I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi Pada SMP NEGERI 1 Batanghari)

I. PENDAHULUAN. Guru mengajar hendaknya memiliki kemampuan yang cukup, ditunjukkan dengan

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL TIPE NHT DAN MM

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan potensi yang ada pada dirinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman konsep dalam matematika merupakan kemampuan dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB 1 PENDAHULUAN. Belajar adalah keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pada pembelajaran. Sikap antisipasi dari para

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke dalam kategori lima besar di dunia dalam hal. keanekaragaman hayati. Berbagai jenis satwa dan tumbuhan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan

I. PENDAHULUAN. tujuan tertentu yang hendak dicapai. Proses itu merupakan tindakan konkrit

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikir, sikap, dan ketrampilan yang diperoleh dari hasil belajar matematika

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW DAN Group Investigation (GI) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dari tidak tahu menjadi tahu yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat. dipengaruhi oleh kemajuan dalam dunia pendidikan. Secara formal, dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

ENDAH NENI MASTUTI A

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki suatu peran penting dalam pembentukan generasi-generasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Suharyanto NIM S

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses yang akan mempengaruhi dalam diri peserta

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATERI PERUBAHAN BENDA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GI DI KELAS VI A SDN NO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Pembahasannya secara lebih rinci ditunjukkan pada bagian-bagian berikut ini. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa yang ditandai dengan adanya kesejahteraan masyarakat di suatu Negara. Maju atau tidaknya suatu Negara dapat dikatakan bergantung pada tingkat pendidikan disuatu Negara tersebut. Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mencerdaskan bangsa, sehingga menuntut orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk bekerja sama dan bertanggung jawab agar mutu pendidikan dapat terus ditingkatkan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan bukanlah hal yang mudah, dan ini tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat. Dalam hal ini pemerintah beserta instansi-instansi terkait memiki peranan yang penting untuk meningkatkan

2 kualitas pendidikan. Suatu pendidikan dikatakan berkualitas apabila dalam proses pelaksanaan pembelajarannya efektif dan siswa memiliki hasil belajar yang baik. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peranan penting dalam usaha mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peseta didik. Setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda, keanekaragaman potensi yang dimiliki peserta didik ini menjadi salah satu tugas bagi guru. Oleh karena itu perlu diadakannya pembaharuan dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pemerintah yang dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional telah melakukan banyak kebijakan untuk terus memajukan pendidikan dengan membuat kebijakan pendidikan yang tentunya ditujukan untuk memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Diantaranya dengan penyempurnaan kurikulum yang terus dilakukan guna menyesuaikan dengan perkembangan dunia sekarang ini. Keseriusan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan juga diwujudkan pemerintah dalam peningkatan anggaran bidang pendidikan di dalam anggaran pembelanjaan Negara. Hal ini tentu untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yang merata di setiap provinsinya, yang mana Indonesia terdiri dari puluhan provinsi yang masing-masing provinsi tentu memiliki kebijakan yang berbeda namun tujuan yang sama yaitu meningkatkan proses pendidikan disetiap daerah-daerah yang di bawahinya.

3 Pendidikan yang berlangsung tidak hanya menuntun peranan dari pemerintah tetapi peranan guru juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam kegiatan pembelajaran guru dituntut bagaimana membuat situasi belajar yang lebih aktif sehingga siswa memiliki dorongan dan semangat untuk belajar. Pada umumnya masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Dalam model pembelajaran ini suasana di kelas cenderung berpusat kepada guru bukan kepada siswa sehingga membuat siswa pasif dan merasa bosan. Sugiyanto (2010:1) mengatakan bahwa sebagai seorang pendidik profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih kepada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran menarik atau bermakna siswanya. Guru dituntut mempunyai kemampuan untuk menyampaikan pelajaran dengan efektif dan efisien. Sehingga seorang guru perlu mengenal berbagai model atau strategi pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan pelajaran di dalam kelas. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model mempunyai peran yang sangat besar dalam proses belajar mengajar. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa dalam bentuk kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang telah ditentukan. Dalam suatu proses belajar mengajar terdapat salah satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan tujuan tersebut yaitu penggunaaan model pembelajaran yang tepat. Semakin baik model pembelajaran yang digunakan semakin berhasil pencapaian

4 tujuan pendidikan. Melalui Model pembelajaran guru diharapkan dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan diri. Model pembelajaran juga berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Salah satu strategi dalam pembelajaran adalah menerapkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif yaitu konsep yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Kemudian memberikan ujian tertentu pada akhir tugas. Berdasarkan pendapat diatas berarti guru dapat melibatkan siswa yang memiliki kemampuan lebih untuk membantu teman-temannya yang memiliki kemampuan kurang dalam menyelasaikan soal-soal dan memahami berbagai konsep. Sehingga diharapkan dapat memotivasi serta meningkatkan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan kurang dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu meningkatan hasil belajar. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya mengunakan kelompok-kelompok kecil dalam penyelesaian

5 masalah atau tugas-tugas yang diberikan dimana dalam penyelesaiannya dibutuhkan kerjasama (kooperasi) setiap anggota kelompok. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 1 Batanghari kelas VIII masih banyak siwa yang cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Selain itu juga banyak siswa yang ngobrol pada saat guru menjelaskan, menggangu teman, keluar masuk kelas, main handphone, melamun, bahkan tidur di kelas pada saat guru menerangkan pelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Batanghari masih kurang efektif sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Ini dapat dilihat dari data hasil belajar mata pelajaran IPS Terpadu pada saat UAS Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 yaitu sebagai berikut. Tabel 1. Hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII semester Ganjil SMP Negeri 1 Batanghari Tahun Pelajaran 2013/2014 No Kelas Nilai Jumlah siswa <72 72 1 VIII A 10 17 27 2 VIII B 16 11 27 3 VIII C 15 12 27 4 VIII D 9 18 27 5 VIII E 12 15 27 6 VIII F 18 7 26 7 VIII G 26 0 25 Siswa 106 80 186 Jumlah % 57 43 100 Sumber : Daftar nilai guru pelajaran IPS Terpadu kelas VIII Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 1 Batanghari masih belum optimal, ini terlihat dari presentase siswa yang mencapai nilai lebih dari 72 hanya 80 siswa dengan persentase 43 % dan sisanya 106 siswa dengan persentase 57 % belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kriteria Ketuntasan Minimal

6 (KKM) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan di awal tahun ajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Ada banyak kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa permata pelajaran. Hal ini dilakukan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan, diperoleh Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) siswa di SMP Negeri 1 Batanghari adalah 72. Jika siswa telah mencapai kriteria tersebut maka siswa tidak perlu mengikuti remedial, sebaliknya jika siswa belum mencapai kriteria yang diharapkan maka siswa tersebut harus mengikuti remedial. Hal ini didukung oleh pendapat Saiful Bahri Djamarah (2000: 18) apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar siswa ini biasanya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi : motivasi dari orangtua, suasana rumah, dan faktor internal meliputi : intelegensi, kesehatan, bakat, minat, kreatifitas, dan lain-lain. Selain itu penggunaan metode yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa dapat berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran IPS Terpadu, Selama ini pembelajaran dalam mata pembelajaran IPS Terpadu telah pernah menggunakan model pembelajaran Jigsaw, sedangkan pada sehari-harinya menggunakan model pembelajaran konvensional. Namun demikian jika dilihat dari hasil belajar masih

7 belum optimal, untuk itu perlu digunakan model pembelajaran kooperatif lainnya dalam upaya pengembangan pembelajaran agar dapat menumbuhkan semangat siswa dalam belajar sehingga siswa dapat memahami materi yang diberikan. Bern dan Erickson ( 2001 : 5 ) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut ( Depdiknas, 2003: 5 ) pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Penerapan model pembelajaran kooperatif dapat dilihat dari cara siswa mengerjakan tugas. Kapan pun siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang terdiri dari dua orang atau lebih bisa dikatakan bahwa siswa sedang terlibat dalam model pembelajaran kooperatif. Untuk keefektifan dari setiap penerapan model pembelajaran kooperatif ini, siswa perlu mendapatkan dan mempraktekkan sejumlah ketrampilan-ketrampilan spesifik sehingga akan tertanam kesadaran, pengetahuan dan kemampuan bekerjasama dengan siswa yang lain. Pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu pembaruan dalam pergerakan reformasi pendidikan. Model pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat bekerjasama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan berbagai kemahiran sosial. Prestasi belajar siswa bergantung pada jenis tugas yang diterima oleh kelompok mereka dan cara mereka menyelesaikan tugas tersebut. Jadi dapat

8 disimpulkan bahwa hubungan kerja dalam kelompok memungkinkan timbulnya persepsi positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik berdasarkan kemampuan individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai macam tipe, diantaranya Student Team Achievement Division (STAD), Teams-Games Tournament (TGT), Jigsaw, Team-Assisted Individualisme (TAI), Group Investigation (GI), Think-Pais-Share (TPS), dan, Numbered Head Together (NHT). Setiap tipe meliliki perbedaan dalam hal penerapan, bentuk kerjasama, peranan, komunikasi antar siswa serta peranan guru dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang akan diterapkan adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji, yaitu siswa melakukan kegiatan dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan. Dalam metode Jigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang disebut kelompok ahli dan kelompok asal. Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Dalam metode Jigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 anggota. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik dari materi pelajaran mereka saat itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap kelompok ini,

9 masing-masing anggota harus mempelajari bagian-bagian yang berbeda dari informasi tersebut. Misalnya, jika kelompok A diminta mempelajari tentang novel, maka lima orang anggota didalamnya harus mempelajari bagian-bagian yang lebih kecil seperti tema, alur, tokoh, konflik, dan latar. Setelah mempelajari informasi tersebut dalam kelompoknya masing-masing, setiap anggota yang mempelajari bagian-bagian ini berkumpul dengan anggotaanggota dari kelompok-kelompok lain yang juga menerima bagian-bagian materi yang sama, kelompok ini disebut kelompok ahli. Jika anggota 1 dalam kelompok A mendapat tugas mempelajari alur, maka ia harus berkumpul dengan siswa 2 kelompok B dan siswa 3 kelompok C (begitu seterusnya) yang juga mendapat tugas mempelajari alur. Selain Jigsaw salah satu pembelajaran yang akan dijelaskan disini yaitu model pembelajaran tipe Student Team Achievement Division (STAD). Pembelajaran koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperati tipe STAD diharapakan dapat menjadi model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS Terpadu karena menggunakan grup kecil di mana siswa bekerja sama belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

10 Belajar kooperatif mempunyai pengertian lebih luas dari hanya sekedar kerja kelompok. Di dalam belajar kooperatif setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan anggota-anggota kelompoknya dalam mencapai tujuan pembelajaran (Chairani, 2003:10). Dalam pembelajaran tipe STAD siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen yang terdiri dua laki-laki dan perempuan, berasal dan berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dan melakukan diskusi (Rachmadiarti, 2001). Hal ini diharapakan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Dengan adanya model pembelajaran yang baru, diharapkan siswa dapat menyesuaikan diri. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan tidak hanya meningkatkan hasi belajar siswa akan tetapi juga dapat mempengaruhi pola interaksi siswa karena model pembelajaran ini menekankan pentingnya hubungan sosial dalam proses pembelajaran. Melalui kedua model tersebut diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru dan dapat mencapai indikator dari kompetensi dasar serta hasil belajar siswa dapat memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang ditetapkan oleh sekolah.

11 Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul Studi Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan STAD (Student Team Achievement Divison) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 1 Batanghari Tahun Pelajaran 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Hasil belajar IPS Terpadu masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). 2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang variatif dalam proses penyampaian materi, sehingga pembelajaran di kelas kurang optimal. 3. Banyak siswa yang kurang antusias, mereka cenderung pasif di kelas. 4. Kurangnya semangat dan kreativitas siswa dalam belajar. 5. Metode pembelajaran menggunakan sistem konvensional. 6. Banyak siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru menjelaskan, mereka lebih senang main handphone. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, terlihat bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik eksternal maupun internal individu siswa. Penelitian ini dibatasi pada perbandingan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan STAD (Students

12 Teams Achievement of Division) dengan memperhatikan hasil belajar IPS Terpadu kelas VIII semester ganjil siswa SMP Negeri 1 Batanghari tahun pelajaran 2013/2014. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dimana dalam pembelajaran ini menempatkan siswa dalam kelompok asal dan kelompok ahli. Sedangkan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen, dalam model pembelajaran ini juga siswa ditempatkan dalam kelompok kecil. Model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Sedangkan yang dimaksud Hasil belajar disini yaitu Hasil belajar dari kemampuan Kognitif siswa kelas VIII SMP Negeri I Batanghari Tahun pelajaran 2013/2014. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student TeamAchievement Division)?

13 2. Apakah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement of Division)? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan siswa yang diberikan model pembelajaran tipe STAD (Student Teams Achievement of Division). 2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberikan model pembelajaran tipe STAD (Student Teams Achievement of Division). 1.6 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan : 1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, yakni dapat menambah referensi penelitian dalam pengembangan dan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Students Team Achievement of Division (STAD) disesuaikan dengan materi yang disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar.

14 2. Secara praktis a. Bagi guru, menjadikan model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran STAD sebagai alternatif media pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS Terpadu. b. Bagi siswa, Sebagai penambah wawasan bagi siswa tentang strategi belajar sehingga dapat menanggulangi kejenuhan dan meningkatkan hasil belajar. c. Bagi peneliti, yaitu memberikan pengalaman sebagai calon guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas. d. Bagi sekolah, yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPS Terpadu di sekolah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Students Team Achievement of Division (STAD) di sekolah. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini yaitu : 1. Obyek Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi ruang lingkup objek penelitian adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement of Divison). 2. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII IPS Terpadu SMP Negeri 1 Batanghari tahun pelajaran 2013/2014.

15 3. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batanghari. 4. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. 5. Ruang lingkup ilmu Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan.