BAB II KERANGKA TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa

PRODUK DAN REGULASI PASAR MODAL SYARIAH. Training of Trainer Modul

BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES

SUKUK. MOHAMAD TOYYIB WIBIKSANA KAJIAN PEKANAN LISENSI 5 Mei 2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bersifat hutang dikenal dengan nama obligasi (Husnan, 2001:4).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor ekonomi dan keuangan mengalami banyak perkembangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri

BAB I PENDAHULUAN. Konsep keuangan berbasis syariah Islam (Islamic finance) dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. anjuran atas sistem bagi hasil atau profit sharing, serta larangan terhadap

2008, No c. bahwa potensi sumber pembiayaan pembangunan nasional yang menggunakan instrumen keuangan berbasis syariah yang memiliki peluang besa

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUSAHAAN PENERBIT SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Seri SR-005. Tumbuhkan Semangat Pendidikan dengan Sukuk Negara Ritel.

Investasi Anda Untuk Indonesia Lebih Sejahtera

BAB 1 PENDAHULUAN. penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata Cara Akad Ija>rah Sale. menghadapi resiko-resiko yang disebabkan karena suatu musibah yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN PENERBIT SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh dari pasar modal oleh para pemodal (investor), baik informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan dengan surat utang (debt instrument), misalnya obligasi. Keuntungan dari

BAB I PENDAHULUAN. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat diketahui perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari disiplin ilmu lainnya. Ilmu ekonomi memberikan pelajaran tentang

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB IV ANALISIS SUKUK IJĀRAH AL-MUNTAHIYA BITTAMLIK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dan dengan pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti

Islamic Wealth Management

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal. berkaitan dengan efek. (Indonesia Stock Exchange).

PT Asuransi Takaful Umum Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 2011 (dalam Rupiah)

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Keuangan Kabupaten Karanganyar

BAB 1 PENDAHULUAN. dana, untuk memperjual belikan surat-surat berharga yang kegiatannya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi: kinerja perusahaan, pengumuman penerbitan sukuk, pengumuman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha, perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan

Sukuk Ijarah. 1 Al Ma'ayir as Syar'iyyah, hal Dr. Hamid Mirah, Sukuk al Ijarah, hal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN PENERBIT SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Peran pasar modal sebagai lembaga intermediasi dalam perekonomian

b. Undang-undang RI. Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. c. Surat dari PT. Danareksa Investment Management, nomor S-09/01/DPS- DIM. d. Pendapat pe

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

PRINSIP PENGELOLAAN LIKUIDITAS BANK SYARIAH Oleh : Ibnudin, M.H.I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

Jawaban UAS PLKS 2014/2015

1.2 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

Pedoman Pelaksanaan Reksadana Syariah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPATEMEN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan.

Frequently Asked Questions (FAQ) Sukuk Negara Ritel SR-010


Edisi Tahun 2013 DIREKTORAT PEMBIAYAAN SYARIAH DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

sukuk ritel INVESTASI RAKYAT PENUH MANFAAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Badan Pengawas Pasar Modal)

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. macam instrumen keuangan seperti hutang (obligasi), saham, instrumen

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dalam perekonomian ( Nurlita, 2014). Pasar modal

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk jenis saham saham yang

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

Tinjauan Atas Laporan Penerimaan Dan Pengeluaran Kegiatan APBD Pada Dinas Pertanian, Tanaman Dan Pangan Provinsi Jawa Barat

1 L a p o r a n T a h u n a n

BAB II DESKRIPSI OBLIGASI SYARIAH (SUKUK) saat jatuh tempo (Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 32/DSN-MUI/IX/2002).

BAB I PENDAHULUAN jiwa pada tahun 2010 ( Terdapat 87,18% dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2005

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB III KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-314/BL/2007 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN KEGIATAN USAHA BERBASIS SYARIAH

2016 ANALISIS PERBAND INGAN TINGKAT PROFITABILITASD AN LIKUID ITAS PERUSAHAAN SEBELUM D AN SESUD AH PENERBITAN SUKUK KORPORASI

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN SUKUK

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PASAR UANG DAN PASAR MODAL SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DANA PENSIUN PERHUTANI PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN ASET NETO Per 31 Desember Ref

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manusia tanpa terkecuali dalam kegiatan di perbankan. Hal ini dapat

Transkripsi:

A. OBLIGASI SYARIAH ( SUKUK ) 1. Pengertian Sukuk BAB II KERANGKA TEORI Obligasi berbasis sistem syariah yang sesuai dengan syariat islam atau dikenal dengan sebutan sukuk pengertian nya tidak jauh berbeda dengan obligasi biasa atau yang disebut dengan obligasi berbasis sistem konvensional. Menurut Dewan Standar Syariah Majelis Ulama Indonesia fatwa No.32/DSN-MUI/IX/2002 definisi sukuk adalah surat berharga jangka panjang yang dikeluarkan emiten berbasis prinsip syariah islam kepada investor pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada investor berupa bagi hasil,margin/fee,dan membayar kembali dana obligasi saat jatuh tempo. Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) mengatakan bahwa sukuk adalah surat berharga yang diterbitakan berdasarkan syariah islam sebagai bukti penyertaan atas aset SBSN baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun mata uang asing. Menurut Gusliana dan Dahlifah (2016) sukuk merupakan jamak dari kata sakk yang dalam bahasa Arab berarti kertas,catatan,atau sertifrikat. Dan secara praktis dapat dikatakan bahwa sukuk merupakan sebuah bukti kepemilikan yang mewakili kepentingan baik secara penuh atau secara proporsional dalam sebuah aset. Sukuk pun bukan merupakan utang yang memiliki ketetapan bunga seperti pada obligasi konvensional, 6

7 namun sukuk merupakan penyerta dana yang didasarkan kepada prinsip bagi hasil dan transaksi yang terdapat pada sukuk bukan merupakan utang piutang melainkan penyertaan. Menurut Selvianty (2015) sukuk merupakan surat pengakuan kerja sama yang memiliki ruang lingkup lebih luas atau lebih beragam dari sekedar surat hutang. Keberagaman dalam sukuk tersebut dipengaruhi oleh akad-akad yang digunakan, diantaranya mudharabah, ijarah, istisna, salam, dan murabahah. Dalam hukum fiqh muamalah, akad-akad yang terdapat pada instrument sukuk termasuk kedalam kategori tijarah yang diartikan menghendaki adanya kompensasi. Kompensasi tersebut dapat diwujudkan dengan bentuk bagi hasil pendapatan yang berasal dari akad pertukaran, atau dapat juga diwujudkan dengan bentuk bagi hasil keuntungan yang berasal dari akad persekutuan. Sedangkan akad yang menjadi dasar pengakuan hutang yang disebut dengan qardh tidak digunakan dalam akad instrument sukuk tersebut. Hal ini dikarenakan hutang termasuk kedalam kategori tabarru dimana dalam kategori tersebut tidak diperbolehkan adanya kompensasi. Latar belakang hadirnya sukuk sebagai salah satu instrument investasi dalam sistem keuangan yakni adanya ketentuan didalam Al- Quran dan As-Sunah mengenai larangan bertransaksi menggunakan riba atau bertransaksi dengan sifat gharar dan maysirdan terbebas dari unsur tadlis. Al-Quran telah menjelaskan dalam surat An-Nisaa ayat 29.

8 Yang artinya Wahai orang-orang beriman janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu denga jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu 2. Karakteristik Sukuk Purnamawati (2013) mengatakan sukuk memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan obligasi konvensional. Beberapa karakteristik pada sukuk antara lain : 1. Hasil investasi yang diberikan oleh penerima dana atau emiten terhadap pemegang obligasi syariah harus bebas dari unsur haram. 2. Hasil yang didapatkan oleh pemegang obligasi syariah harus sesuai dengan akad yang digunakan di awal. 3. Pemindahan kepemilikan sukuk harus sesuai dengan akad akad yang digunakan. Kemudian menurut Maryani (2016) sukuk memiliki karakteristikkarakteristik berikut ini: 1. Bukan merupakan surat hutang melainkan surat kepemilikan bersama atas suatu aset atau proyek tertentu. 2. Adanya underlying asset dalam setiap penerbitan sukuk. Yang dimaksud dengan underlying asset tersebut adalah aset yang dijadikan dasar penerbitan sukuk tersebut. 3. Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan pada proyek atau aset yang spesifik.

9 Selain itu Sudaryanti dkk (2014) berpendapat bahwa sukuk memiliki karakteristik khusus yakni terdapat pada sistem pengawasannya. Dalam sistem pengawasannya, sukuk tidak hanya diawasi oleh Wali amanat melainkan juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah yang berada dibawah naungan Majelis Ulama Indonesia.Pengawasan tersebut dilakukan sejak awal penerbitan hingga akhir masa penerbitan. Dengan diterapkan sistem pengawasan tersebut, maka prinsip kehati-hatian dan prinsip perlindungan kepada investor sukuk akan lebih terjamin. 3. Bentuk-Bentuk Sukuk Afif (2014) menyatakan bahwa sukuk memiliki beberapa macam bentuk yaitu: a. Sukuk Mudharabah Sukuk jenis mudharabah merupakan sertifikasi yang mewakili kegiatan investasi yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah. Dimana dalam prinsip mudharabah satu pihak bersedia menyediakan modal dan pihak lain bersedia menyediakan tenaga atau keahlian. Keuntungan dari hasil investasi pada sukuk jenis mudharabah akandibagi sesuai dengan kesepakatan di awal, dan kerugian yang timbul akan menjadi tanggungan pemilik modal sepenuhnya.

10 b. Sukuk Istisna Dalam sukuk jenis istisna harga, waku penyerahan, dan sertifikasi aset ditentukan di awal karena para pihak sepakat bahwa jual beli ditujukan untuk pembiayaan proyek atau aset. c. Sukuk Musyarakah Sukuk dengan akad musyarakah ini mempertemukan dua pihak atau lebih dalam menyatukan modal untuk membiayai kegiatan usaha atau suatu proyek. Dalam sukuk jenis ini, keuntungan maupun kerugian para investor ditentukan dengan seberapa banyak partisipasi modal yang diikutsertakan dalam investasi sukuk. d. Sukuk Ijarah Dalam sukuk yang berlandaskan akad ijarah ini, terjadi keadaan dimana satu pihak dapat bertindak sendiri atau melalui wakil untuk menjual atau menyewakan aset kepada pihak lain dengan kesepakatan yang dibuat tanpa memidahkan kepemilikan aset itu sendiri. e. Sukuk Salam Sukuk yang berlandaskan akad salam tersebut, terjadi keadaan dimana jumlah dan kriteria nya telah ditentukan sehingga pembayaran dilakukan di awal kemudian akan diserahkan sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Alvi (2013) menyatakan selain bentuk-bentuk yang dijelaskan diatas, terdapat beberapa jenis sukuk lainnya yaitu:

11 a. Sukuk Milkiyyah Al Maujudaat Al Mu ajjarah Sukuk jenis ini merupakan sertifikat kepemilikan dari aset yang disewakan atau berwujud aktiva yang disewakan sesuai dengan akad yang dilakukan para investor oleh agen keuangan. b. Sukuk Al Musaqaah. Sukuk jenis ini adalah sertifikat yang mewakili nilai yang sama yang dikeluarkan atas dasar kontrak irigasi untuk tujuan menggunakan dana yang dimobilisasi. Sertifikat yang dimiliki mencangkup saham sesuai dengan kesepakatan yang terjadi di awal. c. Sukuk Al Sharikah Sertifikat sukuk Al Sharikah ini mewakili proyek atau aktifitas yang dikelola atas dasar prinsip musyarakah dengan menunjuk satu pihak atau beberapa pihak lain nya untuk mengelola pengoprasian sukuk tersebut. Menurut Salim (2011) terdapat beberapa negara yang juga menerbitkan jenis-jenis sukuk diantaranya adalah: 1. Negara Malaysia. Di negara Malaysia, sukuk telah diterbitkan oleh pemerintah yaitu global sukuk dengan nominal sebesar US$ 600juta dan sukuk menjadi instrument pembiayaan anggaran negara yang penting. Jenis sukuk yang digunakan yakni sukuk dengan akad Ijarah. Penerbit sukuk yang ditunjuk oleh negara Malaysia bernama Global Sukuk

12 Inc yang kini telah membuat negara Malaysia tersebut sebagai negara penerbit sukuk terbesar di dunia bersama dengan UAE. 2. Qatar. Qatar merupakan negara yang memiliki perekonomian yang kuat dimana Qatar adalah pengekspor minyak dan gas ke berbagai negara. Dalam penerbitan sukuk, Qatar menggunakan tenor selama tujuh tahun yang dimulai pada tahun 2003 dan jatuh tempo hingga 2010. Sukuk yang diterbitkan yaitu jenis sukuk ijarah dengan spesifik proyek yang digunakan untuk pembiayaan membangun infrastruktur. Selain itu, di negara ini penerbitan sukuk dangat diminati oleh korporasi sehingga di negara ini sukuk pemerintah maupun korporasi tumbuh dengan baik. 3. Negara Bahrain. Pemerintah kerajaan Bahrain menerbitkan sukuk pertama kali pada tahun 2004 dengan tenor lima tahun dan jatuh tempo pada tahun 2009. Jenis sukuk yang diterbitkan yaitu sukuk ijarah (headlease dan sublease) yang bertujuan untuk menyediakan instrument management likuiditas bagi lembaga keuangan syariah. 4. Uni Emiret Arab (UAE). Negara Uni Emiret Arab (UAE) pertama kali menerbitkan sukuk ritel global pada tahun 2004.Sukuk yang diterbitkan adalah jenis sukuk ijarah (sale and lease back) yang terus berkembang pesat hingga saat ini. Hal tersebut dipicu oleh tingginya harga minyak

13 dunia yang pada akhirnya menyebabkan negara Timur Tengah mengalami kelebihan dana investasi. Kemudian dana pada investasi sukuk digunakan untuk menambah pembiayaan negara yang setiap jenisnya sudah tertuang dalam APBN. Selanjutnya di negara Indonesia sendiri, jenis sukuk yang lebih dikenal oleh para investor adalah sukuk ijarah dan sukuk mudharabah yang mulai diterbitkan pada tahun 2002 dengan tenor selama lima tahun. 4. Metode Pengeluaran Sukuk Wahid dan Solihin pada Afif (2014) mengatakan bahwa metode pengeluaran sukuk di Indonesia adalah sebagai berikut: a. Dalam pembentukan sukuk diharuskan ada beberapa pihak yang terlibat yaitu originator atau ahli waris pemilik sah aset, Special Purpose Vehicle (SPV) yaitu lembaga yang dipercaya untuk mengeluarkan sukuk, sukuk holder atau investor. b. Dalam tahap selanjutnya, originator memilih aset untuk dijual kepada SPV dengan nilai yang sudah disepakati dan dalam jangka waktu yang sudah di tentukan. c. Selanjutnya SPV mengamankan aset dengan cara menggunakan akad sukuk ijarah kepada investor. Sehingga aset menjadi milik bersama bagi para investor dan para investor sepakat untuk tidak membagikan aset tetapi dipercayakan kepada SPV untuk disewakan.

14 d. Hasil dari penyewaan tersebut akan dibagikan kepada investor. Jumlah pembagiannnya yaitu sesuai dengan jumlah modal yang ditanam investor di awal investasi. e. Pada masa ketika sukuk telah matang, flow of rents dihentikan. Setelah itu aset bersama yang dimilik investor dijual kembali oleh SPV kepada originator. Sedangkan menurut Anggadini (2016) tidak semua emiten dapat menerbitkan sukuk. Diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh emiten jika ingin menerbitkan sukuk yakni: a. Aktivitas utama perusahaan yang halal. Fatwa No: 20/DSN- MUI/IV/2001 menjelaskan beberapa jenis usaha yang bertentangan dengan syariat islam diantaranya adalah usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan barang dan jasa yang dilarang, usaha lembaga keuangan konvensional (mengandung unsur ribawi) termasuk perbankan konvensional dan asuransi konvensional, usaha yang dari awal produksi hingga penjualan memperdagangkan makanan dan minuman haram, usaha yang menyediakan barang atau jasa yang menimbulkan mudarat dan merusak moral. b. Memiliki komponen peringkat investment grade yaitu perusahaan harus memiliki fundamental usaha yang kuat, perusahaan harus memiliki fundamental keuangan yang kuat, perusahaan memiliki citra yang baik bagi publik. Yang dimaksud dengan peringkat

15 investment gradeadalah sebuah peringkat yang menunjukkan bahwa suatu perusahaan atau pemerintah tersebut memiliki resiko yang relative rendah dari peluang gagal bayar. Sehingga perusahaan atau pemerintah tersebut memiliki tingkat kepercayaan yang dapat berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang. c. Perusahaan memiliki keuntungan tambahan apabila perusahaan tersebut termasuk kedalam Jakarta Islamic Index (JII). Karena indeks tersebut menjadi tolak ukur saham-saham berbasis syariah. B. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 adalah pendapatan yang diperoleh suatu daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dan menurut Mardiasmo dalam Sularno (2013) mengatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi daerah.sumber tersebut dapat berasal dari pajak daerah, retribusi hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolan kekayaan daerah, dan pendapatan asli daerah yang sah lainnya. Sehingga menurut kesimpulan diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa pengertian pendapatan asli daerah (PAD) adalah sumber pendapatan asli daerah yang digali atau didapatkan dari daerah tersebut dan dapat digunakan oleh pemerintah untuk modal dasar dalam

16 membiayai pembangunan sarana publik dan usaha-usaha di daerah tersebut. Hal itu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap dana dari pemerintah pusat. Rumus Pendapatan Asli Daerah adalah: PAD = Pajak daerah+retribusi daerah+hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan+lain-lain PAD yang sah 2. Jenis-Jenis Kelompok Pendapatan Daerah a. Pajak Daerah. Menurut UU 28 Tahun 2009 yang dinamakan pajak daerah adalah iuran yang dilakukan oleh perorangan atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang dan iuran tersebut dapar dipaksakan berdasarkan dengan peraturan UU yang berlaku. Jenis-jenis pajak daerah meliputi: 1. Pajak Hotel. Pajak hotel merupakan pajak yang dikenakan atas pelayanan suatu hotel. 2. Pajak Restoran dan Rumah Makan. Pajak restoran dan rumah makan adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan restoran, tidak termasuk catering atau jasa boga. 3. Pajak Hiburan. Pajak hiburan merupakan pajak atas setiap penyelenggaraan hiburan.yang termasuk dalam pajak hiburan adalah

17 penyelenggaraan acara apapun baik jenis pertunjukan atau permainan yang dinikmati banyak orang dan dipungut biaya. 4. Pajak Reklame. Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggara reklame yaitu barang atau media yang memiliki tujuan komersil. 5. Pajak Penerangan Jalan. Pajak penerangan jalan adalah pajak yang dikenakan atas listrik yang terdapat dijalanan disuatu daerah dan dibayarkan oleh pemerintah. 6. Pajak Bahan Galian Golongan C. Pajak bahan galian golongan C adalah pajak atas pengambilan bahan galian golongan C. Yang termasuk bahan galian golongan C adalah asbes,batu tulis,batu kapur,batu setengah permata,gips dan lain-lain. 7. Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Pemukiman. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air pemukiman merupakan pajak yang dikenakan atas pengambilan ari baik berasal dari bawah tanah maupun air permukaan untuk digunakan pribadi atau suatu badan kecuali untuk keperluan rumah tangga dan pertanian rakyat. b. Retribusi Daerah.

18 Menurut UU No 28 Tahun2009, retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau izin yang telah diberikan untuk kepentingann pribadi atau suatu badan tertentu. c. Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan Salah satu alasan diberlakukan nya sistem otonomi daerah adalah tingginya campur tangan pemerintah pusat dalam mengelola kepemerintahan daerah, termasuk mengelola kekayaan daerah, mengelola segala sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, serta industri. Pemerintah pun mengizinkan adanya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) agar setiap daerah dapat memanfaatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. d. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Menurut Sularno (2013) lain-lain pendapatan yang sah dapat diupayakan oleh setiap daerah dengan cara yang baik dan wajar. Alternatif memiliki pendapatan ini dapat melalui pinjaman bank atau non bank, melalui pinjaman ke daerah lain, dan melalui investasi masyarakat pada daerah tersebut. C. PEMBIAYAAN DAERAH 1. Pengertian Pembiayaan Daerah Menurut Faud (2017) pembiayaan daerah adalah setiap pengeluaran daerah yang akan diterima kembali oleh daerah tersebut dan setiap pendapatan atau penerimaan daerah yang harus dibayarkan

19 kembali yang memiliki tujuan untuk memanfaatkan surplus anggaran dan menutup defisit anggaran. Defisit dan surplus anggaran tersebut terjadi apabila terdapat selisih diantara belanja daerah dan anggaran pendapatan daerah. Pengertian pembiayaan daerah menurut Malik (2016) adalah anggaran daerah meliputi semua pengeluaran dan penerimaan daerah yang akan keluar dan kembali lagi ke daerah tersebut atau sebaliknya pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun anggaran berikutnya. Komponen dalam pembiayaan daerah tersebut terbagi menjadi dua bagian. Bagian tersebut adalah: 1. Penerimaan pembiayaan mencangkup: a. Silpa tahun anggaran sebelumnya. Silpa merupakan penerimaan daerah yang berasal dari sisa kas daerah pada penerimaan tahun lalu untuk menutupi defisit anggaran jika realisasi pendapatan daerah lebih kecil daripada realisasi belanja daerah. b. Pencairan dana cadangan. c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. Penerimaan pinjaman. e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman. 2. Pengeluaran pembiayaan mencangkup: a. Pembentukan dana cadangan. b. Penyertaan modal dari pemerintah daerah. c. Pemberian pinjaman.

20 d. Pembayaran pokok utang daerah. Anggaran pembiayaan daerah yang tercantum dalam APBD harus sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang telah ditetapkan dan dianggarkan secara bruto dalam APBD.