BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR OBSERVASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

SATUAN ACARA PENYULUHAN 6 LANGKAH MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan. membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGETAHUAN DAN PENERAPAN FIVE MOMENTS CUCI TANGAN PERAWAT DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

PELAKSANAAN CUCI TANGAN HAND RUB PERAWAT DI RUANG PRE OPERASI KAMAR BEDAH

PELAKSANAAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK RUMAH SAKIT SWASTA DI YOGYAKARTA. Margareta Hesti Rahayu

KEPATUHAN HAND HYGIENE DI RUMAH SAKIT MISI RANGKASBITUNG

BAB III METODE PENELITIAN. kelompok (one group pre-test post-test design) karena rancangan ini

PERANAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP PENERAPAN NILAI-NILAI AGAMA DI KELOMPOK B TK MELATI BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan klien, keluarga, komunitas, dan masyarakat. Peran perawat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

CARA MENCUCI TANGAN CARA MENCUCI TANGAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LINDUNGILAH KELUARGA ANDA DARI PENULARAN BATUK DAN FLU DENGAN ETIKA BATUK YANG BAIK DAN BENAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENERAPAN HAND HYGIENE DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KEPATUHAN HAND HYGIENE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI TERHADAP PRAKTIK HAND HYGIENE PADA PENUNGGU PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. ADHYATMA TUGUREJO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah Sakit merupakan suatu tempat dan juga sebuah fasilitas,

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

EFEKTIFITAS EDUKASI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEPATUHAN FIVE MOMENT FOR HAND HYGIENE DI RUANG PERAWATAN INTENSIF

HUBUNGAN SIKAP DAN KEPATUHAN CUCI TANGAN PADA PERAWAT RAWAT INAP RSUD KOTA SEMARANG


PERBANDINGAN EFEKTIFITAS ANTISEPTIK ETHANOL DAN 1-PROPANOL DIBANDINGKAN DENGAN ETHANOL DAN HIDROGEN PEROKSIDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data atau informasi indikator-indikator perilaku dapat melalui beberapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

7 Langkah Cara Mencuci Tangan Yang Benar Menurut WHO

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) : Cuci Tangan yang Baik dan Benar Pokok Bahasan : Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar : keluarga dan klien

Analisis Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kontribusi determinan-determinan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO.

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

JAM 13, 4 Diterima, Januari 2015 Direvisi, Agustus 2015 Nopember 2015 Disetujui, Desember 2015

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse.

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

DAFTAR ISI No. Tentang Hal.

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM SENAM KAKI DIABETIK. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien. World Health

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kelman (1958) dalam Sarwono (2007) dijelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Masa Anak Usia Sekolah Dasar. atau 10 tahun sampai umur 12 atau 13 tahun (Yusuf, 2011).

Dewi Anggraini 1, Insan Fitriyani 2, Tuti Restuastuti 3

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi adalah Healthcare-associated Infection (HAIs). HAIs

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAYA ANTIMIKROBA DAN PERBANDINGAN ACCEPTABILITY SERTA TOLERABILITY CAIRAN PENCUCI TANGAN FORMULA WHO DENGAN CAIRAN

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai bagian lembaga penyelenggaraan pelayanan publik dituntut untuk

Trend Angka Infeksi Rumah Sakit Tahun Trend Angka Infeksi Rumah Sakit Tahun 2014

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK DI JANTURAN MLATI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Cuci Tangan 1. Pengertian Kepatuhan Menurut kamus Bahasa Indonesia, kepatuhan adalah suka menurut perintah, taat kepada perintah aturan, berdisplin, sifat patuh, ketaatan. Menurut Herb Kelman (1985), kepatuhan dimulai dari tahap individu mematuhi anjuran tanpa kerelaan karena takut hukuman atau sangsi. Tahap identifikasi adalah kepatuhan karena merasa diawasi. Tahap internalisasi adalah tahap individu melakukan sesuatu karena memahami makna, mengetahui pentingnya mencuci tangan. Menurut Sarwono (1993), bahwa patuh menghasilkan perubahan tingkah laku yang sementara, dan individu cenderung kembali berpandangan semula. 2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Menurut teori Lawrence Green dalam buku Notoatmojo. (2003), bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi dan membentuk perilaku seseorang, meliputi: 1. Faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2. Faktor pendorong yang terwujud dalam bentuk sikap petugas kesehatan. 3. Faktor pendukung yang terwujud dalam ketersediaan fasilitas dan sarana. 7

Menurut model teori perubahan terencana, faktor-faktor yang memendukung kepatuhan seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan sebagaimana yang dikemukan oleh Godin dan Kok (1995), meliputi: 1. Faktor sikap positif. 2. Adanya aturan yang subjektif. 3. Adanya persepsi yang positif. Attitude toward the behavior Subjective norm Perceived behavior control Intention to act Behavior Gambar 2.1 Model theory planned behavior Sumber: Godin, G., &Kok, G. (1995). The theory of planned behavior: A review of its applications to health-related behaviors. American Journal of Health Promotion. Menurut model teori perubahan terencana, kepatuhan cuci tangan dipengaruhi oleh sikap yang positif terhadap cuci tangan, adanya aturan cuci tangan yang harus diikuti oleh perawat, serta adanya persepsi yang baik terhadap cuci tangan. 3. Pengukuran Kepatuhan Cuci Tangan Pengukuran kepatuhan cuci tangan dilakukan dengan cara melakukan observasi atau pengamatan langsung pada perawat di saat melakukan cuci tangan. Yang di observasi adalah kepatuhan terhadap waktu cuci tangan dan 8

kepatuhan terhadap prosedur cara cuci tangan. Pelaksanaan cuci tangan oleh perawat di amati oleh pengamat tanpa saling mengenal. B. Sikap Cuci Tangan 1. Pengertian Sikap Menurut Oxford Learner Dictionary (Hornby, 1974) mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari Bahasa Italia attitude yaitu Manner of placing or holding the body and way of feeling, thinking or behaving. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Menurut Azwar S. (2008), Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu, sedangkan menurut Notoatmojo (2010), bahwa sikap bagian dari reaksi individu secara tertutup terhadap rangsangan yang tidak dapat diamati secara langsung, dimana individu tersebut akan memiliki sikap positif bilamen dapatkan rangsangan atau stimulus yang menyenangkan, sebaliknya individu akan bersikap negatif bila rangsangan yang ada tidak menyenangkan. Stimulus Rangsangan Proses Stimulus ReaksiTingkahL aku (terbuka) Sikap (tertutup) Gambar 2.2 Terbentuknya proses sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2010) 2. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap meliputi: Faktor yang mempengaruhi perubahan sikap menurut Notoatmojo (2002), 9

a. Adanya kognisi. Kognisi adalah dimana seseorang berada dalam tahap mempelajari yaitu tahap mengenal masalah dan mencari informasi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut. b. Adanya kepercayaan. Kepercayaan merupakan komponen sikap yang kedua yaitu adanya kepercayaan terhadap pengirim berita, berita itu sendiri, dan keadaan, contohnya semakin besar prestise sang komunikator akan semakin besar pula perubahan sikap yangdi timbulkan. c. Menyukai dengan rangsangan baru. Menyukai merupakan komponen sikap yang ketiga dimana individu akan berubah sikap karena menyukai hal-hal atau terhadap sesuatu yang menyenangkan. Kognisi (rangsangan) Kepercayaan (rangsangan) Menyukai (rangsangan) SIKAP SIKAP POSITIF SIKAP NEGATIF Gambar no 2.3 Komponen Perubahan Sikap Faktor-faktor yang menunjang perubahan sikap menurut Godin. G., & Kok, G. (1995) meliputi: a. Adanya imbalan dan hukuman dimana individu mengasosiasikan reaksinya yang disertai imbalan dan hukuman; b. Stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga dapat terjadi perubahan dalam sikap; c. Stimulus mengandung prasangka bagi individu yang mengubah sikap semula. 3. Tingkatan Sikap Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2010), terdiri dari : 10

a. Menerima. Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memerhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b. Merespon. Merespon diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikannya. c. Menghargai. Menghargai diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. d. Bertangung jawab. Bertangung jawab diartikan dia bertangung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih, dilakukannya. 4. Pengukuran Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkapkan (azwar S. 2003). Pernyataan sikap mungkin berisi atau menyatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek, pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favorable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin berisi atau menyatakan hal-hal yang negatif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat tidak mendukung atau memihak pada objek, pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang nonfavorable (Azwar S. 2003). Menurut Notoatmodjo (2003), pengukuran sikap dapat juga dilakukan dengan secara langsung yaitu dengan bertanya bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek atau dengan tidak langsung dimana dapat dilakukan dengan memberikan pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan kepada responden, bagaimana pendapatnya terhadap pernyataan tersebut. Dari teori tersebut diatas, maka melalui pengukuran sikap, dapat dipahami proses kesadaran seseorang yang sedang melakukan tindakan nyata dan tindakan yang mungkin dilakukan oleh individu. 11

C. Cuci tangan 1. Pengertian Cuci Tangan Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas, cuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan danjari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuanlainnya. Menurut CDC (2002), cuci tangan adalah cara-cara umum yang diterapkan secara rutin dalam mencuci tangan dengan cairan antiseptik, melumuri tangan dengan alcohol, atau mencuci tangan dengan antiseptik bedah. Ada dua hal yang mendasar dari pengertian tersebut yaitu: a. Mencuci tangan secara rutin dengan menggunakan cairan antiseptik atau dengan sabun anti bakteri dan menggunakan air yang mengalir; b. Melumuri tangan dengan larutan yang berbasis alkohol dimana seluruh permukaan tangan di lumuri dengan alcohol lalu di keringkan. Penerapan kedua prosedur mencuci tangan tersebut diharapkan oleh dapat dijadikan sebagai aturan yang harus diikuti oleh para perawat yang bekerja di pelayanan kesehatan. 2. Cara Cuci Tangan Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir menurut WHO (2009) dilakukan dengan 7 cara yaitu: Langkah-langkah Penjelasan Langkah pertama, basahi dengan air dan tuangkan sabun secukupnya dan ratakan dengan kedua telapak tangan. Langkah kedua, menggosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya. Langkah ketiga, menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari-jari. 12

Langkah keempat, menggosok jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci. Langkah kelima, menggosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya. Langkah keenam, gosok telapak tangan dengan jari-jari yang menyatu, lakukan sebaliknya. Langkah ketujuh, gosok dan bersihkan tangan kiri sampai pergelangan, lakukan sebaliknya. 13

Cara cuci tangan dengan handrub menurut WHO (2009) adalah sebagai berikut: Langkah-langkah Penjelasan Tuangkan 3-5 cc antiseptic berbasis alcohol ke dalam telapak tangan. Gosok kedua telapak tangan hingga merata. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya. Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya. Keringkan tangan anda 2-30 menit. 3. Waktu Cuci Tangan Rekomendesi dari WHO (2009) dan kampanye cuci tangan dari Canadian Patient Safety campaign 2012, cuci tangan di pelayanan kesehatan harus dilakukan dengan lima waktu: (1) sebelum menyentuh/memeriksa pasien: (2) Sebelum dan setelah melakukan procedur 14

aseptik/pembersihan; (3) Setelah terpapar cairan tubuh pasien; (4) menyentuh /memeriksa pasien; (5) Setelah menyentuh sekeliling pasen. WHO (2012) menekankan pentingnya cuci tangan untuk kepentingan keselamatan pasien dengan moto bersihkan tangan terlebih dahulu (Clean your hand initiative), karena tangan petugas kesehatan sebagai salah satu penyebab penyebaran penyakit infeksi, keadaan ini merupakan masalah yang dihadapi oleh berbagai Negara. Kejadian infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan masalah besar dan mengancam keselamatan pasien, maka sangat penting bagi komunitas pelayanan kesehatan untuk melakukan upaya pencegahan infeksi dengan mencuci tangan dengan baik. Pada penelitian ini yang di ukur adalah sikap cuci tangan dengan cara tanya jawab dengan responden dan observasi langsung kepatuhan cara cuci tangan terhadap responden waktu mencuci tangan dengan sabun. 15

D. Kerangka Teori Kerangka teori pada penelitian ini berdasarkan teori perubahan perilaku dari L. Green dan Model theory planned behavior yang dapat mempengaruhi kepatuhan cuci tangan. Gambar 2.4 kerangka Teori Teori perubahan perilaku oleh L. Green, faktor yang mempengaruhi perilaku: 1. Faktor predisposisi: pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2. Faktor pendorong: sikap petugas kesehatan. 3. Faktor pendukung: ketersediaan fasilitas dan sarana. Kepatuhan cuci tangan Teori Model theory planned behavior faktor yang mempengaruhi perilaku: 1. Sikap positif 2. Aturan jelas 3. Persepsi baik Sumber: 1. CDC. (2002). Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings. Recommendations and Reports October 25, 2002 / Vol. 51 / No. RR-16. Centers for Disease Control and Prevention. 2. Godin, G. & Kok, G. (1995). The theory of planned behavior: A review of its applications to health-related behaviors. American Journal of Health Promotion, 11, 87 98. 3. Mathur, P. (2010). Hand Hygiene: back to the basics of infection control. New Delhi: Indian J Med Res. 2011 Nov; 134 (5). 4. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 5. Pittet, D. (2001). Improving adherence to hand hygiene practice a multidisciplinary approach. Emerging Infectious Diseases: Vol. 7, No. 2, March April 2001 6. Shumaker, Ockene dan Riekert. (2009). The Handbook of Health Behavior Change. NY: Springer Publishing Company. 7. WHO. (2007). Improved Hand Hygiene to Prevent Health Care Associated Infections. Patient Safety Solutions. Vol 1, Solution 9/May 2007. 16

E. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini dibatasi pada penelitian sikap, dan kepatuhan cuci tangan pada perawat Rawat Inap RSUD Kota Semarang, dengan asumsi bahwa dengan memiliki sikap yang positif akan mempengaruhi kepatuhan seseorang untuk mencuci tangan (Godin dan Kok, 1995). Pengetahuan Gambar 2.5 kerangka konsep Sikap Kepatuhan cuci tangan Sarana Persepsi Aturan Keterangan simbol: Variabel yang di teliti Variabel tidak di teliti F. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau diupayakan oleh peneliti tentang suatu konsep penelitian tertentun (Notoatmojo. 2002). 17

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis variabel, yaitu: 1. Variabel bebas Variabel bebas yaitu variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain atau variabel yang muncul dapat berdiri sendiri. Yang termasuk variabel bebas adalah: sikap yaitu sikap terhadap pernyataan cuci tangan pada pada perawat Rawat Inap RSUD Kota Semarang. Kuesioner sikap diukur dengan dengan memberikan pernyataanpernyataan sikap cuci tangan dan jawaban dari responden menggunakan 4 skala Likert yaitu (4) sangat setuju, (3) setuju, (2) tidak setuju dan (1) sangat tidak setuju. 2. Variabel mengikat Variabel mengikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Yang termasuk variabel mengikat adalah variabel kepatuhan yaitu kepatuhan cuci tangan pada perawat Rawat Inap RSUD Kota Semarang. Variabel kepatuhan cuci tangan di ukur dengan melakukan observasi atau pengamatan langsung pada perawat pada saat melakukan cuci tangan. G. Hipotesis / pernyataan Penelitian Hipotesis adalah pernyataan mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel yang merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dimana kebenaran isi pernyataan itu masih memerlukan dukungan secara empiris atau belum teruji, sehingga sifatnya merupakan dugaan/jawaban sementara atas fenomena yang sedang dipelajari. (Bhattacherjee, A 2012). Pada penelitian ini, hipotesis/pernyataan yang telah di susun adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis nol (H o ): Tidak ada hubungan sikap dan kepatuhan cuci tangan pada perawat Rawat Inap RSUD Kota Semarang. 18

2. Hipotesis alternatif (H a ): Ada hubungan sikap dan kepatuhan cuci tangan pada perawat Rawat Inap RSUD Kota Semarang. 19