MIZAN, yang Kita Nantikan MIZAN, YANG KITA NANTIKAN

dokumen-dokumen yang mirip
KRITERIA MENJADI IMAM SHOLAT

Hadits-hadits Shohih Tentang

Syarah Istighfar dan Taubat

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

Perkara yang Bermanfaat Bagi Seorang yang Telah Mati PERKARA YANG BERMANFAAT BAGI SEORANG YANG TELAH MATI

Bisakah Kirim Pahala BISAKAH KIRIM PAHALA

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah

Dimanakah Allah Subhanahu Wa Ta ala?

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

1. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur an

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajid الشيخ مد صالح ملنجد. Penterjemah: Pengaturan:

OBAT PENAWAR HATI. Ingatlah bahwa dalam jasad ada segumpal daging; jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika ia rusak, - 1 -

HUKUM RINGKAS PUASA RAMADHAN HUKUM RINGKAS PUASA RAMADHAN

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

Kebahagiaan Mana yang Ingin Anda Raih?

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

PUASA DI BULAN RAJAB

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Amalan Setelah Ramadhan. Penulis: Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc.

Doa dan Dzikir Seputar Musuh dan Penguasa

Tatkala Menjenguk Orang Sakit

Hidayah adalah Anugerah Terbaik HIDAYAH ADALAH ANUGRAH TERBAIK

Adab-adab Safar ADAB-ADAB SAFAR

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

TAFSIR AKHIR SURAT AL-BAQARAH

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

BOLEHKAH MENGERASKAN BACAAN SHALAT SIRRIYAH ATAU SEBALIKNYA DAN BIMBINGAN MENGGUNAKAN PENGERAS SUARA DI MASJID

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Iman Kepada KITAB-KITAB

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Meraih Kemuliaan Hakiki Dengan Ilmu Syar'i

ADAB DAN DOA SAFAR YANG SHAHIH

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

Hukum Ucapan Fulan Mati Syahid

Jagalah Lisan ك ب ع ا ي س ئ ىل

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA

Manusia Dan Bermegah-Megah

Puasa Mengajarkan Mencintai Orang Miskin

Menjaga Kebersihan Jasmani bagian dari Sunnah Rasulullah

Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma ADZAN AWAL, MEMBACA SHALAWAT NABI SAW, DAN SYAFA ATUL- UZHMA

Sifat-Sifat Ibadah Yang Benar

Kisah Pembunuh 100 Jiwa KISAH PEMBUNUH 100 JIWA

Keutamaan Membaca. Publication: 1434 H_2013 M KEUTAMAAN MEMBACA SHALAWAT. Oleh: Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

SUMPAH PALSU Sebab Masuk Neraka

Awas! Jangan Dekati Zina

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

حفظو هللا Oleh : Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc, MA. Publication : 1437 H_2016 M. Keutamaan Tauhid dan Bahaya Syirik

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Nawaqidhul Islam: Matan dan Terjemah Pustakasyabab.blogspot.com

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Perjalanan Meraih Ridha Ar-Rahmaan

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

Bila Cinta Menyapa. Allah ta ala berfirman,

10 Renungan Bagi yang Ditimpa UJIAN/MUSIBAH

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

TAFSIR SURAT ATH- THAARIQ

Amalan-amalan Khusus KOTA MADINAH. خفظو هللا Ustadz Anas Burhanuddin,Lc,M.A. Publication: 1435 H_2014 M AMALAN-AMALAN KHUSUS KOTA MADINAH

TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari

Faidah Seputar Aqidah Dari Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Menjemput Hidayah MENJEMPUT HIDAYAH

ج اء ك م ر س ول ن ا ي ب ي ن ل ك م ك ث ير ا م ما ك ن ت م ت خ ف و ن م ن ال ك ت اب و ي ع ف و ع ن ك ث ير ق د ج اء ك م م ن الل ه ن ور و ك ت اب

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

Tata Cara Shalat Malam

KITAB KELENGKAPAN BAB DZIKIR DAN DO'A

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Mensyukuri Nikmat Al Quran

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

Adalah Sebagian Dari IMAN حفظو هللا Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-sidawi

Perbaikan Keadaan Umat Urgensi Dan Cara Mewujudkannya

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Banyak yang bertanya kepada saya, Bagaimana contoh bekerja dengan orientasi akhirat?

Makna Islam dan iman

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

Wallahu A lam bisshawab Wa shallallahu ala nabiyyina Muhammadin wa ala aalihi wa shahbihi wa sallam

AL-JAMIL Yang Maha Indah

ISLAM IS THE BEST CHOICE

Petunjuk Rasulullah. Ber-KOKOK

As-hamad, Penguasa Yang Maha Sempurna dan Tempat Bergantung Segala Sesuatu

TAFSIR SURAT AL-QAARI AH

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Konsisten dalam kebaikan

Transkripsi:

MIZAN, YANG KITA NANTIKAN Ditulis oleh: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan Makna Mizan Mizan secara etimologi (bahasa) adalah alat yang digunakan untuk mengukur (bobot) segala sesuatu, sehingga benda tersebut dapat diketahui beratnya. Adapun makna mizan menurut syariat adalah timbangan yang Allah Subhanahu wa ta ala letakkan pada hari kiamat nanti untuk menimbang amalan para hamba-nya. (Syarh Lum atul I tiqad hlm. 120) Dalil-Dalil Adanya Mizan Dalil-dalil al-qur an dan as-sunnah yang menunjukkan adanya mizan pada hari kiamat cukup banyak jumlahnya. Tidak mungkin disebutkan semuanya di sini. Di antara dalil-dalil tersebut adalah: 1. Allah Subhanahu wa ta ala berfirman: Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan. (al-anbiya: 47) 2. Allah Subhanahu wa ta ala juga berfirman: Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (al-a raf: 8) 3. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam mengisahkan dalam hadits bithaqah (selembar kartu) yang masyhur, yang beliau Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta ala akan menyelamatkan/membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, yang dipampangkan kepadanya 99 catatan amalannya, setiap catatan amalan panjangnya sejauh mata memandang. Dia (Allah Subhanahu wa ta ala) berkata kepadanya, Apakah engkau akan mengingkari sesuatu dari catatan-catatan ini? Apakah para malaikat-ku yang bertugas mencatat amal

menzalimimu? Dia menjawab, Tidak, wahai Rabbku. Allah Subhanahu wa ta ala berkata, Apakah engkau memiliki uzur (alasan) atau kebaikan? Orang tersebut bingung, kemudian dia menjawab, Tidak, wahai Rabbku. Allah Subhanahu wa ta ala kemudian berkata, Justru engkau memiliki satu kebaikan di sisi- Ku. Tidak ada sedikit pun kezaliman yang akan menimpamu pada hari ini. Kemudian dikeluarkan satu kartu (bithaqah) miliknya yang ada padanya ucapan syahadatnya. Allah Subhanahu wa ta ala berkata, Datangkanlah kartu itu! Orang itu berkata, Wahai Rabbku, apa artinya kartu ini dibandingkan dengan lembaran catatan amalan itu? Allah Subhanahu wa ta ala menjawab, Sesungguhnya engkau tidak akan dizalimi. Kemudian diletakkan lembaran-lembaran tersebut di salah satu sisi timbangan, sedangkan kartu itu diletakkan di sisi timbangan lainnya. Sisi timbangan yang ada lembaran-lembaran naik dan bagian lain yang berisi kartu turun. (HR. at-tirmidzi) Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam juga bersabda: يم ان و ال ح م د ل له ت م لا ال م يز ان الط ه ور ش ط ر الا Bersuci itu setengah dari iman, ucapan alhamdulillah itu memenuhi mizan. (HR. Muslim dari Abu Malik al-asy ari Radhiyallahu anhu) Jumlah Mizan untuk Menimbang Amalan Kalau kita perhatikan seluruh dalil dari al-qur an dan as-sunnah yang menunjukkan adanya mizan, kita akan mendapatkan bahwa lafadz mizan kadang disebutkan jamak (banyak) dan kadang disebutkan mufrad (tunggal). Bagaimana cara mendudukkan masalah ini? Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin rahimahullah berkata, Penyebutan lafadz mizan dalam bentuk jamak adalah berdasarkan amalan yang akan ditimbang. Amalan yang ditimbang banyak jumlahnya. Adapun penyebutan dalam bentuk tunggal adalah berdasarkan jumlah mizan (timbangan), yaitu satu. (Syarh al-aqidah al-wasithiyah 2/139) Demikian pula arahan al-imam Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat ke-47 dari surat al-anbiya. Beliau berkata, Kami (Allah Subhanahu wa ta ala) meletakkan timbangan

amal yang adil nanti pada hari kiamat. Mayoritas ulama berpendapat bahwa jumlah mizan hanya satu. Hanya saja, disebut dalam bentuk jamak berdasarkan jumlah amalan yang akan ditimbang. (Tafsir Ibnu Katsir 3/161) Ciri-Ciri Mizan Berdasarkan dalil-dalil al-qur an dan as-sunnah, para ulama menjelaskan ciri-ciri mizan tersebut. Di antara ulama yang menjelaskan ciri-ciri mizan adalah asy-syaikh Shalih al-fauzan hafizhahullah. Beliau berkata, Penimbangan amalan-amalan hamba benar-benar akan terjadi dengan mizan hakiki yang memiliki dua daun timbangan, sebagaimana yang disebutkan oleh haditshadits. Akan tetapi, Allah lebih tahu tentang kaifiahnya (bentuknya), karena hal ini termasuk perkara gaib yang akan terjadi di akhirat. Adapun makna yang jelas, yaitu mizan hakiki memiliki dua daun timbangan. Amalan kebaikan akan diletakkan pada satu sisi, sedangkan amalan kejelekan diletakkan pada sisi yang lain. Pemiliknya akan mendapatkan balasan yang baik atau buruk sesuai dengan amalan yang lebih berat. (Syarhul Lum ah hlm. 205) Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata bahwa Abu Ishaq az-zajjaj rahimahullah mengatakan, Ahlus Sunnah bersepakat mengimani adanya mizan dan bahwa amalan para hamba akan ditimbang dengannya pada hari kiamat. Mizan tersebut memiliki lisan (neraca) dan dua daun timbangan. Salah satunya akan turun karena amalan-amalan (yang diletakkan padanya). (Fathul Bari 13/548) Yasin bin Ali al- Adni berkata di dalam catatan kakinya terhadap Syarh al-aqidah al- Wasithiyah karya Muhammad Khalil Harras rahimahullah, Di antara dalil yang menunjukkan bahwa mizan memiliki dua daun timbangan adalah hadits bithaqah yang diriwayatkan oleh al-imam at-tirmidzi (2639) dan lainnya. Hadits ini disebutkan dalam kitab ash-shahihul Musnad dari sahabat Abdullah bin Amr Radhiyallahu anhuma. Adapun dalil yang menunjukkan bahwa mizan tersebut memiliki lisan, sebatas kemampuan kami dalam meneliti rujukan-rujukannya, kami belum menemukannya selain riwayat dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma dalam kitab Syu abul Iman lil Baihaqi (1/263).

Akan tetapi, (riwayat tersebut) dari jalan al-kalbi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma. Al-Kalbi bernama Muhammad bin as-sa ib, seorang perawi yang muttaham bil kadzib (dituduh berdusta). Adapun riwayat Abu Shalih dari Ibnu Abbas adalah riwayat yang terputus sanadnya. Nama beliau adalah Badam. Apa Saja yang Ditimbang? Allah Maha Mengetahui amalan para hamba secara rinci sebelum Dia menciptakannya dengan ilmu-nya yang sempurna, walaupun tanpa hisab dan mizan. Hanya saja, Allah Subhanahu wa ta ala dengan hikmah-nya yang sempurna berkehendak menunjukkan keadilan-nya di hadapan seluruh makhluk-nya. Berdasarkan kitabullah dan sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, yang akan ditimbang dengan mizan itu di akhirat adalah: 1. Amalan yang baik dan yang buruk Allah Subhanahu wa ta ala berfirman: Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) perbuatan mereka. Barang siapa yang melakukan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Barang siapa yang melakukan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. (az- Zalzalah: 6 8) Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: ك ل م ت ان ح ب يب ت ان إ ل ى الر ح م ن خ ف يف ت ان ع ل ى الل س ان ث ق يل ت ان ف ي ال م يز ان : س ب ح ان الله و ب ح م د ه س ب ح ان الله ال ع ظ يم Dua kalimat yang dicintai ar-rahman yang keduanya ringan dalam ucapan, tetapi berat di dalam timbangan (di akhirat); yaitu, Subhanallah wa bihamdihi dan subhanallahil azhim. (Muttafaqun alaih dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu) 2. Catatan-Catatannya Hal ini berdasarkan hadits bithaqah yang masyhur yang telah disebutkan sebelumnya. 3. Orangnya Al-Imam al-bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah

Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda: Sungguh, pada hari kiamat akan datang seseorang yang gemuk dan besar. (Kemudian dia ditimbang), ternyata beratnya di sisi Allah Subhanahu wa ta ala tidak lebih dari berat sehelai sayap nyamuk. Beliau Shalallahu alaihi wa sallam berkata, Bacalah, Maka Kami tidak akan menegakkan bagi mereka timbangan pada hari kiamat. (al-kahfi: 105). Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin rahimahullah berkata, Ada tiga hal yang akan ditimbang: amal, orang yang beramal, dan catatan amal. Sebagian ulama berkata, Untuk mendudukkan riwayat itu semua, bisa dikatakan bahwa untuk sebagian orang, yang ditimbang adalah amalannya. Orang yang lain ditimbang catatan amalannya. Yang lain lagi ditimbang dirinya/pemiliknya. Sebagian ulama berpendapat, Untuk mendudukkan riwayat itu semua, dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ditimbang amalannya adalah amalan yang dicatat di dalam lembaran-lembaran catatan amal itu. Adapun ditimbangnya pemilik amalan hanya terjadi pada sebagian orang. Kemudian beliau rahimahullah berkomentar, Akan tetapi, ketika diteliti, kita akan mendapati bahwa mayoritas dalil menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah amalan dan sebagian orang yang dikhususkan. Dengan demikian, yang ditimbang adalah catatan-catatan amalannya atau pemilik amalan itu sendiri. Adapun hadits kisah Ibnu Mas ud Radhiyallahu anhu (tentang ditimbangnya manusia) dan hadits bithaqah (ditimbangnya catatan amal), hal ini adalah sesuatu yang dikhususkan oleh Allah Subhanahu wa ta ala bagi hamba-nya yang Dia kehendaki. (Syarh al-aqidah al- Wasithiyah 2/143) Amalan yang Akan Memenuhi dan Memberati Timbangan Secara umum, seluruh amalan yang baik dengan berbagai jenisnya, baik amalan hati maupun anggota badan, baik ucapan hati maupun ucapan lisan, akan memenuhi dan mengisi timbangan. Terlebih lagi, kalau Allah Subhanahu wa ta ala dengan rahmat dan keutamaan- Nya melipatgandakan amalan-amalan seorang hamba yang Dia kehendaki. Allah Subhanahu wa ta ala berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarah, dan jika ada kebajikan sebesar zarah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi- Nya pahala yang besar. (an-nisa: 40) Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam meriwayatkan dari Rabbnya Subhanahu wa ta ala: إ ن الله ك ت ب ال ح س ن ات و الس ي ي ات ث م ب ي ن ذ ل ك ف م ن ه م ب ح س ن ة ف ل م ي ع م ل ه ا ك ت ب ه ا الله ل ه ع ن د ه ح س ن ة ك ام ل ة ف ا ن ه و ه م ب ه ا ف ع م ل ه ا ك ت ب ه ا الله ل ه ع ن د ه ع ش ر ح س ن ات إ ل ى س ب ع م اي ة ض ع ف إ ل ى أ ض ع اف ك ث ير ة و م ن ه م ب س ي ي ة ف ل م ي ع م ل ه ا ك ت ب ه ا الله ل ه ع ن د ه ح س ن ة ك ام ل ة ف ا ن ه و ه م ب ه ا ف ع م ل ه ا ك ت ب ه ا الله ل ه س ي ي ة و اح د ة Sungguh, Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan lalu menjelaskannya. Barang siapa meniatkan satu kebaikan, namun tidak melakukannya, Allah mencatat satu kebaikan penuh baginya di sisi-nya. Jika dia meniatkannya lalu melakukannya, Allah mencatat baginya sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat, hingga jumlahnya berkali-kali lipat. Barang siapa meniatkan satu keburukan, namun tidak melakukannya, Allah mencatat satu kebaikan penuh baginya di sisi-nya. Jika dia meniatkannya lalu melakukannya, Allah mencatat baginya satu keburukan saja. (Muttafaqun alaih dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma) Adapun amalan kebaikan yang dinyatakan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam secara tegas dan jelas akan memenuhi dan memberatkan timbangan adalah sebagai berikut. 1. Ucapan dua kalimat syahadat yang benar dan ikhlas dari hatinya Hal ini sebagaimana disebutkan oleh hadits bithaqah di atas. 2. Akhlak yang baik Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: إ ن أ ث ق ل ش ي ء ف ي م ي ز ان ال ع ب د ي و م ال ق ي ام ة خ ل ق ح س ن و إ ن الله ي ب غ ض ال ف اح ش ال ب ذ ئ Sesungguhnya sesuatu yang paling berat yang akan diletakkan di dalam timbangan amalan seorang hamba pada hari kiamat adalah akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta ala membenci orang yang keji dan jelek ucapannya. (HR. Abu Dawud dan Ahmad, lihat ash-shahihah no. 876) 3. Berzikir kepada Allah Subhanahu wa ta ala, seperti tahmid dan tasbih Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: ك ل م ت ان ح ب يب ت ان إ ل ى الر ح م ن خ ف يف ت ان ع ل ى الل س ان ث ق يل ت ان ف ي ال م يز ان : س ب ح ان الله و ب ح م د ه س ب ح ان الله ال ع ظ يم

Dua kalimat yang dicintai oleh ar-rahman, ringan di lisan, berat di mizan: Subhanallahi wabihamdihih dan Subhanallahil azhim. (Muttafaqun alaih dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu) Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam juga bersabda: يم ان و ال ح م د ل له ت م لا ال م يز ان الط ه ور ش ط ر الا Bersuci itu setengah dari iman, ucapan alhamdulillah itu memenuhi mizan. (HR. Muslim dari Abu Malik al-asy ari Radhiyallahu anhu) 4. Memelihara kuda untuk berjihad di jalan Allah Subhanahu wa ta ala Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: م ن اح ت ب س ف ر س ا ف ي س ب يل الله إ يم ان ا ب الله و ت ص د يق ا ب و ع د ه ف ا ن ش ب ع ه و ر ي ه و ر و ث ه و ب و ل ه ف ي م يز ان ه ي و م ال ق ي ام ة Barang siapa memelihara dan mempersiapkan seekor kuda untuk berperang fi sabilillah karena iman kepada Allah Subhanahu wa ta ala dan membenarkan janji-nya, maka kenyang dan tidak hausnya (kuda itu), kotoran dan air kencingnya menjadi kebaikan-kebaikan yang akan (diletakkan) di dalam timbangan amalannya pada hari kiamat. (HR. al-bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu) Adakah Mizan bagi Orang Kafir? Allah Subhanahu wa ta ala berfirman: Barang siapa yang ringan timbangannya, mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. (al-mu minun: 103) Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin rahimahullah berkata, Orang-orang kafir adalah orang yang akan mendapatkan kerugian (di akhirat). Mereka tidak mendapatkan manfaat sedikit pun dari keberadaan mereka di dunia yang fana ini. Bahkan, mereka tidak akan mendapatkan apa pun selain kerugian. Di akhirat, mereka akan rugi dengan hartahartanya karena mereka tidak bisa mengambil manfaat dengannya. Meskipun mereka memberikan harta kepada orang lain untuk mendapatkan pahala, harta tersebut tidak akan bermanfaat bagi mereka di akhirat. Firman Allah Subhanahu wa ta ala: Tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya

melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka tidak beribadah melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan. (at-taubah: 54) Mereka juga akan rugi dengan keluarganya karena mereka berada di neraka. Penghuni neraka tidak akan mendapatkan kebahagiaan dengan sebab keluarganya. Mereka justru terkunci di dalamnya. Mereka tidak akan melihat seorang pun yang lebih dahsyat azabnya daripada dirinya. Yang dimaksud dengan lebih ringan dalam timbangan adalah tatkala amalan-amalan yang jelek itu lebih berat daripada amalan-amalan yang baik, atau amalan yang baik sama sekali tidak ada. Hal ini berdasarkan pendapat bahwa orang-orang kafir akan ditimbang amalannya, sebagaimana yang tampak dalam ayat yang mulia ini dan yang semisalnya. Ini adalah salah satu pendapat dari dua pendapat ulama dalam masalah ini. Adapun pendapat kedua menyatakan bahwa orang-orang kafir tidak akan ditimbang amalanamalannya. Mereka berdalilkan dengan firman Allah Subhanahu wa ta ala: Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan-nya. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (al-kahfi: 105) (Syarh al-aqidah al-wasithiyah 2/145 146) Dari penjelasan asy-syaikh rahimahullah di atas, disimpulkan bahwa terjadi perbedaan pendapat di antara ulama Ahlus Sunnah tentang hisab orang-orang kafir di akhirat. Al-Imam al-qurthubi rahimahullah merajihkan pendapat yang pertama bahwa orang-orang kafir tetap akan ditimbang amalan mereka, sebagaimana ucapan beliau rahimahullah dalam kitabnya, at-tadzkirah, berikut ini. Allah Subhanahu wa ta ala berfirman: Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat. (al-anbiya: 47) Allah Subhanahu wa ta ala (terkhusus dalam ayat ini) tidak membedakan antara satu jiwa dan yang lain dalam hal mizan. Kebaikan mereka akan ditimbang dan akan dibalas. Hanya

saja, Allah Subhanahu wa ta ala mengharamkan surga bagi mereka sehingga balasan bagi kebaikan bagi mereka adalah diringankan azabnya (di dalam Jahannam). Hal ini berdasarkan kisah Abu Thalib, paman Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Beliau Shalallahu alaihi wa sallam pernah ditanya, Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Thalib senantiasa melindungi dan menolongmu. Apakah hal itu bermanfaat baginya? Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menjawab, Ya, aku melihatnya dalam kesengsaraan di neraka. Kemudian aku keluarkan dia ke derajat yang paling ringan (di neraka). Kalau bukan karena aku, niscaya dia akan berada di dalam kerak yang paling dalam. (at-tadzkirah hlm. 363) Demikian pula al-imam Ibnu Katsir rahimahullah merajihkan pendapat yang pertama. Beliau menyatakannya tatkala menafsirkan firman Allah Subhanahu wa ta ala: Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan-nya. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (al-kahfi: 105) Maksudnya menurut beliau adalah Allah Subhanahu wa ta ala tidak akan menjadikan berat timbangan amalan-amalan mereka karena tidak ada kebaikannya. Beliau rahimahullah mendasari pendapat ini dengan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, Sungguh akan datang nanti pada hari kiamat orang yang gemuk dan besar, namun tidak lebih berat di sisi Allah Subhanahu wa ta ala daripada sehelai sayap nyamuk. (HR. al-bukhari). (Tafsir Ibnu Katsir 3/97) Beliau rahimahullah juga menyatakan, Amalan orang-orang kafir juga akan ditimbang, walaupun mereka tidak memiliki kebaikan-kebaikan yang bermanfaat bagi mereka yang sebanding dengan kekafirannya. (Akan tetapi, ditimbangnya amalan mereka) untuk menunjukkan kecelakaan dan mempermalukan mereka di hadapan seluruh makhluk. (an- Nihayah hlm. 246) Syubhat Mu tazilah Golongan sesat Mu tazilah dengan akalnya yang rusak dan logikanya yang terbalik, mengingkari adanya mizan di akhirat. Di antara syubhat-syubhat (kerancuan berpikir)

mereka adalah sebagai berikut. 1. Di akhirat tidak ada mizan yang hakiki karena tidak dibutuhkan. Allah Subhanahu wa ta ala telah mengetahui amalan para hamba dan telah menghitungnya. Akan tetapi, yang dimaksud dengan mizan adalah mizan (timbangan) maknawi, yaitu keadilan. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin rahimahullah berkata, Tidak ada keraguan bahwa pernyataan Mu tazilah tersebut batil karena bertentangan dengan zahir lafadz mizan (dalam dalil-dalil al-qur an dan as-sunnah) serta ijma salaf (para ulama terdahulu). Di samping itu, kalau yang dimaksud dengan mizan adalah keadilan, maka tidak perlu diungkapkan dengan sebutan mizan.cukuplah diungkapkan dengan keadilan karena ungkapan keadilan itu lebih disenangi oleh jiwa daripada kata mizan. Allah Subhanahu wa ta ala berfirman: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (an-nahl: 90) (Syarh Aqidah Wasithiyah 2/139 140) 2. Syubhat yang lain: Amalan adalah perkara maknawi yang tidak berjasad sehingga tidak mungkin bisa ditimbang. Yang bisa ditimbang adalah benda-benda yang ada wujudnya. Sampai-sampai mereka berani menyatakan, Tidak ada yang membutuhkan mizan (timbangan) selain para penjual sayur atau kacang. Asy-Syaikh Muhamad Khalil Harras rahimahullah berkata, Di akhirat, Allah Subhanahu wa ta ala akan mengubah amalan-amalan para hamba yang maknawi dan tidak berwujud menjadi amalan yang berwujud dan memiliki berat. Lalu diletakkanlah amalan yang baik di salah satu sisi timbangan dan amalan yang jelek di sisi lainnya. Allah Subhanahu wa ta ala berfirman: Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat. (al-anbiya: 47) (Syarh al- Aqidah al-wasithiyah hlm. 211) 3. Syubhat berikutnya: Sebagian mereka mengatakan bahwa hadits-hadits yang menunjukkan adanya mizan adalah hadits-hadits ahad, bukan mutawatir, sehingga tidak memberikan faedah keyakinan dalam masalah akidah. Asy-Syaikh al-albani rahimahullah berkata, Sesungguhnya mizan (yang akan diletakkan

pada hari kiamat untuk menimbang amalan) adalah sesuatu yang benar-benar akan terjadi. Mizan tersebut memiliki dua daun timbangan. Hal ini merupakan keyakinan Ahlus Sunnah. Berbeda halnya dengan keyakinan Mu tazilah dan para pengikutnya di masa kini yang tidak meyakini perkara akidah yang ada dalam hadits-hadits sahih, karena menganggap haditshadits tersebut adalah hadits ahad yang tidak memberikan faedah berupa keyakinan. Sungguh, saya telah menjelaskan kebatilan anggapan ini di dalam kitab saya Bersama al- Ustadz ath-thanthawi. (as-silsilah as-shahihah 1/260) Kita memohon kesehatan dan keselamatan kepada Allah Subhanahu wa ta ala. Wallahu a lam bish-shawab. Sumber: Majalah Asy Syariah Related Posts Penyimpangan Akidah Di Sekitar Kita PENYIMPANGAN AKIDAH DI SEKITAR KITA Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak hafizhahullah Semua muslim tentu mengetahui bahwa tujuan dirinya diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Perkara yang Bermanfaat Bagi Seorang yang Telah Mati PERKARA YANG BERMANFAAT BAGI SEORANG YANG TELAH MATI Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak hafizhahullah Kematian adalah satu perkara yang pasti akan menjemput manusia. Tak seorang Ilmu adalah Takut kepada Allah ILMU ADALAH TAKUT KEPADA ALLAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muawiyah Askari bin Jamal hafizhahullah Sesungguhnya hanyalah yang takut kepada Allah di antara para hamba-nya adalah ulama. Jalan Meraih Manisnya Iman JALAN MERAIH MANISNYA IMAN Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Isma il Muhammad Rijal, Lc. hafizhaullah Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, Nabi Shallallahu `alaihi wa ث لا ث م ن bersabda, sallam

Hidayah adalah Anugerah Terbaik HIDAYAH ADALAH ANUGRAH TERBAIK Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar ibnu Rifa i م ن د ع ا إ ل ى ه د ى ك ان ل ه م ن الا ج ر م ث ل bersabda: Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam