LATAR BELAKANG. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang km yang

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. Perlis terletak di Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat. Desa ini adalah

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari.

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat. Yessy Nurmalasari Dosen Luar Biasa STMIK Sumedang

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke

memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KEADAAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di sebuah lingkungan. pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya 1.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

KARAKTERISTIK WILAYAH

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang luas wilayahnya 2,03 juta km 2 merupakan negara terbesar yang

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

UPAYA PEMELIHARAAN LINGKUNGAN OLEH MASYARAKAT DI KAMPUNG SUKADAYA KABUPATEN SUBANG

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ASAM JAWA KECAMATAN KOTA PINANG, KABUPATEN LABUHAN BATU

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

PERTANIAN BERBASIS SUMBERDAYA & KEARIFAN LOKAL. Benyamin Lakitan 2017

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membangun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan

BAB II PROFIL DESA DALAN LIDANG. Kecamatan Linggabayu Kabupaten Mandailing Natal. Tabel 2. 1 Potensi Desa Dalan Lidang No Potensi Luas

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PEKERJA ANAK DI KOTA TANJUNGBALAI

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Transkripsi:

EKSISTENSI MASYARAKAT WILAYAH PESISIR SUMATERA UTARA DALAM KEGIATAN PEMBANGUNAN * (Studi Kasus Masyarakat Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara) Sismudjito ** LATAR BELAKANG Pesisir adalah wilayah yang unik, karena dalam konteks bentang alam, wilayah pesisir merupakan tempat bertemunya daratan dan lautan (Kay and Alder, 1999). Wilayah pesisir merupakan wilayah yang penting ditinjau dari berbagai sudut pandang perencanaan dan pengelolaan. Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang luar biasa terhadap manusia. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan sosial-ekonomi, "nilai" wilayah pesisir terus bertambah. Di masa lalu, paradigma pembangunan lebih memprioritaskan masyarakat perkotaan dan pertanian pedalaman, sedangkan masyarakat pesisir kurang diperhatikan. Sudah seharusnya masyarakat pesisir mendapat perlakuan yang sama dalam kegiatan pembangunan karena bagaimanapun masyarakat tersebut adalah bagian yang tidak terpisahkan. Salah satu masyarakat pesisir yang terdapat di Indonesia adalah masyarakat Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Desa tersebut didirikan pada tahun 1917 dan memiliki luas lahan 2.554 ha. Pada tahun 2006, jumlah penduduk Desa Jaring Halus sebanyak 4.788 orang (1.288 KK) yang terdiri dari 2.288 laki laki dan 2.500 perempuan (BPS Sumut, 2009). Sebagian besar penduduk bekerja di sektor perikanan dan sebagian kecil di sektor jasa. Menurut hasil observasi tahun 2014, kepala rumah tangga yaitu para suami, keseluruhannya berprofesi juga sebagai nelayan. Sedangkan para istri membantu pekerjaan suami. Saat suami mereka pergi melaut, para istri membantu suami mereka dengan menghasilkan ikan cerbung yang dikeringkan dan dijual kepada teukeh untuk menambah penghasilan. Cacing rebung adalah pekerjaan hampir seluruh penduduk Jaring Halus. Mereka membelah ikan membuang isinya, kemudian dicuci bersih dan * Disampaikan pada Seminar Lokakarya Nasional pada 1 September 2007 di Binagraha Pemprovsu-Medan ** Staf Pengajar jurusan Sosiologi FISIP USU

yang terakhir dijemur, baru setelah itu dijual kepada tauke tempat membeli ikan tersebut. Dapat dikatakan pendapatan usaha rumah tangga. Usaha penduduknya juga termasuk budidaya ikan kerapu, dimana awal sejarahnya budidaya tersebut tanpa digerakkan oleh pemerintah dan dari hasil usaha tersebut mampu memberangkatkan orang yang haji. Walaupun demikian tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Jaring Halus tergolong rendah karena mayoritas penduduknya masih bergantung pada alam. Kehidupan masyarakat yang tradisional di satu sisi membawa dampak yang baik karena memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan desanya. Misalnya pengelolaan hutan manggrove yang terdapat di Desa Jaring Halus dijaga oleh adat upacara Jamu Laut. Ketua adat (Pawang Laut) berperan besar dalam pengaturan hutan. Hutan tersebut adalah hutan mangrove yang tidak boleh ditebang sembarangan karena dapat melindungi rumah penduduk dari terpaan angin dan untuk kebutuhan penduduk setempat. Kemudian rasa tolong menolong yang masih diterapkan memberi persatuan antarwarga. Di sisi lain, sifat-sifat tradisional yang masih dianut masyarakat seringkali sulit membuat perubahan dengan nilai-nilai baru sehingga proses perkembangan terhambat. Proses perkembangan menuju tahap yang lebih baik tentu membutuhkan waktu relatif panjang. Sesuai dengan teori evolusi yang menggambarkan kemajuan masyarakat menunjukkan beberapa poin mengenai perkembangan masyarakat sebagai berikut. Pertama, teori evolusi menganggap bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju. Dengan kata lain, masa depan suatu masyarakat secara jelas dan dapat diramalkan, yakni pada suatu kelak, dalam masa perlalihan yang relatif panjang akan menjadi masyarakat maju. Kedua, teori ini membaurkan antara pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubahan sosial. Perubahan menuju bentuk masyarakat modern, merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Perubahan sosial berjalan secara perlahan dan bertahan, bergerak dari masyarakat sederhana ke masyarakat kompleks. Pergerakan ke masyarakat kompleks tahap demi tahap bukan tidak mungkin akan dilalui tanpa masalah. Masalah yang signifikan sering terjadi adalah kegiatan pembangunan yang merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas itu misalnya dari sisi manajemen berarti perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Dari sisi bidang yang yang harus dibangun juga memiliki aspek kehidupan yang sangat luas. Aspek kehidupan itu mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan. Dalam manajemen pemerintahan yang otoriter yang sentralistis, dalam realitas masyarakat lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan.

Ketika pemerintahan yang demokratis hendak dikembangkan, maka ada perubahan posisi masyarakat yang semula lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan telah menjadi subyek pembangunan. Memposisikan masyarakat sebagai subyek dalam pembangunan agar bersifat efektif perlu dicarikan berbagai alternatif strategi pemberdayaan masyarakat. Pilihan strategi yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat terlebih masyarakat wilayah pesisir Desa Jaring Halus. PERMASALAHAN Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa keberadaan masyarakat wilayah pesisir yakni Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat sangat memerlukan pembangunan berkelanjutan. Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat akan mendukung proses pembangunan tersebut. Maka batasan ruang lingkup permasalahan dalam makalah ini yakni Eksistensi masyarakat wilayah pesisir dalam kegiatan pembangunan. KERANGKA KONSEPTUAL Eksistensi masyarakat wilayah pesisir Sumatera Utara dalam kegiatan pembangunan dapat digambarkan sebagai berikut: Pembangunan wilayah pesisir Sumber daya alam: 1. Ikan kerapuh 2. Hutan Manggrove Eksistensi masyarakat pesisir yakni Desa Jaring Halus didukung oleh Kearifan Lokal: 1. Budaya tolong- menolong 2. Upacara Jamu Laut Pembangunan wilayah pesisir dapat menjadi penyokong bagi kemajuan negara.

PEMBAHASAN Berdasarkan letak astronominya, Desa Jaring Halus terletak pada 3 0 51 30 3 0 59 45 LU dan 98 0 30 98 0 42 BT dengan ketinggian lebih kurang 1 m dpl. Sebuah desa pesisir yang merupakan bagian dari kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat ini berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah Utara dan Timur, sebelah Selatan dengan Desa Selotong, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tapal Kuda. Desa ini memiliki luas 2.554 ha. Pada tahun 2006, jumlah penduduk Desa Jaring Halus sebanyak 4.788 orang (1.288 KK) yang terdiri dari 2.288 laki laki dan 2.500 perempuan (BPS Sumut, 2009). Rata rata penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan, hanya beberapa saja yang bukan nelayan. Menurut hasil observasi tahun 2014, kepala rumah tangga yaitu para suami, keseluruhannya berprofesi juga sebagai nelayan. Peran perempuan dalam keluarga sangat besar. Saat suami mereka pergi melaut, para istri membantu suami mereka dengan menghasilkan ikan cerbung yang dikeringkan dan dijual kepada teukeh untuk menambah penghasilan. Cacing rebung adalah pekerjaan hampir seluruh penduduk Jaring Halus. Mereka membelah ikan membuang isinya, kemudian dicuci bersih dan yang terakhir dijemur, baru setelah itu dijual kepada tauke tempat membeli ikan tersebut. Dapat dikatakan pendapatan usaha rumah tangga. Usaha penduduknya juga termasuk budidaya ikan kerapu, dimana awal sejarahnya budidaya tersebut tanpa digerakkan oleh pemerintah dan dari hasil usaha itu pula ada sekitar 20 orang yang berangkat haji. Tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Jaring Halus tergolong rendah karena mayoritas penduduknya masih bergantung pada alam. Kearifan lokal merupakan nilai-nilai luhur yang masih berlaku dalam tata kehidupan masyarakat. Penerapan kearifan lokal tersebut meliputi budaya tolong menolong dan pengelolaan hutan manggrove. Ketika sebuah acara persiapan acara tukar cincin sedang berlangsung, ibu-ibu datang dari berbagai rumah dan berkumpul. Mereka berbagi tugas sehingga masing-masing memiliki aktivitas memasak, mencuci dan membersihkan piring. Mereka tampak sangat menikmati pekerjaan bersama itu. Gemeinschaft masih melekat yaitu kelompok kehidupan bersama dimana para anggotanya masih saling mengenal, senasih dan sepenanggungan, adanya rasa kepentingan bersama yang tinggi, dekat, akrab, suka bergotong-royong, dan tolong menolong, serta mencintai daerahnya. Sedangkan pengelolaan hutan manggrove di atur oleh tata aturan adat dalam bentuk Upacara Jamu Laut. Sebuah upacara syukuran laut

yang diadakan tiga tahun sekali. Peran ketua adat menentukan pengaturan hutan. Hutan manggrove adalah hutan yang tidak boleh ditebang sembarangan karena dapat melindungi rumah penduduk dari terpaan angin dan untuk kebutuhan penduduk setempat. Hutan tersebut sudah dikatakan sebagai hutan esensial lahan basah. Menurut Mulia dan Sumardjani (2001), berdasarkan status lingkungannya, suatu lingkungan mangrove dapat bersifat terbuka, terlindungi atau dapat berupa tepian sungai. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa hutan mangrove yang ada di Desa Jaring Halus termasuk terlindungi. Formasi lingkungan yang terlindungi ini menciptakan kondisi air tenang yang cocok untuk kehidupan hutan mangrove dan kondisi seperti ini terdapat pada lingkungan hutan mangrove berupa delta dataran lumpur dan dataran pulau. Sebagai bagian dari wilayah pesisir, masyarakat Desa Jaring Halus telah melewati tahap lebih maju dari sebelumnya. Walaupun masih sangat tradisional, namun hal itu tidak menjadi patokan untuk tidak terus berkembang. Beberapa penduduknya pergi ke tempat lain seperti sesekali keluar untuk membeli bahan bahan makanan atau keperluan lainnya, melanjutkan pendidikan ke Kota Medan dan mencari pekerjaan lain selain sektor peikanan sehingga lebih beragam. Saat kembali ke desa, beberapa di antara mereka yang bisa menyesuaikan diri dengan budaya yang ada di desanya dengan budaya yang mereka kunjungi, sehingga semakin lama-kelamaan, adat-istiadat yang sangat kental dengan halhal magis tersebut sudah mulai berkurang, ditambah lagi dengan berpindahnya beberapa penduduk asli ke daerah lain. Hal terbukti dari mayoritas penduduk menganut agama Islam. Masyarakat juga mulai menggunakan teknologi seperti penggunaan handphone, kulkas, dan televisi atau peralatan lainnya. Perlahan tapi pasti, masyarakat berkembang tahap demi tahap karena pada dasarnya masyarakat bersifat dinamis. Pembangunan berkelanjutan sangat dibutuhkan masyarakat pesisir. Adanya sumber daya alam dan kearifan lokal adalah aspek-aspek kehidupan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir. Eksistensi masyarakat wilayah pesisir dalam kegiatan pembangunan membutuhkan perhatian lebih untuk menyokong perkembangan negara sebab masyarakat tetap bagian dari masyarakat yang saling mendukung.

PENUTUP Desa Jaring Halus terletak di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat di mana hampir keseluruhan penduduknya bermata pencaharian nelayan. Hanya beberapa saja berprofesi sebagai tauke. Baik suami maupun istri sama sama ikut terlibat dalam mendukung ekonomi keluarga. Kearifan lokal merupakan nilai-nilai luhur yang masih berlaku dalam tata kehidupan masyarakat. Penerapan kearifan lokal tersebut meliputi budaya tolong menolong dan pengelolaan hutan manggrove. Sebagai bagian dari wilayah pesisir, masyarakat Desa Jaring Halus telah melewati tahap lebih maju dari sebelumnya. Perlahan tapi pasti, masyarakat berkembang tahap demi tahap karen a pada dasarnya masyarakat bersifat dinamis. Pembangunan berkelanjutan sangat dibutuhkan masyarakat pesisir. Adanya sumber daya alam dan kearifan lokal adalah aspek-aspek kehidupan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir. Eksistensi masyarakat wilayah pesisir dalam kegiatan pembangunan membutuhkan perhatian lebih untuk menyokong perkembangan negara sebab masyarakat tetap bagian dari masyarakat yang saling mendukung.

BACAAN PENUNJANG Suwarsono dan Alvin Y.So. 1994. Perubahan Sosial dan Pembangunan, Jakarta:Pustaka LP3ES Indonesia. Sumber internet: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/pemberdayaan%20masyarakat.pdf diakses tanggal 2 Juli 2015 http://www.stmik-im.ac.id/ diakses tanggal 2 Juli 2015