Pengembangan Kawasan Wisata Budaya Kabupaten Sumenep
|
|
- Farida Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pengembangan Kawasan Wisata Budaya Kabupaten Sumenep FERU SUKARYONO PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012
2 LATAR BELAKANG Perubahan pola konsumsi wisatawan yang lebih tertarik dengan sajian sejarah dan budaya Potensi Beragam kebudayaan, peninggalan sejarah, panorama alam Budaya Sumenep Sebagai Yogyakartanya pulau Jawa Mempunyai Nilai sejarah tinggi Sumenep sebagai pengembangan Pariwisata (RTR Pulau Madura) Permasalahan Sumbangan Subsektor wisata terhadap PDRB sangat minim dan cenderung menurun Lemahnya integrasi antar potensi sumberdaya dan juga antar sektoral dan subsektor Perubahan fungsi penggunaan lahan di sekitar Kawasan wisata budaya Mulai hilangnya beberapa tradisi dan event yang ada di kawasan wisata budaya.
3 RUMUSAN MASALAH Adanya kawasan sejarah dan budaya yang berpotensi menjadi kawasan wisata budaya namun belum dikembangkan secara maksimal Menurunnya citra kawasan sejarah dan budaya yang mengurangi makna historis sejarah dan budaya kabupaten Sumenep PERTANYAAN PENELITIAN Apa saja kriteria pengembangan kawasan wisata budaya yang cocok untuk dikembangkan di kabupaten Sumenep?
4 TUJUAN PENELITIAN Menentukan Arahan pengembangan kawasan wisata budaya di Kabupaten Sumenep SASARAN PENELITIAN Mengidentifikasi potensi dan karakteristik kawasan wisata budaya di kabupaten Sumenep Menentukan kawasan sejarah dan budaya yang paling berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya di kabupaten Sumenep. Mengidentifikasi faktor penyebab kemunduran kawasan wisata budaya kawasan terpilih Menganalisa kriteria pengembangan dari kawasan wisata budaya terpilih Merumuskan arahan pengembangan dari kawasan wisata budaya terpilih.
5 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN Aspek pengembangan kawasan wisata budaya peninggalan sejarah, peninggalan kebudayaan, kehidupan masyarakat dan kelembagaan serta sistem aktivitas Pembahasan untuk mencari kawasan yang potensial dan siap untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya, Pembahasan untuk menggali kriteria pengembangan dari kawasan wisata budaya terpilih RUANG LINGKUP SUBSTANSI Pustaka berkaitan dengan pariwisata, jenis-jenis pariwisata, komponen pariwisata, tentang kawasan wisata budaya dan teori terkait dengan pengembangan kawasan wisata
6 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian
7 INDIKATOR DAN VARIABEL KAWASAN WISATA BUDAYA No. Indikator Variabel 1 Peninggalan sejarah Islam dan 1. Keberadaan Peninggalan sejarah Islam dan Kolonial Kolonial 2. Kondisi Peninggalan sejarah Islam dan Kolonial 1. Keberadaan Kebudayaan Kesenian Tradisional 2 Kebudayaan Kesenian Tradisional 2. Keunikan Kebudayaan Kesenian Tradisional 3. Keberadaan pertunjukan 1. Utilitas 3 Kelengkapan Infrastruktur pelayanan 2. Akomodasi Wisata Budaya 3. Fasilitas pelayanan wisata 4. Fasilitas pendukung wisata budaya 4 Transportasi 1. Ketersediaan moda angkutan dan sarana transportasi 2. Jaringan jalan 5 Partisipasi masyarakat Jenis aktivitas masyarakat atau kebiasaan hidup INDIKATOR DAN VARIABEL KARAKTERISTIK KAWASAN No. Indikator Variabel 1 Perubahan Fungsi Penggunaan lahan Fungsi penggunaan lahan 2 Karakteristik Masyarakat penghuni kawasan Perilaku masyarakat di kawasan wisata 3 Keterkaitan Antar bangunan Jenis bentuk dan massa bangunan dari kawasan
8 INDIKATOR DAN VARIABEL PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA No. Indikator Variabel 1 Peningkatan Kualitas komponen wisata 1. Ragam Daya tarik wisata (atraksi) 2. Pelayanan Infrastruktur pendukung wisata Budaya 3. Transportasi 1. Kualitas SDM 2. Sikap ke-ramahtamahan 2 Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia 3 Kesempatan Investasi pengembangan 1. Kesempatan investasi Wisata Budaya 2. Kesempatan kerja sama 4 Kualitas lingkungan Wisata Budaya 1. kebersihan lingkungan 5 Cagar budaya yang tidak terpelihara 6 Kebijakan Pengembangan Wisata Budaya 1. Kondisi bangunan 2. Penegakan hukum 1. Dukungan kebijakan Wisata Budaya
9 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan rasionalisme Suatu pendekatan dengan sumber kebenaran teori dan berdasarkan fakta empirik Berpikir rasionalisme Berpikir konseptual, berpikir tentang empirik saling terkait dengan faktor lainnya (satu kesatuan) JENIS PENELITIAN - Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif - Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran yang benar mengenai suatu obyek Menggunakan purposive sampling responden POPULASI DAN SAMPLE berkompeten atau berpengaruh dalam pencapaian sasaran Analisa Stakeholder
10 VARIABEL PENELITIAN No. Sasaran Variabel Definisi Operasional 1 Mengidentifikasi potensi karakteristik kawasan wisata budaya di kabupaten Sumenep Keberadaan Peninggalan sejarah Islam dan kolonial Kondisi Peninggalan sejarah Islam dan kolonial Karakteristik keberadaan kebudayaan dan Kesenian Tradisional Keunikan kebudayaan dan Kesenian Tradisional Keberadaan pertunjukan Ketersediaan Utilitas Ketersediaan Akomodasi Ketersediaan Fasilitas pelayanan wisata Ketersediaan Fasilitas pendukung wisata budaya Ketersediaan moda angkutan dan sarana transportasi Terdapatnya peninggalan sejarah islam dan kolonial yang terdapat di kawasan wisata budaya, baik berupa bangunan cagar budaya, museum, peninggalan sejarah, dan bangunan keagamaan yang merupakan peninggalan penyebaran agama. Kondisi dari Peninggalan sejarah Islam dan kolonial yang meliputi bentuk dan ciri khas yang memang melekat pada kawasan sejarah dan budaya. Terdapatnya kebudayaan dan kesenian tradisional seperti ritual keagamaan, adat istiadat, kesenian dan cara hidup khas masyarakat sekitar kawasan sejarah dan budaya. Terdapatnya ke-khasan dari kebudayaan dan kesenian tradisional dan mempunyai perbedaan dengan kawasan lainnya. Frekuensi dari berbagai pertunjukan atau atrakasi budaya sebagai suatu event rutin atau berkala. Ketersediaan pelayanan air bersih, listrik, telekomunikasi, drainase dan persampahan pada kawasan Keberadaan tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. Ketersediaan pelayanan dari fasilitas kesehatan, perbankan, keamanan dan pendidikan. Ketersediaan pelayanan fasilitas pendukung khusus untuk wisata budaya berupa tempat galeri seni, gedung pertujukan dan teater. Berkaitan dengan Ketersediaan moda angkutan dan sarana transportasi yang dapat digunakan sebagai pelayanan menuju lokasi wisata Jalan yang bak akan lebih memudakan kendaraan nyaman dan
11 VARIABEL PENELITIAN No Sasaran Variabel Definisi Operasional 3 4 Mengidentifikasi faktor penyebab kemunduran kawasan wisata budaya terpilih Fungsi penggunaan lahan Perilaku masyarakat Jenis bentuk dan massa bangunan dari kawasan Ragam Daya tarik Pelayanan infrastruktur pendukung wisata Pelayanan Transportasi Menganalisa kualitas SDM kriteria pengembangan dari Sikap keramahtamahan kawasan wisata budaya terpilih. Kesempatan investasi Terkait dengan Kondisi penggunaan lahan di kawasan wisata budaya Terkait dengan perilaku masyarakat yang berada di kawasan wisata yang di dasarkan pada sejarah kawasan Berkaitan dengan Jenis bangunan yang berada di kawasan wisata budaya, yang mendukung atau bertentangan dengan kawasan budaya Peningkatan ragam daya tarik wisata budaya dengan penambahan frekuensi pertunjukan di kawasan wisata sebagai dukungan pengembangan kawasan atau penghidupan kembali budaya yang mulai di tinggalkan oleh masyarakat. Peningkatan Kualitas Pelayanan infrastruktur pendukung wisata seperti peningkatan pelayanan akomodasi, fasilitas pelayanan wisata dan fasilitas pendukung wisata budaya, serta fasilitas yang ramah lingkungan untuk mengurangi emisi gas akibat polusi udara. Peningkatan pelayanan transportasi seperti penambahan jumlah moda dan perbaikan badan jalan untuk mengembangkan kawasan menjadi kawasan wisata. Peningkatan kualitas SDM masyarakat sekitar untuk mengembangkan kawasan menjadi kawasan wisata Peningkatan ke-ramahtamahan dari masyarakat terhadap pengunjung /wisatawan sebagai tuan rumah yang baik dan ramah. Peningkatan kesempatan investasi bagi investor yang ingin mengembangkan kawasan menjadi kawasan wisata yang dilakukan dengan pengembangan promosi dengan menggunakan kecanggihan teknologi untuk menarik investor
12 TEKNIK ANALISA DATA No. (1) Sasaran (2) Teknik Analisis (4) Hasil Akhir (5) 1 2 Mengidentifikasi potensi dan karakteristik kawasan wisata budaya di kabupaten Sumenep Memilih kawasan sejarah dan budaya yang paling berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya di kabupaten Sumenep Theoretical Deskriptif Skoring Potensi dan karakteristik kawasan wisata budaya di kabupaten Sumenep Kawasan sejarah dan budaya yang paling berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya 3 Menentukan Faktor Penyebab kemunduran Kawasan Budaya Theoretical Deskriptif Penyebab Kemunduran Kawasan Budaya 4 5 Menganalisa kriteria pengembangan dari kawasan wisata budaya terpilih Merumuskan pengembangan dari kawasan wisata budaya terpilih. Delphi Triangulasi Kriteria pengembangan dari kawasan wisata budaya Arahan Pengembangan dari kawasan wisata budaya
13 TAHAPAN PENELITIAN 1.Sumbangan Sektor Wisata Budaya terhadap PAD minim dan cenderung menurun 2.Perubahan penggunaan lahan di sekitar kawasan wisata budaya 3.Lemahnya integrasi antar Sektor 1.Dalam RTR Pulau Madura Sumenep difungsikan sebagai kota pariwisata 2.Potensi Wisata Budaya Sumenep yang belum optimal 3.Budaya Sumenep Yogyakartanya orang Madura Pengembangan Kawasan Wisata Budaya di Kabupaten Sumenep Pengertian Wisata Jenis Pariwisata Komponen Pariwisata Wisata Budaya Karakteristik Kawasan Pengembangan wisata Supplay Demand Pengertian Daya Tarik Budaya Indikator dan Variabel Kawasan Wisata Budaya Analisa Deskriptif Skoring Potensi dan Karakteristik Kawasan Sejarah dan Budaya Indikator dan Variabel Pengembangan Kawasan Wisata Budaya Faktor penentu kawasan wisata budaya 1.Keberadaan Peninggalan Sejarah Agama dan Kolonial 2.Kondisi Peninggalan Sejarah Agama dan Kolonial 3.Keberadaan kebudayaan Kesenian Tradisional 4.Keunikan kebudayaan Kesenian Tradisional 5.Keberadaan pertunjukan 6.Prasarana dasar 7Akomodasi 8.Fasilitas pelayanan wisata 9.Fasilitas pendukung wisata budaya 0.Sarana transportasi 1.Aksesibilitas 12.Jenis aktivitas masyarakat Analisa Deskriptif Prioritas Pengembangan Kawasan Sejarah dan Budaya sebagai Kawasan Wisata Budaya Faktor Penyebab Kemunduran Kawasan Wisata Budaya Input identitas Kawasan 1.Fungsi penggunaan lahan 2.Perilaku Masyarakat 3.Jenis bentuk dan massa bangunan dari kawasan
14 GAMBARAN UMUM Kondisi Eksisting Kepariwisataan Kabupaten Sumenep Jumlah Kunjungan Wisatawan Kabupaten Sumenep Tahun Grafik kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sumenep di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah wisatawan terjadi dari tahun Jumlah wisatawan terus meningkat hingga mencapai angka wisatawan pada tahun Namun pada tahun 2011 terjadi terjadi penurunan. Grafik di samping menunjukkan bahwa masih tingginya ketertarikan wisatawan domestik untuk dapat menikmati sajian wisata di kabupaten Sumenep Grafik di samping menunjukkan bahwa masih terdapat peningkatan kunjungan namun terjadi ketidakstabilan jumlah kunjungan dari mancanegara Berdasarkan Grafik kunjungan wisman dan wisnu di atas, menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan nusantara lebih mendominasi jumlah kunjungan wisata ke kabupaten Sumenep.
15 GAMBARAN UMUM Kondisi Eksisting Kawasan Sejarah dan Budaya Kabupaten Sumenep No. Nama Kawasan 1 Alun Alun Kota Sumenep Penggunaan Lahan Perdagangan dan perkantoran 2 Benteng Belanda Permukiman dan pertanian 3 Asta Tinggi Permukiman dan industri dan perdagangan 4 Asta Katandur Permukiman ( taneyan lanjeng ) dan Transportasi dan Utilitas Terlayani dengan baik Terlayani dengan baik Terlayani dengan baik Terlayani dengan baik Bangunan dan Situs Peninggalan sejarah Masjid Agung Sumenep, GNI, dan Keraton Sumenep, Tangsi Prajurit Keraton Asta Ghumuk, Benteng Belanda dan gudang Garam Pemakaman Para Raja dan Prasasti Lord Minto Pemakaman Para penyebar Islam dan Pangeran Bentuk aktivitas dan kebudayaan lokal Dominasi kegiatan perdagangan dan kebudayaan lokal berupa event berkala Dominasi kegiatan Pertanian dan kebudayaan lokal mantan Ngarak saronin dan hadrah Dominasi kegiatan perdagangan dan industri rumahan namun tidak terdapat kebudayaan lokal Khas Dominasi kegiatan perdagangan namun tidak terdapat
16 GAMBARAN UMUM Kondisi Eksisting Kawasan Sejarah dan Budaya Kabupaten Sumenep No. Nama Kawasan 5 Asta Bujuk Panaongan Penggunaan Lahan Tegalan, permukiman dan pesisir Transportasi dan Utilitas Transportasi di kawasan ini tidak layak dan pelayanan Utilitas yang Kurang baik 6 Asta Yusuf Permukiman Terlayani dengan baik (Transportasi tradisional) 7 Kawasan PT Garam Persero Permukiman dan pergudangan Terlayani dengan baik Bangunan dan Situs Peninggalan sejarah Pemakaman para tokoh tokoh yang berperan dalam penyebaran islam Pemakaman tokoh dalam penyebaran islam dan Rumah Peninggalan Kolonial Bangunan rumah mesin, PT Garam Persero (rumah karyawan dan bangunan industri Bentuk aktivitas dan kebudayaan lokal Dominasi kegiatan Nelayan dan pertanian dan kebudayaan lokal berupa pagelaran Tongtong Dominasi kegiatan perdagangan dan industri rumahan dan kebudayaan lokal berupa Kesenian hadrah Kesenian Karawitan dan Kesenian macopat Dominasi kegiatan pertanian dan nelayan, dan kebudayaan lokal Rokat Tasek, Kesenian Macopat Sekar Budoyo, dan panganten
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa potensi dan karakteristik kawasan wisata budaya di kabupaten Sumenep L Penentuan Kawasan Sejarah dan Budaya yang Berpotensi untuk dikembangkan sebagai Kawasan Wisata Budaya No. Kawasan Skor 1. Kawasan Alun alun Kota Sumenep; Kawasan Benteng Belanda; Kawasan Asta Tinggi; Kawasan Asta Katandur Kawasan Bujuk Panaongan Kawasan Asta Yusuf Kawasan PT Garam Persero 45
18 Analisa Faktor Penyebab Kemunduran Kawasan Wisata Budaya Kabupaten Sumenep No Variabel Kondisi Eksisting Simpulan Perubahan Fungsi penggunaan lahan Perilaku masyarakat di kawasan wisata Jenis bentuk dan massa bangunan dari kawasan - Banyak bangunan yang berubah fungsi dan tidak sesuai dengan fungsi awal - Rumah tempat tinggal para adipati keraton, sekarang berubah bentuk dan fungsi bangunannya menjadi kawasan perdagangan - Aktivitas masyarakat sudah banyak yang hilang terutama yang dilakukan di area alun-alun seperti permainan Sodok Antar kuda Kerajaan,pelatihan militer Kerajaan, tangsi militer Kerajaan - Pemuda di kawasan wisata lebih berorientasi pada seni modern seperti seni musik Rock dan POP - Wujud bangunan seperti bentuk, material, pewarnaan dan gaya bangunan di kawasan banyak yang berubah dan tidak mempertahankan ketradisionalan dan lebih Terjadi kemunduran kawasan yang diakibatkan perubahan fungsi penggunaan lahan Terjadi kemunduran yang disebabkan oleh hilangnya kebudayaan dan aktivitas yang menjadi ciri khas kawasan Terjadi kemunduran kawasan yang disebabkan oleh perubahan bentuk dan permassaan bangunan
19 Analisa Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Budaya Kabupaten Sumenep Analisa Faktor Pengembangan kawasan Wisata Budaya Variabel Kondisi Eksisting Faktor -Permainan tan-pangantanan dan meminang perempuan yang Pengenalan kembali permainan tanpangantanan, meminang perempuan merupakan kebudayaan yang mulai ditinggalkan -Kurang publikasi dan dokumentasinya tentang bangunanbangunan sejarah yang berubah dan pengadaan informasi di dalam Ragam Daya tarik fungsi. Pelayanan infrastruktur pendukung wisata Pelayanan Transportasi kualitas SDM Sikap keramahtamahan Kesempatan investasi Ketersediaan dan kelengkapan serta dengan kondisi dari pelayanan infrastruktur pendukung kegiatan wisata masih dalam kondisi yang sangat baik fungsi penggunaan baru mengenai bangunan bersejarah yang berubah fungsi Pelayanan sudah lengkap, tidak dibutuhkan pengembangan Kawasan hanya dilayani alat transportasi tradisional berupa becak. peningkatan pelayanan transportasi Maka dibutuhkan adanya peningkatan pelayanan transportasi tradisional -Terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang sejarah kawasan Peningkatan kualitas SDM dalam wisata maupun kebudayaan lokal pengetahuan bidang kepariwisataan, -Rendahnya kepedulian dalam diri masyarakat untuk terlibat dalam sejarah kawasan dan kebudayaan lokal kegiatan wisata yang khas yang di Kawasan Alun-alun -Belum ada pembekalan terkait dengan kawasan wisata Kota Sumenep -Ada indikasi masyarakat yang lebih menuju individualistis. Tidak adanya perubahan sikap ke-ramahtamahan yang berada di Tidak dibutuhkan pengembangan kalangan masyarakat di kawasan wisata Kawasan menjadi objek liputan film FTV dan beberapa media Pengembangan kesempatan investasi seperti televisi lokal dan radio ataupun media cetak, seperti masjid yang mendukung kawasan sebagai agung menjadi salah satu liputan di salah satu stasiun TV dalam sebuah kawasan wisata budaya suasana Adzan Maghrib, kawasan Alun-alun Kota Sumenep
20 Analisa Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Budaya Kabupaten Sumenep Analisa Faktor Pengembangan kawasan Wisata Budaya Faktor Pengembangan kawasan wisata Budaya 1.Pengenalan kembali permainan tan-pangantanan, meminang perempuan dan pengadaan informasi di dalam fungsi penggunaan baru mengenai bangunan bersejarah yang berubah fungsi 2.Peningkatan pelayanan transportasi tradisional 3.Peningkatan kualitas SDM dalam pengetahuan bidang kepariwisataan, sejarah kawasan dan kebudayaan lokal yang khas yang di Kawasan Alun-alun Kota Sumenep 4.Pengembangan kesempatan investasi yang mendukung kawasan sebagai sebuah kawasan wisata budaya 5.Peningkatan kualitas kondisi fisik dan keselarasan pembangunan bangunan untuk penggunaan lahan baru 6.Perumusan dan implementasi kebijakan pendukung yang konkret untuk dapat melindungi peninggalan sejarah dan cagar budaya serta penetapan kawasan sebagai kawasan wisata budaya Faktor pertimbangan dalam mengendalikan kemunduran kawasan wisata dalam pengembangan kawasan wisata budaya 1.Pengendalian perubahan fungsi penggunaan lahan baru di kawasan wisata,
21 HASIL DELPHI TAHAP 1 No Faktor R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 Pengenalan kembali permainan tanpangantanan, meminang perempuan dan pengadaan informasi di dalam fungsi penggunaan baru mengenai bangunan bersejarah yang berubah fungsi 2 Peningkatan pelayanan transportasi tradisional 3 Peningkatan kualitas SDM dalam pengetahuan bidang kepariwisataan, sejarah kawasan dan kebudayaan lokal yang khas yang di Kawasan Alun-alun Kota Sumenep 4 Pengembangan kesempatan investasi yang mendukung kawasan sebagai sebuah kawasan wisata budaya 5 Peningkatan kualitas kondisi fisik dan keselarasan pembangunan bangunan untuk penggunaan lahan baru 6 Perumusan dan implementasi kebijakan pendukung yang konkret untuk dapat melindungi peninggalan sejarah dan cagar budaya serta penetapan kawasan sebagai kawasan wisata budaya 7 Pengendalian perubahan fungsi penggunaan lahan baru di kawasan wisata, 8 Pengenalan tentang warisan budaya yang pernah dimiliki kawasan pada masyarakat luas terutama para pemuda. 9 Dibutuhkan adanya regulasi yang mengatur bentuk dan permassaan bangunan di kawasan wisata budaya. TS S S S TS S S 1 TAHAPAN PERUMUSAN FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA HASIL DELPHI TAHAP 2 No Faktor R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 Peningkatan kualitas SDM dalam pengetahuan bidang kepariwisataan, sejarah kawasan dan kebudayaan lokal yang khas yang di Kawasan Alun-alun Kota Sumenep
22 TAHAPAN PERUMUSAN KRITERIA PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA 1.Kawasan memiliki daya tarik sejarah dan budaya berupa: a. Bangunan dengan nilai sejarah dan historis, kebudayaan dan pendidikan bagi kawasan serta terdokumentasi secara lengkap b.kebudayaan lokal yang unik dan khas seperti permainan tan pangantana, meminang wanita dan makanan khas. 2.Menghidupkan kembali moda angkutan andong/dokar sebagai alat transportasi tradisional yang melayani kegiatan wisata di kawasan Alun-alun Kota Sumenep 3.Memberikan peran dan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan wisata di kawasan serta memberikan pengetahuan mengenai sejarah serta budaya lokal kawasan 4.Meningkatkan upaya promosi melalui berbagai media khususnya media non profit untuk dapat membuka kesempatan investasi bagi kawasan yang disertai dengan kemudahan prosedur investasi di kawasan 5.Ciri khas, keaslian arsitektural dan kualitas kondisi fisik bangunan sejarah serta keharmonisan antar bangunan lama dan bangunan baru di dalam kawasan harus tetap dipertahankan 6.Dibuatnya kebijakan yang bersifat insentif mengenai kawasan yang mengatur tentang kawasan sebagai sebuah kawasan wisata budaya dan juga situs cagar budaya 7.Pengendalian perubahan fungsi penggunaan lahan dan bangunan untuk tetap mempertahankan citra yang melekat pada kawasan 8.Menjaga bentuk dan gaya bangunan untuk dapat menjaga ciri khas kawasan serta perlu dibentuknya regulasi yang mengatus bentuk dan gaya bangunan tersebut
23 TAHAPAN PERUMUSAN KRITERIA PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA No Kriteria R1 R2 R3 R4 R5 R6 R Kawasan memiliki daya tarik sejarah dan budaya berupa: Bangunan dengan nilai sejarah dan historis, kebudayaan dan pendidikan bagi kawasan serta terdokumentasi secara lengkap Kebudayaan lokal yang unik dan khas seperti permainan tan pangantana, meminang wanita dan makanan khas. Menghidupkan kembali moda angkutan andong/dokar sebagai alat transportasi tradisional yang melayani kegiatan wisata di kawasan Alun-alun Kota Sumenep Memberikan peran dan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan wisata di kawasan serta memberikan pengetahuan mengenai sejarah serta budaya lokal kawasan Meningkatkan upaya promosi melalui berbagai media khususnya media non profit untuk dapat membuka kesempatan investasi bagi kawasan yang disertai dengan kemudahan prosedur investasi di kawasan Ciri khas, keaslian arsitektural dan kualitas kondisi fisik bangunan sejarah serta keharmonisan antar bangunan lama dan bangunan baru di dalam kawasan harus tetap dipertahankan Dibuatnya kebijakan yang bersifat insentif mengenai kawasan yang mengatur tentang kawasan sebagai sebuah kawasan wisata budaya dan juga situs cagar budaya Pengendalian perubahan fungsi penggunaan lahan dan bangunan untuk tetap mempertahankan citra yang melekat pada kawasan Menjaga bentuk dan gaya bangunan untuk dapat menjaga ciri khas kawasan serta perlu dibentuknya regulasi yang mengatus bentuk dan gaya bangunan tersebut
24 ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA KAWASAN ALUN-ALUN KOTA SUMENEP MIKRO Arahan Mikro Spasial 1. Menjadikan keberadaan tempat dan bangunan yang bernilai historis, kebudayaan, dan kesenian tradisional tinggi sebagai daya tarik wisata budaya dilengkapi dengan dokumentasi dari tempat dan gedung bersejarah 2. Pola permukiman taniyan lanjeng sebagai daya tarik wisata Arahan Mikro Non - Spasial 1. Menjadikan permainan tradisional tan-pangantanan sebagai salah satu dalam kegiatan wisata dan kegiatan proses pembuatan makanan dan kerajinan tradisional sebagai daya tarik wisata 2. Menggunakan dekorasi-dekorasi yang bermotif khas Sumenep pada wujud bangunan yangberupa potensi lokalitas setempat 3. Menjadikan andong/dokar sebagai alat angkutan wisata 4. Pengadaan lokakarya dan sosialisasi berkala dan intensif 5. Pemeliharaan bangunan yang difungsikan fasilitas sosial 6. Mempertahankan dan mengembalikan wujud bangunan dengan konteks ketradisionalan Sumenep 7. Pemberian gate/pintu
25 PETA ARAHAN PENGEMBANGAN MIKRO KAWASAN WISATA
26 ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA KAWASAN ALUN-ALUN KOTA SUMENEP MAKRO Arahan Makro Spasial 1. Menjadikan Kawasan Alun-alun Kota Sumenep sebagai salah satu tujuan dari rangkaian jalur wisata budaya di Sumenep 2.Mengembangkan kawasan dengan konsep tradisional 3.Mengembangkan Kawasan dengan konsep Community-based Tourism (CBT) 4.Menjadikan kawasan sebagai kawasan wisata andalan dan unggulan Arahan Makro Non - Spasial 1. Perbaikan dan pengadaan moda transportasi menuju dan di kawasan wisata budaya. 2. Memperluas dan memeratakan kesempatan usaha serta kesempatan kerja bagi masyarakat 3. Mengadakan kerja sama dengan media informasi 4. Memberikan insentif dalam prosedur investasi 5. Perumusan Guideline tentang cara-cara perbaikan, renovasi dan pemugaran bangunan atau lingkungan sejarah 6. Perumusan peraturan tentang insentif pajak bumi dan bangunan terhadap pemilik perorangan atau instansi yang memiliki bangunan cagar budaya berdasarkan parameter kondisi bangunan, lokasi dan pemanfaatannya 7. Perumusan peraturan daerah yang mengatur tentang zonasi atau tata guna lahan yang diperbolehkan di kawasan 8. Perumusan peraturan terkait dengan ketentuan bangunan berarsitektural Madura di kawasan wisata
27 PETA ARAHAN ZONA PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA
28 KESIMPULAN 1.Kawasan Alun-alun kota Sumenep merupakan kawasan sejarah dan budaya yang mempunyai potensi paling tinggi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata budaya di kabupaten Sumenep 2.Kriteria dan arahan pengembangan kawasan wisata budaya Kawasan Alun-alun kota Sumenep adalah Kriteria dan arahan yang berhubungan dengan daya tarik budaya baik berupa bangunan maupun kebudayaan lokal, moda transportasi tradisional, sumberdaya manusia, kesempatan investasi, keaslian dan kondisi bangunan serta kebijakan pendukung. Selain itu juga berkaitan dengan upaya pengendalian kemunduran kawasan wisata budaya yaitu perubahan fungsi penggunaan lahan dan berkaitan dengan bentuk dan permassaan bangunan.
29 SARAN 1. Kabupaten Sumenep memiliki potensi yang cukup besar di bidang pariwisata, sebagai salah satu bagian dari sajian wisata maka wisata budaya yang merupakan salah satu sajian wisata yang berpotensi tinggi masih belum berkembang di Sumenep dan perlu ditingkatkan untuk dapat meningkatkan perekonomian lokal. 2. Pengembangan kawasan Alun-alun kota Sumenep sebagai kawasan wisata budaya harus memperhatikan pendekatan sosial, ekonomi dan juga lingkungan, karena tanpa ketiga pendekatan tersebut maka pengembangan kawasan dengan prinsip berkelanjutan tidak dapat dilakukan 3. Dalam pengembangan kawasan wisata khususnya wisata budaya tersebut, pemerintah harus melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan juga pengawasan kegiatan wisata.
30 TERIMA KASIH DAN MATOR SAKALANGKONG
BAB II METODE ANALISA
Pengembangan Kawasan Wisata Budaya di Kabupaten Sumenep Oleh: Penulis: Feru Sukaryono, Pembimbing: Dr. Ir. Rimadewi Suprihardjo, MIP Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciKRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR
KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR 3609100043 Latar Belakang Memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak dan beragam Selama ini pengembangan pariwisata
Lebih terperinciKriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo
Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo JOS OKTARINA PRATIWI 3609100037 Dosen Pembimbing Dr. Ir. RIMADEWI SUPRIHARJO MIP. PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciBAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran
BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran Siak Sri Indrapura merupakan ibukota kabupaten Siak. Secara administratif,
Lebih terperinciArahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-154 Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism Lilik Krisnawati dan Rima Dewi Suprihardjo
Lebih terperinciOleh : ERINA WULANSARI [ ]
MATA KULIAH TUGAS AKHIR [PW 09-1333] PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh : ERINA WULANSARI [3607100008] PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PESISIR TALANG SIRING DI KABUPATEN PAMEKASAN
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PESISIR TALANG SIRING DI KABUPATEN PAMEKASAN
Lebih terperinciKriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep
1 Kriteria Pengembangan Desa sebagai Desa Wisata di Kabupaten Mira Hawaniar 1, Rimadewi Suprihardjo 2 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Lebih terperinciKriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-245 Kriteria Pengembangan Desa sebagai Desa Wisata di Kabupaten Mira Hawaniar dan Rimadewi Suprihardjo Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciV BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciRevitalisasi Desa Bungaya sebagai Desa Wisata Budaya di Kabupaten Karangasem
1 Revitalisasi Desa Bungaya sebagai Desa Wisata di Kabupaten Karangasem Ni Luh Jaya Anggreni dan Ema Umilia Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINTANG
1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
Lebih terperinciBUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN
BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Sorake,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan
BAB V KESIMPULAN Mencermati perkembangan global dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan arus perjalanan manusia yang
Lebih terperinciFAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER
1 FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER Cinditya Estuning Pitrayu Nastiti 1, Ema Umilia 2 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan
118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan
Lebih terperinciArahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) C 14 Arahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat Fathun Qolbi dan Arwi Yudhi K Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan
Lebih terperinciBab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan
Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Tujuan penataan ruang wilayah Kota adalah Terwujudnya Kota Tidore
Lebih terperinciPOTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP
POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan
Lebih terperinciIV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan
5. URUSAN KEPARIWISATAAN Pariwisata merupakan salah satu sektor kegiatan ekonomi yang cukup penting dan mempunyai andil yang besar dalam memacu pembangunan. Perkembangan sektor pariwisata akan membawa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN
BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN SELATAN 2.1.1. Kondisi Wisata di Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan merupakan salah
Lebih terperinciBAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU
BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya melalui penilaian posisi perkembangan dan faktor - faktor yang mempengaruhinya maka dapat disimpulkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, yang dihuni oleh bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah tersebut
Lebih terperinciOleh : Faris Zakaria Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Rimadewi Supriharjo, MIP
Oleh : Faris Zakaria 3610100014 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Rimadewi Supriharjo, MIP Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknelogi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2013 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013 2028 Menimbang : a.
Lebih terperinciRANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM
111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pengembangan kawasan pesisir Barat Kabupaten Bengkulu Selatan sebagai kawasan wisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu sektor andalan dan mampu untuk memberikan konstribusi
Lebih terperinci1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No
1BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat memiliki karakter kota yang sangat unik dan jarang sekali dijumpai pada kota-kota lain. Kota yang mendapat
Lebih terperinciBENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR
BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata sebagai salah satu industri jasa ikut membantu meningkatkan perekonomian negara seiring dengan industri lainnya seperti pertanian, pertambangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan
Lebih terperinciKETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciBab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG, Menimbang : a. bahwa kondisi wilayah Kabupaten
Lebih terperinciPERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR
PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: FITRI YULIANA L2D 002 409 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciKAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D
KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR Oleh: TUHONI ZEGA L2D 301 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya
Lebih terperinciPelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-63 Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya) Volare Amanda Wirastari
Lebih terperinciBab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -
Lebih terperinciJOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata
JOKO PRAYITNO Kementerian Pariwisata " Tren Internasional menunjukkan bahwa desa wisata menjadi konsep yang semakin luas dan bahwa kebutuhan dan harapan dari permintaan domestik dan internasional menjadi
Lebih terperinciKonsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.2, (2014) 2337-3520 (2301-9271 Print) C-245 Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan Faris Zakaria dan Rima Dewi Suprihardjo
Lebih terperinciSTUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D
STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah suatu kegiatan sebagai industri pelayanan dan jasa yang akan menjadi andalan Indonesia sebagai pemasukan keuangan bagi negara. Kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping
Lebih terperinciHOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Pariwisata di Indonesia Wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan terbesar di sekitar garis khatulistiwa. Indonesia terdiri lebih dari 17.508
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar
Lebih terperinciStatistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya
BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik
Lebih terperinciBAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi
BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam
BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)
PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) A. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi lokal dalam kontek pengembangan wilayah dilakukan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan
Lebih terperinciRANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017
RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah
Lebih terperinciArahan Pengendalian Pembangunan Kawasan Cagar Budaya Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring Kabupaten Gianyar
Arahan Pengendalian Pembangunan Kawasan Cagar Budaya Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring Kabupaten Gianyar PREVIEW IV TUGAS AKHIR I NYOMAN ARTO SUPRAPTO 3606 100 055 Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita,
Lebih terperinci2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH
2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Banda Aceh dirumuskan untuk mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus memanfaatkan potensi yang dimiliki, serta
Lebih terperinciKonsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.2, (2014) ISSN 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan Penulis: Faris Zakaria, Pembimbing:
Lebih terperinciTabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep
Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :
Lebih terperinciRENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA
1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.
Lebih terperinciRENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1
RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian kota Binjai dilihat dari struktur PDRB riil kota Binjai yang menunjukkan karakteristik sebagai berikut : 2
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang semakin maju di Indonesia. Di provinsi Sumatera Utara terdapat beberapa kota
Lebih terperinciI-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata diposisikan sebagai sektor yang strategis dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi salah satu sumber devisa. Sektor ini perlu dikembangkan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf perekonomian masyarakat. Namun pengembangan sektor pariwisata juga
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang
Lebih terperinci2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata bahari merupakan salah satu jenis wisata andalan yang dimiliki oleh Indonesia, karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,
Lebih terperinci17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN
17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan
Lebih terperinciSTUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan provinsi yang sangat potensial dari segi sumber daya alam, sumber daya manusia, hingga keseniannya. Kesenian Jawa Barat sangat beraneka ragam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan menarik bagi sebagian orang adalah mencoba berbagai makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga merupakan
Lebih terperinciKONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA DI NAGARI KOTO HILALANG, KECAMATAN KUBUNG, KABUPATEN SOLOK
Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2014, pp. 155~159 KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA DI NAGARI KOTO HILALANG, KECAMATAN KUBUNG, KABUPATEN SOLOK Dini Rahmawati 1, Yulia Sariwaty
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah dikenal di dunia. Indonesia memiliki berbagai destinasi wisata yang tersebar dari Sabang sampai
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR
PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinci