SIFAT-SIFAT MEKANIS ASPAL YANG DITAMBAHKAN SERBUK ARANG TEMPURUNG KELAPA

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK ASPAL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT YANG DITAMBAHKAN PLASTIK POLYVINYL CHLORIDE ( PVC)

Pengaruh Temperatur Terhadap Penetrasi Aspal Pertamina Dan Aspal Shell

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prasarana jalan berkaitan erat dengan pertumbuhan pembangunan di berbagai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Sebagai Substitusi Sebagian Aspal Shell Pen 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BABII TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

M. M. ADITYA SESUNAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2010

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB III LANDASAN TEORI

PERUBAHAN KARAKTERISTIK MEKANIS ASPAL YANG DITAMBAHKAN SULFUR SEBAGAI BAHAN TAMBAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN VARIASI JUMLAH TUMBUKAN TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN BETON ASPAL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan sarana transportasi, salah satunya adalah jalan. Jalan merupakan

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi,

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARETMESH #80 PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

TKS 4406 Material Technology I

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

Studi Penggunaan Limbah Las Karbit Untuk Bahan Tambah Pada Perkerasan Laston Gradasi AC-WC

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

Lampiran Perhitungan Pengujian Aspal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PROSES PEMANASAN PADA ASPAL. M.T. Gunawan Mahasiswa Doktor Teknik Sipil Undip Semarang. Abstrak 2.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH SEMINAR INTISARI

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

PENGARUH PENAMBAHAN SABUT KELAPA TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

PENGARUH VISKOSITAS ASPAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

KARAKTERISTIK HASIL DESTILASI TAR TEMPURUNG KELAPA DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN CRUMB RUBBER DITINJAU DARI SPESIFIKASI ASPAL KERAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

SIFAT-SIFAT MEKANIS ASPAL YANG DITAMBAHKAN SERBUK ARANG TEMPURUNG KELAPA Mashuri* dan M. Husni Maricar* * Abstract The objective of this research is to know mechanical properties of bitumen mixtures coconut charcoal powder. This research was done in Highway and transportation laboratory of Civil Department, Tadulako University. Percentage of coconut charcoal powder content based on weight of bitumen. The percentage of coconut charcoal powder in bitumen are 2%, 4%, 6% and 8% respectively and comparison with properties of bitumen without additive material. The properties of bitumen include the following: the penetration value of bitumen, the Ductility value, the softening point value, density of bitumen value, loss on heating of bitumen, flash and fire point of bitumen values. The result of this research indicates that the coconut charcoal powder in bitumen between 2% to 8% still enough for spesification except on ductility properties of bitumen values. This implies that, increment the coconut charcoal in bitumen potential influence on asphalt pavement include stiffness and brittle of mixtures. Keyword: changing effects of the land function 1. Pendahuluan Perkembangan di bidang ekonomi dewasa ini telah berdampak kepada semakin tingginya permintaan akan jasa transportasi jalan raya. Tingginya permintaan akan jasa transportasi jalan raya tidak hanya ditandai dengan meningkatnya volume lalu-lintas kendaraan tetapi juga ditandai dengan peningkatan beban gandar kendaraan dengan tekanan ban yang juga tinggi sehingga struktur lapis perkerasan jalan beraspal dituntut untuk dapat melayani dengan baik perubahanperubahan kondisi tersebut. Sementara di sisi lain faktor cuaca dan suhu juga sangat mempengaruhi keawetan lapis perkerasan aspal. Berdasarkan hal tersebut, dewasa ini telah banyak diteliti tentang pengembangan perubahan aspal (modifikasi aspal) dengan memanfaatkan bahan tambah dari limbah disamping dapat memperbaiki sifat-sifat perilaku aspal juga diharapkan ramah terhadap lingkungan. Serbuk arang tempurung kelapa telah pernah dicoba ditambahkan dalam campuran beton aspal (Berry, dalam Sulaksono W,2001). Hasilnya menyimpulkan bahwa nilai stabilitas dan kelelehan campuran tersebut cukup baik untuk digunakan sebagai bahan perkerasan untuk lalu lintas tinggi. Akan tetapi campuran yang menggunakan arang tempurung kelapa sebagai filler memiliki nilai durabilitas yang sangat rendah jika dibandingkan dengan campuran yang menggunakan semen sebagai filler. Meskipun serbuk arang memiliki unsurunsur yang sama seperti pada unsur pada aspal yaitu Carbon non Polar, pengujian sifat-sifat aspal baik yang ditambahkan maupun yang tidak ditambahkan dengan serbuk arang tempurung kelapa perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan sifat-sifat mekanis aspal akibat penambahan material-material tambahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana perubahan sifat-sifat fisik aspal yang ditambahkan serbuk arang tempurung kelapa. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberi informasi awal tentang kemungkinan tidaknya serbuk arang tempurung kelapa dapat memperbaiki sifat-sifat fisik aspal. 2. Tinjauan Pustaka 2. 1. Aspal Aspal adalah suatu cairan kental ataupun padat yang merupakan senyawa hidrokarbon dan turunannya, yang terlarut dalam Trichloroethylene dan tidak mudah berubah dan melunak secara perlahan apabila dipanaskan, memiliki warna hitam atau coklat, memiliki sifat kedap air dan sifat * Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu

Sifat-sifat Mekanis Aspal yang Ditambahkan Serbuk Arang Tempurung Kelapa adhesi. Aspal diperoleh melalui proses destilasi dari minyak mentah dan bisa ditemukan dalam bentuk deposit alami yang tercampur dengan mineral lain. Aspal dapat pula diartikan sebagai bahan pengikat dalam campuran beton aspal yang terbentuk dari senyawa-senyawa komplek yang membentuknya seperti Asphaltenenese, Resins dan Oils. Asphaltenes Adalah suatu bagian yang menyerupai lapisan tipis datar yang secara efektif membuat suatu bentuk tak beraturan padat. Lapisan tipis tersebut memiliki muatan yang kuat untuk bekerja sama dengan yang lainnya sehingga bagian ini disebut bagian yang bersifat polar, disamping memiliki ketahanan terhadap geser. Ketika diekstraksi, bagian ini terlihat dan dirasakan seperti partikel yang padat dan sangat halus. Oils dan Asphaltenes tidak dapat dicampurkan. Resins Adalah cairan berwarna kuning atau coklat tua yang memberikan sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama masa layan. Oils Adalah Cairan yang berwarna lebih mudah yang merupakan media dari Asphaltenes dan Resin. Oils tidak bermuatan listrik sepanjang rangkaian (Non Polar). Kekentalan sangat bergantung kepada tingkat kekomplekan rangkaian-rangkaiannya. 2. 2. Kualitas aspal Meskipun aspal merupakan bagian yang volumenya kecil dibanding dengan komponenkomponen penyusun campuran beton aspal, ia merupakan bagian yang krusial dalam menyediakan ikatan yang awet/ tahan lama dan menjaga campuran agar tetap dalam kondisi elastis. Terdapat beberapa kualitas yang harus dimiliki oleh aspal untuk menjamin kinerja campuran yang memuaskan yaitu rheologi aspal, sifat kohesif, sifat adhesi dan sifat durability. Rheology Rheology merupakan ilmu yang mempelajari deformasi perubahan bentuk dan aliran massa. Aspal memiliki dua sifat rheology penting yaitu thermoplastic dan visco-elastic. Thermoplatic berarti kekentalan aspal turun bersamaan dengan meningkatnya panas dan sebaliknya meningkat seiring dengan menurunnya suhu. Visco-elastic berarti ketika gaya bekerja/diaplikasikan struktur aspal mengalami distorsi sebagai mana aliran. Distorsi adalah pergerakan yang dapat kembali/membaik lagi dan dijelaskan sebagai tingkah laku elastis. Kohesi Adalah kemampuan untuk mempertahankan ikatan antara sesama bentuk/senyawa (aspal). Kemampuan daya kohesi suatu aspal dengan tingkat penetrasi tertentu diukur dengan alat uji daktilitas pada temperatur rendah (suhu ruang). Adhesi Adalah kemampuan untuk mempertahankan ikatan antar bentuk /senyawa dengan senyawa lainnya (aspal dengan agregat). Kemampuan daya adhesi aspal didekati dengan Marshall Retained Strength Index. Durabilitas Adalah kemampuan untuk mempertahankan secara baik kualitas rheology, kohesi dan adhesi dari aspal. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat durabilitas aspal adalah Oxidative hardening, Evavorative hardening dan Exudative hardening (Shell Bitumen Handbook, 1990). Dalam penggunaan aspal yang didasarkan kepada kondisi temperatur, terdapat prinsip dasar yang diterangkan oleh Krebs dan Walker, 1971 dalam hal pemilihan jenis aspal yaitu, aspal dengan penetrasi rendah sebaiknya digunakan untuk daerah yang beriklim panas demi menghindari pelunakan (softening) ataupun bleeding pada musim panas dan aspal dengan penetrasi tinggi dapat digunakan pada daerah beriklim dingin demi mencegah aspal menjadi lebih kaku dan pudah pecah (brittle) pada musim dingin. 2. 3. Serbuk arang tempurung kelapa Kandungan arang tempurung kelapa terdiri dari Karbon non polar yang besarnya 91% (Berry, 1991) seperti yang terdapat pada aspal. Alur pembuatan serbuk arang tempurung kelapa dapat digambarkan pada Gambar 1. Produk Serbuk Arang Tempurung Kelapa Gilingan / Tumbuk Ayakan Pengepakan Produk Granular Gambar 1. Bagan alir pembuatan serbuk arang tempurung kelapa MEKTEK TAHUN VIII NO.1 JANUARI 2006 43

3. Metode Penelitian 3.1 Bagan alir penelitian Bagan alir pada penelitian ini digambarkan pada Gambar 2. Latar belakang dan perumusan tujuan Karakteristik serbuk arang tempurung kelapa Pengumpulan Data Gambar 2. Diagram alir penelitian Studi Pustaka Sifat-sifat aspal: Data-data: 0%ATK, 2%ATK, 4%ATK, 6%, 8% ATK: Berat Jenis Penetrasi Titik lembek Titik nyala & titik bakar Daktilitas Analisis dan diskusi Kesimpulan dan Saran 3.2 Bahan dan peralatan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Aspal penetrasi 60/70 yang terdapat di Laboratorium Transportasi dan Jalan Raya dan arang tempurung kelapa didapatkan dari pasar tradisional di Kota Palu yang selanjutnya dijadikan ukuran serbuk (lolos saringan no. 200) di Laboratorium Transportasi dan Jalan Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako. Sementara peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah satu set peralatan pengujian aspal rutin dan alat daktilitas yang terdapat pada Laboratorium Transportasi dan Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako. 3.3 Standar pengujian Estándar pengujian pada penelitian ini adalah: Penetrasi aspal : SNI 06-2546-1991 Titik lembek : SNI 06-2434-1991 Daktilitas : SNI 06-2432-1991 Titik nyala : SNI 06-2433-1991 Berat jenis : SNI 06-2488-1991 Penurunan berat (RTFOT) : AASHTO T 240 Penetrasi setelah RTFOT : SNI 06-2546-1991 3.3. Proses pencampuran Proses pencampuran serbuk arang tempurung kelapa (ATK) dalam aspal Pen 60/70 adalah sebagai berikut: Panaskan aspal pen 60/70 pada temperatur 130 O C. Setelah aspal mencair dengan baik, tambahkan 1% ATK sampai 6% ATK terhadap berat aspal. Lakukan pengujian aspal sesuai dengan jenisjenis pengujian aspal yang telah direncanakan. Kemudian hal yang perlu diperhatikan dalam proses pencampuran ATK dengan aspal adalah: Komposisi dan temperatur pencampuran Waktu dan kecepatan pengadukan untuk mencapai homogenitas campuran. 4. Hasil dan diskusi 4.1. Hasil pengujian serbuk arang tempurung kelapa Karakteristik serbuk arang tempurung kelapa didapat dari hasil pengujian yang ditabelkan dalam tabel 1. Ini memperlihatkan bahwa unsur penyusun dominan dari serbuk arang tempurung kelapa adalah unsur Carbon, dengan Berat jenis yang lebih ringan dari berat jenis aspal pada umumnya. Tabel 1. Hasil uji komposisi dan Berat Jenis Serbuk Arang tempurung kelapa Parameter uji Satuan Hasil Uji Kadar air % 3,83 Kadar Karbon % 91,38 Kadar abu % 4,79 Berat Jenis gr/cm 3 0,5722 Sumber: Hasil uji laboratorium, 2005 4.2. Hasil pemeriksaan aspal Hasil pengujian aspal penetrasi 60/70 di Laboratorium Transportasi dan Jalan Raya Jurusan Sipil Untad dirangkum dalam tabel 2. Dari hasil pemeriksaan awal tersebut diketahui bahwa semua data-data yang didapatkan memenuhi persyaratan/ spesifikasi aspal yang dipersyaratkan untuk dipergunakan dalam campuran beraspal. 4.3. Hasil pemeriksaan aspal yang ditambahkan serbuk arang tempurung kelapa Hasil pengujian karakteristik aspal pen 60/70 yang telah ditambahkan dengan serbuk arang tempurung kelapa (ATK) yang didasarkan pada prosentase terhadap berat aspal dirangkum dalam tabel 3. 44

Penetrasi Aspal Penetrasi (mm) Sifat-sifat Mekanis Aspal yang Ditambahkan Serbuk Arang Tempurung Kelapa Tabel 2. Hasil pemeriksaan kualitas aspal pen 60/70 No. Pengujian Hasil pengujian Spesifikasi Satuan 1 Penetrasi sebelum kehilangan berat (25 O C, 5 detik) 69,5 60-79 0.1 mm 2 Kehilangan berat (163 O C, 5 jam) 0,17 Maksimum 0,8 % Berat 3 Penetrasi setelah kehilangan berat (25 O C, 5 detik ) 71,5 Minimum 4 % semula 4 Berat jenis (25 O C ) 1,028 Minimum 1,0-5 Titik lembek 48,21 48-58 O C 6 Titik nyala dan Titik bakar 335/338 Minimum 200 O C 7 Daktilitas (25 O C, 5 cm/mnt) 141,00 Minimum 100 Cm Tabel 3. Hasil pemeriksaan aspal pen 60/70 yang ditambahkan serbuk arang tempurung kelapa (ATK) Pengujian Variasi kadar ATK dalam aspal 0% 2% 4% 6% 8% Penetrasi sebelum kehilangan berat (25 O C, 5 detik) 69,5 67,3 65,7 62,7 60,7 Kehilangan berat (163 O C, 5 jam) 0,170 0,155 0,150 0,150 0,145 Penetrasi setelah kehilangan berat (25 O C, 5 detik ) 71,5 65,39 64,73 60,00 58,60 Berat jenis (25 O C ) 1,028 1,027 1,025 1,024 1,023 Titik lembek 48,21 49,20 49,47 50,75 51,50 Titik nyala dan Titik bakar 335/338 336/339 337/340 338/341 339/343 Daktilitas (25 O C, 5 cm/mnt) 141,00 96,95 86,50 76,30 62,45 4.4 Pembahasan Pengaruh serbuk arang tempurung kelapa pada nilai penetrasi aspal Semakin besar serbuk arang tempurung kelapa yang ditambahkan pada aspal akan menyebabkan semakin berkurangnya nilai penetrasi, yang mengindikasikan bahwa aspal akan semakin keras (gambar 3). Penurunan yang terjadi disebabkan karena arang tempurung kelapa terdispersi membentuk koloid yang bersifat sebagai asphaltenes. Peningkatan asphaltenes inilah yang menyebabkan aspal menjadi semakin keras atau penetrasinya menurun. Pada penetrasi setelah kehilangan berat, bertambahnya kadar serbuk arang tempurung kelapa (ATK) di dalam aspal menyebabkan penurunan penetrasi (gambar 4). Penyebab berkurangnya nilai penetrasi ini identik dengan penurunan penetrasi sebelum kehilangan berat, yaitu sifat arang tempurung kelapa dalam aspal cenderung tidak berubah akibat pemanasan. Malahan aspal cenderung menjadi lebih keras atau getas, kemungkinan karena asphaltenes yang lebih solid dengan komposisi yang lebih banyak dibanding dengan maltenes cenderung konstan dan mudah menguap karena pengaruh suhu dan reaksi kimia. 70 Penetrasi Aspal Vs Kadar ATK Penetrasi Vs Kadar ATK 72 68 66 71 70 69 68 67 64 Gambar 3. Grafik Hubungan Kadar ATK dan Penetrasi Aspal sebelum kehilangan berat 66 65 Gambar 4. Grafik Hubungan Kadar ATK dan Penetrasi Aspal Setelah Kehilangan Berat MEKTEK TAHUN VIII NO.1 JANUARI 2006 45

Kehilangan Berat (%) Tititk Lembek Akan tetapi secara umum penetrasi aspal yang ditambahkan dengan serbuk arang tempurung kelapa hingga kadar 8% baik sebelum maupun setelah kehilangan berat masih memenuhi spesifikasi yang diisyaratkan untuk aspal PEN 60/70 yaitu 62 sampai 79. Pengaruh serbuk arang tempurung kelapa pada kehilangan berat aspal Pada gambar 5 menunjukan bahwa presentase kehilangan berat aspal cenderung turun seiring bertambahnya kadar arang tempurung kelapa. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena unsur serbuk arang tempurung kelapa yang ditambahkan ke dalam aspal dan dipanaskan secara bersama-sama didominasi oleh Karbon non-polar yang mengikat/ menyerap unsur-unsur yang mudah menguap di dalam aspal menjadi gumpalangumpalan yang keras tetapi cenderung getas dengan berat lebih ringan. 0,190 0,180 0,170 0,160 0,150 0,140 0,130 0,120 0,110 Kehilangan Berat Vs Kadar ATK 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Gambar 5. Grafik Hubungan Kadar ATK dengan Kehilangan Berat Pemeriksaan kehilangan berat aspal dengan penambahan arang tempurung kelapa sampai kadar 8% ini menunjukan bahwa hasil yang diperoleh masih memenuhi spesifikasi yang disyaratkan untuk aspal penetrasi 60/70 Titik lembek aspal Pada gambar 6 diperlihatkan bahwa semakin besar serbuk arang tempurung kelapa yang ditambahkan pada aspal akan menyebabkan titik lembek meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa kecenderungan penambahan prosentase kadar serbuk ATK akan menyebabkan aspal menjadi tidak peka dengan temperatur. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya ikatan hidrokarbon di dalam aspal akibat penambahan serbuk ATK dimana hidrokarbon mempunyai sifat yang tahan terhadap temperatur yang tinggi. Sifat tersebut diakibatkan oleh jumlah hidrokarbon pada aspal dalam asphaltenes sebagai akibat penambahan serbuk arang tempurung kelapa tidak diimbangi dengan penambahan media atau larutan dimana aspahltenes terikat atau larut, sehingga aspal menjadi lebih keras dan sulit untuk menjadi lunak atau menjadi lembek pada temperatur aspal normal. 52,00 51,50 51,00 50,50 50,00 49,50 49,00 48,50 48,00 Titik Lembek Vs Kadar ATK Gambar 6. Grafik Hubungan Kadar ATK dan Titik Lembek Pemeriksaan titik lembek aspal dengan penambahan serbuk arang tempurung kelapa sampai kadar 8%, masih memenuhi sepesifikasi yang diisyaratkan untuk aspal penetrasi 60/70. nilai titik nyala dan titik bakar aspal Pada gambar 7 terlihat bahwa semakin besar kadar serbuk arang tempurung kelapa yang dicampurkan ke dalam aspal, akan menaikkan titik nyala aspal. Kemungkinan penyebab hal ini adalah, kandungan minyak (oil) dalam aspal larut atau komposisinya menjadi terbatas karena sebagai media dari asphaltenes yang mengadung banyak hidrokarbon harus mengikat atau menampung hidrokarbon tambahan dari arang tempurung kelapa, yang kemudian merubah molekul pada aspal menjadi lebih solit atau keras. Akibatnya dibutuhkan temperatur pemanasan yang lebih besar untuk melepaskan ikatan tersebut. Naiknya suhu titik nyala ini juga mungkin terjadi karena minyak yang mudah menguap dan tersulut atau menyala komposisinya mengalami pengurangan dalam aspal sebagai akibat adanya unsur lain dari arang tempurung kelapa. Ini menunjukkan bahwa penambahan arang tempurung kelapa ke dalam aspal berpotensi untuk meningkatkan temperatur maksimum pemanasan. Hasil pemeriksaan titik nyala aspal dengan penambahan kadar arang tempurung kelapa sampai dengan 8% masih memenuhi spesifikasi yang disyaratkan untuk aspal penetrasi 60/70 yaitu minimum 200 o C. 46

Daktilitas (cm) Titik Bakar Titik Nyala ( o C) Berat Janis Sifat-sifat Mekanis Aspal yang Ditambahkan Serbuk Arang Tempurung Kelapa 340 Titik Nyala Vs Kadar ATK 1,030 Berat Jenis Vs Kadar ATK 339 338 337 336 335 334 Gambar 7. Grafik Hubungan Kadar ATK dan Titik Nyala Aspal 343 342 341 340 339 338 337 Titik Bakar Vs Kadar ATK Kadar ATK Gambar 8. Grafik Hubungan Kadar ATK dan Titik Bakar Aspal Untuk titik bakar aspal, semakin besar kadar arang tempurung kelapa yang ditambahkan ke dalam aspal akan menaikan titik bakar aspal tersebut. Naiknya titik bakar pada aspal akibat adanya penambahan arang tempurung kelapa, kemungkinan besar diakibatkan oleh adanya reaksi yang sama persis yang pada kenaikan titik nyala aspal. Nilai Berat jenis aspal Pada gambar 9 memperlihatkan bahwa adanya penambahan serbuk arang tempurung kelapa ke dalam aspal, mengakibatkan berat jenis aspal semakin mengecil. Dengan masuknya serbuk arang tempurung kelapa ke dalam aspal menyebabkan unsur atau senyawa pembentuknya semakin didominasi oleh unsur karbon dimana berat jenis karbon termasuk ringan. Hal ini akan berdampak kepada semakin ringannya berat aspal. Sifat karbon yang ringan tetapi keras, merupakan salah satu penyebab banyaknya Baja/besi konstruksi dimana unsur logamnya dikurangi tetapi unsur karbonnya yang ditambah untuk mendapatkan berat struktur yang lebih ringan. 1,028 1,026 1,024 1,022 1,020 Gambar 9. Grafik Hubungan Kadar ATK dengan Berat jenis Aspal Hasil pemeriksaan berat jenis aspal dilihat secara keseluruhan, masih memenuhi spesifikasi yang disyaratkan yaitu 1,00. Daktilitas aspal Pada gambar 10 terlihat bahwa penambahan serbuk arang tempurung kelapa ke dalam aspal menyebabkan nilai daktilitas aspal menurun. Pengurangan nilai daktilitas yang terjadi pada aspal dengan serbuk arang tempurung kelapa, mengindikasikan bahwa aspal menjadi lebih getas. Hal tersebut terjadi karena penambahan serbuk arang tempurung kelapa yang mengandung hidrokarbon yang lebih besar, telah menambah kekerasan pada aspal tetapi tidak diimbangi pula dengan kenaikan sifat feleksibilitas. Hasil pemeriksaan daktilitas bahan aspal yang ditambahkan serbuk arang tempurung kelapa tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan yaitu minimum 100 cm. Ini mengindikasikan bahwa penambahan serbuk arang tempurung kelapa (ATK) ke dalam aspal akan menjadikan campuran beton aspal menjadi lebih kaku dan cenderung hilang kelenturannya. Akibatnya, nilai Mashall Queation (MQ) campuran aspal menjadi sangat besar (diluar batas spesifikasi yang telah ditentukan). 160 140 120 100 80 60 40 Daktilitas Vs Kadar ATK Gambar 10. Grafik Hubungan Kadar ATK dengan Daktilitas Aspal MEKTEK TAHUN VIII NO.1 JANUARI 2006 47

5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisis, dapat ditarik kesimpulan: Berdasarkan pengujian penetrasi, pengujian Persen kehilangan berat, pengujian Titik lembek aspal, pengujian Titik nyala dan Titik bakar aspal, pengujian Berat jenis aspal diketahui bahwa penambahan serbuk arang tempurung kelapa hingga 8% masih memenuhi standar/ spesifikasi yang ditetapkan. Berdasarkan pengujian daktilitas diketahui bahwa penambahan serbuk arang tempurung kelapa ke dalam aspal menyebabkan aspal kehilangan daya kerutnya dan tidak memenuhi nilai batas minimum daktilitas dalam spesifikasi yang berlaku. Penambahan serbuk arang tempurung kelapa ke dalam aspal menyebabkan campuran perkerasan beraspal tidak peka dengan suhu tetapi perkerasan campuran beraspal berpotensi untuk menjadi lebih kaku dan getas. Leksminingsih, 2002, Perbandingan Sifat Aspal dengan Penambahan Lateks Alam dan Lateks Sintetis, Jurnal Teknik Sipil Vol. 3 No. 2, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Shell Bitumen, 1990, The Shell Bitumen Handbook, Shell Bitumen U.K. Sukirman, Silvia,(1995, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung Warintek 9000, (2005), Pembuatan Arang Aktif Dari Tempurung Kelapa, PDII LIPI, www_warinte...\arang_aktif.ht, Indonesia. Wibowo, Sony Sulaksono, 2001, Kajian Laboratorium Penggunaan Material Vulkanik (Kasus Pasir Galunggung) Dalam Campuran Beraspal, Makalah disampaikan pada Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi (FSTPT IV) September 2001, Universitas Udayana,Bali. 5.2 Saran Sebaiknya serbuk arang tempurung kelapa tidak diposisikan sebagai bahan tambah (additive) pada campuran beton aspal karena sifat-sifat kelenturan yang kemungkinan menjadi sangat kecil (cenderung sangat kaku). Bila tetap dipaksakan sebagai bahan tambah pada campuran perkerasan aspal, sebaiknya tidak membuat benda uji campuran aspal pada kondisi pengujian normal tetapi perlu dilakukan modifikasi pada suhu pemadatan, pencampuran dan jumlah pemadatan benda uji untuk mengupayakan sifat kelenturan campuran bisa terpenuhi. 6. Daftar Pustaka Alkas, Jazir, 1999, Efek Penggunaan Abu Terbang pada Workabilty dan Sifat-sifat Marshall pada Beberapa Campuran Hot Rolled Asphalt, Proposal Tesis Program Pascasarjana Program Magister Rekayasa Transportasi, ITB Bandung Anonymous, 1996, Manual Penelitian Bahan Jalan No. 01/ MN/ BM/1976, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta Hunter N., Robert, 1994, Bituminous Mixtures in Road Construction, Thomas Telford, London 48