PUBLIKASI ILMIAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem

Kata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PELINTINGAN MANUAL DI PT. DJITOE INONESIA TOBAKO

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN

* Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan Terhadap Keluhan Computer Vision Syndrom

KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN DAILY CHECK

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti mencoba untuk mencari hubungan variabel paparan getaran mekanis

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk teknologi yang beredar adalah gadget. Gadget tidak

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

Unnes Journal of Public Health

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB III METODE PENELITIAN. antar variabel dimana dalam hal ini variabel penelitian adalah shift kerja dan

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN.

PENGARUH KECUKUPAN MENU MAKAN SIANG TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR SKRIPSI

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

PENGARUH PENCAHAYAAN DAN MASA KERJA BERDASARKAN WAKTU KERJA TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PENGRAJIN SULAMAN KERAWANG UKM

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. bersifat survey analitik, dengan menggunakan desain penelitian cross sectional,

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA, PELATIHAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PT PLN (PERSERO) WILAYAH SULUTTENGGO

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT SURYA BESINDO SAKTI SERANG

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan, manusia selalu mengadakan bermacam macam

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan jangka panjang di bidang kesehatan, dimulai

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN, MASA KERJA DAN LAMA KERJA DENGAN KETAJAMAN PENGLIHATAN

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT DAN INTENSIVE CARE UNIT DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PERAWAT ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM DI RSUI YAKSSI GEMOLONG

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG PADA BURUH BAGASI DI PELABUHAN LAUT MANADO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA PEGAWAI PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) CABANG MANADO TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

HUBUNGAN FAKTOR PENGETAHUAN KARYAWAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN WINDING DI PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB III METODE PENELITIAN

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN DAILY CHECK DI PT.KERETA API DAERAH OPERASI VI YOGYAKARTA DIPO KERETA SOLO BALAPAN

HUBUNGAN KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA KEPERAWATAN DI RSJ. PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

HUBUNGAN ANTARA BAURAN PEMASARAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN RAWAT INAP DI UPTD RUMAH SAKIT MATA PROVINSI SULAWESI UATARA

SKRIPSI. Oleh Raditya Wahyu Hapsari NIM

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah observasional analitik komparatif kategorik

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

Analisis Faktor Intensitas Penerangan Lokal Terhadap Kelelahan Mata Di Industri Pembuatan Sepatu X Kota Semarang

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

HUBUNGAN ANTARA MUTU JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

Transkripsi:

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADAPEKERJA SHIFT MALAM BAGIAN DAILY CHECK DI PT. KERETA API DAERAH OPERASI VI YOGYAKARTA DIPO KERETA SOLO BALAPAN PUBLIKASI ILMIAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Oleh: DWIKY ISNANDIA BARLEANTY NIM : J410120012 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADAPEKERJA SHIFT MALAM BAGIAN DAILY CHECK DI PT. KERETA API DAERAH OPERASI VI YOGYAKARTA DIPO KERETA SOLO BALAPAN Dwiky Isnandia Barleanty 1, Sri Darnoto 2 1 Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dwikyisnandia@gmail.com 23 Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Intensitas penerangan yang tidak memenuhi standar dapat menimbulkan potensi kelelahan mata. Pekerjaan pengecekan dan perbaikan gerbong kereta api termasuk jenis pekerjaan yang memerlukan ketelitian sehingga membutuhkan intensitas penerangan yang sesuai standar yaitu 100 lux. Intensitas penerangan yang tidak memenuhi standar berakibat pada munculnya keluhan pada mata seperti mata merah, sakit kepala, dan mata terasa pedih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan mata pada pekerja shift malam bagian Daily Check di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan. Jenis penelitian adalah observasional analitik, dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 72 orang dari total populasi 72 orang dibagi menjadi shift pagi, shift siang, shift malam masing-masing sebanyak 24 pekerja. Setiap pekerja shift malam mengalami tiga kali pergantian shift setiap satu minggu dengan hari yang berbeda. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Exhaustive Sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah intensitas penerangan, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelelahan mata. Analisis penelitian ini menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan mata pada pekerja shift malam bagian Daily Check di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan (p value = 0,001 <0,05). Kata Kunci : Intensitas Penerangan, Kelelahan Mata Abstract Lighting intensity which does not meet the standard can cause potential of eyes exhaustion. Jobs of checking and repairing the railway coach are included in kinds of job which need carefulness, therefore, the jobs need a lighting intensity which is appropriate to the standard that is 100 lux. Lighting intensity which does not meet the standard results in the occurence of a complaint about eyes such as red eyes, headache, and irritated eyes. This research aims to know the correlation between the lighting intensity and the eyes exhaustion in the night-shift employees of daily check division in PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan. Type of this research is observasional analitical using cross sectional approach. Samples of the research are as many as 72 people from total of population of 72 people who are divided into the morning shift, the daylight shift, and the night shift as many as 24 employees each. Every night-shift employee has three times of shift change in a week with a different day. The technique of sampling used in this research is Exhaustive Sampling. The independent variable in this research is the lighting intensity, meanwhilem the dependent variable in this research is the eyes exhaustion. The analysis of this research used Chi-Square test which revealed that there is correlation between the lighting intensity and the eyes exhaustion in the night-shift employees of daily check division in PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan (p value = 0.001 <0.05). Keywords : Eyes exhaustion, Lighting intensity 1

1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan dari setiap orang hidup secara produktif baik sosial dan ekonomi. Upaya kesehatan bagi tiap individu perlu dijaga dan ditingkatkan di manapun individu itu berada, tidak terkecuali ditempat kerja, karena di tempat kerja terdapat berbagai macam faktor fisik yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Salah satu faktor fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. Mata dalam fungsinya untuk melihat harus tidak dihadapkan pada beban tambahan seperti penerangan obyek yang kurang intensitasnya sesuai dengan keperluan. Oleh karena mata meliput daerah yang lebih luas, dapat mendeteksi tingkat cahaya yang sangat minim dalam pandangan malam hari. Berdasarkan kondisi-kondisi inilah, mata tidak mungkin dapat membedakan warna-warna (Nurmianto, 1996). Sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964, tentang syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja pasal 14 ayat 5 bahwa standar penerangan pada pekerjaan membedakan barang kecil harus paling sedikit mempunyai kekuatan 100 lux. Penerangan dibawah 100 lux dapat menyebabkan kelelahan mata. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan terhadap penerangan di lingkungan kerja dengan cara observasi dan melakukan wawancara di bagian daily check. Hasil observasi didapatkan luas 2652 m 2 tempat kerja bagian daily check dengan panjang 102 meter dan lebar 26 meter. Penerangan yang digunakan di bagian daily check yaitu lampu buatan untuk penerangan sekitar tempat kerja (penerangan umum), sedangkan penerangan di bawah gerbong kereta (penerangan setempat) menggunakan hand lamp (senter tangan). Pengukuran penerangan dengan menggunakan Lux Meter menunjukkan hasil pada shift malam pukul 21.00 WIB sekitar tempat kerja bagian daily check (penerangan umum) dengan nilai pencahayaan 114,05 lux dan bawah gerbong (penerangan setempat) dengan 2

nilai pencahayaan 27,3 lux. Hasil pengukuran didapatkan penerangan yang digunakan masih di bawah standar (penerangan setempat) untuk jenis pekerjaan perbaikan dan pengecekan kereta api, dan penerangannya tidak merata, secara teori kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan mata pada tenaga kerja shift malam bagian daily check. Pekerjaan ini termasuk jenis pekerjaan yang memerlukan ketelitian sehingga membutuhkan intensitas penerangan yang sesuai standar PMP No.7 Tahun 1964 yaitu 100 lux. Hasil dari wawancara dengan 11 pekerja pada setiap bidang yaitu 6 tenaga kerja (8,3%) pada bagian pengecekan, 3 tenaga kerja (4,2%) pada bagian perbaikan, 1 manajer DIPO (1,4%), dan 1 pengawas (1,4%). Pada bagian DC shift malam, jenis pekerjaan perbaikan dan pengecekan sebanyak 72 pekerja dibagi menjadi shift pagi, shift siang, dan shift malam masing-masing sebanyak 24 pekerja. Pekerja shift malam mengalami tiga kali pergantian shift setiap satu minggu dengan hari yang berbeda. Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di bawah gerbong kereta sebanyak 32 orang. Pekerja merasakan adanya keluhan mata pada saat perbaikan dan pengecekan, disebabkan penerangan yang kurang baik untuk pekerja shift malam. Keluhan kelelahan mata yang paling banyak dirasakan yaitu sakit kepala sebanyak 5 orang (45,5%), mata terasa pedih sebanyak 3 orang (27,3%), dan mata merah sebanyak 3 orang (27,3%). Pekerjaan yang dilakukan di malam hari berpengaruh terhadap kelelahan mata tenaga kerja. Hasil wawancara menunjukkan 11 pekerja mengeluhkan adanya gejala kelelahan mata. Kondisi penerangan di bagian daily check pada shift malam yang belum memenuhi syarat sesuai PMP N0. 7 Tahun 1964 yaitu 100 lux, maka hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan mata pekerja meliputi dapat mengganggu proses pengecekan dan perbaikan kereta api, menurunkan tingkat konsentrasi, dan kurangnya efektivitas pada pekerjaan. Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan mata pada pekerja shift malam bagian daily check di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan. 3

2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan penelitian non experimental, dengan metode observasional analitik, yaitu menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang dirumuskan sebelumnya. Metode yang digunakan adalah survei dengan pendekatan cross-sectional karena variabel sebab (intensitas penerangan) dan akibat (kelelahan mata) yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi yang sama (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan tenaga kerja PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan dengan jumlah 72 pekerja dibagi menjadi shift pagi, shift siang, dan shift malam masing-masing sebanyak 24 pekerja. Pekerja shift malam mengalami tiga kali pergantian shift setiap satu minggu dengan hari yang berbeda. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Exhaustive Sampling dengan memilih sampel yang dipilih seluruh tenaga kerja shift malam pada hari yang berbeda. Observasi dilakukan dengan melakukan pengukuran dan pencatatan. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan alat Lux Meter yang digunakan untuk mengukur penerangan setempat (lokal illumination) dan penerangan umum (general illumination), sedangkan pencatatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Tahap melakukan pengukuran intensitas penerangan pekerja shift malam bagian Daily Check pada pukul 21.00-22.30 WIB. Dilakukan penentuan titik penerangan setempat yaitu obyek kerja berupa mesin kereta api yang berada dibawah kereta (mesin bogi). Penentuan titik penerangan umum yaitu titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak. Luas yang akan diteliti panjang 102 meter dan lebar 26 meter di bagian DC pada shift malam, setiap luas ruangan yang lebih dari 100 m 2 titik potongnya adalah pada jarak 6 meter. Tata cara melakukan pengukuran, menentukan titik pengukuran yaitu pada lingkungan tempat kerja untuk penerangan umum dan di bawah gerbong kereta 4

untuk penerangan setempat tiap tenaga kerja, lux meter yang telah dikalibrasi dihidupkan dengan menekan tombol power dan membuka penutup sensor, alat dibawa ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, alat digunakan dengan sensor menghadap keatas, hasil pengukuran pada layar monitor dibaca 1-2 menit sehingga didapat angka yang stabil, kemudian tombol Hold ditekan, hasil pengukuran dicatat pada lembar hasil pencatatan, lux meter dimatikan, kemudian melakukan pengukuran pada titik pengukuran ke 2, 3, 4 dan seterusnya sampai titik ke-40 dengan cara yang sama seperti pengukuran pada titik pengukuran pertama. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner tentang kelelahan mata. Kuesiner yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Ramadhani (2012), untuk mengukur kelelahan mata tenaga kerja shift malam bagian DC di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan karakteristik responden, intensitas penerangan, dan kelelahan mata. Analisis bivariat adalah uji hipotesis antara dua variabel, yakni variabel bebas (intensitas penerangan) dan variabel terikat (kelelahan mata). Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-Square. Analisis data dilakukan dengan perangkat lunak komputer dengan menghitung Prevalence Ratio (PR) berdasarkan tabel 2 x 2 pada tingkat kepercayaan 0,05 dan confidence interval 95% (α = 0,05). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Univariat Analisis data yang dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel 3.1.1 Karakteristik Responden Penelitian ini melibatkan 72 pekerja shift malam bagian Daily Check PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan sebagai responden. Karakteristik responden yang dikumpulkan meliputi usia, jenis 5

kelamin, riwayat penyakit, masa kerja, dan lama kerja. Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan dengan metode wawancara, distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1, sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi Karakteristik Pekerja Shift Malam Bagian Daily Check PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan Kelelahan Mata Variabel Tidak Mengalami Mengalami Total Kelelahan Kelelahan Mata Mata N (%) N (%) N (%) Usia Responden (Tahun) Remaja Akhir (17-25) 12 16,7 13 18,1 25 34,7 Dewasa Awal (26-35) 7 9,7 20 27,8 27 37,5 Dewasa Akhir (36-45) 6 8,3 7 9,7 13 18,1 Lansia Awal (46-55) 2 4,2 5 5,6 7 9,7 Lansia Akhir (56-65) 0 0 0 0 0 0 Jenis Kelamin Laki-laki 27 37,5 45 62,5 72 100 Perempuan 0 0 0 0 0 0 Riwayat Penyakit Memiliki 1 1,4 4 5,6 5 6,9 Tidak Memiliki 26 36,1 41 56,9 67 93,1 Masa Kerja (Tahun) Baru ( 7) 17 23,6 25 34,7 42 58,3 Cukup Lama (8-14) 6 8,3 15 20,8 21 29,2 Lama (15-21) 4 5,6 5 6,9 9 12,5 Sangat Lama ( 22) 0 0 0 0 0 0 Lama Kerja 8 jam kerja/hari 27 37,5 45 62,5 72 100 >8 jam kerja/hari 0 0 0 0 0 0 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 72 responden. Mayoritas usia responden termasuk dalam kelompok usia dewasa awal 26-35 tahun sebanyak 27 orang (37,5%) yang mengalami kelelahan mata yaitu sebanyak 6

7 orang (9,7%) sedangkan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 20 orang (27,8%). Usia responden paling sedikit pada kelompok usia lansia awal 46-55 tahun sebanyak 7 orang (9,7%) yang mengalami kelelahan mata sebanyak 2 orang (4,2%) sedangkan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 5 orang (5,6%). Seluruh pekerja bagian daily chek berjenis kelamin laki-laki. Responden paling banyak tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak 67 orang (93,1%) yang mengalami kelelahan mata 26 orang (36,1%) sedangkan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 41 orang (56,9%). Responden yang paling sedikit memiliki riwayat penyakit sebanyak 5 orang (6,9%) yang mengalami kelelahan mata sebanyak 1 orang (1,4%) sedangkan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 4 orang (5,6%). Responden paling banyak pada kelompok masa kerja 7 tahun sebanyak 42 orang (58,3%) yang mengalami kelelahan mata sebanyak 17 orang (23,6%) sedangkan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 25 orang (34,7%). Responden yang paling sedikit pada kelompok masa kerja kelompok lama 15-21 tahun sebanyak 9 (12,5%) yang mengalami kelelahan mata sebanyak 4 orang (5,6%) sedangkan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 5 orang (6,9%). Seluruh pekerja bagian daily check bekerja selama 8 jam/hari. Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah sesuai dengan usia, masa kerja di perusahaan dan lamanya di tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatan. Selain itu tenaga kerja baru sering mementingkan selesainya sejumlah pekerjaan yang diberikan kepada mereka (Panji, 2001). 3.1.2 Intensitas Penerangan Pengukuran intensitas penerangan dilakukan di bagian Daily Check. Proses pengecekan gerbong kereta, sebelum kereta di berangkatkan dilakukan pengecekan keseluruhan gerbong kereta terdiri dari lima pengecekan, yaitu: pengecekan AC (Air Conditioner), pengecekan mesin, pengecekan kursi, pengecekan fasilitas, dan pengecekan fisik. Pada proses perbaikan gerbong kereta, 7

dilakukan perbaikan seperti pengelasan, perbaikan mesin bogi, dan lain sebagainya. Proses pengecekan dan perbaikan gerbong kereta api membutuhkan intensitas penerangan yang sesuai standar yaitu 100 lux. Hasil pengukuran intensitas penerangan bagian daily check di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan, intensitas penerangan di sekitar tempat kerja menggunakan lampu jenis mercury, terdapat 26 lampu dalam kondisi menyala dan 4 lampu dalam kondisi tidak menyala. Hasil dari pengukuran dengan alat ukur lux meter diperoleh rata-rata intensitas penerangan umum sudah sesuai standar sebesar 114,05 lux dan penerangan setempat tidak sesuai standar sebesar 27,3 lux. Tingkat penyebaran intensitas penerangan belum merata di seluruh bagian daily check. Sesuai standar penerangan dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964, tentang syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja pasal 14 ayat 5 bahwa standar penerangan pada pekerjaan membedakan barang kecil harus paling sedikit mempunyai kekuatan yaitu 100 lux. 3.1.3 Kelelahan Mata Pengukuran kelelahan mata dilakukan kepada pekerja shift malam bagian Daily Check di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan dengan cara wawancara kuesioner pada setiap pekerja. Data pengukuran kelelahan mata pada pekerja shift malam menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami kelelahan mata sebanyak 27 responden (37,5%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 45 responden (62,5%.), distribusi kelelahan mata dapat dilihat pada Tabel 2, sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi Kelelahan Mata di Bagian Daily Check PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan Kelelahan Mata Intensitas Penerangan Mengalami Kelelahan Mata Tidak Mengalami Kelelahan Mata N % n % Umum 10 13,9 35 48,6 Setempat 17 23,6 10 13,9 Total 27 37,5 45 62,5 8

3.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan mata. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 3, sebagai berikut: Tabel 3. Hubungan Intensitas Penerangan dengan Kelelahan Mata pada Variabel Pekerja Shift Malam bagian Daily Check di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan Kelelahan Mata Tidak Mengalami Mengalami Kelelahan Kelelahan Mata Mata N (%) N (%) N % P value Intensitas Penerangan Sesuai Standar ( 100 lux) 10 13,9 35 48,6 45 62,5 0,001 Tidak Sesuai Standar (<100 lux) 17 23,6 10 13,9 27 37,5 Total 27 37,5 45 62,5 72 100 Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang bekerja di intensitas penerangan sesuai standar ( 100 lux) yang mengalami kelelahan mata sebanyak 10 orang (13,9%) namun yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 35 orang (48,6%). Sedangkan responden yang bekerja di intensitas penerangan tidak sesuai standar (<100 lux) namun mengalami kelelahan mata sebanyak 17 orang (23,6%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 10 orang (13,9%). Berdasarkan hasil uji statistik untuk hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan mata pekerja shift malam pada bagian Daily Check di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan, dengan nilai p = 0,001 yang berarti p < 0,05, menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas penerangan dengan kelelahan mata pekerja shift malam pada bagian Daily Check. Penelitian yang dilakukan oleh Puha (2014) pencahayaan baik yang tinggi, rendah, maupun yang menyilaukan berpengaruh terhadap kelelahan mata maupun ketegangan syaraf para pekerja yang pencahayaan tempat kerjanya tidak 9

memadai atau tidak sesuai standar. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh organisasi di New York pada tahun 1999, pencahayaan yang buruk dapat memicu terjadinya kelelahan mata pekerja sebanyak 56% dan pekerja yang mengalami sakit kepala akibat pencahayaan yang buruk sebanyak 30% (Bussiness Wire, 1999). Pada tahun 2004, di Amerika Serikat terdapat 37.000 kasus trauma mata termasuk kelelahan mata, yang dapat memicu terjadinya kecelakaan di tempat kerja (National Eye Institute, 2010). 4. PENUTUP 4.1 Simpulan 4.1.1 Berdasarkan hasil uji statistik untuk hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan mata pekerja shift malam pada bagian Daily Check di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan, dengan nilai p = 0,001 yang berarti p < 0,05, menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas penerangan dengan kelelahan mata pekerja shift malam pada bagian Daily Check. 4.1.2 Bagian Daily Check pada shift malam di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan diperoleh rata-rata intensitas penerangan umum sudah sesuai standar sebesar 114,05 lux, sedangkan intensitas penerangan setempat belum sesuai standar sebesar 27,3 lux. 4.1.3 Pekerja shift malam pada bagian Daily Check di PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan, pekerja yang mengalami kelelahan mata sebanyak 27 orang (37,5%) dan pekerja yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 45 orang (62,5%). 4.2 Saran 4.2.1 Bagi Perusahaan Disarankan untuk mengganti lampu yang kondisi tingkat pencahayaannya sudah berkurang, atau mengganti lampu yang sudah mati, menyesuaikan jumlah dan daya lampu sesuai dengan kebutuhan atau minimal 100 lux untuk pekerjaan pemasangan yang kasar (Daily Check) sehingga tidak akan menimbulkan keluhan kelelahan mata, diadakan pemeriksaan kesehatan mata secara berkala untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan kesehatan mata pada pekerja. 10

4.2.2 Bagi Pekerja Setiap pekerja sebaiknya mendapat pencahayaan yang memenuhi standar (100 lux). Jika pekerja merasakan keluhan kelelahan mata seperti mata merah, mata terasa pedih, sakit kepala, dan lain sebagainya. Disarankan untuk melakukan relaksasi atau mengistirahat mata. 4.2.3 Bagi Peneliti Lain Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang intensitas penerangan dengan kelelahan mata yang dilihat dari variabel yang belum terdapat pada penelitian ini. PERSANTUNAN Ucapan terima kasih disampaikan kepada PT. Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta DIPO Kereta Solo Balapan, yang telah memberikan izin penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan lancar. DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S. 2010. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nurmianto, E. 1996. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya. Panji. 2001. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta: Liberty. Prayoga, HA, Irwan Budiono, dan Evi Widowati. 2014. Hubungan antara Intensitas Pencahayaan dan Kelainan Refraksi Mata dengan Kelelahan Mata pada Tena para Medis di bagian Rawat Inap RSUD dr. Soedirman Mangun Sumarso Wonogiri. Unnes Journal of Public Health, Vol. 3, No. 4. 2014. Puha, T. N, Rattu. J, dan Kawatu. Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Kelelahan Mata pada Pekerja Penjahit Sektor Usaha Informal di Kompleks Gedung Presiden Pasar 45 Kota Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Ramadhani, A.F. 2012. Analisis Tingkat Pencahayaan dan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja di Area Produksi Pelumas Jakarta PT. Pertamina (Persero) Tahun 2012. [Skripsi Ilmiah]. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. 11