IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. khususnya untuk anggaran pendidikan SMA di Kota Metro sejak tahun

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. yang maju dan mandiri. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2013 TENTANG

Rambu-rambu Pengisian Mapel untuk SMA KTSP

PRA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN (FINAL) SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN ANGGARAN 2018

PENERAPAN MUTU PENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN

KEMENDIKBUD. Dana Alokasi Khusus. Pendidikan. Petunjuk Teknis.

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

DAFTAR USULAN RENCANA KEGIATAN KABUPATEN / KOTA... YANG BERSUMBER DARI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TAHUN ANGGARAN 2017

1 Penyediaan jasa surat menyurat 95, Penyediaan jasa komunikasi;sumber daya air dan listrik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

! "## Pelayanan Administrasi Perkantoran Dinas Pendidikan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan

5. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA MADIUN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

PEMETAAN PERMASALAHAN GURU SD DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS DI KABUPATEN BOMBANA

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan. Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Nias yang BERkeadilan, SEjahtera dan MandiRI yang dilayani oleh Pemerintah yang bersih dan responsif.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI. Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi

KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR. Tim Peneliti. iii

V. KESIMPULAN DAN SARAN. implementasi kebijakan RSBI di Propinsi DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian

PENGUKURAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2014 NOMOR : DIPA /2014 I A. INFORMASI KINERJA

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga formal merupakan organisasi dengan kegiatan utama

PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS K A B. S A M PA NG TA H UN 2 019

PEMERINTAH KOTA PARE PARE RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. derajat persaingan mutupun terjadi secara signifikan. Tidak lagi persaingan. sudah lulus) kepada pelanggan (siswa dan masyarakat).

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

Perda Kab. Belitung No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

1. SKPD : DINAS PENDIDIKAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

SMA/SMK/MA atau sederajat (termasuk SRI di luar negeri) yang mempunyai NPSN dan telah mengisi PDSS dengan lengkap dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tata boga merupakan pengetahuan di bidang boga (seni mengolah masakan) yang

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

REALISASI ANGGARAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015

1. SKPD : DINAS PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2016

alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi

BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN. 1. Biaya Operasional, Biaya Investasi, dan Biaya Personal Sekolah

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mengangkat harkat dan

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

STRATEGI MEWUJUDKAN GENERASI EMAS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

Pengembangan. peningkatan sumberdaya lainnya secara nasional serta intervensi terutama pada sekolah dan kabupaten/ kota tertinggal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TRANSKRIP WAWANCARA. 1. Identifitas diri : Triana Budiani

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya sistim dan praktik pendidikan yang berkualitas.

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

KATA PENGANTAR. Surakarta, Januari 2016 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

4. Kecamatan Sipora Selatan dengan luas wilayah 268,47 km 2 (4,47%) dan. 5. Kecamatan Sipora Utara dengan luas wilayah 383,08 km 2 (6,37%) dan

, 2016 PENGARUH PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI JURUSAN TPHP DI SMKN 4 GARUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATRIK USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING. Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab I telah dijelaskan bahwa pengeluaran pemerintah sektor pendidikan khususnya untuk anggaran pendidikan SMA di Kota Metro sejak tahun 2006/2007-2008/2009 perkembangannya mengalami penurunan. Melihat keterangan tersebut maka diajukan hasil perhitungan untuk melihat bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan terhadap mutu pendidikan SMA di Kota Metro dan bagaimana konsistensi kebijakan Pemerintah Kota Metro dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan SMA di Kota Metro. A. Analisis Anggaran (Dana) Pengeluaran Pemerintah di Kota Metro Berikut ini disajikan tabel hasil perhitungan anggaran sektor pendidikan tahun 2006/2007-2008/2009 di Kota Metro. Tabel 8. Analisis Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Terhadap APBD Kota Metro Tahun Anggaran 2006/2007-2008/2009. Tahun Pengeluaran Sektor Pendidikan (Rp) APBD (Rp) Persentase APBD (%) Persentase Pengeluaran Sektor Pendidikan terhadap APBD (%) 2006/2007 10.160.781.635 49.817.575.629-20,39 2007/2008 21.880.066.920 92.344.489.329 46,05 23,69 2008/2009 23.065.743.800 110.825.647.608 16,68 20,81 Jumlah 55.106.592.355 252.987.712.566 31,36 21,78 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Metro (Data diolah)

49 Berdasarkan tabel 8. menunjukkan berapa besar kebutuhan anggaran sektor pendidikan dalam total APBD Kota Metro.Terlihat bahwa perbandingan antara anggaran sektor pendidikan terhadap APBD Kota Metro pada tahun anggaran 2006/2007 sebesar 20,39 persen, dan pada tahun anggaran 2007/2008 mengalami kenaikan sebesar 23,69 persen, sedangkan untuk anggaran sektor pendidikan pada tahun 2008/2009 mengalami penurunan sebesar 20,81 persen. Sehingga Anggaran sektor pendidikan terhadap APBD kota Metro mengalami penurunan dengan Nilai rata-rata sebesar 21,78 persen. Penurunan ini disebabkan karena APBD yang dikeluarkan pemerintah pada tahun anggaran 2008/2009 hanya mengalami kenaikan sebesar 16,68 persen dari tahun anggaran 2007/2008, tidak seperti halnya pada tahun anggaran 2007/2008 pemerintah mengeluarkan APBD pada sektor pendidikan sebesar 46,05 persen dari tahun anggaran 2006/2007. APBD Kota Metro yang terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan terlihat pada Tabel 1 bahwa pengeluaran pembangunan meningkat setiap tahunnya. Berikut ini disajikan tabel dari hasil perhitungan anggaran sektor pendidikan dan pengeluaran pembangunan di Kota Metro tahun anggaran 2006/2007-2008/2009.

50 Tabel 9. Analisis Anggaran Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan di Kota Metro Tahun Anggaran 2006/2007-2008/2009. Tahun Pengeluaran Sektor Pendidikan (Rp) Persentase Pengeluaran pendidikan (%) Pengeluaran Pembangunan (Rp) Persentase Pengeluaran Sektor Pendidikan terhadap Pengeluaran Pembangunan (%) 2006/2007 9.719.615.019-13.740.362.635 70,74 2007/2008 20.851.650.360 114,53 30.786.478.620 67,73 2008/2009 22.340.284.605 7,13 33.492.084.100 66,70 Jumlah 52.911.549.984 60,83 78.018.925.355 68,39 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Metro (data diolah) Pada tabel 9 data di atas dapat dilihat bahwa pengeluaran pembangunan sektor pendidikan di Kota Metro, Dari tahun 2006/2007-2008/2009 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 60,83 persen setiap tahun, demikian pula dengan pengeluaran untuk pembangunan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sedangkan jika dibandingkan antara pengeluaran sektor pendidikan terhadap pengeluaran pembangunan mengalami fluktuasi dan dapat diperoleh nilai rata-tara sebesar 68,39 persen. Untuk tahun anggaran 2006/2007 pengeluaran pembangunan untuk sektor pendidikan sebesar Rp 9.719.615.019 atau sebesar 70,737 persen dari pengeluaran pembangunan sebesar Rp 13.740.362.635, dan tahun anggaran 2007/2008 pengeluaran pembangunan untuk sektor pendidikan mengalami penurunan sebesar 3,008 persen menjadi 67,729 persen dari pengeluaran pembangunan. Sedangkan pada tahun anggaran 2008/2009 terjadi penurunan sebesar 1,026 persen untuk pengeluaran pembangunan pendidikan menjadi 66,703 persen dari total pengeluaran pemerintah untuk pembangunan.

51 Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan tersebut dialokasikan untuk jenjang pendidikan SMA negeri dan swasta di Kota Metro. Berikut ini disajikan tabel hasil perhitungan anggaran pendidikan SMA di Kota Metro tahun anggaran 2006/2007-2008/2009. Tabel 10. Analisis Anggaran Pendidikan SMA Terhadap Pengeluaran Sektor Pendidikan di Kota Metro Tahun Anggaran 2006/2007-2008/2009. Tahun Anggaran Pendidikan SMA (Rp) Pengeluaran Sektor Pendidikan (Rp) Anggaran Pendidikan SMA terhadap Pengeluaran Sektor Pendidikan (%) 2006/2007 2.281.706.860 9.719.615.019 23,47 2007/2008 2.570.109.200 20.851.650.360 12,32 2008/2009 2.473.099.700 22.340.284.605 11,07 Rata-rata - - 15,62 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Metro (data diolah) Pada tabel 10. terlihat bahwa perbandingan antara anggaran SMA terhadap pengeluaran sektor pendidikan nilainya mengalami penurunan, dengan rata-rata nilai sebesar 15,62 persen. Penurunan disebabkan Pengeluaran sektor pendidikan kota Metro tiap tahunnya meningkat sebesar 20 persen, hal ini terlihat secara jelas pada tahun anggaran 2006/2007 pengeluaran sektor pendidikan hanya sebesar Rp. 9.719.615.019, pada tahun anggaran 2007/2008 pengeluaran mengalami penaikan yang sangat signifikan sebesar Rp. 20.851.650.360, sedangkan pada tahun anggaran 2008/2009 pengeluaran mengalami penaikan sebesar Rp. 22.340.284.605 sehingga persentase pengeluaran sektor pendidikan terhadap tahun anggaran mengalami kenaikan 20 persen, Tidak sesuai dengan anggaran pendidikan SMA Kota Metro yang tiap tahunnya hanya mengalami penurunan.

52 Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 4 dimana Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sektor pendidikan sebesar 20 persen. Dimana anggaran yang diberikan APBD sebesar 20 persen akan di alihkan ke Dinas Pendidikan. Dari dana tersebut Dinas Pendidikan akan membagi anggaran kepada sekolah-sekolah yang terdiri dari TK,SD,SMP,SMA dll. Jadi Anggaran yang diterima Pendidikan SMA untuk tahun anggaran 2006/2007-2008/2009 hanya sebesar 15,62 persen. Hal ini disebabkan karena kebutuhan tiap-tiap jenjang sekolah berbeda-beda, semakin tinggi jenjang sekolah semakin tinggi kebutuhan yang diperlukan, Sehingga kebutuhan SMA hanya mendapatkan anggaran sebesar 15,62%. Anggaran pendidikan SMA tersebut dialokasikan juga untuk proyek peningkatan mutu pendidikan SMA di Kota Metro. Di bawah ini disajikan tabel anggaran pendidikan SMA dan anggaran untuk proyek peningkatan mutu pendidikan SMA di Kota Metro. Tabel 11. Analisis Anggaran Pembangunan untuk Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Terhadap total Anggaran Pendidikan SMA di Kota Metro Tahun Anggaran 2006/2007-2008/2009. Tahun Anggaran Mutu Pendidikan SMA (Rp) Total Anggaran SMA (Rp) Rata-rata Total Anggaran SMA (%) Anggaran Mutu Pendidikan Terhadap Anggaran SMA (%) 2006/2007 2.045.330.100 2.281.706.860-89,64 2007/2008 2.451.201.700 2.570.109.200 12,63 95,37 2008/2009 2.102.469.000 2.473.099.700-3,77 85,01 Rata-rata - - 2,95 90,00 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Metro (data diolah)

53 Tabel di atas menjelaskan tentang anggaran pendidikan untuk jenjang pendidikan SMA. Dari tabel terlihat bahwa rata-rata total anggaran SMA hanya sebesar 2,95 persen. Sedangkan perbandingan antara anggaran mutu pendidikan SMA dengan total anggaran SMA berfluktuasi dengan nilai rata-rata sebesar 90,00 persen. Tahun anggaran 2006/2007 anggaran proyek untuk peningkatan mutu pendidikan SMA sebesar Rp. 2.045.330.100 atau sebesar 89,640 persen dari total anggaran pendidikan SMA. Tahun anggaran 2007/2008 anggaran mutu pendidikan meningkat sebesar 5,73 persen menjadi 95,373 persen dari total anggaran SMA. Namun pada tahun anggaran 2008/2009 terjadi penurunan anggaran mutu pendidikan SMA sebesar 10,36 persen menjadi 85,013 persen dari total anggaran pendidikan SMA. Dengan rata-rata pertumbuhan anggaran SMA hanya sebesar 2,95 persen sangat tidak konsisten dengan kebutuhan anggaran SMA dalam total anggaran sektor pendidikan yaitu sebesar 15,62 persen. Di bawah ini disajikan grafik pengeluaran sektor pendidikan untuk proyek peningkatan mutu pendidikan tahun anggaran 2006/2007-2008/2009 yang terdiri dari anggaran pembangunan fisik dan anggaran pembangunan non fisik.

54 Anggaran Pembangunan Fisik dan Pembangunan Non Fisik Jenjang Pendidikan SMA Tahun Anggaran 2006/2007-2008/2009 Anggaran Pembangunan (Rp) 3000000 2000000 1000000 0 1776226 2026562.5 1841337.4 269504.1 424639.2 261131.6 2006/2007 2007/2008 2008/2009 Tahun Anggaran Anggaran Pembang unan Fisik Anggaran Pembang unan Non Fisik Gambar 1. Anggaran Pembangunan Fisik dan Pembangunan Non Fisik Tahun Anggaran 2006/2007-2008/2009. Data anggaran mutu pendidikan SMA tersebut terbagi atas anggaran pembangunan untuk proyek fisik dan non fisik. Rata-rata pertumbuhan anggaran proyek fisik dan non fisik dapat dilihat pada table berikut. Tabel 12. Rata-rata Pertumbuhan Anggaran untuk Proyek Fisik dan Proyek Non Fisik pada Jenjang Pendidikan SMA Tahun Anggaran 2006/2007-2008/2009. Rata-rata (%) Tahun 2006/2007 2007/2008 2008/2009 Rata-rata Anggaran untuk Proyek Fisik 77,83 78,85 74,45 77,04 Anggran untuk proyek non fisik 11,81 16,52 10,56 12,96 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Metro (data diolah)

55 Secara grafik rata-rata pertumbuhan anggaran untuk proyek fisik dan non fisik dapat dilihat pada gambar 2 Rata-rata pertumbuhan Anggaran Untuk Proyek Fisik dan Pembanguna Non Fisik Jenjang Pendidikan SMA kota Metro Tahun Anggaran 2006/2007-2008/2009 Persentase Anggaran (%) 100 80 60 40 20 0 77,83 78,85 74,45 11,81 16,52 10,56 2006/2007 2007/2008 2008/2009 Rata-rata Pertumbuhan Anggaran Proyek Fisik Rata-rata Pertumbuhan Anggaran Proyek Non Fisik Tahun Anggaran Gambar 2. Rata-rata Pertumbuhan Anggaran untuk Proyek fisik dan Proyek Non Fisik Tingkat SMA di Kota Metro Tahun Anggaran 2006/2007-2008/2009. Tabel yang menggambarkan pengeluaran pendidikan untuk proyek peningkatan mutu pendidikan SMA di Kota Metro yang terdiri dari anggaran untuk proyek fisik dan non fisik dapat dilihat pada Lampiran I. Data pada Lampiran 1 dapat dilihat dari tahun 2006/2007 ada enam proyek, tahun 2007/2008, 2008/2009 ada tujuh proyek untuk peningkatan mutu pendidikan SMA yang terdiri dari proyek fisik dan proyek non fisik. Untuk proyek fisik, anggaran yang dialokasikan pada tahun anggaran 2006/2007 nilainya sebesar Rp 1.775.826.000,00 atau sebesar 77,83 persen dari total anggaran SMA dengan empat proyek pembangunan fisik. Anggaran fisik terbesar pada tahun anggaran 2006/2007 diberikan pada proyek pembangunan gedung baru dan pengadaan meubelair, masing-masing sebesar Rp 534.457.000,00, Rp 500. 400.000,00.

56 Untuk proyek non fisik, anggaran yang dialokasikan pada tahun 2006/2007 nilainya sebesar Rp 269.504.100 atau 11,81 persen. Anggaran proyek non fisik dialokasikan untuk pendidikan guru dan worshop, sebesar Rp 96. 803.000,00, Rp 172.701.100,00. Selanjutnya pada tahun anggaran 2007/2008 bertambah ada tujuh proyek peningkatan mutu pendidikan SMA, dengan jumlah anggaran untuk proyek fisik Rp 2.026.562.500,00 atau 78,85 persen dari total anggaran SMA. Anggaran fisik terbesar dialokasikan untuk perawatan berkala gedung pendidikan SMA sebesar Rp 924.124.500,00. Anggaran proyek non fisik terbesar dialokasikan untuk pelatihan dan pendidikan guru sebesar Rp 354.639.200,00 dengan total anggaran proyek non fisik sebesar Rp 424.639.200,00 atau 16,52 persen dari total anggaran pendidikan SMA di Kota Metro. Kemudian pada tahun anggaran 2008/2009 anggaran untuk proyek fisik jumlahnya sebesar Rp 1.841.337.400,00 atau 74,45 persen dari total anggaran SMA dengan anggaran proyek fisik terbesar untuk pengadaan meubelair pengganti sebanyak empat lokasi sebesar Rp 864.206.950,00. Anggaran proyek non fisik mengalami penurunan menjadi Rp 261.131.600,00 atau sebesar 10,56 persen dari total anggaran SMA yang dialokasikan untuk pendidikan dan pelatihan guru SMA di Metro. Berdasarkan keterangan di atas terlihat bahwa rata-rata anggaran untuk proyek fisik sebesar 77,04 persen dan rata-rata anggaran untuk proyek non fisik hanya sebesar 12,96 persen. Ini berarti anggaran mutu pendidikan SMA yang dialokasikan lebih banyak untuk proyek pembangunan fisik sekolah saja sehingga

57 kurangnya memperhatikan proyek non fisik yaitu pembinaan guru-guru bidang studi agar dapat memberikan pengajaran yang lebih baik pada siswa.. Pada jumlah anggaran mutu pendidikan SMA terlihat bahwa anggaran proyek pembangunan fisik dari tahun 2006/2007-2008/2009 mengalami peningkatan karena terus bertambahnya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Sedangkan anggaran proyek non fisik dari tahun 2006/2007-2007/2008 mengalami peningkatan yang cukup berarti, namun terjadi penurunan pada tahun 2008/2009 karena berkurangnya jumlah guru yang mendapatkan pendidikan dan diklat sebagai penunjang peningkatan mutu pendidikan SMA. Pada data tersebut dapat dilihat proyek pendidikan yang telah dilaksanakan dan jika dihubungkan dengan keadaan mutu pendidikan SMA, ternyata proyek pendidikan tersebut belum banyak mempengaruhi tingkat mutu pendidikan SMA yang ditunjukkan dengan menurunnya jumlah lulusan pada UN SMA dari tahun tahun 2006/2007-2007/2008. Dapat dilihat bahwa pengeluaran pendidikan tersebut belum memenuhi sasaran, walaupun terdapat peningkatan pengeluaran tersebut belum mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan SMA yang diharapkan oleh Pemerintah Kota Metro karena dalam pembangunan pendidikan tersebut terdapat hambatan rendahnya kemauan pemerintah dalam pembangunan pendidikan. Proyek-proyek peningkatan mutu pendidikan SMA tersebut belum sepenuhnya sesuai dengan yang ada pada program kerja pendidikan Kota Metro dimana pemerintah mengeluarkan Program Prioritas untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya manusia di Kota Metro dengan programnya yaitu pembangunan dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kependidikan menengah atas dan

58 kejuruan dengan tujuh kegiatan proyek, tetepi hanya satu kegiatan proyek saja yang sesuai dengan program peningkatan mutu pendidikan yang telah terealisasi oleh pemerintah yaitu bantuan sarana sekolah SD, SLTP dan SMA. Ini berarti bahwa anggaran mutu pendidikan SMA dan program peningkatan mutu pendidikan belum sepenuhnya konsisten dengan Kebijakan Pemerintah Kota Metro, sehingga akan mempengaruhi upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) seperti yang diharapkan oleh Pemerintah Kota Metro. Dalam hal ini berkaitan dengan anggaran pendidikan yang dialokasikan untuk jenjang pendidikan menengah atas dan kejuruan khususnya SMA masih kecil yaitu 2,95 persen sehingga menyebabkan menurunnya kualitas siswa lulusan yang akan berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia di Kota Metro. Dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan tentunya diperlukan kebijakan pengeluaran yang tetap dan efisien agar pembangunan pendidikan dan tujuan yang ingin dicapai yaitu peningkatan kualitas SDM dapat terlaksana dan tercapai. Pembangunan pendidikan ini harus sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan daerah, yaitu : 1. Sumber daya manusia yang maju, mandiri dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang memadai dan masyarakat yang sejahtera, berketahanan dan berdaya saing dalam era globalisasi. 2. Kualitas pendidikan melalui perluasan dan pemerataan pendidikan, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat meningkat. Pengeluaran pembangunan untuk sektor pendidikan kemudian digunakan untuk melaksanakan pembangunan-pembangunan sektor pendidikan khususnya

59 pembangunan untuk SMA dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan SMA di Kota Metro. Kemudian dapat dilihat tentang mutu pendidikan SMA di Kota Metro Tahun Pelajaran 2006/2007-2008/2009, dengan indikatornya yaitu jumlah lulusan dan jumlah yang tidak lulus pada UN. B. Analisis Mutu Pendidikan SMA di Kota Metro Berikut ini dijelaskan tentang indikator mutu pendidikan yaitu persentase lulusan pada UN SMA di Kota Metro pada Tahun Pelajaran 2006/2007-2008/2009. Jumlah lulusan pada UN SMA pada tahun 2006/2007 sebesar 99,53 persen, kemudian lulusan meningkat menjadi 100 persen pada tahun 2007/2008, dan pada tahun 2008/2009 jumlah lulusan kembali menurun menjadi 99,76 persen. Jika dilihat dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 13. Jumlah Lulusan Pada UN SMA di Kota Metro Tahun Ajaran 2006/2007-2008/2009 Tahun Lulus Tidak Lulus Lulusan (%) 2006/2007 2.133 3 99,86 2007/2008 2.122 7 99,67 2008/2009 2.110 13 99,39 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Metro (Data Diolah) Persentase Lulusan pada UN SMA Tahun Ajaran 2006/200-2008/2009 99.39 99.86 2006/2007 2007/2008 2008/2009 99.67 Gambar 3. Persentase Lulusan Pada UN SMA di Kota Metro Tahun Pelajaran 2006/2007-2008/2009.

60 Tabel 13 memperlihatkan bahwa pada tahun ajaran 2006/2007 jumlah lulusan pada UN SMA berjumlah 2.133 orang murid atau sebesar 99,86 persen dengan jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 3 orang murid. Pada tahun ajaran 2007/2008 menurun sebesar 0,19 persen atau sebesar 99,67 persen dengan jumlah murid yang dinyatakan tidak lulus 7 orang murid. Pada tahun 2007/2008 terjadi peningkatan anggaran mutu pendidikan untuk proyek fisik senilai Rp 2.026.562.500,00 dan anggaran proyek non fisik sebesar Rp 424.639.200,00, namun kenaikan anggaran tidak berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan. Anggaran fisik tersebut dialokasikan untuk pembangunan gedung laboraturium pada 4 lokasi dengan nilai sebesar Rp 351.792.000,00, serta untuk pembelian alat penunjang pendidikan sebanyak 35 unit senilai Rp 66.220.000,00. Kemudian sebagai penunjang kelancaran belajar mengajar sekolah berstandar internasional dianggarkan dana sebesar Rp 40.000.000,00 sedangkan untuk perawatan berkala gedung sekolah dan perbaikan sarana prasarana lainnya melalui rehabilitasi berat/ringan masing-masin sebesar Rp644.426.000,00,Rp 924.124.500,000. Sedangkan kenaikan jumlah lulusan pada tahun ajaran 2007/2008 ditunjang pula dengan banyaknya guru yang mengikuti program pendidikan dan pelatihan diklat guru. Program pendidikan dan pelatihan guru diikuti oleh 135 orang guru dengan dana Rp 354.639.200,00 meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 90 peserta dengan anggaran Rp 269.504.100,00, sedangkan worshop diikuti oleh 50 orang guru dengan anggaraan sebesar Rp 70.000.000,00. Walaupun terjadi peningkatan jumlah guru yang mengikuti program pendidikan dan diklat guru, terbukti belum

61 mampu meningkatkan mutu lulusan siswa karenan menurunnya jumlah lulusan dari tahun sebelumnya. Tahun pelajaran 2008/2009 kembali terjadi penurunan jumlah lulusan sebesar 0,28persen atau 99,39 persen dengan jumlah siswa yang tidak lulus berjumlah 13 orang murid, karena adanya penurunan anggaran pembangunan fisik dan non fisik sehingga hanya ada enam proyek peningkatan mutu pendidikan yang terdiri dari lima proyek pembangunan fisik dengan anggaran Rp 1.841.337.400,00 dan proyek pembangunan non fisik senilai Rp 261.131.600,00. Sebagai penunjang sarana dan prasarana pendidikan, anggaran proyek fisik dialokasikan untuk pengadaan meubelair pengganti untuk 3 lokasi senilai Rp. 425.965.150,00, pengadaan penambahan buku perpustakaan untuk menunjang bacaan bagi siswa sebanyak 250.200 eksemplar senilai Rp 495.292.800,00. Namun terdapat peningkatan anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan alat penunjang pendidikan dan dana pendamping sekolah berstandar internasional yaitu sebesar Rp 300.748.250,00, dan Rp 220.000.000,00. Sedangkan perawatan berkala pada bangunan sekolah sebesar Rp 339.331.200,00. Untuk proyek pembangunan non fisik tetap melaksanakan program pendidikan dan pelatihan guru yang diikuti oleh 95 orang guru dengan anggaran yang dialokasikan sebesar Rp 261.131.600,00. Menurunnya jumlah peserta pendidikan dan latihan guru menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah lulusan pada UN SMA. Berdasarkan analisa-analisa di atas dapat dijelaskan bahwa dengan melihat proyek pembangunan pendidikan dan anggaran pendidikan SMA serta kondisi mutu

62 pendidikan SMA di Kota Metro Tahun 2006/2007-2008/2009 terlihat bahwa pembangunan pendidikan SMA belum mampu meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan jumlah lulusan pada UN SMA sehingga diperlukan pembangunan yang terarah. Proyek pembangunan untuk meningkatkan mutu pendidikan SMA lebih mengarah pada proyek pembangunan fisik berupa peningkatan sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Sedangkan proyek pembangunan non fisik hanya berupa pendidikan dan pelatihan serta worshop. Seharusnya jumlah proyek pembangunan non fisik seimbang dengan pembangunan fisik sehingga dapat membantu untuk mencapai tingkat kelulusan yang tinggi. Pembangunan pendidikan SMA seperti yang dijelaskan dalam gambaran umum telah sesuai dengan arah, tujuan dan sasaran dari Pendidikan Nasional yaitu meningkatkan kualitas mutu pendidikan melalui peningkatan mutu lulusan maupun peningkatan lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena itu, dipelukan kebijakan pembangunan pendidikan yang tepat dan efesien yang dapat mengatasi masalah tersebut yaitu dengan mengalokasikan anggaran pendidikan yang jumlahnya terbatas untuk program-program/kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan SMA. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kota Metro : 1. Pengadaan laboraturium IPA untuk menunjang praktikum mata pelajaran fisika dan kimia. Pengadaan laboraturium Bahasa sebagai penunjang

63 kelancaran siswa dalam berbahasa asing. Pengadaan laboraturium Komputer yang memadai, sedangkan untuk IPS sebagai penunjang praktik belajar siswa. 2. Pembelian buku-buku teks pelajaran penunjang pendidikan yang sesuai kurikulum nasional. 3. Menyusun kurikulum yang berbasis kompetensi dasar sesuai dengan kebutuhan dan potensi pembanguunan daerah. 4. Perawatan sarana dan prasarana pendidikan termaksud buku dan alat peraga, perpustakaan dan laboraturium. 5. Meningkatkan kemampuan profesional dan kesejahteraan guru, antara lain melalui pemberian akreditasi dan sertifikasi mengajar bidang tertentu yang ditinjau dan dievaluasi secara priodik, serta penyempurnaan system angka kredit peningkatan kerier guru. 6. Meningkatkan penguasaan guru terhadap ilmu-ilmu dasar (matematika, sains, dan teknologi, bahasa, dan sastra, ilmu sosial dan Bahasa Inggris), melalui pendidikan dan pelatihan fungsional guru seerta pendidikan dan diklat guru. 7. Adanya peningkatan pengeluaran pembangunan sektor pendidikan khususnya untuk SMA dari total pengeluaran pembangunan dan adanya kerjasama yang seimbang antara pemerintah dan masyarakat agar lebih serius dalam memperhatikan pentingnya pendidikan sehingga masalah yang ada yaitu tingkat mutu pendidikan akan sesuai dengan tujuan pendidikan secara nasional.