Anak < Anak Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas

79 Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara jumlah anak dengan frekuensi menonton. Makin banyak anak yang dimiliki tidak meningkatkan frekuensi menonton. Semua ibu-ibu akan selalu memperhatikan jajanan yang dikonsumsi oleh anak-anaknya. Ibu-ibu dengan jumlah anak yang berbeda memiliki frekuensi menonton yang cenderung tidak berbeda. Tingginya frekuensi menonton Reportase Investigasi menyebabkan lebih banyak informasi yang diperoleh ibu-ibu mengenai jajanan berbahaya dan tips-tips agar terhindar dari bahaya mengkonsumsi jajanan berbahaya. Informasi yang diperoleh dari program acara Reportase Investigasi dapat digunakan oleh ibu-ibu untuk mengawasi anak-anak agar tidak jajan sembarangan. Hubungan Kepemilikan Media Komunikasi dengan Frekuensi Menonton Tabel 42 memperlihatkan bahwa ibu-ibu yang memiliki handphone (26.19%) memiliki persentase lebih besar untuk frekuensi menonton tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak memiliki handphone (6.67%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi menonton. Kepemilikan media komunikasi membuat frekuensi menonton meningkat. Tabel 42 Jumlah dan persentase responden menurut kepemilikan media massa dan kategori frekuensi menonton di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Frekuensi menonton Kepemilikan media komunikasi Rendah 0-4 kali/bulan Tinggi 5-8 kali/bulan Total responden n % n % n % Tidak memiliki handphone Memiliki handphone Total Catatan: χ² = * C = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas C: koefisien kontingensi *: berhubungan nyata pada p < 0.10 Data tersebut diperkuat oleh hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi < 0.10 (taraf nyata), artinya terdapat hubungan nyata (positif) antara kepemilikan media komunikasi dengan frekuensi menonton tetapi hubungannya rendah atau lemah. Hubungannya positif, artinya makin banyak media komunikasi yang dimiliki maka semakin tinggi frekuensi menonton. Ibu-ibu tetap menonton program acara khususnya Reportase Investigasi di televisi untuk memperoleh informasi. Media komunikasi (handphone) yang dimiliki oleh ibu-ibu hanya digunakan untuk menghubungi suami, keluarga dan rekan kerja. 63

80 64 Ringkasan Pembahasan di atas menunjukkan bahwa beberapa karakteristik individu mempengaruhi perilaku menonton yang terdiri atas durasi dan frekuensi menonton. Setiap ibu memiliki karakteristik berbeda dan mempengaruh perilaku menonton Reportase Investigasi. Karakteristik individu yang berhubungan nyata dengan durasi menonton adalah status pekerjaan. Perbedaan status pekerjaan seseorang diikuti dengan perbedaan durasi menonton Reportase Investigasi. Selain itu, jumlah anak juga berhubungan nyata (positif) dengan durasi menonton. Makin banyak anak yang dimiliki semakin tinggi durasi menonton. Sementara itu, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga, dan kepemilikan media komunikasi tidak berhubungan nyata dengan durasi menonton Reportase Investigasi. Karakteristik individu yang berhubungan nyata (positif) dengan frekuensi menonton adalah kepemilikan media komunikasi dan tingkat pendapatan keluarga. Makin banyak media komunikasi yang dimiliki seseorang semakin tinggi frekuensi menonton Reportase Investigasi dan makin tinggi tingkat pendapatan keluarga maka semakin tinggi frekuensi ibu-ibu dalam menonton Reportase Investigasi. Sementara itu, karakteristik individu seperti usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan jumlah anak tidak berhubungan nyata dengan frekuensi menonton Reportase Investigasi Trans TV. Tabel 43 memperlihatkan nilai signifikansi hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku menonton program acara Reportase Investigasi. Tabel 43 Nilai signifikansi hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku menonton Reportase Investigasi Trans TV di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Karakteristik individu Durasi menonton Frekuensi menonton Usia Tingkat pendidikan Status pekerjaan * Tingkat pendapatan keluarga * Jumlah anak * Kepemilikan media komunikasi * *: berhubungan pada p < 0,10 Hasil pembahasan menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV tidak sepenuhnya diterima. Hal ini disebabkan tidak semua subvariabel karakteristik individu berhubungan dengan subvariabel perilaku menonton.

81 65 HUBUNGAN MOTIVASI MENONTON DAN PERILAKU MENONTON REPORTASE INVESTIGASI Perilaku menonton seseorang dilatarbelakangi oleh motivasi, di antaranya motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, serta motivasi hiburan. Subbab ini membahas hubungan antara keempat motivasi tersebut dengan dua aspek perilaku menonton, yaitu durasi dan frekuensi menonton. Hubungan antara motivasi menonton dengan perilaku menonton Reportase Investigasi dianalisis menggunakan uji statistik Chi Square. Hubungan Motivasi Menonton dengan Durasi Menonton Motivasi menonton dapat mempengaruhi durasi ibu-ibu dalam menonton Reportase Investigasi. Setiap individu memiliki motivasi yang berbeda dalam menonton program acara di televisi sehingga akan mempengaruhi durasi menonton. Tabel 44 memperlihatkan hasil uji statistik mengenai hubungan antara motivasi menonton dengan durasi menonton. Tabel 44 Hasil uji statistik hubungan antara motivasi menonton dengan durasi menonton Reportase Investigasi Trans TV di Desa Cihideung Udik tahun 2012 No Motivasi menonton Durasi menonton χ² C db 1. Motivasi informasi Motivasi identitas pribadi * Motivasi integrasi dan interaksi sosial Motivasi hiburan Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas C: koefisien kontingensi *: berhubungan nyata pada p < 0.10 Hasil uji Chi Square untuk hubungan motivasi informasi dengan durasi menonton diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara motivasi informasi dengan durasi menonton. Makin tinggi motivasi informasi seseorang tidak membuat durasi menonton meningkat. Kebutuhan informasi yang dirasakan oleh ibu-ibu tidak membuat waktu menonton Reportase Investigasi semakin lama. Hal ini disebabkan banyak kegiatan rumah tangga yang masih dilakukan oleh ibu-ibu ketika program acara tersebut tayang, seperti memasak, mengasuh anak, dan bekerja (menjahit) sehingga ibu-ibu tidak fokus dalam menonton program acara tersebut. Hasil uji Chi Square untuk hubungan antara motivasi identitas pribadi dengan durasi menonton diperoleh nilai signifikansi < 0.10 (taraf nyata), artinya terdapat hubungan nyata (positif) antara motivasi identitas pribadi dengan durasi menonton tetapi hubungannya rendah atau lemah. Hubungan positif, artinya makin tinggi motivasi identitas pribadi maka semakin tinggi durasi menonton program acara Reportase Investigasi. Ibu-ibu selalu ingin menjaga keluarga dari bahaya makanan dan minuman yang mengandung zat-zat berbahaya

82 66 bagi kesehatan. Ibu-ibu menonton Reportase Investigasi hingga selesai karena pada akhir acara terdapat solusi atau tips-tips untuk menghindari tindak kecurangan sesuai dengan kasus yang ditayangkan. Hasil uji Chi Square untuk hubungan motivasi integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara motivasi integrasi dan interaksi sosial dengan durasi menonton. Makin tinggi motivasi integrasi dan interaksi sosial tidak membuat durasi menonton Reportase Investigasi meningkat. Kebutuhan integrasi dan interkasi sosial ibu-ibu tidak membedakan durasi menonton. Bahan perbincangan ibu-ibu dengan keluarga dan tetangga, tidak hanya dari program acara Reportase Investigasi tetapi juga dari program acara berita lainnya dan acara infotainment. Hasil uji Chi Square untuk hubungan motivasi hiburan dengan durasi menonton diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara motivasi hiburan dengan durasi menonton. Makin tinggi motivasi hiburan seseorang tidak diikuti peningkatan durasi menonton Reportase Investigasi. Program acara Reportase Investigasi merupakan program acara berita dan tidak dapat memenuhi semua kebutuhan hiburan bagi penontonnya. Ibu-ibu yang memiliki kebutuhan hiburan akan mengganti program acara Reportase Investigasi dengan program acara hiburan. Hubungan Motivasi Menonton dengan Frekuensi Menonton Motivasi menonton dapat mempengaruhi frekuensi ibu-ibu dalam menonton Reportase Investigasi. Setiap individu memiliki motivasi yang berbeda dalam menonton program acara di televisi sehingga akan mempengaruhi frekuensi menonton. Tabel 45 memperlihatkan hasil uji statistik mengenai hubungan antara motivasi menonton dengan frekuensi menonton. Tabel 45 Hasil uji statistik hubungan antara motivasi menonton dengan frekuensi menonton Reportase Investigasi Trans TV di Desa Cihideung Udik tahun 2012 No Motivasi menonton Frekuensi menonton χ² C db 1. Motivasi informasi Motivasi identitas pribadi Motivasi integrasi dan interaksi sosial Motivasi hiburan Keterangan: χ² : nilai Chi Square C: koefisien kontingensi db: derajat bebas Hasil uji Chi Square untuk hubungan motivasi informasi dengan frekuensi menonton diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara motivasi informasi dengan frekuensi menonton. Makin tinggi motivasi informasi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi menonton. Ibu-ibu tidak hanya mengakses informasi melalui program acara Reportase Investigasi saja melainkan dari program acara berita lainnya dan kuis

83 yang ditayangkan di televisi sehingga kebutuhan akan informasi tidak diikuti dengan peningkatan frekuensi ibu-ibu dalam menonton Reportase Investigasi. Hasil uji Chi Square untuk hubungan motivasi identitas pribadi dengan frekuensi menonton diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara motivasi identitas pribadi dengan frekuensi menonton. Makin tinggi motivasi identitas pribadi tidak diikuti dengan peningkatan frekuensi menonton. Kodrat wanita sebagai seorang ibu, membuat ibu-ibu ingin memberikan semua hal yang terbaik bagi seluruh anggota keluarga terutama anak. Hal ini tidak dapat terpenuhi hanya dengan menonton Reportase Investigasi saja tetapi ibu-ibu juga menonton program acara memasak. Program acara memasak yang ditonton oleh ibu-ibu dapat meningkatkan kemampuan ibuibu dalam menyajikan makanan yang bervariasi sehingga dapat mencegah anak untuk jajan sembarangan. Hasil uji Chi Square untuk hubungan motivasi integrasi dan interaksi sosial dengan frekuensi menonton diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara motivasi integrasi dan interaksi sosial dengan frekuensi menonton. Makin tinggi motivasi integrasi dan interaksi sosial tidak diikuti dengan peningkatan frekuensi menonton. Bahan perbincangan ibu-ibu dengan keluarga dan tetangga tidak hanya berasal dari berita Reportase Investigasi saja tetapi juga isi berita lainnya dan berita tentang artis juga dapat menjadi bahan perbincangan ibu-ibu dengan tetangga sehingga ibu-ibu tidak hanya menonton program acara Reportase Investigasi saja. Hasil uji Chi Square untuk hubungan motivasi hiburan dengan frekuensi menonton diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan antara motivasi hiburan dengan frekuensi menonton. Makin tinggi motivasi hiburan tidak diikuti dengan peningkatan frekuensi menonton. Program acara Reportase Investigasi merupakan program acara berita dan tidak dapat sepenuhnya memberikan hiburan bagi penontonnya sehingg ibu-ibu lebih memilih menonton acara hiburan, seperti Opera Van Java dan Pesbukers. 67 Ringkasan Pembahasan di atas menunjukkan bahwa motivasi menonton mempengaruhi perilaku menonton. Motivasi identitas pribadi berhubungan nyata (positif) dengan durasi menonton, artinya makin tinggi motivasi identitas pribadi seseorang maka semakin tinggi durasi menonton Reportase Investigasi, sedangkan motivasi informasi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, serta motivasi hiburan tidak berhubungan nyata dengan durasi menonton. Sementara itu, tidak terdapat hubungan nyata antara motivasi menonton baik motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, serta motivasi hiburan dengan frekuensi menonton. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat hubungan antara motivasi menonton dengan perilaku menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV tidak sepenuhnya diterima. Hal ini disebabkan tidak semua subvariabel motivasi menonton berhubungan dengan subvariabel perilaku menonton, hanya motivasi identitas pribadi saja yang berhubungan nyata dengan durasi menonton. Kusumah (2010)

84 68 menyatakan bahwa semakin tinggi motivasi seseorang maka semakin lama waktu yang digunakan untuk menonton acara tersebut.

85 69 HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI Kepuasan merupakan terpenuhinya kebutuhan individu. Kepuasan dapat diperoleh setelah seseorang melakukan sesuatu yang dapat mendukung dalam memenuhi kebutuhannya. Hal yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kepuasan menonton Reportase Investigasi Trans TV. Kepuasan menonton Reportase Investigasi dibagi menjadi empat, yaitu kepuasan infomasi, kepuasan identitas pribadi, kepuasan integrasi dan interaksi sosial, serta kepuasan hiburan. Keempat kepuasan menonton tersebut dijabarkan melalui 30 pernyataan yang dihubungkan dengan beberapa aspek kebutuhan khalayak dalam menonton dan disesuaikan dengan program acara Reportase Investigasi. Setiap pernyataan diukur dengan memberikan skala, yaitu (1) sangat tidak puas, (2) tidak puas, (3) puas, dan (4) sangat puas. Berdasarkan skor yang telah diperoleh, kepuasan menonton responden dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan sangat tinggi. Kepuasan menonton program acara Reportase Investigasi dipengaruhi dua aspek perilaku menonton, yaitu durasi menonton dan frekuensi menonton. Hubungan antara perilaku menonton dengan kepuasan menonton dianalisis menggunakan uji statistik Chi Square. Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Menonton Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Informasi Tabel 46 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan durasi menonton rendah (68.75%) memiliki persentase lebih besar untuk kepuasan informasi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan durasi menonton tinggi (50.00%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan informasi, makin tinggi durasi menonton maka semakin berkurang kepuasan informasi ibu-ibu dalam memenuhi kebutuhan informasi melalui program acara Reportase Investigasi. Tabel 46 Jumlah dan persentase responden menurut durasi menonton dan kategori kepuasan informasi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Kepuasan informasi Durasi menonton Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Rendah Tinggi Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat

86 70 hubungan nyata antara durasi menonton dengan kepuasan informasi. Makin tinggi durasi menonton tidak membedakan kepuasan informasi ibu-ibu pada setiap kategori durasi menonton. Ibu-ibu menginginkan informasi lain yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi, seperti identitas pelaku agar dapat ditindak oleh aparat. Selain itu, ibu-ibu menginginkan liputan yang ditayangkan tidak hanya berkaitan dengan makanan, minuman, dan kosmetik yang berbahaya melainkan tindak kecurangan lainnya. Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Identitas Pribadi Tabel 47 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan durasi menonton rendah (50.00%) memiliki persentase lebih besar untuk kepuasan identitas pribadi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan durasi menonton tinggi (42.86%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan identitas pribadi, makin tinggi durasi menonton maka semakin berkurang kepuasan identitas pribadi ibuibu dalam memenuhi kebutuhan identitas pribadi melalui program acara Reportase Investigasi. Tabel 47 Jumlah dan persentase responden menurut durasi menonton dan kategori kepuasan identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Kepuasan identitas pribadi Durasi menonton Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Rendah Tinggi Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara durasi menonton dengan kepuasan identitas pribadi. Makin tinggi durasi menonton tidak membedakan kepuasan identitas pribadi ibu-ibu pada setiap kategori durasi menonton. Topik yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi tidak jauh berbeda dengan episode sebelumnya sehingga ibu-ibu tidak menonton hingga selesai. Oleh karena itu, ibu-ibu merasa kebutuhan identitas pribadinya tidak terpenuhi hanya dengan menonton sebagian berita yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi. Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial Tabel 48 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan durasi menonton rendah (18.75%) memiliki persentase lebih besar untuk kepuasan integrasi dan interaksi sosial sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan durasi menonton tinggi (12.50%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan integrasi dan interaksi sosial, makin tinggi durasi menonton maka semakin berkurang kepuasan

87 integrasi dan interaksi sosial ibu-ibu dalam memenuhi kebutuhan integrasi dan interaksi sosial melalui program acara Reportase Investigasi. Tabel 48 Jumlah dan persentase responden menurut durasi menonton dan kategori kepuasan integrasi dan interaski sosial di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Kepuasan integrasi dan interaksi sosial Durasi menonton Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Rendah Tinggi Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara durasi menonton dengan kepuasan integrasi dan interaksi sosial. Makin tinggi durasi menonton tidak membedakan kepuasan integrasi dan interaksi sosial ibu-ibu pada setiap kategori durasi menonton. Topik yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi tidak memenuhi kebutuhan integrasi dan interaksi ibu-ibu sehingga ibu-ibu tidak menonton Reportase Investigasi dalam waktu yang lama. Hubungan Durasi Menonton dengan Kepuasan Hiburan Tabel 49 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan durasi menonton rendah (12.50%) memiliki persentase lebih besar untuk kepuasan hiburan sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan durasi menonton tinggi (5.36%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan hiburan, makin tinggi durasi menonton maka semakin berkurang kepuasan hiburan ibu-ibu dalam memenuhi kebutuhan hiburan melalui program acara Reportase Investigasi. Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara durasi menonton dengan kepuasan hiburan. Makin tinggi durasi menonton tidak membedakan kepuasan hiburan ibu-ibu pada setiap kategori durasi menonton. Tayangan Reportase Investigasi bukan termasuk ke dalam acara hiburan yang ditayangkan oleh Trans TV. Program acara Reportase Investigasi hanya mampu memenuhi sebagian kebutuhan hiburan ibu-ibu, seperti menemani saat bersantai dan menjadi salah satu acara yang ditonton ketika berkumpul bersama keluarga sehingga waktu yang digunakan untuk menonton program acara ini tidak terlalu lama. Ibu-ibu lebih memilih program acara hiburan untuk memberikan kepuasan akan kebutuhan hiburan. 71

88 72 Tabel 49 Jumlah dan persentase responden menurut durasi menonton dan kategori kepuasan hiburan di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Kepuasan hiburan Durasi menonton Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Rendah Tinggi Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Hubungan Frekuensi Menonton dengan Kepuasan Menonton Hubungan Frekuensi Menonton dengan Kepuasan Informasi Tabel 50 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan frekuensi menonton rendah (57.63%) memiliki persentase lebih besar untuk kepuasan informasi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan frekuensi menonton tinggi (38.46%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan informasi, makin tinggi frekuensi menonton maka semakin berkurang kepuasan informasi ibu-ibu dalam memenuhi kebutuhan informasi melalui program acara Reportase Investigasi. Tabel 50 Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi menonton dan kategori kepuasan informasi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Kepuasan informasi Frekuensi menonton Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Rendah Tinggi Total Catatan: χ² =1.576 db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan antara frekuensi menonton dengan kepuasan informasi. Makin tinggi frekuensi menonton tidak membedakan kepuasan informasi responden ibu-ibu pada setiap kategori frekuensi menonton. Selain program acara Reportase Investigasi, ibu-ibu memperoleh kepuasan informasi melalui program acara berita yang ditayangkan oleh stasiun televisi lainnya, acara kuis dan acara infotainment. Kebutuhan akan informasi mengenai lingkungan sekitar dan tambahan

89 pengetahuan tetap terpenuhi walaupun frekuensi menonton Reportase Investigasi tidak meningkat. Hubungan Frekuensi Menonton dengan Kepuasan Identitas Pribadi Tabel 51 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan frekuensi menonton tinggi (46.15%) memiliki persentase lebih besar untuk kepuasan identitas pribadi sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan frekuensi menonton rendah (44.07%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan identitas pribadi, makin tinggi frekuensi menonton maka semakin meningkat kepuasan identitas pribadi ibu-ibu dalam memenuhi kebutuhan identitas pribadi melalui program acara Reportase Investigasi. Tabel 51 Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi menonton dan kategori kepuasan identitas pribadi di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Kepuasan identitas pribadi Frekuensi menonton Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Rendah Tinggi Total Catatan: χ² = db =1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara frekuensi menonton dengan kepuasan identitas pribadi. Makin tinggi frekuensi menonton tidak membedakan kepuasan identitas pribadi ibu-ibu pada setiap kategori frekuensi menonton. Selain menonton Reportase Investigasi, ibu-ibu dapat memenuhi kebutuhan identitas pribadi dengan menonton acara lain, seperti acara memasak. Ibu-ibu ingin menjalankan peranan sebagai ibu dengan cara menyajikan makanan sehari-hari bagi keluarga. Acara memasak dapat menambah pengetahuan ibu-ibu megenai cara memasak makanan yang lebih bervariasi untuk anak dan keluarga sehingga anak tidak tertarik untuk jajan. Hubungan Frekuensi Menonton dengan Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial Tabel 52 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan frekuensi menonton rendah (16.95%) memiliki persentase lebih besar untuk kepuasan integrasi dan interaksi sosial sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan frekuensi menonton tinggi (0.00%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan integrasi dan interaksi sosial, makin tinggi frekuensi menonton maka semakin berkurang kepuasan integrasi dan interaksi sosial ibu-ibu dalam memenuhi kebutuhan integrasi dan interaksi sosial melalui program acara Reportase Investigasi. 73

90 74 Tabel 52 Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi menonton dan kategori kepuasan integrasi dan interaksi sosial di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Kepuasan integrasi dan interaksi sosial Frekuensi menonton Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Rendah Tinggi Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara frekuensi menonton dengan kepuasan integrasi dan interaksi sosial. Makin tinggi frekuensi menonton tidak membedakan kepuasan integrasi dan interaksi sosial ibu-ibu pada setiap kategori frekuensi menonton. Selain menonton Reportase Investigasi, ibu-ibu juga menonton program acara lainnya, seperti program acara berita yang ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi, acara infotainment, acara memasak, dan acara siraman rohani yang dapat memenuhi kebutuhan integrasi dan interaksi sosial ibu-ibu. Isi acara yang ditonton ibu-ibu dapat dijadikan sebagai bahan perbincangan dengan keluarga dan tetangga. Hubungan Frekuensi Menonton dengan Kepuasan Hiburan Tabel 53 memperlihatkan bahwa ibu-ibu dengan frekuensi menonton tinggi (7.69%) memiliki persentase lebih besar untuk kepuasan hiburan sangat tinggi dibandingkan dengan ibu-ibu dengan frekuensi menonton rendah (6.78%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan hiburan, makin tinggi frekuensi menonton maka semakin meningkat kepuasan hiburan ibu-ibu dalam memenuhi kebutuhan hiburan melalui program acara Reportase Investigasi. Data tersebut berbeda dengan hasil uji Chi Square yang menunjukkan bahwa diperoleh nilai signifikansi > 0.10 (taraf nyata), artinya tidak terdapat hubungan nyata antara frekuensi menonton dengan kepuasan hiburan. Makin tinggi frekuensi menonton tidak membedakan kepuasan hiburan ibu-ibu pada setiap kategori frekuensi menonton. Program acara Reportase Investigasi bukan merupakan acara hiburan. Ibu-ibu dapat memenuhi kebutuhan hiburan dengan menonton acara hiburan, seperti Opera Van Java (OVJ), Pesbukers, dan sinetron.

91 Tabel 53 Jumlah dan persentase responden menurut frekuensi menonton dan kategori kepuasan hiburan di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Kepuasan hiburan Frekuensi menonton Tinggi Sangat tinggi Total responden < n % n % n % Rendah Tinggi Total Catatan: χ² = db = 1 Keterangan: χ²: nilai Chi Square db: derajat bebas 75 Ringkasan Perilaku menonton tidak berhubungan dengan kepuasan menonton Reportase Investigasi. Hal ini terbukti dari hasil uji statistik bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara perilaku menonton (durasi menonton dan frekuensi menonton) dengan kepuasan menonton (kepuasan informasi, kepuasan identitas pribadi, kepuasan integrasi dan interaksi sosial, serta kepuasan hiburan). Tabel 54 memperlihatkan hasil uji statistik untuk hubungan antara perilaku menonton dengan kepuasan menonton. Tabel 54 Nilai signifikansi hubungan antara perilaku menonton dengan kepuasan menonton Reportase Investigasi Trans TV di Desa Cihideung Udik tahun 2012 Perilaku menonton Kepuasan informasi Kepuasan identitas pribadi Kepuasan integrasi dan interaksi sosial Kepuasan hiburan Durasi menonton Frekuensi menonton *: berhubungan pada p < 0,10 Hasil pembahasan tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat hubungan antara perilaku menonton dengan kepuasan menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV ditolak. Hal ini disebabkan tidak terdapat subvariabel perilaku menonton yang berhubungan dengan subvariabel kepuasan menonton.

92 76

93 77 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ibu-ibu di Desa Cihideung Udik memiliki motivasi tinggi dalam menonton Repotase Investigasi, baik pada motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan. Beberapa karakteristik individu berhubungan dengan motivasi menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV. a. Karakteristik individu yang berhubungan nyata dengan motivasi informasi adalah usia dan kepemilikan media komunikasi, sedangkan tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, dan jumlah anak tidak berhubungan nyata dengan motivasi informasi. b. Karakteristik individu yang berhubungan nyata (positif) dengan motivasi identitas pribadi adalah status pekerjaan, sedangkan usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, dan kepemilikan media komunikasi tidak berhubungan nyata dengan motivasi identitas pribadi. c. Karakteristik individu, seperti usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, dan kepemilikan media komunikasi tidak berhubungan nyata dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial serta motivasi hiburan. 2. Ibu-ibu di Desa Cihideung Udik memiliki durasi menonton tinggi untuk program acara Reportase Investigasi, sedangkan frekuensi menonton responden adalah rendah untuk program acara Reportase Investigasi. Selain berhubungan nyata dengan motivasi menonton, beberapa karakteristtik individu juga berhubungan nyata dengan perilaku ibu-ibu dilihat dari durasi dan frekuensi menonton program acara Reportase Investigasi Trans TV. a. Karakteristik individu yang berhubungan nyata dengan durasi menonton adalah status pekerjaan dan jumlah anak, sedangkan usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga, dan kepemilikan media komunikasi tidak berhubungan nyata dengan durasi menonton Reportase Investigasi. b. Karakteristik individu yang berhubungan nyata (positif) dengan frekuensi menonton adalah kepemilikan media komunikasi dan tingkat pendapatan keluarga, sedangkan karakteristik individu seperti usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak dan tidak berhubungan nyata dengan frekuensi menonton Reportase Investigasi Trans TV. 3. Motivasi menonton yang mempengaruhi perilaku ibu-ibu dalam menonton Reportase Investigasi yang dilihat dari durasi menonton adalah motivasi identitas pribadi. Motivasi identitas pribadi berhubungan nyata (positif) dengan durasi menonton. Motivasi informasi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, serta motivasi hiburan tidak berhubungan nyata dengan durasi menonton. Sementara itu, tidak terdapat hubungan nyata antara motivasi menonton, baik motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial serta motivasi hiburan dengan frekuensi menonton.

94 78 4. Perilaku menonton Reportase Investigasi tidak berhubungan nyata dengan kepuasan menonton. Hal ini terbukti dari hasil uji statistik bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara perilaku menonton, baik durasi dan frekuensi menonton dengan kepuasan menonton yang terdiri atas kepuasan informasi, kepuasan identitas pribadi, kepuasan integrasi dan interaksi sosial serta kepuasan hiburan. Saran Adapun saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah bagi pihak televisi agar menayangkan program acara berita dengan format yang lebih menarik dan bervariasi. Reportase Investigasi juga diharapkan mampu menayangkan topik-topik yang lebih bervariasi, tidak hanya lebih banyak menayangkan tindak kecurangan yang berhubungan dengan makanan, minuman, dan kosmetik tetapi juga memberikan porsi siaran yang sama bagi topik lainnya.

95 79 DAFTAR PUSTAKA Ardianto E Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Ed Revisi. Bandung (ID): Simbiosa Rekatama Media. Asmar MN Motivasi, pola dan kepuasan menonton televisi lokal serta faktor-faktor yang mempengaruhinya (kasus pemirsa Riau Televisi di RW 13, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Badriah Motivasi, perilaku dan pemenuhan kebutuhan remaja dari acara hiburan televisi (perbandingan pada siswa SLTP Islam Teluk Jambe dan SLTP Negeri 6 Karawang, Kabupaten Karawang) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bancin I Motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show dan pemenuhan kebutuhan informasi (studi korelasional pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia) [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara [internet] [diunduh 2012 Maret 7]. Tersedia pada: 10E00111.pdf. Bungin B Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta (ID): Kencana. Cangara HF Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta (ID): Rajagrafindo Persada. Daryanto Ilmu Komunikasi. Bandung (ID): Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. DeFleur ML, Lowery SA Milestones in Mass Communication Research: Media Effects, Third Ed. USA (US): Longman Publishers. Djamal H, Fachruddin A Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta (ID): Kencana. Effendy OU Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya Offset Dinamika Komunikasi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya Offset. Hadiyanto Perilaku dan motif menonton televisi pada peternak di dua tipologi desa di Kabupaten Bogor [catatan penelitian]. Jurnal Media Peternakan. 27(1): [internet] [diunduh 2012 Maret 7]. Tersedia pada: pdf. Handayani T, Sugiarti Konsep dan Teknik Penelitian Gender, Ed Revisi. Malang (ID): Universitas Muhammadiyah Malang Press. Hasan I Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Harahap HS Hubungan karakteristik dan perilaku menonton acara buah hati TPI dengan persepsi terhadap acara buah hati dan pola asuh anak (kasus ibu rumah tangga di Perumahan Permata Depok Jawa Barat) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hendra G Motivasi dan kepuasan remaja terhadap televisi lokal (kasus pemirsa Megaswara TV di Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara,

96 80 Kota Bogor, Privinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hofmann R Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi: Menjadikan Televisi Budaya Rakyat. Jakarta (ID): Grasindo. Jahi A Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga. Jakarta (ID): Gramedia. Kusumah FA Motivasi dan perilaku menonton serta penilaian khalayak terhadap program acara televisi lokal (kasus pemirsa Megaswara TV di RW 01 Kelurahan Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dan RW 17 Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. McQuail D Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar Ed ke-2. Jakarta (ID): Erlangga. Meilani M Motivasi menonton dan sikap remaja terhadap tayangan acara Let s Dance di Global TV (Kasus pada dua sanggar di Jakarta) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Miranda N Perbandingan motivasi dan perilaku menonton televisi publik dan swasta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Morissan Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tanggerang (ID): Raminda Prakarsa. Novilena P Hubungan karakteristik individu, sikap dan perilaku menonton berita kriminal di televisi (kasus Desa Tambun Raya, Kecamatan Basarang, Kebupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 116 hal. Purwatiningsih SD Motif menonton berita kriminalitas di televisi dan pemenuhan kebutuhan informasi audiens (kasus pada khalayak penonton televisi di Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rakhmat J Metode Penelitian Komunikasi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya Offset Psikologi Komunikasi Ed Revisi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya Offset. Sandy KF Hubungan keterdedahan penonton dengan efek tayangan Talas Bogor Megaswara TV (MGS TV) (kasus RW 12 Kampung Padasuka, Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: (ID): Institut Pertanian Bogor. Saraswati F Motivasi, preferensi dan kepuasan menonton film Indonesia pada siswa bersekolah keagamaan dan non keagamaan (studi pada siswa MAN 2 dan SMAN 5, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Singarimbun M, Effendi S Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Siregar I Relasi jurnalis dengan sumber berita pada komodifikasi reportase investigasi (studi kasus berita investigasi di Trans TV) [tesis]. Jakarta (ID): Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik [internet] [diunduh 2012 Desember 6]. Tersedia pada:

97 Trans TV. Profil Trans TV [internet] [diunduh 2013 Januari 15]. Tersedia pada: company. West R, Turner LH Pengantar Teori Komunikasi, Ed ke-3: Analisis dan Aplikasi. Jakarta (ID): Salemba Humanika. 81

98 82

99 LAMPIRAN 83

100 84 Lampiran 1 Peta lokasi penelitian Sumber: a&hs=ta3&rls=org.mozilla:en- US:official&q=peta+kantor+desa+cihideung+ilir&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.,cf. osb&biw=1024&bih=439&um=1&ie=utf-8&sa=n&tab=wl

PENDEKATAN TEORETIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORETIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Bahan pustaka yang dirujuk berasal dari beberapa sumber berupa buku dan hasil

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI

HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI 69 HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI merupakan terpenuhinya kebutuhan individu. dapat diperoleh setelah seseorang melakukan sesuatu yang dapat mendukung dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media atau khalayak menggunakan media sebagai pemuas kebutuhannya. Sumber

BAB I PENDAHULUAN. media atau khalayak menggunakan media sebagai pemuas kebutuhannya. Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Semakin berkembangnya media massa, masyarakat dapat semakin mudah untuk menjangkau informasi dan memenuhi

Lebih terperinci

PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7 DI RW 05 DESA CITAPEN NURLAILA KUSUMA

PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7 DI RW 05 DESA CITAPEN NURLAILA KUSUMA PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7 DI RW 05 DESA CITAPEN NURLAILA KUSUMA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media penyiaran suara dan gambar yang paling banyak digunakan di seluruh pelosok dunia. Sekarang ini televisi bukan lagi barang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. Karena melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang sedang dan telah terjadi

Lebih terperinci

MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON PROGRAM ACARA MERAJUT ASA TRANS7 PADA PETANI DESA CITAPEN, KABUPATEN BOGOR FINA FERYANDES

MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON PROGRAM ACARA MERAJUT ASA TRANS7 PADA PETANI DESA CITAPEN, KABUPATEN BOGOR FINA FERYANDES MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON PROGRAM ACARA MERAJUT ASA TRANS7 PADA PETANI DESA CITAPEN, KABUPATEN BOGOR FINA FERYANDES SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Media Televisi Lokal dan Perkembangannya Perkembangan media massa khususnya televisi memiliki arti penting bagi masyarakat perkotaan maupun pedesaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON Motivasi menonton menurut McQuail ada empat jenis, yaitu motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Televisi merupakan satu media penyiaran suara dan gambar yang paling banyak digunakan di seluruh pelosok dunia. Priyowidodo (2008) menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan jaman saat ini, teknologi sekarang ini semakin berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas sehingga dapat diproduksi, didistribusikan, dan direproduksi dalam jumlah besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya melalui media massa, seperti televisi, radio, internet dan surat kabar.

BAB I PENDAHULUAN. satunya melalui media massa, seperti televisi, radio, internet dan surat kabar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini informasi menjadi hal utama yang sangat dibutuhkan oleh semua masyarakat. Semakin berkembangnya media komunikasi, masyarakat dapat semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga saat menggunakan internet, orang dapat berkomunikasi melalui .

BAB I PENDAHULUAN. juga saat menggunakan internet, orang dapat berkomunikasi melalui  . BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan media massa telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Menurut Biagi (2010, 5) setiap hari manusia selalu menghabiskan sebagian waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi massa adalah proses media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada masa sekarang ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap individu berusaha untuk mengenal dan mencari jati dirinya, mengetahui tentang orang lain, dan mengenal dunia luar atau selalu mencari tahu mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Era sekarang sering disebut sebagai era informasi, dimana manusiasangat memprioritaskan informasi. Manusia selalu merasa haus akan informasi. Informasi sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, arus informasi yang aktual, akurat dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhannya itu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang sudah semakin maju ini, perkembangan teknologi dan komunikasi membuat semua lapisan masyarakat dunia mengikuti perkembangan tersebut dan menjadikan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harold D. Lasswell menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect? (siapa mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada potensi penerimaan negara khususnya pajak. Karena di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. pada potensi penerimaan negara khususnya pajak. Karena di dunia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri media di Indonesia sekarang ini telah berkembang dengan pesat. Dengan keberadaan industri media tersebut tentunya akan berdampak pada potensi penerimaan

Lebih terperinci

Nanda Agus Budiono/ Bonaventura Satya Bharata, SIP., M.Si

Nanda Agus Budiono/ Bonaventura Satya Bharata, SIP., M.Si Faktor-faktor Pendorong Orang Menonton Program Berita Liputan 6 di SCTV (Studi Eksplanatif-Kuantitatif Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Kampung Sudagaran Kelurahan Tegalrejo Yogyakarta Menonton Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekarang ini media massa sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat modern, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya media massa masyarakat pun bisa dapat terpuaskan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya media massa masyarakat pun bisa dapat terpuaskan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam komunikasi, tentu kita mengenal tentang komunikasi massa. Dalam hal ini faktor keserempakan merupakan ciri utama dalam komunikasi massa. Adapun hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, bentuk, pola, dan peralatan komunikasi juga mengalami perubahan secara signifikan. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I. seseorang dan begitupun sebaliknya serta dengan adanya interaksi tersebut kita

BAB I. seseorang dan begitupun sebaliknya serta dengan adanya interaksi tersebut kita BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan medium manusia untuk mencapai sesuatu. Kita juga tidak dapat menghindari komunikasi. Dengan komunikasi kita dapat mempengaruhi seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan televisi dapat menjadi candu (Morrisan, 2004:41) harus menyajikan acara yang bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. dan televisi dapat menjadi candu (Morrisan, 2004:41) harus menyajikan acara yang bermutu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini televisi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat manusia. Oleh karena itu, ilmu komunikasi saat ini sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan salah satu bentuk media massa elektronik yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia. Dunia pertelevisian di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat

BAB I PENDAHULUAN. communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat kebersamaan antara dua orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun

BAB 1 PENDAHULUAN. media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan industri media massa di era globalisasi semakin pesat khususnya media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari kehidupan kita sehari hari. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication, berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dalam kehidupan bermasyarakat adalah interaksi atau komunikasi. Komunikasi memiliki peran yang sangat pnting pada era sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Setiap usaha dan tindakan manusia selalu berlandaskan motif. Motif menjadi alasan untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu, seperti kegiatan belajar, bekerja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan media massa elektronik modern yang sangat efektif karena memiliki kandungan informasi yang jauh lebih besar dari pada media lain nya, baik itu media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan media massa di era globalisasi semakin pesat khususnya media elektronik televisi; hal ini dilihat dari munculnya berbagai macam stasiun televisi swasta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan sumber informasi yang disajikan oleh media. Masyarakat menjadikan media sebagai subjek pembicaraan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. waktunya untuk menonton acara yang beragam ditelevisi. Televisi sebagai media

BAB 1 PENDAHULUAN. waktunya untuk menonton acara yang beragam ditelevisi. Televisi sebagai media 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pertelevisian adalah dunia yang selalu menarik perhatian banyak masyarakat. Hampir setiap hari dan setiap waktu, banyak orang menghabiskan waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran media massa sangat membantu masyarakat dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran media massa sangat membantu masyarakat dalam memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran media massa sangat membantu masyarakat dalam memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan, sehingga media massa memiliki peran penting bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga saat ini ada 11 stasiun televisi nasional dan 230 lebih televisi lokal memancarkan siaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa pada era informasi ini seakan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Media massa memberikan arti yang sangat penting bagi masyarakat. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita lakukan perlu melibatkan aktivitas yang disebut komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi oleh komunikator kepada komunikan, dengan perantara media sebagai alat yang menjembatani untuk sampainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat manusia. Oleh karena itulah, ilmu komunikasi saat ini telah berkembang

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. banyak yang mengundang Pro dan Kontra dikalangan pakar maupun Praktisi.

BAB. I PENDAHULUAN. banyak yang mengundang Pro dan Kontra dikalangan pakar maupun Praktisi. 1 BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Televisi merupakan media elektronik dalam komunikasi massa yang muncul belakangan dibanding radio, perekam suara dan film. Meskipun muncul belakangan, namun kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat tinggi. Tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat belakangan ini. Berbagai media penyiaran saat ini dimungkinkan untuk dibuka. Industri penyiaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam jenis program televisi yang dihadirkan ke hadapan penonton di seluruh Indonesia melalui layar kaca setiap harinya, membuat setiap stasiun televisi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Televisi menampilkan gambar yang menarik dan menghibur, gambar televisi terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan salah satu unsur utama dalam segala kegiatan kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Komunikasi sangat erat kaitannya dengan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat, media massa menjadi sangat penting. Berbagai fungsi dan berbagai macam jenis-jenis

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN PESERTA KUIS KEBANGSAAN DALAM MENGIKUTI PROGRAM ACARA KUIS KEBANGSAAN RCTI. Ruth Alvoncia Hernawan / Mario Antonius Birowo

MOTIF DAN KEPUASAN PESERTA KUIS KEBANGSAAN DALAM MENGIKUTI PROGRAM ACARA KUIS KEBANGSAAN RCTI. Ruth Alvoncia Hernawan / Mario Antonius Birowo MOTIF DAN KEPUASAN PESERTA KUIS KEBANGSAAN DALAM MENGIKUTI PROGRAM ACARA KUIS KEBANGSAAN RCTI Ruth Alvoncia Hernawan / Mario Antonius Birowo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. verbal dan non verbal tetapi banyak melakukan komunikasi melalui media, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. verbal dan non verbal tetapi banyak melakukan komunikasi melalui media, baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang ini manusia tidak lagi hanya berkomunikasi melalui bahasa verbal dan non verbal tetapi banyak melakukan komunikasi melalui media, baik komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya perkembangan zaman, dunia teknologi pun ikut

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya perkembangan zaman, dunia teknologi pun ikut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan zaman, dunia teknologi pun ikut berkembang. Terutama di dunia penyiaran. Hal ini berdampak dalam bidang komunikasi. Kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa pada saat ini sangat berpengaruh untuk mempengaruhi persepsi, pikiran serta tingkah laku masyarakat. Media massa pada saat ini sangat berpengaruh untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat atau berinteraksi dengan orang lain, bahasa menjadi hal yang sangat penting. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang ditempuh untuk dapat berkomunikasi seperti melalui media massa,

BAB I PENDAHULUAN. cara yang ditempuh untuk dapat berkomunikasi seperti melalui media massa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi terjadi dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Banyak cara yang ditempuh untuk dapat berkomunikasi seperti melalui media massa, telepon, surat dan

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV) ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN ) Fathania Pritami Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS GENRE PROGRAM QUIZ SHOW BULAN NOVEMBER TAHUN 2013 PADA STASIUN TELEVISI SWASTA NASIONAL DI INDONESIA SKRIPSI

ANALISIS GENRE PROGRAM QUIZ SHOW BULAN NOVEMBER TAHUN 2013 PADA STASIUN TELEVISI SWASTA NASIONAL DI INDONESIA SKRIPSI ANALISIS GENRE PROGRAM QUIZ SHOW BULAN NOVEMBER TAHUN 2013 PADA STASIUN TELEVISI SWASTA NASIONAL DI INDONESIA SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan komunikasi dari waktu ke waktu selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan komunikasi dari waktu ke waktu selalu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan komunikasi dari waktu ke waktu selalu mengalami kemajuan.mulai dari jaman prasejarah hingga di jaman modern seperti sekarang ini. Proses modernisasi tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi saat ini perkembangan dalam berbagai hal terjadi begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program televisi di Indonesia kian beragam jenisnya. Setiap stasiun televisi berlomba-lomba untuk membuat program-program acara yang menarik, yang informatif dan menghibur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik

BAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap hari khalayak mengakses televisi. Menurut data BPS tahun 2006 yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menunjukkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari komunikasi, komunikasi sangat penting sekali dalam kehidupan sehari-hari, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari komunikasi, komunikasi sangat penting sekali dalam kehidupan sehari-hari, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari komunikasi, komunikasi sangat penting sekali dalam kehidupan sehari-hari, setiap pribadi/individu tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia, yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media massa atau pers merupakan suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa Dari beberapa definisi yang telah dirumuskan oleh para ahli, Rakhmat (2004) menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Menurut Mulyana (2001: 169) media televisi merupakan salah satu media komunikasi yang sangat efektif untuk memberikan informasi kepada khalayak dibandingkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterdedahan Berita Kriminal di Televisi Keterdedahan berita kriminal di televisi merupakan beragam penerimaan khalayak remaja terhadap siaran berita kriminal di televisi, meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi semakin berkembang dengan cepat dan pesat. Semakin maju kemampuan teknologi maka juga berpengaruh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun media elektronik mengalami kemajuan yang sangan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. maupun media elektronik mengalami kemajuan yang sangan pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia semakin cepat berubah dalam dua dasarwasa terakhir perkembangan teknologi sudah sangat pesatnya memberikan dampak yang menyentuh dalam kehidupan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai individu dan anggota masyarakat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai individu dan anggota masyarakat mempunyai berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu dan anggota masyarakat mempunyai berbagai macam kebutuhan salah satu kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan informasi. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi apa saja yang sedang terjadi di dalam maupun diluar negeri. Media

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi apa saja yang sedang terjadi di dalam maupun diluar negeri. Media BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media menjadi hal yang penting bagi kehidupan manusia untuk mengetahui informasi apa saja yang sedang terjadi di dalam maupun diluar negeri. Media dianggap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Pengertian komunikasi massa yang paling sederhana dirumuskan oleh Bittner, dalam Rakhmat (2008) menjelaskan bahwa komunikasi massa adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia penyiaran khususnya televisi, telah menyebabkan perubahan pola pikir dan gaya hidup masyarakat, khususnya anak-anak di perkotaan. Meningkatnya

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Seperti kita ketahui, media adalah suatu alat yang menghubungkan kita dengan dunia luar. Tanpa media, kita akan sulit mengetahui apa yang terjadi di sekeliling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masyarakat telah secara bebas dalam memilih jenis media yang disukai. Sesuai dengan pendekatan Uses and Gratifications yang menjelaskan bahwa pengguna

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan media lain di dalam penyampaian pesannya. Salah satu kelebihan televisi yaitu paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di awali dengan penyiapan materi atau konsep, lalu proses produksi atau pengambilan gambar dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan.

BAB I PENDAHULUAN. membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian internal dari sistem tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi sebagai suatu proses yang berkesinambungan tanpa awal dan akhir merupakan bagian dari kehidupan, secara terminologis atau menurut asal katanya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memnuhi kebutuhannya. Pendekatan ini kemudian di kenal dengan sebutan uses

BAB I PENDAHULUAN. memnuhi kebutuhannya. Pendekatan ini kemudian di kenal dengan sebutan uses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media massa adalah alat atau perantara untuk proses pengiriman atau penyampaian sebuah pesan dari komunikator kepada komunikan yang terdapat pada komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, yang pada masanya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, yang pada masanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, yang pada masanya saat ini. Mengakibatkan program tayangan di stasiun stasiun televisi mendapatkan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Media televisi menjadi penting dari semua media yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Media televisi menjadi penting dari semua media yang ada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan media massa yang paling populer dan tersebar di seluruh dunia. Media televisi menjadi penting dari semua media yang ada di zaman sekarang ini. Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan penyelenggaraan siaran radio dan televisi. Radio dan televisi

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan penyelenggaraan siaran radio dan televisi. Radio dan televisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang sangat menarik dan menantang yang selalu menarik perhatian banyak masyarakat. Penyiaran merupakan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada dirinya sendiri, melainkan membutuhkan kehadiran orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada dirinya sendiri, melainkan membutuhkan kehadiran orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang pada dasarnya tidak dapat hidup hanya bergantung kepada dirinya sendiri, melainkan membutuhkan kehadiran orang lain. Umumnya manusia

Lebih terperinci

HASIL SURVEY INDEKS KUALITAS PROGRAM SIARAN TV Periode Maret-April 2015

HASIL SURVEY INDEKS KUALITAS PROGRAM SIARAN TV Periode Maret-April 2015 HASIL SURVEY INDEKS KUALITAS PROGRAM SIARAN TV Periode Maret-April 2015 PENDAHULUAN: MENGAPA KPI MEMBUAT INDEKS KUALITAS PROGRAM ACARA TELEVISI? Salah satu tugas Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media penerima suara dan gambar bergerak yang dapat menjangkau khalayak dalam jumlah besar dan dalam waktu yang bersamaan. Penggunaan elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal terpenting dalam menunjukkan keberadaan seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula melibatkan sekian banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan manusia.hampir tidak ada ruang dan waktu yang tersisa untuk menghindari diri dari serbuan informasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Televisi adalah gambar yang paling kompleks pada media ruparungu dwimantra

I. PENDAHULUAN. Televisi adalah gambar yang paling kompleks pada media ruparungu dwimantra I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Televisi adalah gambar yang paling kompleks pada media ruparungu dwimantra dinamis (moving audiovisual media). Beberapa hasil pengamatan sayamenunjukan bahwa rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci