BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit, auditor

dokumen-dokumen yang mirip
RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi di dalam mempertanggungjawabkan segala aktivitas finansial

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Tipe Opini Auditor. 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

KONSISTENSI PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

Bab II. Audit Laporan Keuangan & Tanggungjawab Auditor. Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fenomena mengenai kualifikasi personel pemeriksaan ini memang

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

KOMUNIKASI DENGAN MANAJEMEN

STANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, pangsa pasar perusahaan. Secara umum ada tiga bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. membedakan dua jenis salah saji yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB II. Landasan Teori

Kompetensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi

BAGIAN AUDIT DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR INDEPENDEN LAIN

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Salah satunya dilakukan dalam penyajian laporan keuangan

PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau para stakeholder.

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme

KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh perusahaan. ISA (International Standard on Auditing) menegaskan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu entitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI ). Perusahaan harus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

Perbedaan Standar Auditing Baru dan Standar Auditing Lama Lembaga standar internasional ISO telah menerbitkan standar audit terbaru ISO 19011:2011,

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri terdapat banyak kantor akuntan publik yang memberikan jasa audit pada

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman pemeriksa serta kualitas hasil penelitian. pendidikan dan jenjang pendidikan. Sumber daya manusia merupakan pilar

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). tanggungjawab profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Auditor memiliki peran sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan publik terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit, auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material. Auditor harus didukung dengan kompetensi yang memadai tentang teknik-teknik audit serta kompetensi lain yang mendukung. Kompetensi tersebut diperoleh melalui jenjang pendidikan secara formal maupun informal serta melalui pengalaman dalam praktik audit. Auditor harus mampu mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung judgment yang diberikan. Bukti-bukti yang dikumpulkan harus memadai sehingga dapat meyakinkan auditor dalam memberikan opini audit. Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan dan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan menjadi lebih reliable dan kredibel, manajemen memerlukan jasa pihak ketiga yang independen yakni auditor yang memiliki persyaratan profesional yang bekerja berdasarkan pendidikan dan pengalaman yang cukup. Konsistensi dalam penyajian laporan keuangan perusahaan publik sangat penting, karena laporan keuangan tahunan perusahaan publik merupakan informasi keuangan yang

dipublikasikan kepada masyarakat (investor, calon investor, kreditor dan pemakai lainnya) dan akan dianalisis untuk mendukung keputusan investasi, kredit atau lainnya. Agar dapat dianalisis dengan menggunakan teknik yang ada, laporan keuangan harus memiliki konsistensi dalam penyajian (Palepu, 2000) dan disajikan dalam format yang mudah dimengerti (Maines, 2000). Ketidakkonsistenan penyajian akan menyulitkan dalam penggunaan alat analisis dan bahkan hasil analisis bisa menyesatkan sehingga Laporan Keuangan perusahaan publik harus diaudit oleh auditor independen (Arens, 2000). Standar konsistensi bukanlah suatu standar yang kaku, apabila perusahaan sekali memilih suatu metode atau prinsip akuntansi, penerapan metode dan prinsip tersebut harus konsisten. Namun demikian, perusahaan dimungkinkan untuk mengubah metode atau prinsip akuntansi yang telah dipilih dengan suatu metode atau prinsip akuntansi yang baru untuk menyesuaikan dengan kondisi terkini perusahaan. Perubahan tersebut harus diungkapkan dalam laporan keuangan, apabila jumlahnya material, auditor harus mengungkapkan dalam pendapatnya. Perubahan akuntansi yang mungkin terjadi adalah perubahan prinsip akuntansi, perubahan estimasi, perubahan entitas pelapor dan adanya kesalahan akuntansi (Kieso, 2001). Kesalahan akuntansi yang dimaksud meliputi kesalahan perhitungan matematis dan salah dalam menerapkan suatu prinsip akuntansi. Akunakun yang mungkin mengalami perubahan prinsip akuntansi dan estimasi akuntansi adalah: piutang, persediaan, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, pendapatan. Perubahan terjadi karena adanya perubahan dalam metode penghapusan piutang tak

tertagih, metode penentuan cadangan piutang tak tertagih dan estimasi persediaan usang, perubahan dalam metode penilaian persediaan dan estimasi persediaan usang, perubahan dalam metode penyusutan, amortisasi dan estimasi menentukan masa manfaat dan nilai sisa, serta perubahan dalam metode pengakuan pendapatan. Adanya perubahan akun-akun selain akun-akun yang telah disebutkan diatas dan perubahan karena kesalahan akuntansi menunjukkan adanya indikasi awal ketidakbenaran dalam proses audit (pekerjaan lapangan). Ketidakbenaran tersebut dapat disebabkan antara lain: (1) auditor dilapangan tidak menjalankan tugasnya dengan cermat dan seksama dan proses supervisi tidak berjalan dengan baik sehingga menyebabkan laporan keuangan yang disusun terjadi kesalahan penghitungan matematis (2) auditor dilapangan salah dalam menginterprestasikan sebuah fakta transaksi sehingga menyebabkan laporan keuangan yang disusun terjadi kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi (3) auditor melakukan audit berdasarkan materialitas dan sampel. Meskipun hal ini diperbolehkan oleh standar, tetapi terdapat suatu resiko tidak terdeteksinya fakta transaksi yang tidak material untuk periode yang lalu tetapi material periode berjalan sehingga saat fakta tersebut ditemukan pada periode berjalan, menuntut auditor untuk mengoreksi atau menyajikan kembali laporan keuangan periode sebelumnya (4) adanya kesengajaan dari auditor dan manajemen untuk menyesatkan pemakai laporan keuangan dengan cara melakukan reklasifikasi akun laporan keuangan tahun sebelumnya pada saat disajikan sebagai perbandingan dengan laporan keuangan tahun berjalan. Hal ini dimungkinkan karena

laporan keuangan yang dipublikasikan dengan perbandingan dua periode. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan dua hal penting yang terkait dengan ketidakkonsistensian penyajian laporan keuangan yaitu: adanya indikasi pelanggaran standar dan ketidakbenaran dalam proses audit. Telah banyak penelitian tentang ciri-ciri yang membentuk pengalaman, namun banyak juga penjelasan dari pengalaman yang masih belum terungkap. Suatu ciri yang dipandang paling menentukan keahlian adalah pengetahuan. Secara garis besar penelitian mengenai pengetahuan seorang ahli terdiri dari penelitian mengenai isi pengetahuan dan penelitian mengenai struktur pengetahuan yang dimiliki seorang ahli. Disebabkan keterbatasan nilai informasi yang didapat dari penelitian eksperimen tentang struktur/organisasi pengetahuan seorang ahli khususnya auditor, Bouwman dan Bradley menyarankan dilakukannya penelitian yang lebih banyak mengenai isi pengetahuan. Salah satunya adalah pengetahuan khusus apa yang lebih banyak dimiliki seorang ahli dibandingkan seorang awam (Bouwman dan Bradley, 1997). Bouwman dan Bradley (1997) menunjukkan hingga saat ini baru ada 11 penelitian mengenai jumlah dan jenis pengetahuan seorang ahli. Diantara 11 penelitian ini hanya penelitian Choo dan Trootman (1991) dan Mark Tubbs (1992) yang mengungkapkan jenis pengetahuan khusus yang dimiliki seorang ahli yang tidak cukup didapat dari bahan kuliah yaitu pengetahuan berupa pengalaman dan pengetahuan jenis yang tidak lazim (atypical items).

Sesuai dengan kalimat dalam laporan akuntan yang berbunyi Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. Berarti bahwa pemeriksaan yang dilakukan auditor bukan dilakukan tanpa standar yang baku, melainkan pemeriksaan yang dilakukan dengan standar yang berlaku umum dalam auditing. Dalam melakukan audit pada umumnya auditor tidak memeriksa secara keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang ada pada perusahaan karena akan membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar. Salah satu strategi audit yang dilakukan auditor untuk membantu penyelesaian tugas pemeriksaan dilakukan dengan cara pemeriksaan secara sampling, yaitu pemeriksaan atas pos-pos dalam laporan keuangan yang besarnya kurang dari 100%, dengan kata lain pemeriksaan secara sampling adalah pemeriksaan atas sebagian dari populasi. Sampling yang dipilih dapat membantu auditor untuk mendesain sampel yang efisien, mengukur kecukupan bukti audit, dan menilai hasil sampel. Kompetensi yang memadai dan pengalaman yang cukup diharapkan mampu menghasilkan kesimpulan yang dapat diandalkan. Sesuai dengan Standar Umum Pemeriksaan yang menyatakan bahwa akuntan diwajibkan untuk menggunakan dengan cermat dan seksama kemahiran profesionalnya dalam melakukan pemeriksaan. Standar ini menghendaki dilakukan pemeriksaan secara detail terhadap pekerjaan yang dilakukan manajemen/entitas dan pengawasan atas pekerjaan-pekerjaan oleh auditor lainnya yang membantu tugas pemeriksaan.

Pengetahuan khusus lain yang belum diungkap dalam penelitian auditing sebelumnya adalah mengenai penggunaan intuisi. Intuisi (intuition) merupakan spesies pasif representasi, yang memungkinkan sensibilitas kita untuk penginderaan. Intuisi membolehkan kita untuk mencerap relasi tertentu antar representasi yang dengannya membatasi pengetahuan empiris pada alam inderawi dengan mensyaratkan adanya penampakan ruang dan waktu. Penelitian ini menghasilkan temuan yang berhenti hanya sampai digunakannya schemata oleh seorang ahli dalam mengorganisasi pengetahuan. Penelitian sebelumnya belum melacak lebih jauh mengenai kemapanan schemata yang dapat mempertajam intuisi dan selanjutnya bisa mempercepat proses pengambilan keputusan seorang ahli. Ketajaman penggunaan intuisi yang merupakan cerminan kemapanan schemata pengetahuan juga diperkirakan merupakan satu ciri seorang ahli. Berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara pada standar umum pemeriksaan yang pertama menyatakan bahwa pemeriksa diwajibkan untuk menggunakan dengan cermat dan seksama keahlian/kemahiran profesionalnya dalam melakukan pemeriksaan. Standar Umum Pemeriksaan menghendaki auditor harus memiliki keahlian di bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa. Hasil penelitian menunjukan bahwa kurikulum pendidikan formal akuntansi dirasa masih kurang memadai untuk menunjang kompetensi lulusan program studi akuntansi. Penelitian juga memberikan bukti empiris bahwa pengalaman akan mempengaruhi

kemampuan pemeriksa untuk mengetahui kekeliruan dan pelatihan yang dilakukan akan meningkatkan keahlian dalam melakukan audit. Masukkan dari Kantor Akuntan Publik dan organisasi profesi sangat diperlukan untuk mengembangkan suatu kurikulum pendidikan formal akuntansi dan pelatihan akuntansi. Persyaratan standar umum yang kedua menyebutkan auditor harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat mempengaruhi indipendensinya. Melalui persyaratan ini, BPK-RI bertanggungjawab mempertahankan indipendensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan dan pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Pemeriksa BPK-RI mempunyai tugas pokok memeriksa seluruh unsur keuangan negara, baik pusat maupun daerah, yang mencakup: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Bank Indonesia (BI), Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan Layanan Umum (BLU), dan badan lain yang ada kepentingan keuangan negara di dalamnya. Saat ini kondisi daerah khususnya di wilayah Perwakilan BPK-RI di Medan laporan keuangan pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten belum secara maksimal disajikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum. Hal tersebut menuntut auditor Perwakilan BPK-RI di Medan untuk mampu bekerja secara maksimal, namun dapat berakibat terjadinya

kekeliruan/kecurangan karena lemahnya pengendalian intern pemerintah daerah yang bersangkutan Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara disebutkan bahwa pemerintah berkewajiban untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undangundang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara perlu dilakukan pemeriksaan oleh satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri. Sesuai yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemeriksaan yang menjadi tugas BPK-RI meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab mengenai keuangan negara. BPK-RI masih sangat membutuhkan tenaga pemeriksa dan diharapkan memberikan hasil pemeriksaan yang berkualitas dan informatif. Auditor BPK-RI antara lain mempunyai tugas pokok melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi di Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) maupun organisasi atau unit kerja yang didalamnya mengelola keuangan Negara.

Kondisi daerah khususnya di wilayah Perwakilan BPK-RI di Medan laporan keuangan pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten belum secara maksimal disajikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum. Hal tersebut menuntut auditor di BPK Perwakilan Medan untuk mampu bekerja secara maksimal, namun dapat berakibat tidak lepasnya kekeliruan karena lemahnya pengendalian intern pemerintah daerah yang bersangkutan. Pengalaman melakukan pemeriksaan oleh auditor sangat dibutuhkan dalam melakukan pemeriksaan dan intuisi yang baik dalam melakukan pemeriksaan. Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) pada Standar Audit Pemerintah (SAP) butir 4.25 standar Umum ketiga menyatakan bahwa Dalam pelaksanaan audit dan Penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. SAP butir 5.11 menyatakan Standar Auditing IAI dan SAP mengharuskan yang berikut ini: a. Auditor harus merancang audit untuk dapat memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi ketidakberesan yang material bagi laporan keuangan. b. Auditor harus merancang audit untuk keyakinan yang memadai guna mendeteksi kesalahan/kekeliruan yang material dalam Laporan Keuangan sebagai akibat langsung dari adanya unsur perbuatan melanggar/melawan hukum yang material. c. Auditor harus waspada terhadap kemungkinan telah terjadinya unsur perbuatan melanggar/melawan hukum secara tidak langsung. Jika informasi khusus yang telah diterima oleh auditor memberikan bukti tentang adanya kemungkinan unsur

perbuatan melanggar/melawan hukum yang secara langsung berdampak material terhadap laporan keuangan, maka auditor harus menerapkan prosedur audit yang secara khusus ditujukan untuk memastikan apakah suatu unsur perbuatan melanggar/melawan hukum telah terjadi. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara disebutkan bahwa fungsi BPK adalah melaksanakan tugas pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Untuk melakukan tugas tersebut digunakan standar pemeriksaan yang merupakan patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa. Auditor Perwakilan BPK-RI di Medan dituntut untuk lebih maksimal dalam melaksanakan pemeriksaan. Pengalaman pemeriksaan merupakan hal yang sangat penting. Pengetahuan lain yang sangat dibutuhkan berupa penggunaan intuisi dalam melakukan pemeriksaan juga belum maksimal digunakan oleh setiap auditor. Penelitian sebelumnya belum melacak lebih jauh mengenai kemapanan schemata yang dapat mempertajam intuisi dan selanjutnya bisa mempercepat proses pengambilan keputusan. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya. Peneliti menduga bahwa pengaruh pengalaman terhadap pendeteksian kekeliruan bukan merupakan pengaruh langsung tetapi melalui intuisi yang diperoleh auditor.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menggali persepsi auditor BPK-RI mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kekeliruan/kecurangan yang terjadi. Faktor-faktor yang dipelajari dalam penelitian merupakan penjabaran dari konsep pengalaman dan intuisi auditor BPK-RI. Pengalaman dijabarkan menjadi faktor pengetahuan, sedangkan intuisi dijabarkan menjadi faktor sensibilitas pengindraan dalam pekerjaan auditor di BPK-RI. Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa auditor dituntut untuk mampu melakukan pemeriksan Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan informasi yang berguna bagi penggunanya. Bagaimana pengalaman dan pengetahuan pemeriksa dapat menghasilkan intuisi terhadap kekeliruan yang ada sehingga dapat dirumuskan: a. Apakah ada pengaruh pengalaman terhadap penggunaan intuisi auditor dalam melakukan pekerjaan pemeriksaan? b. Apakah ada pengaruh pengunaan intuisi terhadap pendeteksian kekeliruan dalam melakukan pekerjaan pemeriksaan? c. Apakah ada pengaruh pengalaman terhadap pendeteksian kekeliruan melalui intuisi yang dimiliki auditor? 1.3 Batasan Masalah Untuk memperjelas pokok masalah, maka lingkup penelitian hanya dibatasi

pada Auditor pada BPK-RI Perwakilan Medan baik auditor senior maupun auditor junior yang telah/pernah melakukan pemeriksaan. Alasannya, untuk mengetahui seberapa jauh intuisi auditor pada BPK-RI Perwakilan Medan dalam menelaah dan mengevaluasi pada saat melakukan pemeriksaan. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan batasan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman terhadap penggunaan intuisi auditor dalam melakukan pekerjaan pemeriksaan. b. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan intuisi terhadap pendeteksian kekeliruan. c. Untuk mengetahui apakah pengaruh pengalaman terhadap pendeteksian kekeliruan melalui intuisi yang dimiliki auditor. 1.5 Manfaat Penelitian Output utama dari penelitian adalah dengan diketahuinya perbedaan antara auditor yang belum berpengalaman dengan auditor yang telah berpengalaman diharapkan akan memberikan manfaat terhadap materi pendidikan profesional berkelanjutan dan membantu dalam perencanaan pembagian tugas dalam penugasan

pemeriksaan dilapangan serta membantu memberikan masukan kebutuhan tenaga pemeriksa di instansi Perwakilan BPK-RI di Medan.