TUGAS AKHIR. Bahruddin Salam Pembimbing : Dr. Ir. Rimadewi Suprihardjo, MIP

dokumen-dokumen yang mirip
Arahan Pengembangan Kawasan Wisata Cagar Budaya Trowulan, Kabupaten Mojokerto

Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism

Arahan Pengembangan Kampung Majapahit sebagai Desa Wisata pada Kawasan Cagar Budaya Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto

FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER

Arahan Pengendalian Pembangunan Kawasan Cagar Budaya Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring Kabupaten Gianyar

Kabupaten Mojokerto secara topografis terletak di sepanjang Sungai Brantas hingga dataran tinggi di lereng Pegunungan Penanggungan dan Welirang dan

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

LILIK KRISNAWATI DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. Rimadewi Suprihardjo, MIP

Gambar V.8 Potongan lahan fasilitas 2

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur

V. KONSEP PENGEMBANGAN

Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

Arahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kerangka berpikir Arkeologi maka digunakan penelitian kualitatif.

Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

BAB II KAJIAN TEORI...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

Pelestarian Cagar Budaya

STRATEGI PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA BUDAYA (Studi Kasus pada Kawasan Situs Trowulan sebagai Pariwisata Budaya Unggulan di Kabupaten Mojokerto)

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...


BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

Revitalisasi Desa Bungaya sebagai Desa Wisata Budaya di Kabupaten Karangasem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai

ABSTRAK. Kata Kunci: Aegle marmelos, sosiabilitas, vitalitas, periodisitas

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PESISIR TALANG SIRING DI KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL KUTAI, KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada

PENENTUAN KRITERIA ZONASI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PANTAI WATU ULO DI KECAMATAN AMBULU, KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. berani mempromosikan diri untuk meningkatan citra dan perekonomian Kota

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

Pembentukan Cluster Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi

Pengembangan Kawasan Wisata Budaya Kabupaten Sumenep

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre arcade puzzle

BAB II METODE ANALISA

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. keutamaan media interaktif, peranan media interaktif terhadap cagar budaya/objek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

1 Mundofar_ BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau

Transkripsi:

TUGAS AKHIR Bahruddin Salam 3610100006 Pembimbing : Dr. Ir. Rimadewi Suprihardjo, MIP JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

PENDAHULUAN Latar belakang Trowulan telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya peringkat nasional sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 260/M/2013 Diyakini sebagai ibukota Kerajaan Majapahit di masa lampau Mempunyai potensi cagar budaya yang besar Tengible & intengible Mempunyai potensi pada aspek ekonomi yang baik Produk kerajinan lokal khas trowulan Merupakan situs kota kuno satu-satunya di Indonesia yang peninggalannya masih berwujud. (Moendardjito, 2008) Pengembangan kepariwisataan dan masyarakat belum optimal Partisipasi masyarakat minim dalam hal pengembangan dan perencanaan kawasan wisata Maraknya aktifitas industri batu-bata situs cagar budaya sebagai objek daya Tarik wisata kehilangan kelestariannya Produk kerajinan lokal tidak berkembang Kawasan Trowulan mempunyai nilai manfaat bagi masyarakat sekitarnya serta nilai keberadaan yang dapat dinikmati. Namun jika perusakan lingkungan situs terus terjadi, tak munutup kemungkinan trowulan akan kehilangan wisatawan Dengan dasar ini, maka sangat potensial jika kawasan trowulan dikembangkan menjadi kawasan pariwisata cagar budaya karena trowulan telah memiliki modal berupa kebudayaan tengible maupun intengible

PENDAHULUAN Jumlah pengunjung per tahun 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: BPCB Trowulan

PENDAHULUAN Rumusan masalah Trowulan telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya nasional Terdapat beberapa kendala yang merujuk pada stagnansi/tidak berkembangnya kawasan wisata cagar budaya seperti kurang berkembangnya kerajinan local, kerusakan lingkungan sekitar situs akibat industri batu bata Faktor stagnansi/kurang berkembangnya kawasan wisata cagar budaya dijadikan dasar sebagai arahan untuk penanggulangannya.

PENDAHULUAN tujuan dan sasaran Tujuan: Menentukan faktor penyebab stagnansi/kurang berkembangnya kawasan wisata cagar budaya Trowulan Sasaran: Mengidentifikasi potensi & kendala wisata di kawasan wisata cagar budaya Trowulan, Kabupaten Mojokerto Menentukan delineasi wisata cagar budaya di kawasan Trowulan, Kabupaten Mojokerto Menentukan faktor-faktor penyebab stagnansi di kawasan wisata cagar budaya Trowulan, Kabupaten Mojokerto Merumuskan arahan pengembangan kawasan wisata cagar budaya di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto

PENDAHULUAN Wilayah Studi

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik kawasan cagar budaya Indikator dan variabel penelitian Delineasi kawasan cagar budaya Kawasan wisata cagar budaya Trowulan Pariwisata cagar budaya Arahan pengembang an kawasan wisata cagar budaya Pengemba ngan kawasan pariwisata cagar budaya

TINJAUAN PUSTAKA sintesa Karakteristik kawasan cagar budaya Sumber teori indikator variabel Goodchild (1990), Kerr (1983), Guidelines to the Burra Charter (1988) Bentuk arsitektur situs cagar budaya Efek bagi penduduk sekitar kawasan cagar budaya dan wisatawan nilai kesejarahan yang dimiliki kawasan cagar budaya Bentuk bangunann cagar budaya yang khas Tingkat ilmu pengetahuan yang dimiliki kawasan cagar budaya Tingkat nilai ekonomis yang dimiliki oleh kawasan cagar budaya Tingkat nilai kesejarahaan yang dimiliki kawasan cagar budaya

TINJAUAN PUSTAKA sintesa Delineasi kawasan wisata cagar budaya Sumber teori indikator variabel Satrio (2009) UU No.11 Tahun 2010 Batas budaya yang dimiliki kawasan wisata budaya Batas fisik kawasan cagar budaya Persebaran bangunan cagar budaya Persebaran aktifitas dan aktifitas kebudayaan dan aktifitas wisata Batas alam Batas administrasi Batas buatan Batas pemerintahan

TINJAUAN PUSTAKA sintesa Komponen pariwisata cagar budaya Sumber teori indikator variabel Intosh (1980) Inskeep (1991) Musenaf (1996) Yoeti (1997) Atraksi di kawasan wisata budaya Lembaga pengelola wisata cagar budaya Tingkat partisipasi masyrakat untuk turut andil dalam pengembangan kawasan wisata cagar budaya Asesibilitas yang memudahkan wisatawan berpindah dari situs satu ke situs lainnya Keberadaan acara/upacara adat yang dihelat eventual Tingkat efektifitas promosi yang dilakukan pihak pengelola Tingkat partisipasi masyarakat sekitar situs dalam menjaga situs cagar budaya Jenis moda Kondisi jalan

TINJAUAN PUSTAKA sintesa Pengembangan wisata budaya Sumber teori indikator variabel Marpaung (2002) Utama (2006) Arison (2006) Marlyne (2007) Kerjasama instansi pemerintah dengan pihak lain yang berkepentingan dalam pengembangan kawasan wisata cagar budaya Tingkat perlindungan situs cagar budaya Kondisi fasilitas yang terdapat di kawasan wisata cagar budaya Branding yang memperkuat kekhasan kawasan cagar budaya Tingkat kualitas sumberdaya manusia yang mendukung pengembangan kawasan wisata budaya Tingkat eksistensi komunitas cagar budaya Keikutsertaan pihak swasta dalam pengembangan kawasan wisata cagar budaya Kesempatan investor dalam menanamkan modal Tingkat kerusakan fisik situs cagar budaya Kondisi PKL sekitar situs Kondisi rumah makan Kondisi parkir pengunjung Kondisi kamar kecil Radius pelayanan fasilitas kesehatan Tingkat jangkauan Wifi dan sinyal provider penyedia layanan telepon seluler Produk lokal yang khas Kemampuan berbahasa Inggris warga lokal.

METODE PENELITIAN Pendekatan dan jenis penelitian Teori Fakta empiri Sumber kebenaran/fakta Jenis penelitian : deskriptif kualitatif Peneltian yang dilakukan dengan observasi sejelas mungkin untuk mengetahui kondisi atau fakta dari objek penelitian, tanpa mengubah dan mengintervensi objek yang diteliti. Pendekatan penelitian : rasionalistik

METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data Populasi dan Sampel Populasi: Narasumber dari para ahli yang memiliki representasi terkait dengan wilayah dan topik penelitian. Metode Sampling: stakeholder sampling Metode Pengumpulan Data Wawancara Pengamatan Lapangan Tinjauan Pustaka Tinjauan Media

METODE PENELITIAN Penentuan responden Analisis stakeholder Identifikasi stakeholder Identifikasi menurut kepentingan dan pengaruh Pengelompokan stakeholder berdasar tingkat kepentingan dan pengaruh Stakeholder kunci

METODE PENELITIAN Penentuan responden Analisis stakeholder Kelompok Stakeholder Stakeholder Posisi Stakeholder Pemerintah Bappeda Kabupaten Mojokerto DISPORABUDPAR Kab Mojokerto Balai Pelestarian Cagar Budaya Museum Majapahit Fisik prasarana - Kasubbid perhubungan, pariwisata, dan tata guna tanah Kepala Bidang pariwisata Sub pokok edukasi & konservasi Koordinator kelompok kerja museum Majapahit Masyarakat Aktifis save Trowulan Koordinator save trowulan

METODE PENELITIAN Analisis stakeholder Posisi Stakeholder Fisik prasarana - Kasubbid perhubungan, pariwisata, dan tata guna tanah Alasan pemilihan Pihak penyusun kebijakan tata ruang (RDTRK) di kawasan penelitian Kepala bidang pariwisata Pihak yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan kepariwisataan di kawasan penelitian selaku penyusun Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Mojokerto Sub pokok edukasi & konservasi Koordinator kelompok kerja museum Majapahit Pihak yang memiliki pengaruh terhadap pelestarian benda dan bangunan cagar budaya di kawasan penelitian Pihak yang berpengaruh terhadap pengelolaan museum dan benda cagar budaya di kawasan penelitian Koordinator save trowulan Pihak yang berpengaruh terhadap eksistensi kebudayaan (tangible & intangible) di kawasan penelitian

METODE PENELITIAN Alat analisa Sasaran 1 - Mengidentifikasi potensi dan kendala kawasan wisata cagar budaya Expert judgement dengan kuesioner Sasaran 2 mendelineasi kawasan wisata cagar budaya Analisis delineasi dengan software arcgis Sasaran 3 menentukan faktor stagnansi kawasan wisata cagar budaya Analisis delphi Sasaran 4 - Merumuskan arahan pengembangan Analisis deskriptif

METODE PENELITIAN Tahapan penelitian Analisis Stakeholder 1. Mengidentifikasi potensi dan kendala kawasan wisata cagar budaya Hasil Kajian Teori Indikator Variabel Stakeholder Expert judgement Potensi dan kendala Persebaran bangunan cagar budaya/aktifitas kebudayaan dan batas-batas penentu delineasi 2. Delineasi kawasan wisata cagar budaya Analisa delphi 3. Faktor yang menyebabkan stagnansi kawasan wisata cagar budaya Variabel kendala Faktor penyebab stagnansi kawasan Pengumpulan data Pengolahan dengan GIS Delineasi kawasan wisata cagar budaya Transkrip + Teks Narasi 4. Merumuskan arahan pengembangan Analisa deskriptif kualitatif Kondisi lapangan Studi kasus daerah lain Arahan pengembangan Tinjauan kebijakan/pendapat stakeholder

GAMBARAN UMUM Trowulan merupakan kawasan cagar budaya peringkat nasional sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 260/M/2013 Trowulan merupakan satu-satunya contoh kota dari abad ke-1 hingga abad ke-15 di Indonesia. Dari kelangkapan berupa candi besar, kolam penampungan, kanal air kuno, reruntuhan rumah, dan instalasi pengairan yang telah ditemukan, Trowulan merupakan situs kota kuno satu-satunya yang terdapat di Indonesia. Di kawasan ini terdapat beberapa benda cagar budaya peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih terjaga. Tak hanya kebudayaan yang berbentuk fisik, namun juga budaya hidup.

GAMBARAN UMUM Situs cagar budaya

SASARAN 1 Kondisi fisik bangunan cagar budaya ODTW Kolam Segaran Gapuro Wringinlawang Candi Tikus Candi Bajangratu Candi Brahu Komplek Sentonorejo (candi kedaton, umpak 18, makam troloyo) Kondisi Buruk, sampah menggenang pada kolam, batu bata mengelupas Batu bata mengelupas Baik & terawat Baik & terawat Relatif terawat Relatif terawat

SASARAN 1 Keberadaan nilai ilmu pengetahuan Ilmu arsitektur Ilmu rancang bangun Ilmu pengairan Ilmu arkeologi

SASARAN 1 Tingkat nilai ekonomis yang dimiliki kawasan wisata cagar budaya Adanya pariwisata, kreatif masyarakat timbul. Diantaranya membuat patung-patung batu yang ada di Jati Pasar, kemudian membuat seni kerajinan cor kuningan yang ada di desa Bejijong. Sehingga efek samping yang lain dengan adanya pariwisata termasuk adanya hotel dan para penjual termasuk di warung Asmuni, kira-kira tenaga kerja yang terserap dari pengembangan kepariwisataan itu mencapai 2000 orang Bapak Rahmad Basuki, Kepala Bidang Pariwisata DISPORABUDPAR, Kabupaten Mojokerto

SASARAN 1 Karakteristik kebudayaaan dan kesenian tradisional Nama Kebudayaan Grebeg Suro Padang mulan Haul syeikh jumadil kubro Suryaning Majapahit Ruwat Agung Nuswantara Aktifitas masyarakat Pengrajin patung batu Lokasi Pendapa Agung Gapura Wringin Lawang Makam Troloyo Candi Brahu Candi Tikus Candi Bajangratu Candi Brahu Gapura Wringin lawang Lokasi Desa Jatipasar

SASARAN 1 Tingkat partisipasi masyarakat dalam meyediaan hospitality service Tingkat efektifitas promosi yang dilakukan Kondisi fasilitas pendukung wisata PKL Peparkiran WC umum Fasilitas Kesehatan Tingkat eksistensi komunitas cagar budaya Produk lokal yang khas

SASARAN 1 Kondisi Jalan Nama Situs Kolam Segaran Candi Bajangratu Candi Tikus Komplek sentonorejo Candi Brahu Gapura Wringin Lawang Kondisi (lebar 7m - aspal) Baik (lebar 7m - aspal) Baik (lebar 7m - aspal) Baik (lebar 5m)Terdapat penyempitan pada perempatan masuk makam situs Troloyo. Cukup baik (Lebar 6m) Baik (lebar 7m - aspal) Baik Moda penghubung Pada wilayah penelitian, tidak ada moda penghubung antar situs yang disediakan oleh pihak pengelola Tempat parkir pada ODTW Pada semua situs candi hanya disediakan parker untuk motor. Mobil biasanya diparkir di bahu jalan. Jika wisatawan penuh, mengganggu pengguna jalan lain

SASARAN 1 Jenis aktifitas masyarakat atau kebiasaan hidup Kondisi fisik bangunan cagar budaya Kemampuan berbahasa Inggris warga lokal

SASARAN 1 Variabel penelitian Analisa potensi & kendala (expert judgement observasi lapangan) Aspek potensi dan kendala

SASARAN 1 Variabel potensi dan kendala No Variabel analisa 1 Keberadaan bangunan bersejarah peinggalan kerajaan Majapahit 2 Mempunyai bentuk arsitektur khas 3 Mengandung makna ilmu pengetahuan dan budaya 4 Memiliki nilai historis sebagai penguatan kepribadian bangsa 5 Keberadaan kegiatan khas dan acara/upacara adat yang dihelat eventual Sebagai kawasan wisata cagar budaya, Trowulan mempunyai bagunan cagar budaya peninggalan Kerajaan Majapahit berupa candi-candi dan kolam penampungan sebagai daya tarik wisata. (Observasi lapangan sesuai dengan kriteria, 2014) Bangunan cagar budaya yang berada di kawasan wisata mempunyai bentuk arsitektur yang mencerminkan kebudayaan Majapahit masa lampau. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) Dengan mempunyai bentuk arsitektur peradaban majapahit masa lampau, bangunan cagar budaya yang terdapat di kawasan wisata memiliki nilai ilmu pengetahuan sesuai dengan peruntukannya di masa lampau (candi, tempat ibadah, dan kolam penampungan air). (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) Dengan dasar asal mula ibu kota Kerajaan Majapahit, kawasan Trowulan mempunyai nilai kesejarahan yang berasal dari tinggalan yang bersifat tengible berupa candi, bangunan cagar budaya, dan artefak serta intengible berupa kebudayaan yang masih hidup. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) Sebagai daya tarik wisata, kawasan wisata cagar budaya Trowulan mempunyai beragam upacara/acara kebudayaan yang dihelat eventual. Diantaranya adalah Grebeg Suro, upacara Padang Mulan, Kirab Desa Nuswantara. Selain itu terdapat aktifitas para pemahat patung batu di Desa Jatisumber. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) 6 Penyediaan hospitality service Untuk menghadirkan pengalaman yang berbeda bagi wisatawan, kawasan wisata cagar budaya Trowulan memiliki upacara penyambutan bagi tamu khusus. Upacara ini menampilkan kebudayaan khas Trowulan berupa Bantengan dan tari-tarian. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014)

SASARAN 1 Variabel potensi dan kendala No Variabel analisa 7 Kondisi Akomodasi Terdapat 3 hotel yang ada di kawasan wisata cagar budaya Trowulan yang terletak di jalan arteri primer (Jl Bypass Mojokerto - Jombang) untuk memenuhi kebutuhan akomodasi wisatawan. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) 8 Kondisi Rumah Makan Terdapat 6 warung makan makan yang menyediakan makanan khas trowulan yaitu sambel wader di sekitar kawasan Kolam Segaran dan 3 restoran yang terletak di jalan arteri primer. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) 9 Keterjangkauan fasilitas keamanan Dalam kawasan wisata cagar budaya Trowulan terdapat Polsek Trowulan. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) 10 Keterjangkauan fasilitas kesehatan Dalam kawasan wisata cagar budaya Trowulan, terdapat 3 puskesmas dan bidan desa yang membantu wisatawan jika mengalami masalah kesehatan. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) 11 Kondisi jalan Kondisi jalan yang terdapat di kawasan wisata cagar budaya Trowulan sudah baik. Hal ini ditendai dengan kondisi jalan yang lebar rata-rata di tiap ODTW mencapai 5,5 meter dan teraspal. Namun untuk perempatan menuju akses masuk ke kawasan wisata tergolong sempit. Haluan untuk Bus dirasa kurang dan mengganggu kendaraan yang berpapasan (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) 12 Kondisi tempat parkir Prasarana pendukung seperti tempat parkir yang ada sesuai kondisi eksisting sudah tidak layak digunakan dibeberapa lokasi candi karena terletak di bahu jalan (on road) untuk kendaraan roda empat. Sehingga mengganggu pengguna jalan lain. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) 13 Tingkat eksistensi komunitas cagar budaya Komunitas cagar budaya yang terdapat di kawasan wisata cenderung aktif. Komunitas ini kerap mengisi acara-acara eventual dan penyambutan tamu (IDI Responden, 2014) 14 Produk lokal yang khas Dalam melakukan strategi pemasaran pariwisata cagar budaya dibutuhkan suatu produk yang mewakili kawasan cagar budaya tersebut, guna menarik wisatawan lain untuk datang berkunjung. Produk lokal yang khas adalah kerajinan terakota, patung pahat, dan cor kuningan. Kerajinan ini digunakan sebagai cinderamata khas Trowulan (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014)

SASARAN 1 Variabel potensi dan kendala No Variabel analisa 15 Kondisi bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit Dari ke 6 bangunan cagar budaya yang telah ditentukan sebagai ODTW. 2 mengalami kerusakan fisik berupa pelapukan dan pengelupasan batu-bata. 2 bangunan ini adalah Gapura Wringinlawang dan Kolam Segaran. Sehingga diperlukan perawatan. 4 sisanya dalam keadaan baik. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) 16 Kondisi WC umum Semua ODTW mempunyai WC umum namun kondisinya kurang baik dan butuh pembenahan. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) 17 Kondisi PKL PKL yang terdapat di kawasan wisata cagar budaya cenderung tidak tertata terutama di wilayah Pendopo Agung. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) 18 Kondisi tempat parkir Untuk semua ODTW, parkir kendaraan roda empat berada di bahu jalan. Sehingga menggangu pengguna jalan lain. Hanya motor saja yang dapat masuk ke halaman situs. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) 19 Ketersediaan transportasi penghubung antar ODTW 20 Partisipasi masyarakat sekitar situs dalam dalam menjaga situs cagar budaya Pihak pengelola wisata tidak menyediakan transportasi internal kawasan wisata cagar budaya yang menghubungkan antar situs. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) Kesadaran masyarakat masih minim, terbukti dengan adanya aktifitas memancing di Kolam Segaran. Hal ini yang menyebabkan kerusakan fisik dan hilangnya kelestarian dari situs cagar budaya. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) 21 Keikutsertaan pihak swasta dalam pengembangan kawasan wisata cagar budaya 22 Kesempatan investor dalam menanamkan modal untuk pengembangan wisata cagar budaya Keikutsertaan pihak swasta dalam pengembangan kawasan wisata cagar budaya berupa pemberian rambu-rambu penunjuk jalan. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) Pada pengembangannya, pihak pengelola kawasan wisata cagar budaya Trowulan tidak membuka kesempatan kerjasama/penanaman modal bagi investor. Dana yang dikeluarkan untuk pengelolaan murni dari pemerintah. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014)

SASARAN 1 Variabel potensi dan kendala No Variabel analisa 23 Kemampuan berbahasa Inggris warga lokal. 24 Efektifitas promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola Pada kawasan wisata cagar budaya Trowulan tidak ada warga yang mampu berbasa inggris dengan baik. Padahal tak jarang wisatawan dari manca negara yang datang ke kawasan wisata cagar budaya Trowulan. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) Efektifitas promosi yang dilakukan oleh pihak BPCB selaku pengelola cenderung terkendala karena sasaran yang difokuskan cenderung ke siswa-siswi sekolah saja. Sedangkan untuk promosi melalui media internet dan media massa seperti TV, koran, dan baliho tidak dilakukan oleh pihak pengelola. (Observasi lapangan sesuai kriteria dan IDI Responden, 2014) 25 Kondisi jalan Perlunya pelebaran jalan pada perempatan masuk menuju kawasan wisata. Kondisi saat ini sulit dibuat masuk untuk Bus

SASARAN 1 Aspek potensi dan kendala Aspek Potensi Terdapat 6 situs yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih utuh fisiknya Bangunan cagar budaya merupakan cerminan arsitektur peradaban Majapahit masa lampau Bangunan cagar budaya peninggalan Kerajaan Majapahit memiliki nilai ilmu pengetahuan dan budaya Bangunan cagar budaya peninggalan Kerajaan Majapahit memiliki nilai historis Kebudayaan yang khas adalah upacara adat seperti Padang Mulan, Grebeg Suro, Kirab Agung Nuswantara, Bantengan, dan aktifitas warga lokal dalam memahat patung batu Penyambutan tamu/wisatawan khusus dengan tari-tarian dan upacara adat. Jumlah dan kondisi hotel yang memadai untuk kedatangan wisatawan yang menginap Aspek Kendala Terdapat dua bangunan cagar budaya yang mengalami kerusakan fisik Kondisi WC umum yang tidak layak PKL yang butuh penataan Tidak ada tempat parkir untuk roda empat pada masing-masing ODTW Tidak ada transportasi penghubung antar ODTW yang disediakan pihak pengelola Tingkat partisipasi yang rendah dalam menjaga situs cagar budaya Belum dibukanya kesempatan menanamkan modal bagi investor

SASARAN 1 Aspek potensi dan kendala Aspek Potensi Jumlah dan kondisi rumah makan yang dapat mengakomodir kebutuhan wisatawan Terdapat Polsek Trowulan di kawasan wisata cagar budaya yang memberikan pelayanan keamanan bagi wisatawan Terdapat tiga Puskesmas di kawasan wisata cagar budaya dan bidan desa di tiap desa. Sehingga dapat menjamin pertolongan pertama bagi wisatawan.. Komunitas kebudayaan yang ada di kawasan wisata termasuk aktif dalam pelestarian cagar budaya baik yang bersifat tengible maupun intengible Terdapat tiga produk lokal yang khas dari kawasan wisata cagar budaya Trowulan. (cor kungingan, patung batu, dan kerajinan terakota) Aspek Kendala Tingkat keikutsertaan pihak swasta dalam penngembangan kawasan wisata cagar budaya masih rendah Tingkat kemampuan berbahasa Inggris warga lokal masih sangat minim Tidak efektifnya promosi yang dilakukan pihak pengelola. Akses jalan menuju kawasan wisata yang kurang lebar

SASARAN 2 Zona inti Zona Pendukung Persebaran bangunan cagar budaya dan aktifitas kebudayaan Komponen pariwisata dan aktifitas pendukung pariwisata Delineasi kawasan wisata cagar budaya

SASARAN 2 Persebaran bangunan Mempunyai bentuk arsitektur khas cagar budaya Mengandung makna ilmu pengetahuan dan budaya Memiliki nilai historis sebagai penguatan kepribadian bangsa Berusia lebih dari 50 tahun atau lebih

SASARAN 2 Matriks Bangunan Cagar Budaya Peninggalan Jaman Kerajaan Majapahit Bangunan Cagar Budaya Candi Minak Jinggo Gapuro Wringinlawang Candi Bajang Ratu Candi Tikus Mempunyai bentuk arsitektir khas Mengandung makna ilmu pengetahuan dan budaya Memiliki nilai historis Berusia 50 tahun atau lebih Gapuro Wringin Lawang Candi Bajang Ratu Candi Tikus Candi Brahu Kolam Segaran Situs Sentonoreji Candi Brahu Makam Putri Campa Makam Troloyo Makam Siti Hinggil

SASARAN 2 1. Terdapat bangunan cagar budaya Zona Inti : sebagai daya tarik utama wisata 2. Tedapat aktifitas kebudayaan sebagai daya tarik wisata 3. Terdapat aktifitas wisatawan Zona pendukung : 1. Zona peruntukan fasiltas pendukung wisata 2. Sebagai pelindung zona inti 3. Batas industri batu-bata beroperasi

SASARAN 2 Delineasi kawasan wisata cagar budaya

SASARAN 3 Eksplorasi Variabel kendala Faktor kendala Analisa delphi Faktor penyebab stagnansi

SASARAN 3 Eksplorasi Analisis Delphi No Faktor 1 Kerusakan fisik bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit 2 Buruknya kondisi WC umum 3 Tidak tertatanya PKL yang terdapat pada kawasan wisata cagar budaya. 4 Tempat parkir di sekitar situs yang tidak memadai 5 Tidak adanya moda penghubung antar situs cagar budaya. 6 Minimnya kesadaran masyarakat sekitar dalam menjaga situs cagar budaya 7 Tidak ada investor yang menamkan modal untuk pengembangan kawasan wisata cagar budaya. 8 Minimnya partisipasi pihak swasta dalam pengembangan kawasan wisata budaya 9 Tidak ada warga lokal yang mampu berbahasa Inggris dengan lancar. 10 Tingkat promosi kurang optimal dan tepat sasaran 11 Akses jalan menuju kawasan wisata yang kurang lebar

SASARAN 3 Hasil Eksplorasi Faktor konsensus tidak setuju Buruknya kondisi WC umum Kerusakan fisik BCB Tempat parkir tidak memadai Belum konsensus Tidak adanya moda penghubung Tidak adanya investor yang menanamkan modal Tidak adanya warga lokal yang mampu berbahasa Inggris dengan lancar explorasi Tidak tertatanya PKL Minimnya kesadaran masyarakat dalam menjaga BCB Konsensus setuju Minimnya partisipasi pihak swasta dalam pengembangan kawasan wisata Tingkat promosi yang kurang tepat sasaran Akses jalan menuju kawasan wisata yang kurang lebar Pemasaran produk lokal Faktor tambahan Polusi udara dari industri batu bata Tidak adanya citra yang menandai kawasan wisata cagar budaya

SASARAN 3 Basis iterasi Kerusakan fisik BCB Tempat parkir tidak memadai Belum konsensus Tidak adanya moda penghubung Tidak adanya investor yang menanamkan modal Iterasi Tidak ada warga lokal yang mampu berbahasa Inggris Pemasaran produk lokal Faktor tambahan Polusi udara dari industri batu bata Tidak adanya citra yang menandai kawasan wisata cagar budaya

SASARAN 3 Hasil iterasi 1 Faktor yang direduksi Faktor Tidak ada warga lokal yang mampu berbahasa Inggris.

SASARAN 3 Hasil akhir analisa delphi Faktor penyebab stagnansi kawasa wisata cagar budaya No Faktor 1 Kerusakan fisik bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit 2 Tempat parkir di sekitar situs yang tidak memadai 3 Tidak adanya moda penghubung antar situs cagar budaya. 4 Tidak ada investor yang menamkan modal untuk pengembangan kawasan wisata cagar budaya. 5 Tidak tertatanya PKL yang terdapat pada kawasan wisata cagar budaya. 6 Minimnya kesadaran masyarakat sekitar dalam menjaga situs cagar budaya 7 Minimnya partisipasi pihak swasta dalam pengembangan kawasan wisata budaya 8 Akses jalan menuju kawasan wisata yang kurang lebar 9 Pemasaran produk lokal khas yang kurang berkembang 10 Polusi udara yang dihasilkan oleh industri batu bata 11 Tidak adanya citra yang menandai kawasan wisata cagar budaya

SASARAN 4 Faktor stagnansi Kondisi eksisting Studi kasus Kebijakan/pen dapat stakeholder Arahan

SASARAN 4 Faktor Kerusakan fisik bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit Tempat parkir di sekitar situs yang tidak memadai Arahan Pembentukan ranger sebagai pengawas candi Disusunnya zonasi kawasan wisata cagar budaya Penyediaan tempat parkir terpusat Tidak adanya moda penghubung antar situs cagar budaya. Penyediaan moda transportasi yang diintegrasikan dengan tempat parkir Moda transportasi berupa 2 jenis (minibus dan andong)

SASARAN 4 Parkir terpusat

SASARAN 4 Faktor Tidak ada investor yang menamkan modal untuk pengembangan kawasan wisata cagar budaya. Tidak tertatanya PKL yang terdapat pada kawasan wisata cagar budaya. Minimnya kesadaran masyarakat sekitar dalam menjaga situs cagar budaya Arahan Membuka kerjasama penanaman modal untuk investor Mempermudah kerjasama Pembentukan PKL binaan yang dinaungi CSR Penataan dan penentuan lokasi PKL pembentukan community based tourism untuk melatih kemandirian warga dalam hal ekonomi Partisipatif planning

SASARAN 4 Faktor Minimnya partisipasi pihak swasta dalam pengembangan kawasan wisata budaya Pemasaran produk lokal khas yang kurang berkembang Polusi udara yang dihasilkan oleh industri batu bata Arahan Menggandeng pihak swasta dalam penyelenggaraan event (ide, acara, pendanaan) untuk promosi kawasan wisata dan pengembangannya Membantu pengrajin kerajinan lokal dalam pengembangan produk dan pemasaran Pengadaan paket wisata untuk mengenalkan kerajinan khas Trowulan dengan cara praktek pembuatan kerajinan yang dibantu oleh tenaga mahir. Dengan praktek ini, selain pengrajin menjual barang mereka, mereka juga dapat menjual keahliannya kepada wisatawan. Pembebasan lahan dan pemindahan industri batu bata keluar zona inti dan pendukung Pemberlakuan jam aktif operasi industri batu bata (jika tidak memungkinkan untuk dipindah)

SASARAN 4 Faktor Akses jalan menuju kawasan wisata yang kurang lebar Tidak adanya citra yang menandai kawasan wisata cagar budaya pada jalan arteri primer Arahan Pelebaran jalan pembebasan lahan Pembuatan landmark yang mencerminkan kawasan wisata cagar budaya

SASARAN 4 Arahan berdasar delineasi Zona inti 1. Dibangun pagar sebagai penanda zona inti. Pagar tak harus berupa pagar dari benda mati tetapi dapat berupa pepohonan 2. Perlu adanya pengawasan pada bangunan cagar budaya untuk menjaga kelestarian dan bentuk asli 3. Larangan pendirian bangunan yang menutupi pandangan wisatawan terhadap bangunan cagar budaya. 4. Perbaikan dan perawatan taman pada situs untuk menambah kenyamanan wisatawan

SASARAN 4 Arahan berdasar delineasi Zona pendukung langsung 1. Pemberian patok penanda batas zona pendukung langsung 2. Pembatasan industri batu bata 3. Industri batu bata harus diluar zona pendukung langsung (meminimalisir polusi udara dari hasil pembakaran untuk kenyamanan wisatawan) 4. Infrastruktur pendukung wisata diperbolehkan untuk dibangun pada zona ini namun harus dengan kajian terlebih dahulu

SASARAN 4 Arahan makro - mikro Arahan makro non spasial 1. Pengawasan situs dengan pembentukan ranger 2. Mengangkat situasi Majapahit masa lampau dengan transportasi tradisional 3. Membuka kerjasama dengan pihak swasta/investor 4. Mempermudah izin/prosedur kerjasama 5. Pihak selain pemerintah dan pengelola diperbolehkan menghelat acara di kawasan wisata cagar budaya dengan ketentuan tertentu sekaligus untuk memperkenalkan wisata budaya 6. Pembentukan PKL binaan yang dinaungi CSR 7. Membangun pemikiran warga lokal tentang community based tourism untuk kemandirian masyarakat 8. Penerapan partisipatory planning 9. Penambahan daya tarik kawasan dengan praktek pembuatan kerajinan lokal 10. Pengaturan hari operasional/jam aktif industri batu bata 11. Pengenalan budaya asli majapahit melalui proyek kampung majapahit

SASARAN 4 Arahan makro - mikro Arahan makro spasial 1. Upaya pemagaran, perbaikan, dan pemugaran pada bangunan cagar budaya sebagai penanganan kerusakan fisik 2. Penyediaan tempat parkir terpusat 3. Penyediaan transportasi berupa minibus dan andong 4. Penyediaan jalur transportasi yang terintegrasi 5. Relokasi PKL 6. Pembebasan lahan bagi industri batu bata 7. Pelebaran jalan pada akses masuk kawasan wisata 8. Pembuatan landmark sebagai perkuatan identitas kawasan 9. Dibangunnya kawasan perkampungan Majapahit 10. Penambahan ornamen pada kawasan wisata untuk memperkuat identitas kawasan

SASARAN 4 Arahan makro - mikro Arahan mikro spasial 1. Alih fungsi PPST (Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan) menjadi tempat parkir sekaligus tempat relokasi PKL (penjual produk khas Trowulan) 2. Pelebaran jalan dibutuhkan pada perempatan Trowulan 3. Pembentukan landmark pada perempatan Trowulan yang merupakan akses masuk utama kawasan wisata 4. Pembangunan Kampung Majapahit di Desa Bejijong

SASARAN 4 Arahan makro - mikro Arahan mikro non spasial 1. Pengawasan tiap-tiap bangunan cagar budaya yang termasuk kedalam ODTW 2. Mempertahankan wujud tiap bangunan cagar budaya 3. Pemberian ornamen pada gerbang masuk kawasan Trowulan

KESIMPULAN

KESIMPULAN Arahan makro non spasial 1. Arahan makro non spasial dikhususkan pada langkah-langkah pelestarian bangunan cagar budaya sebagai daya tarik utama 2. Membuka peluang kerjasama dengan sektor swasta 3. Peningkatan citra kawasan wisata cagar budaya 4. Pengelolaan PKL 5. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan 6. Pengaturan waktu aktif industri batu bata

KESIMPULAN Arahan makro spasial 1. Upaya untuk melindungi bangunan cagar budaya 2. Memudahkan wisatawan dalam hal asesibilitas di kawasan wisata 3. Relokasi PKL untuk kenyamanan wisatawan 4. Relokasi industri batu bata (kenyamanan wisatawan & kelestarian lingkungan) 5. Pelebaran jalan pada akses masuk kawasan wisata 6. Pembuatan landmark untuk memperkuat citra kawasan 7. Dibangunnya kawasan perkampungan Majapahit

KESIMPULAN Arahan mikro spasial 1. Optimalisasi lahan PPST (Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan) yang tidak optimal lagi 2. Pelebaran jalan pada perempatan Trowulan sebagai akses utama kawasan wisata 3. Pembentukan landmark pada perempatan Trowulan yang sebagai akses masuk utama kawasan wisata 4. Pembangunan Kampung Majapahit di Desa Bejijong

KESIMPULAN Arahan mikro non spasial 1. Upaya pengawasan pada bangunan cagar budaya untuk menjaga kelestarian/bentuk asli

Sekian terimakasih