3.1 Latar belakang Tema 8 BAB III BAB III TINJAUAN KHUSUS Latar belakang penggunan tema Arsitektur Kontekstual adalah: Perkembangan teknologi dan informasi yang cukup pesat sehingga perlunya penyesuaian terhadap ruangan yang mewadahinya. Berada di lingkungan Universitas Maranatha sehingga dalam perancangannya perlu menyesuaikan dengan konteks bangunan yang sudah ada 3.2 Pengertian Kontekstual Kontekstual adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan mengaitkan bangunan baru dengan lingkungan sekitarnya (Brent C Brolin, Architecture in Context). 3.3 Ciri Ciri Kontekstual Adapun ciri ciri dari kontekstual adalah: Adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornament, dan lain - lain terhadap bangunan sekitar lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu tempat Meningkatkan kualitas lingkungan yang ada 3.4 Pembagian Arsitektur Kontekstual Arsitektur kontekstual dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: 1. Contras (kontras / berbeda) Kontras dapat menciptakan lingkungan urban yang hidup dan menarik, namun dalam pengaplikasiannya diperlukan kehati hatian hal ini agar tidak menimbulkan kekacaun. Hal ini sesuai dengan pendapat Brent C. Brolin, bahwasannya kontras bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmosi, namun ia mengatakan bila terlalau banyak akan mengakibatkan shock effect yang timbul sebagai akibat kontas. Maka efektifitas yang dikehendaki akan menurun sehingga yang muncul adalah chaos (kekacauan). 2. Harmony (harmoni / selaras) Ada kalanya suatu lingkungan menuntut keserasian / keselarasan, hal tersebut dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan yang sudah ada. Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan konteks / lingkungan dimana Budiyono I 41208110017 III - 1
Sehingga kehadiran satu atau sekelompok banguanan baru lebih menunjang daripada menyaingi kar 3.5 Unsur Unsur Kontekstual 1. Tipologi Adalah bentuk dasar elemen arsitektural bangunan (yang telah ada sebelumnya).elemen berupa bentuk bangunan,bentuk atap dan lainnya.dengan bentuk dasar tersebut ke dalam desain bangunan baru akan tercipta keserasian ( fasade) antara bangunan lama dengan bangunan baru. 2. Datum ( kesamaan ) Suatu datum diartikan sebagai suatu garis, bidang atau ruang acuan untuk menghubungkan unsur - unsur lain di dalam suatu komposisi. Datum mengorganisir suatu pola acak unsur unsur melalui keteraturan kontinuitas dan kehadirannya yang konstan. Sebagi contoh, garis garis lagu berfungsi sebagai suatu datum yang memberi dasar visual untuk membaca not dan irama secara relative nada nada yang ada. Pada sebuah organisasi acak dari unsur unsur yang tidak sama, sebuah datum dapat mengorganisir unsur unsur ini menurut cara cara berikut: Garis Sebuah garis dapat memotong atau membentuk sisi sisi bersama suatu pola; garis garis grid dapat membentuk sebuah bidang penyatu yang netral dari suatu pola. Bidang Sebuah bidang dapat mengumpulkan pola unsur unsur di bawahnya atau berfungsi sebagai latarbelakang dan membatasi unsur unsur di dalam bidangnya. Ruang Budiyono I 41208110017 III - 2
Sebuah bidang dapat mengumpulkan pola pola di dalam batas batasnya atau mengorganisir mereka sepanjang sisi sisinya. 3. Irama Irama adalah sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud, atau warna secara teratur dan harmonis. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan mengelompokkan unsur unsure di dalam suatu komposisi acak menurut: Kedekatan atau keterhubungan satu sama lain, dan Karakteristik visual yang dimiliki bersama Sifat fisik dari bentuk dan ruang arsitektur yang dapat diorganisir secara berulang adalah: Ukuran Bentuk wujud 4. Komposisis Warna Komposisi warna juga dapat menciptakan disain arsitektural yg kontektual,yang dapat di ciptakan melalui permainan bisang warna, dengan menampilkan warna warna bidang yang berlainan dimensinyasehingg dapat memberikan warna kontektual.konsep warna juga dapat di terapkan melalui pencahayaan buatan. Tabel 3.1 : pendekantan Unsur Tema Kedalam Bangunan No Unsur Pendekatan 1 Tipologi Tipologi dari fisik bangunan eksisting cenderung mengunakan bentuk bulat ataupun elips dan persegi panjang. 2 Dantum ( kesamaan garis ) Dalam kesamaan gari diambil dari ketingian lantai Budiyono I 41208110017 III - 3
Kesamaan bidang bangunan 8 12 lantai untuk efisiensi lahan dan mengikuti peraturan lahan yang ada saat ini dan memberikan keselarasan dalam bangunan. Dalam kesamaan bidang di ambil dari proporsi bukaan (masif / transparan )sehingga dapat memberikan kesamaan antara bangunan yg lama dengan bangunan baru Kesamaan Ruang 3 Irama 4 Komposisis Warna Mengunakan system pengunduran bangunan yang ada saat ini untuk exixting jarak antara jalan dengan bangunan 33m sehingga dapat di manfaatkan sebagai ruang lahan terbuka hijau taupun sebagai lahan untuk publik pengulangan bentuk & jarak yg sama dengan pemberian awalan & akhiran yg lain bentuknya atau ukurannya lain atau jaraknya lain. Irama bertujuan menghilangkan kesan monoton dan kesan yang sama serta menjemukan, Warna yg menarik Meningkatkan kwalitas atau member nilai tambah. Sebagai media komunikasi yang memiliki makna untuk penyalur kesan dan informasi. Untuk menutupi kelemahan atau kekurangan suatu permukaan bentuk atau benda yang di anggap kurang menarik. Budiyono I 41208110017 III - 4
3.6 Studi Banding Tema Sejenis 3.6.1 LOUVRE PYRAMID BAB III Lokasi : Paris, Prancis Selesai dibangun : 1989 Fungsi : Museum Arsitek : I. M. Pei Louvre Pyramid merupakan sebuah piramid kaca dan besi besar, yang dikelilingi oleh tiga piramida kecil. Piramida Utama merupakan pintu masuk utama ke musem. Ketinggian dari piramid ini mencapai 20,6m dengan bagian dasar memiliki panjang sisi 35 m. Tersususn atas 603 kaca belah ketupat dan 70 kaca segitiga. Louvre Pyramid dan lobi bawah tanah dibangun sebagai solusi untuk masalah pintu masuk utama Louvre yang asli, yang setiap harinya selalu dikunjungi oleh banyak para pengunjung. Pengunjung yang masuk melalui Louvre Pyramid akan melalui turun ke arah lobi dan kemudian naik ke bangunan utama Louvre. Dalam pembangunan Lovre Pyramid banyak orang menganggap sangat kontras dengan bangunan Museum Louvre dengan arsitekturnya yang klasik. Namun sebagain orang bangga atas gaya arsitekturnya yang kontras sebagai penggabungan antara bangunan lama dan baru. Budiyono I 41208110017 III - 5
3.6.2 Balai Kota Bandung (Gubahan Bentuk dengan respon yang kontekstual ) Kompleks Balai Kota Bandung ini merupakan salah satu contoh desain yang menerapkan konsep kontekstual harmoni antara bangunan baru dan bangunan lama. Gubahan ruang dan bentuknya mencoba mersepon bangunan eksisting yang bergaya Art Deco versi Frank Lloyd Wright. Sama halnya dengan Gedung Sabuga, bangunan ini menerapkan dan mentransformasikan bentuk Art Deco terhadap bentuk modern yang lebih simpel namun tidak menghilangkan sifat Art Deco yang dekoratif dan ornamental. Bangunan ini memiliki 3 massa utama, yaitu pada bagian tengah menjadi pusat atau kantor balaikota dan diapit oleh dua bangunan yang simetris dan memiliki bentuk yang sama. Kantor Balaikota yang terletak di jalan Merdeka Bandung identik dengan banyaknya bangunan yang memiliki ciri khas Arsitektur Kolonial dan Art Deco. Begitu banyaknya peninggalan bangunan yang memiliki arti penting bagi sejarah kota Bandung dan memberikan kontribusi terhadap wajah kota Bandung. Dalam hal ini SLW menerapkan konsep kontekstualisme dalam mengambil dan mentransformasikan bentuk dari langgam arsitektur kolonial atau art deco. Budiyono I 41208110017 III - 6
Dalam sebuah transformasi bukanlah dalam artian menjiplak karya orang lain namun memberikan sentuhan baru terhadap bentuk bangunan lama dan menerapkannya terhadap bangunan yang dirancang. Dalam hal ini kantor balaikota ditransformasikan dari bentuk gedung sate serta pada bagian kanan dan kirinya di transformasikan dari bentuk art deco namun lebih simpel. Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa SLW berusaha menerapkan bentuk bangunan gedung sate pada kantor balaikota. Hal ini dapat dilihat dari bagian atapnya yang menerapkan prinsip atap pada arsitektur tradisional Sunda. Meskipun pada bagian atap balaikota tidak bertingkat namun ragam bentuknya memiliki kesamaan dan kemiripan. Hal lainnya yang dapat dilihat yaitu dari bentuk tusukan sate yang terdapat pada bagian atap. Bentuk-bentuk yang ditransformasikan ini memberikan kesan bahwa dalam sebuah konsep perancangan tidak terlepas dari sejarah sebuah kota. Hal ini ditunjukkan oleh sang arsitek bahwa gedung sate yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi dan berfungsi sebagai bangunan pemerintahan dapat di implementasikan ke dalam suatu karya baru dan dikemas dengan bentuk yang lebih sederhana. Unsur Art Deco dapat terlihat dari ornament-ornamen yang dibentuk Kantor Balaikota yang terletak di jalan Merdeka Budiyono I 41208110017 III - 7
Dalam rancangan SLW ini, arsitektur Art Deco menjadi tolak ukur dalam membuat sebuah perancangan. Terdapat ornamen-ornamen bersifat dekoratif yang menjadikan ciri khas dalam Art Deco. Pada bagian samping dapat dilihat bahwa tipe jendela yang digunakan pada bangunan ini memiliki kemiripan dengan bangunan gedung Sabuga. Hal ini menjadi ciri khas dalam Art Deco yaitu bukaan kecil yang memanjang. Bagian jendela atau bukaan ini menurut sang Arsitek merupakan transformasi dari bentuk daun-daun yang disinari oleh matahari. Pada bagian kolom memiliki proporsi dan ketinggian yang sesuai dengan golden section namun, pada keberjalanan dalam tahap pembangunan, terjadi kesalahan komunikasi sehingga golden section yang telah direncanakan oleh arsiteknya tidak berjalan dengan baik. Namun bentuk bangunan ini juga tidak terlepas dari pengaruh kondisi eksisting sekitarnya, seperti Bank BI yang memiliki ciri khas arsitektur Art Deco yang sangat kental. 3.7 Kesimpulan Dari beberapa analisa dan kajian tentang tema sebagai pendekatan penyelesaian maka dapat di simpulkan beberapa konsep yang digunakan agar tercapainya keselarasan dan keharmonisan seacara visual serta dapat menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar perancangan. Budiyono I 41208110017 III - 8